Anda di halaman 1dari 3

C.

Gejala Klinis dan fase/ stadium penyakit


Pada umumnya secara umum fase atau stadium penyakit dibagi menjadi 5 tahap, yakni :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi
ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh
manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan
adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat
menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit
belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa
inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang
peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya seperti
kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll. Berikut
informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:
Tabel 2.1
Contoh Masa Inkubasi pada water borne disease
NO PENYAKIT
1.

Kusta/Lepra

PENGERTIAN

GEJALA KLINIS

Penyakit kusta disebut juga


lepra (leprosy) atau Morbus
Hansen, dan nama lain di India:
Korh, Vaahi (Kala Vaah),
Motala/ Motali Mata, Pathala
dan Bada Dukh (Kandouw,
2000). Nama tersebut berbeda
karena daerah yang berbeda
menyebutkan lain, seperti
pathala di Sondwa dan Korh
dan Kala Vaa di Thandla
(Bhopal, 2002).

Umumnya ditemukan
dalam 2 (dua) bentuk
Pause basiler (PB) dan
Multi basiler (MB) dan
menurut WHO untuk
menentukan kusta perlu
adanya 4 (empat) criteria,
yaitu :

Ditemukannya lesi
kulit yang khas

Adanya gangguan
sensasi kulit

Penebalan saraf
tepi

BTA positif dari


sediaan sayatan

MASA
INKUBASI
3-20 tahun,
(Agusni, 2001).

kulit

3. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease


Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas
sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa
bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti
gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta
tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka
penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi
melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi
seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun
sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ
tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala
penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit
penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan
dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu
sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat
menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun
ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati
lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal
dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
SUMBER :

Agusni I. (2001), Kusta Stadium Subklinik dan kedudukannya dalam epidemiologi


penyakit kusta, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 51, no 1, hal 22-24.
Bhopal M. P. Journal of Herbal Medicine and Toxicology.2: 37-40.

Anda mungkin juga menyukai