Anda di halaman 1dari 27

Epilepsi Tonik Klonik yang Dialami

oleh Laki Laki Berusia 23 Tahun

Kelompok - B1
Debbie Cinthia Dewi

102009021

Apriani Kuddi

102011224

Timoty Mario

102012016

I Wayan Eri Purnama Yuda

102012025

Vita Paramitha Teken

102012107

Garba Prihatining Puri

102012224

Kiki Puspitasari

102012350

Adrianus Jong Ulu

102012419

Maria Alberta

102012438

Skenario 6 : Seorang laki-laki berusia 23 tahun

dibawa ke UGD setelah mengalami kejangkejang. Saat pasien sedang belajar hingga larut
malam bersama teman-temannya pasien jatuh
dari tempat duduknya, kedua lengan dan
tungkai pasien terlihat kaku dan kemudian
kelojotan dengan kedua matanya mendelik
keatas. Menurut temannya, hal tersebut terjadi
selama kurang lebih 30 detik dan setelah
itu pasien tidak sadarkan diri. Satu bulan
lalu, pasien pernah mengalami hal yang sama
namun belum berobat secara teratur ke dokter.

Identifikasi Istilah yang tidak Diketahui


Tidak ada

Rumusan Masalah
Laki-laki 23 tahun mengalami kejang-kejang, kedua

lengan dan
kelojotan.

tungkai

pasien

terlihat

kaku

dan

Hipotesis
Laki-laki tersebut menderita epilepsi umum tonik-

klonik.

Anamnesis
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Berapa lama kira-kira berlangsungnya serangan? Berapa kali
timbulnya serangan sehari, seminggu, sebulan?
Kapan pertama kali mendapat serangan?
Apakah ada tanda-tanda akan datangnya serangan?
kejang pada satu sisi atau kedua sisi?
meluas ketempat lain?
Kesadaran?
pucat, muka menjadi merah, berkeringat, mulut berbusa, kencing?
gambaran bangkitan, otot-otot lemas atau kaku, mengelojot, atau
kaku dulu diikuti kelojot?
Apakah merasakan sesuatu pada kulit, melihat, mendengar,
terkecap, terhidu sesuatu, atau merasa pusing ketika mendapat
serangan

Riwayat penyakit terdahulu


Riwayat penyakit keluarga
Keluhan penyerta
Keadaan ekonomi, sosial, & lingkungan
Riwayat alergi obat

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Neurologis

Tanda vital

Kepala

BB, TB, Lingkar kepala

N. Kraniales termasuk fundus okuli

Kulit

Penglihatan

Organomegali

Fungsi motorik, reflek tendon

Perkembangan

Fungsi luhur
Sensorik

Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah;
Kadar elektrolit ; Kalsium, Natrium
Bilirubin serta ureum darah;
Analisis cairan otak;
EEG.

Electroencephalography (EEG)
Membantu menunjang diagnosis
Membantu penentuan jenis bangkitan

maupun sindrom epilepsi


Membantu menentukan prognosis
Menentukan perlu/tidaknya pengobatan

dengan AED.

Electroencephalography (EEG)

Brain Imaging
CT Scan
MRI
Positron Emission Tomography(PET)
Single Photon Emission Comuted

Tomography(SPECT)
Magnetic Resonance Spectroscopy(MRS

Brain Imaging: CT Scan

Brain Imaging: MRI

Working Diagnosis
Epilepsi Grand Mal (epilepsy Tonik Klonik)
Epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana
penderitanya hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan
napas berbunyi ngorok dan mengeluarkan buih/busa dari
mulut. Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya
lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron
diseluruh area otak-di korteks, dibagian dalam serebrum
dan bahkan di batang otak dan thalamus, kejang grand
mal berlangsung selama 3 atau 4 menit

Diagnosis Banding
Epilepsi Umum Tonik ; posisi kaku pada anggota

gerak atau tubuh, sering dengan deviasi kepala dan


mata kearah satu sisi. Wajah pucat, merah sampai
kebiruan.
Epilepsi Umum Klonik; tidak ditemui adanya
komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot.
Epilepsi Parsial; parsial sederhana tidak terjadi
gangguan kesadaran, sedangkan pada parsial
kompleks terjadi gangguan kesadaran. Dapat
disertai dengan aura.

Etiologi
Epilepsi Primer (Idiopatik)
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia,

hipokalsemia, hiponatremia)
Tumor Otak
Kelainan pembuluh darah

Etiologi
Epilepsi sekunder
kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa

perkembangan anak
cedera kepala
gangguan metabolisme
nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria
(PKU), defisiensi vitamin B6)
faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia),
ensefalitis
Anoksia
gangguan sirkulasi
neoplasma.

Epidemiologi
Indonesia, penderita epilepsi sebanyak 1% dari

total jumlah penduduk.


Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun
pertama, menurun sampai umur 50 th, dan
meningkat lagi setelahnya terkait dg
kemungkinan terjadinya penyakit
cerebrovaskular
75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18
tahun

<

Patogenesis

Manifestasi Klinis
Dapat disertai aura;
Kesadaran mendadak;
Mulut berbusa, sianosis;
inkontinensia fekal atau urin, mengigit lidah;
Pemulihan kesadaran bertahap, disorientasi.

Penatalaksanaan
Medika mentosa
Saat kejang
diazepam intravena atau intrarektal. Dosis intravena
0,30,5 mg/kg dosis maksimal 20 mg
diazepam rektal dengan dosis 0,5/kg atau 5 mg untuk

berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg bila berat


badan lebih dari 10 kg
belum berhenti, 5-10 menit diulangi
tidak berhenti, fenitoin dosis awal 10-20 mg/kg/per drip

selama 20-30 menit dilarutkan dalam cairan NaCl


fisiologis. Dosis selanjutnya diberikan 4-8 mg/kg/hari,
12-24 jam setelah dosis awal.

Penatalaksanaan
Non-Medika mentosa
Menghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau
alkohol, perubahan jadwal tidur,
terlambat makan, dll. Untuk pasien
epilepsi akibat tumor otak, abses, kista
atau adanya anomali vaskuler dilakukan
pembedahan.

Prognosis
70 % kasus epilepsi serangan dapat dicegah
30-50 % suatu saat pengobatan dapat dihentikan
Namun prognosa tergantung dari jenis serangan, usia

waktu serangan pertama terjadi, saat dimulai


pengobatan,ada tidaknya kelainan neurologik atau
mental dan faktor etiologik
Prognosis terbaik adalah untuk serangan umum primer
seperti kejang tonik klonik dan serangan petit mal,
sedangkan serangan parsial dengan simtomatologi
kompleks kurang baik prognosenya. Juga serangan
epilepsi yang mulai pada waktu bayidan usia dibawah
tiga tahun prognosenya relatih buruk

Komplikasi
Aspirasi;
Kardiakaritmia;
Dehidrasi;
Fraktur;
Serangan jantung;
Trauma kepala dan oral.

Anda mungkin juga menyukai