Anda di halaman 1dari 16

Benjolan pada Mammae saat Laktasi

Oktaviana Nenabu*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA


Alamat Korespondensi:
Oktaviana Nenabu, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung
Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: ananenabu@yahoo.co.id

Pendahuluan
Absesadalahsuatupenimbunannanah,biasanyaterjadiakibatsuatuinfeksibakteri.Jika
bakterimenyusupkedalamjaringanyangsehat,makaakanterjadiinfeksi.Sebagianselmati
danhancur,meninggalkanronggayangberisijaringandanselselyangterinfeksi.Selsel
darahputihyangmerupakanpertahanantubuhdalammelawaninfeksi,bergerakkedalam
ronggatersebutdansetelahmenelanbakteri,seldarahputihakanmati.Seldarahputihinilah
yangmengisironggatersebut.
Akibatpenimbunannanahini,makajaringandisekitarnyaakanterdorong.Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini
merupakanmekanismetubuhuntukmencegahpenyebaraninfeksilebihlanjut.Jikasuatu
abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaankulit,tergantungpadalokasiabses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat
menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara,
infeksicenderungmemusatdanmenghasilkanabseskecil.Halinidapatmenyerupaikista.
Payudarayangterinfeksisepertijaringanterinfeksilain,melokalisasiinfeksidengan
membentuksawarjaringangranulasiyangmengelilinginya.Jaringaniniakanmenjadikapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri,
dengankemerahanpanasdanedemapadakulitdiatasnya.Jikakeadaaninidibiarkanmaka
pusakanmenjadiberfluktuasi,denganperubahanwarnakulitdannekrosis.Dalamkasus
sepertiinidemambiasamunculataupuntidak.Pusdapatdiaspirasidenganspuitdanjarum
berlubangbesar.

Anamnesis
1. Identitas Pasien. Nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan kembali sejak kapan keluhan muncul, untuk memastikan apa yang
telah dikatakan pasien.
Menanyakan adakah gejala penyerta
4. Riwayat penyakit keluarga. Menanyakan adakah keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan yang dialami oleh pasien.
5. Riwayat penyakit dahulu. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang
sama sebelumnya. Cari tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang
signifikan.
6. Riwayat sosial. Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya menganggu/sangat
menggangu/ tidak menggangu aktivitas sehari-hari pasien, kebersihan perorangan seharihari, makan minumnya, pola tidurnya.
7. Riwayat pengobatan/obat. Apakan sudah menggunakan obat tertentu. Dan bagaimana
hasilnya.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara hanhya ada dua cara yakni inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan
perkusi dan auskultasi tidak berperan dalam pemeriksaan payudara.
1. Inspeksi:
Pada pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan; bentuk , ukuran dan warna kulit payudara.
a. Bentuk payudara; payudara adalah suatu organ tubuh yang tumbuh dinamis artinya
dari waktu ke waktu akan berubah baik bentuk maupun ukurannya sesuai umur pemilik
payudara tersebut.
Perkembangan payudara
1. Masa prapubertas; payudara belum berkembang, hanya ada puting susu berukuran
kecil. Pada masa ini antara payudara perempuan dan laki-laki hampir sama.
2. Mulai pubertas; pada anak perempuan, payudara mulai tumbuh, makin lama makin
besar, juga puting susu bertambah besar.
3. Sewaktu dewasa dan dalam keadaan hamil; pada masa ini kelenjar mamma mulai
mempersiapkan diri menjadi lebih banyak dan besar. Dalam rangka memproduksi
buat ASI, puting susu dan aerola bertambah gelap warnanya.
4. Setelah massa laktasi; pada masa ini payudara akan kembali mengecil tapi tidak bisa
kembali keukuran semula dan tampak mengendur.
2

5. Sesudah menopause; pada masa ini ukuran payudara akan lebih kecil lagi dan menjadi
kendur ini disebut atrofi mamma.
b. Ukuran payudara; tidak ada payudara yang 100% sama bentuk maupun ukurannya,
biasanya yang kiri lebih besar. Bila ukurannya berbeda jauh, keadaan ini dinamakan
asimetris payudara.
Kadang-kadang ditemukan satu payudara tidak berkembang atau terbentuk sama sekali
dan keadaaan ini dinamakan agnesis mamma. Bila payudara tumbuh tetapi tidak
mencapai ukuran yang seharusnya, keadaan ini dinamakan hipotrofi mamma.
Mamma hipertofi adalah bila ukuran payudara sangat besar sehingga memberi
keluhan pada pemiliknya. Kadang-kadang ukurannya bisa sangat besar ini dinamakan
makromastia atau giganto mastia.
Mamma pedulans adalah payudara yang karena bobotnya akan tergantung lebih
bawah dari tempat yang seharusnya, biasanya ditemukan mamma hipertfrofi et
pendulans.
Ptosis mamma adalah payudara yang berukuran normal,sehabis masa laktasi
ligamentum suspensorium cooperi akan mengendur sehingga letaknya menjadi lebih
rendah.
Supernumeri adalah bila ditemukan lebih dari 2 puting susu pada seorang wanita.
Biasanya puting susu terletak di milkline, yakni garis imaginer yang terletak mulai dari
linea axillaris anterior melalui papilla mamma sampai di pertengahan daerah inguinal.
Pada supernumeri bisa ditemukan sampai 6 atau 8 pasang puting susu.
Mamma aberrant adalah bila ada bagian kelenjar payudara yang tumbuh di ketiak,
bisa pada satu sisi atau dikedua sisi payudara, bisa juga ditemukan pada puting susu
diatasnya. Pada saat laktasi, payudara akan membesar dan kadang-kadang dapat
mengeluarkan ASI.
c. Macam-macam papilla mamma
Inverted papilla mamma adalah puting susu yang tumbuh atau tertarik ke dalam, atau
bisa juga disertai adanya bagian kulit payudara lain yang tertarik. Keadaan ini biasanya
berupa kelainan bawaan. Harus hati-hati bila puting susu semula normal lalu tertarik ke
dalam (retraksi puting susu). Keadaan ini merupakan salah satu tanda adanya
keganasan atau kanker payudara.
Puting susu sering merdang. Bila radang puting susu tidak sembuh, ini mungkin
disebabkan oleh paget disease of the breast yakni Ca mamma yang bermula dari puting
susu.
d. Warna kulit payudara dan perubahan pada kulit payudara
Warna kulit payudara biasanya sama dengan warna kulit tubuh lainnya, kecuali di
daerah aerola mamma. Kulit sekitar puting susu berwarna lebih gelap dan makin jelas
pada saat kehamilan. Kulit payudara yang berwarna kemerahan dan tegang akan
3

dijumpai bila terjadi peradangan. Kulit payudara dengan pori-pori yang besar-besar
sehingga memberi kesan seperti kulit jeruk (peau dorange) terjadi akibat
pembendungan aliran limfe dalam payudara. Keadaan ini dapat terjadi pada Ca mamma
lanjut.
Tanda-tanda radang kulit payudara bisa juga terjadi pada kanker payudara yang disebut
mastitis carcinomatosa yakni jenis kanker payudara yang sangat ganas, yang disertai
dengan peradangan yang luas pada payudara: payudara menjadi edematous dan
kemerahan disertai hipertemi dan rasa sakit.
2. Palpasi
Pada pemeriksaan ini, pasien bisa dalam posisi duduk atau lebih baik dalam posisi tidur
telentang dengan diganjal bantal kecil pada bahunya. Kedua tangan pemeriksa tidak boleh
terlalu dingin. Bila tangan pemeriksa dingin, gosok-gosokkanlah kedua telapak tangan
sehingga menjadi hangat dan barulah melakukan pemeriksaan perabaan (palpasi). Palpasi
dilakukan dengan menggunakan jari II sampai ke V tangan kanan, tetapi jangan memakai
ujung-ujung jari.
Palpasi yang benar adalah dengan menggunakan bagian volar dan ruas jari yang paling
ujung (phalanx distal digiti II-V= finger pads) dan rabalah dengan ttenaga yang lembut.
Bila pada palpasi teraba benjolan yang terletak lebih dalan, kita dapat menekan lebih keras
sewaktu meraba.
Rabalah payudara secara sitematis dengan mengikuti pola jarum jam dimulai dari jam 12,
jam 1,dst. Rabalah dari daerah perifer ke arah sentral yaitu kearah puting susu dan
sebaliknya. Dapat pula dilakukan dengan meraba secara melingkar dari puting susu kearah
perifer.
Bila ditemukan kelainan berupa benjolan maka benjolan tersebut harus diuraikan dan
dicatat:
- Pada posisi jam berapa
- Ukuran benjolan disebutkan dan dicatat diameter terbesar dan diameter terekecil dalam
-

cm.
Jarak letak benjolan dari puting susu yang dinyatakan dalam cm
Bagaimana bentuk benjolan (bulat,lonjong) bagaimana tepinya(rata/tidak rata)
Bagaimana konsistensi benjolan (keras, kenyal, lunak atau kistik)
Bagaimana keadaan benjolan terhadap jaringan sekitarnya. Apakah mudah digerakkan

atau tidak dapat bergerak (immobile) atau terfiksasi dengan dasarnya.


Adakah rasa nyeri bila ditekan

Pemeriksaan axilla dan kelenjar infra serta supraclavicular


Setiap kali kita memeriksa payudara pasien, kelenjar axilla, kelenjar infra dan
supraclavikular mutlak harus di periksa juga.
4

Pakailah tangan kanan untuk memeriksa axilla kiri pasien dengan cara berikut. Lengan kiri
pemeriksa memegang lengan kiri pasien pada daerah siku dan mintalah pasien meletakkan
lengan kirinya pada lengan kiri pemeriksa yang telah memegang lengan kiri pasien pada
daerah situ dan periksalah dengan seksama.
Pemeriksaan axilla kanan pasien dilakukan denagn tangan kiri, jadi kebalikan dengan
pemeriksaan ketiak kiri. Hasil pemeriksaan harus diuraikan, apakah teraba kelenjar dan
berapa cm ukurannya, apakah kelenjar saling melekat atau tidak, adakah rasa nyeri.
Setelah melakukan pemeriksaan palpasi axilla kanan dan kiri, pemeriksaan dilanjutkan
pada daerah infraclavicular dan supraclavikular kanan dan kiri.
Pemeriksaan paling akhir adalah mamijit puting susu pasien dan perlu diingat agar
sebelum melakukan pemeriksaan ini, kita harus memberitahu pasien tentang tujuan
pemeriksaan ini. Perhatikan apakah ada cairan yang keluar, catat warna cairan, konsistensi
cairan, apakah encer atau kental atau berdarah. Bila berdarah perlu juga dicatat apakah
warna darahnya merah tua atau merah segar.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak
selalu diperlukan. Data laboratorium; jumlah sel darah putih meningkat, LED meningkat, sel
darah merah meningkat, Hb normal.
World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:
-

pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
terjadi mastitis berulang
mastitis terjadi di rumah sakit
penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung

ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan
bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa
penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang


terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial.

Diagnosis Kerja
Abses payudara
Merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang terbentuk di
bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri. Gejala klinis berupa benjolan
kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu
tubuh meningkat. Umumnya terjadi pada orang-orang yang berusia antara 18 sampai dengan
50 tahun tetapi sangat jarang terjadi pada wanita yang tidak menghasilkan ASI. Oleh karena
itu wanita yang menyusui memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya abses payudara.
Ketika ASI tidak dikeluarkan sepenuhnya sewaktu menyusui, sisa ASI terperangkap di dalam
salurannya dan menyebabkann terjadinya peradangan kondisi ini dikenal sebagai mastitis.
Peradangan akan meningkatkan resiko infeksi bakteri selanjutnya pada saluran tersebut.
Infeksi bakteri juga dapat terjadi melalui kulit puting payudara yang pecah. Ketika bakteri
memasuki payudara, sistem kekebalan tubuh akan berusaha untuk melawan bakteri-bakteri
tersebut dengan mengirim sel-sel darah putih ke tempat terjadinya infeksi. Pada proses
pembunuhan bakteri ini, beberapa jaringan dapat mengalami kerusakan, membentuk suatu
kantung kecil yang akan diisi oleh nanah (campuran dari jaringan mati, bakteri dan sel-sel
darah putih), membentuk abses payudara.

Diagnosis Banding
Mastitis
Merupakan peradangan parenkimal kelenjar payudara, organisme tersering adalah
staphylococcus aureus. Mastitis memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah,
bengkak keras, terasa panas, dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu
payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak
ditatalaksana dengan baik. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa
kumpulan nanah yang terlokalisisr diantara jaringan payudara.
Penatalaksanaan mastitis sebagai berikut menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada
payudara yang normal selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian beri
kompres hangat atau panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah pada payudara
yang terkena, rubah posisi menyusui dari waktu kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk,,
atau posisi memegang bola, pakai baju atau BH yang longgar, istirahat yang cukup dan
makan makanan yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per hari, bila sudah dilakukan
cara-cara di atas namun tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka berikan antibiotik selama
5-10 hari dan analgetik.

Etiologi
Infeksipadapayudarabiasanyadisebabkanolehbakteriyangumumditemukanpada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakterimasukketubuhmelaluikulityangrusak,biasanyapadaputingsusuyangrusakpada
masaawalmenyusui.Areayangterinfeksiakanterisidengannanah.
Infeksipadapayudaratidakberhubungandenganmenyusuiharusdibedakandengan
kankerpayudara.Padakasusyanglangka,wanitamudasampaiusiapertengahanyangtidak
menyusuimengalamisubareolarabscesses(terjadidibawahareola,areagelapsekitarputing
susu).
Suatuinfeksibakteribisamenyebabkanabsesmelaluibebebrapacarayaitusebagaiberikut:

Bakterimasukkebawahkulitakibatlukadaritusukanjarumtidaksteril
Bakterimenyebardarisuatuinfeksidibagiantubuhyanglain.
7

Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkangangguan,kadangbiasmenyebabkanabses.

Peluangterbentuknyasuatuabsesakanmeningkatjika:

Terdapatkotoranataubendaasingdidaerahtempatterjadinyainfeksi.
Daerahyangterinfeksimendapatkanalirandarahyangkurang.
Terdapatgangguansystemkekebalantubuh.

Epidemiologi
1. Insiden
Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian mastitis laktasi
berkisar 4-27% wanita menyusui tergantung pada metode, terutama subjek seleksi, yang
digunakan dalam studi ini. Mastitis terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa
kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita
menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
2. Mula Timbul
Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca melahirkan setelah
ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan
ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai
95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, sekitar sepertiga dari kasus-kasus
ibu menyusui jangka panjang terjadi setelah bayi berusia 6 bulan.

Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan
sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus
sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
8

penyebaran hematogen

pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah

Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula


mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
1.

Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.

2.

Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat
kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.

3.

Frekuensi

menyusui

yang

jarang

atau

waktu

menyusui

yang

pendek.

Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
4.

Pengosongan payudara yang tidak sempurna.

5.

Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting
(tidak termasuk areola) menyebabkan putting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga
aliran ASI tidak sempurna.

6.

Ibu atau bayi sakit.

7.

Frenulum pendek.

8.

Produksi ASI yang terlalu banyak.

9.

Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.

10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada
mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.

13. Ibu stres atau kelelahan.


14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Gejala Klinis
Gejaladariabsestergantungpadalokasidanpengaruhnyaterhadapfungsisuatuorganatau
syaraf.Gejaladantandayangseringditimbulkanolehabsespayudaradiantaranya:
o Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
o Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
o
o
o
o

putih karena kulit diatasnya menipis.


Gejalasistematikberupademamtinggi,menggigil,malaise
Nippledischarge(keluarcairandariputtingsusu,bisamengandungnanah)
Gatalgatal
Pembesarankelenjargetahbeningketiakpadasisiyangsamadenganpayudarayang
terkena.

MenurutSarwono(2009)

,padaabsespayudaramemilikitandadangejalayaitu:
o
o
o
o
o
o
o
o

Nyeripayudarayangberkembangselamaperiodelaktasi
Fisuraputtingsusu
Fluktuasidapatdipalpasiatauedemakeras
Warnakemerahanpadaseluruhpayudaraataulokal
Limfadenopatiaksilarisyangnyeri
Pembengkakanyangdisertaiterabacairandibawahkulit
Suhubadanmeningkatdanmenggigil
Payudaramembesar,kerasdanakhirnyapecahdenganboroksertakeluarnyacairan
nanahbercampurairsususertadarah.

Penatalaksanaan
1. Penggunaan obat-obatan
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis
dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
10

Analgetik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna
dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen.
Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan
peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6
gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu
menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika
tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat,
antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah
dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin
mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek
sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan
karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah.
Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk
kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 14 hari. Biasanya ibu menghentikan
antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan
risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian
antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada
payudara dan vagina.
Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik
disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila
dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk.
memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri
mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat
antibiotik.
11

Tata laksana suportif

Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan
penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan
melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat
diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan
bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai
dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini
sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat jalan.

ASI
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang
baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan
masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering
menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu
dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin
dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan
nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau
ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu
mengalirkan ASI dari daerah tersebut.
Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat
terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu
khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan
pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak
mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau
pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap
terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang
dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari
daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan
yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
12

rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat
membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat
dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak
kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin
justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin
lebih tergantung pada kenyamanan ibu.
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat
membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar
proses menyusui terus berlangsung.

Pencegahan
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui
dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI
dan bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu
diobati dengan cepat.

Dukungan untuk menyusui


Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia
dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat
menyusui bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan
memiliki peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan
yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlangsung, penatalaksanannya
sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut:
1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan
2. Bayi terus dapat menyusui pada payudara yang sehat
3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ibu tidak dapat menyusui selama lebih
dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain.
4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari
payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu
dalam pengobatan.

13

5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera
setelah pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui
kembali pada payudar yang sehat.
6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari
payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam,
kecuali pembedahan dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan
untuk mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut
payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha
sebelum bayi dapat menghisap dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan
bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang baik.
8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap
dan mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan
terulangnya infeksi.
9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena,
penting untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.
10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan
yang efektif untuk merangsang peningkatan produksi.
11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya
bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan
makanan sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.
Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa:
a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI
eksklusive.
b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Massage payudara, kompres
hangat dan dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .
c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH
tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting
tersebut.Bila puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau
dokter yang merawat
e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan
pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat
penghenti ASI pada dokter atau bidan.
f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.
14

g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar
keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan
dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi
ASI.
h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi
tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras,
segera kosongkan dengan cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan
menekan pada areola ( lingkaran hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di
buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap ke mulut bayi menggunakan
sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan.
i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari
kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua
tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum
menyusui Hal ini juga menghindari putting susu sakit dan infeksi pada payudara.
j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah
menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.
k. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.

Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar infeksi payudara termasuk abses akan
seelesai tanpa komplikasi yang serius.

Kesimpulan
Abses payudara merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang
terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri. Abses payudara
merupakan komplikasi dari mastitis. Gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas,
bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat.
Untuk mendiagnosis penyakit ini dilakukan pemriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi.
Untuk mendukung diagnosis diperlukan juga beberapa pemeriksaan seperti lab darah, kultur
kuman, USG payudara.

15

Daftar Pustaka
1. Soetjningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. 2007 . h. 110-5.
2. At a Glace Anamnesis. Jakarta: Erlangga. 2008. h. 90-3.
3. Kurnia Y, Morosidi S, Hartono A, Marbun E, dkk. Buku Panduan Ketrampilan Klinik
(Skill Lab). Jilid 6. Jakartra: Peneribit: Biro Publikasi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana. 2008. h. 45-54.
4. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; EGC.
2009. h.23-6.
5. Bahiyatum. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Erlangga 2007. h.
34-40.

16

Anda mungkin juga menyukai