BAB I
Pendahuluan
Talasemia adalah sekumpulan heterogonus penyakit akibat dari gangguan sintesis hemoglobin
yang diwariskan secra autosom resesif.
Talasemia juga merupakan sindroma kelainan herediter darah yang paling sering terjadi di dunia.
Talasemia merupakan suatu penyakit darah yang ditandai dengan berkurang atau ketiadaan
produksi dari hemoglobin normal. Talasemia biasanya terjadi di daerah-daerah dimana terjadi
endemik malaria, khususnya malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum
Darah terdiri dari plasma yang berupa cairan, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi, dan trombosit berfungsi untuk mekanisme pembekuan darah. Eritrosit membawa satu
protein yang disebut hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen di paru-paru,
membawanya ke peredaran darah, dan melepaskannya ke sel dan jaringan tubuh.
Molekul hemoglobin terdapat pada semua eritrosit dan menjadi penyebab dari merahnya warna
darah manusia. Hemoglobin terdiri dari haem (suatu kompleks yang terdiri dari zat besi) dan
berbagai macam globin ( rantai protein yang ada di sekeliling kompleks heme).6
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin
sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan
pecahnya sel darah tersebut.4
BAB II
ISI
Anamnesis
Keluhan utama karena anemia: Pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan
perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluhan ini mulai terlihat pada
anak usia 6 bulan.
Tanyakan kepada pasien ataupun keluarganya mengenai identitas pasien,. Perlu ditanyakan juga
pekerjaan orang tua untuk menunjang pengobatan nantinya.
Tanyakan keluhan yang dialaminya, pada kasus mengeluh pucat dan distensi abdomen. Lalu
tanyakan juga riwayat penyakit.
Tanyakan juga riwayat keluarga.6
Pemeriksaan
a.
1.
2.
3.
4.
5.
Fisik
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan- anak lebih pendek dari pertumbuhan normal seusianya.
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar6
b. Laboratorium
Anemia biasanya berat, dengan kadar Hb berkisar 3-9 g/dL
Eritrosit memperlihatkan anisositosis, poikilositosis, dan hipokromia
berat. Sering ditemuakn sel target dan tear drop cell. Normoblas
(eritrosit berinti) banyak dijumpai pasca splenoktomid.
Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoiesis
yang
Gambar 1.7
Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin merupakan cairan berwarna merah yang berada dalam eritrosit. Apabila eritrosit
dilisiskan maka cairan ini akan keluar dan disebut hemolisat. Fungsi hemoglobin untuk
menangkap dan mengikat oksigen diparu-paru dan melepaskannya ke jaringan serta
mengikat karbondioksida dan melepaskannya di paru-paru.Rantai peptide dan tetramernya. 1
Nama tetramer
Gower 1
Gower 2
Portland 1
HbF
HbA
HbA2
Keterangan
larutan. Larutan yang digunakan: formal sitrat, Hayem, gower. Alat yang dipakai Pipet Sahli
ataupun Pipet Thoma. Kamar hitung yang di gunakan, kamar hitung Improved Neubauer1
1. Hitung Eritrosit.
Nilai rujukan : wanita: 4.00-5.20x106/uL atau 4.00-5.2x109/liter
Pria :4.50-5.90x106/uL atau 4.50-5.9x109/liter
2. Hitung Retikulosit
Nilai rujukan: relative: 0.5-1.5% atau 5-15 per seribu
Absolute : (25.000 75.000)/ uL darah
Wanita
Pria
Anak-anak(3-13 thn)
Hb
12-15 g/dL
14-17 g/dL
10-14,5 g/dL
Hematokrit
42-53 %
38-46 %
31-43 %
Erirosit
4,6-6,2 juta/uL
4,2-5,2 juta/uL
3,8-5,8 juta/uL
Hemoglobin
Concetratiaon (MCHC)
Untuk pemeriksaan ini diperlukan hasil data pemeriksaan kadar Hb (gr/dl), dan nilai hematokrit
(%), dan Hitung eritrosit (juta/uL). Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan dengan cara
fotoelektrik dan tidak dianjurkan dengan cara sahli. Pemeriksaan eritrosit dengan cara otomatik
atau manual. Pemeriksaan nilai hemtokrit dapat dilakukan dengan cara makro atau mikro.
Pemeriksaan ini diperoleh dengan mengguanakan rumus:1
1.
2.
3.
menentukan
pembentukan
heme
dimana
besi
akan
diikat
oleh
protoporfirin.1,4
e. Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi
rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa
keadaan karier pada talasemia. 1,6,7
f. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medulla yang lebar, korteks tipis dan
trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak besar kadangkadang terlihat brush appearance. Sering pula ditemukan gangguan pneumatisasi rongga
sinus paranasalis. 7
Working Diagnosis
Talasemia
Differential Diagnosa
Koilonychias: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi
menghilang.
Stomatitis angularis (cheilosis): adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
Disfagia: nyeri menelan kerena kerusakan epitel hipofaring.
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, lem dll.2,3,5
Anemia Sideroblastik
Anemia sideroblastik adalah anemia mikrositik-hipokromik yang ditandai
oleh adanya sel-sel darah merah imatur (sideroblas) dalam sirkulasi dan
sumsum tulang. Anemia sideroblastik primer dapat terjadi akibat efek
genetik pada kromosom X yang jarang ditemukan (terutama dijumpai
pada pria) atau dapat timbul secara spontan, terutama pada orang tua.
Penyebab sekunder anemia sideroblastik adalah obat-obat tertentu,
misalnya beberapa obat kemoterapi dan ingesti timah.
Anemia sideroblastik adalah anemia mikrositik hipokrom yang ditandai
adanya sel-sel darah merah abnormal (sideroblas) dalma sirkulasi dan
sumsum tulang. Sideroblas membawa besi di mitokondria bukan di
molekul hemoglobin, sehingga tidak mampu untuk mengangkut oksigen
ke jaringan. Oleh sebab itu tida terjadi defisiensi besi.
Berkurangnya pengangkutan oksigen menyebabkan hipoksia. Hal ini
dideteksi
oleh
sel-sel
ginjal
penghasil
eritropotein.
Eritropoietin
ini
menyebabkan
sumsum
tulang
mengalami
kongesti
dan
Hemoglobinopati
Hemoglobinopati structural
Di sini terjadi perubahan sturktur hemoglobin (kualitatif) karena substitusi
satu asam amino atau lebih pada salah satu rantai peptida hemoglobin.
Hemoglobinopati yang penting sebagian besar merupakan varian rantai
Beta
().
Pada
hemoglobinopati
struktural
dapat
ditemukan
dengan
derajat
sedang
dan
kadar
Hb
8-11
g/dL,
berlanjut
hingga
dewasa.
Krisis
aplastis
dan
sekuestrasi
menyebabkan
pertumbuhan
berlebihan
tulang
prontal
dan
bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah
kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin
berkurang.
Pada talasemia terjadi gangguan sintesis satu ata lebih rantai globin. Pada orang dewasa normal,
susunan Hb adalah sebagai berikut.
HbA 97% (2 2)
HbA2 2-3% (2 2)
Hb 1% (2 2)1
Defek genetic mengakibatkan pengurangan atau peniadaan sintesis satu atau lebih rantai globin
HbA. Keadaan ini dapat mengakibatkan:
1. Pembentukan tetramer Hb berkurang sehingga terjadi anemia mikrositik hipokrom.
2. Sebagian rantai globin tidak mendapat pasangan, bebas, besifat tidak larut (insoluble) dan
tidak mampu mengikat oksigen. Akumulasi rantai globin yang bebas ini mengakibatkan
lisis eritrosit intrameduler (eritropoesis intrameduler).5
Talasemia
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa pada bayi yang baru lahir
masih terdapat jumlah HbF(22) yang masih cukup tinggi. Pada usia 20 hari
sesudah kelahiran kadar HbF akan menurun dan setelah 6 bulan kadarnya
akan menjadi normal seperti orang dewasa. Selanjutnya pada masa tersebut
akan terjadi konversi HbF menjadi HbA(22) dan HbA2 (22).
Rantai globin a di produksi pada kromosom 16. Rantai globin a telah terbenntuk dari masa
embrio sampai akhir kehamilan. Apabila terjadi gangguan pembentukan rantai globin a maka
terjadi talasemia a. talasemia a sering di jumai di Asia. Nilai Mean Cell Volume (MCV), Mean
Cell Hemoglobin (MCH) dan Mean Cell Hemoglobin Conceration (MCHC) penderita talasemia
a rendah ( kadar normalnya MCV: 80-100fl, MCH: 27-34pg dan MCHC: 32-36 gr/dl). Talasemia
a terdiri dari 4 jenis yaitu : talasemia a mayor, intermedia, minor (carrier) dan silent carrier.3,5,7
1. Talasemia mayor ( Hb-Barts)
Merupakan talasemia homozigot yang dijumpai di Asia Tenggara dan sedikit di beberapa
Negara di Mediterania. Talasemia a mayor disebabkan oleh kegagalan tubuh membentuk
ke empat rantai globin a pada masa fetus dan menyebabkan terbentuknya Hb-Barts
hydrops fetalis. Hb-Barts fetelis memiliki afinitas yang tinggi terhadap oksigen yang
menyebabkan penderita meninggal dalam kandungan pada usia trisemester kedua atau
ketiga dan dapat juga terjadi setelah 1 jam dilahirkan karena anoxia. Bayi yang lahir
dengan talasemia a mayor mengalami udem dan asites karena penumpukna cairan dalam
jaringan akibat anemia berat.3,5
2. Talasemia intermedia (Hb H Disease)
Talasemia a intermedia di jumpai di Asia Tenggara, Mediterania beberapa Asia Tengah
dan jarang di Afrika. Talasemia a intermedia terjadi karena tidak terbentuknya 3 dari 4
globin gen . Cirri hematologis utama di tandai dengan kelebihan rantai globin B
sehingga terbentuk homotetramer B4 atau Hb H dalam eritrosit. Penderita talasemia
intermedia mengalami pembesaran sumsum tulang yang ektopik, gallstones, jaundice,
demam, nyeri sendi, anemia kronik dengan Hb 7-10gr/dl, pembesaran limpa dan hati.3,5
3. Talasemia Minor (Carrier)
Talasemia a minor di jumpai di Asia Tenggara, Asia Tengah dan Indian subkontinen.
Talasemia a minor terjadi karena atidak terbentuknya2 dari 4 gen a. talasemia yang di
derita di ketahui dengn pemeriksaan darah dengan di jumpai bentuk darah yang
abnormal, anemia ringan, nilai MCV 72 fl, MCH 22 pg, dan MCHC 31 gr/dl.3,5
4. Talasemia silent carrier
Pada orang Amerika berkulit hitam (Afrika Amerika). Terjadi karena tidak terbentuknya 1
dari 4 gen a. penderita biasanya sehat dan tidak ada gangguan darah. Kadar Hb normal
baik pada wanita maupun pria.3,5
Talasemia
Rantai globin B di produksi pada kromosom 11. Apabila terjadi gangguan pembentukan rantai
globin B maka terjadi talasemia B. talasemia B sering dijumpai di daerh laut Mediterania dan
Alfo-Karibia. Talasemia B terdiri atas 3 jenis, yaitu talasemia mayor ( Cooleys anemia),
intermedia dan minor.3,5,7
1. Talasemia Mayor (cooley Anemia)
Talasemia B mayor adalah talasemia B yang homozigot dan paling banyak dijumpai.
Talasemia B mayor memiliki sedikit atau tidak ada kemampuan untuk memproduksi
rantai globin B. secara patologis, penderita talasemia B mayor mengalami hemolisis yang
berat karena tidak seimbangnya produksi rantai a dan B. jumlah rantai a yang banyak
cenderung tidak stabil dan dapat menyebabkan destruksi dari dalam eritrosit. Sehingga
pada penderita ini mengalami anemia yang berat dengan Hb 2-6 gr/dl, hierplasia sumsum
tulang, zat besi berlebihan, pembesaran hati dan limpa. Selain itu, penderita talasemia
juga mnegalami keterlambatan pertumbuhan, jaundice, pembesaran maxilla, penipisan
korteks dan penebalan medulla pada tulang.3,5
2. Talasemia intermedia
Talasemia B intermedia adalah talasemia pertengahan antara mayor dan minor. Penderita
mengalami anemia dengan Hb 6-9gr/dl, perubahan skeletal, pembesaran limpa,
meningkatnya produksi eritrosit disumsum tulang dan resopsi zat besi. Penderita
membutuhkan tranfusi darah jika di perlukan.3,5
3. Talasemia Minor
Talasemia B minor adalah talasemia B yang heterozigot. Talasemia ini mengalami mutasi
dalam sintesa rantai globin B, dan meupakan pembawa sifat talasemia. Kadar Hb pada
penderita talasemia minor (carrier) normal baik pada pria maupun wanita.3,5
Penyebab anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer
adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah
karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskular
yang
mengakibatkan
retikuloendotelial
hemodilusi,
dalam
limpa
dan
dan
destruksi
hati.
eritrosit
Penelitian
oleh
sistem
biomolekular
menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa
atau beta dari hemoglobin berkurang. Terjadinya hemosiderosis merupakan
hasil kombinasi antara transfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam
usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses
hemolisis.7
Epideomologi
Frekuensi gen Thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan
lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia.3,5,6
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai saat ini belum ditemukan cara yang dapat menyembuhkan
thalassemia. Namun terdapat beberapa terapi untuk mengurangi gejala
yang ditimbulkannya:
1. Usaha untuk mencegah penumpukan besi (hemochromatosis) akibat
transfusi dan akibat patogenesis dari thalassemia dapat dilakukan
dengan pemberian iron chelator yaitu desferoksamin (desferal R)
sehingga meningkatkan ekskresi besi dalam urine. Desferal diberikan
dengan infus bag atau secara subkutan.3,5
2. Pemberian asam folat 5 mg/hari secara oral untuk mencegah krisis
megaloblastik.
3. Vitamin C (200 mg perhari) meningkatkan eksresi besi yang disebabkan oleh
desferioksamin.
4. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel
darah merah.
5. Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C perlu dilakukan untuk
mencegah infeksi virus tersebut melalui transfusi darah.6,7
6. Terapi definitif dengan transplantasi sumsum tulang
perlu
cukup
besar
membatasi
dan
gerak
terbukti
pasien,
adanya
hipersplenisme
menimbulkan
tekanan
2. Cangkok sumsum tulang (CST) adalah kuratif pada penderita dan telah terbukti
keberhasilan yang meningkat, meskipun pada penderita yang telah menerima tranfusi
sangat banyak. Namun, prosedur ini membawa cukup resiko morbiditas dan mortalitas
dan biasanya hanya digunakan untuk penderita yang mempunyai saudara kandung yang
sehat yang histokompatibel.7
b. Non Medikamentosa
Atasi anemia dengan transfusi PRC (packed red cell) . Transfusi hanya
diberikan bila Hb <8g/dL. Sekali diputuskan untuk diberi transfusi darah,
Hb harus selalu dipertahakan di atas 12 g/dL tidak melebihi 15 g/dL. Bila
tidak terdapat tanda gagal jantung dan Hb sebelum transfusi di atas 5
g/dL, diberikan 10-15 mg/kgBB per satu kali pemberian selama 2 jam atau
20 mL/kgBB dalam waktu 3-4 jam. Bila terdapat tanda gagal jantung,
pernah ada kelainan jantung, atau Hb <5 g/dL, dosis satu kali pemberian
tidak boleh lebih dari 5 ml/kgBB dengan kecepatan tidak lebih dari 2
Dipakai untuk pasien denagn gangguan proses pembekuan pembekuan bila tidak tersedia
faktor pembekuan pekat atau kriopresipitat, misalnya pada defisiensi faktor pembekuan
multiple. 6
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Fraktur tulang
Hepatosplenomegali
Gangguan tumbuh kembang
Disfungsi organ
Gagal jantung3,5
Pencegahan
a. Pencegahan primer
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah perkawinan
diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot. Perkawinan
antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 %
carrier (heterozigot) dan 25 normal.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan Thalasemia
heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal dari
donor yang bebas dan Thalasemia. Kelahiran kasus homozigot terhindari, tetapi 50 % dari
anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50% lainnya normal. Diagnosis prenatal melalui
pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemajuan dan digunakan untuk
mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan
abortus.3,6
c. Edukasi:
Sampaikan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisinya sekarang.
Beri saran agar sebelum melakukan pernikahan, cek pasangan untuk kemungkinan
thalasemia.
Hindari pemakaian obat pencetus hemolitik seperti fenasetin, klorpromazin,
Prognosis
Tetapi pada skenario 3 ini, terdapat gejala hepatosplenomegali yang
mengindikasikan bahwa penderita yang masih berusia 2 tahun telah sampai
pada stadium berat. Dalam hal ini, prognosisnya buruk.
BAB III
Kesimpulan
1. Dari
hasil
heteroanamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan
Unit)
perhari.
yang
sesuai.
Daftar Pustaka
1.
Sudiono Herawati dr, Iskandar dr, Harni Edward dr, Halim SK dr, Santoso Regie dr.
Penuntun Patologi Klinik Hematologi. Cetakan III. Jakarta: SinarSurya MegaPerkasa. 2009.
2.
Hal: 41-139.
Sudoyo,Setiyohadi, Alwi, et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed. IV. Jakarta: Balai Penerbit
3.
4.
5.
6.
http://www.labtestsonline.org.uk/understanding/conditions/thalassemia.html
7. Kalpravidh RW, Wichit A, Siritanaratkul N, Fucharoen S. Effect of coenzyme Q 10 as an
antioxidant in -thalassemia/Hb E patients. BioFactors 2005 (cited 2007 August);1(1):
Available
from
URL
http://iospress.metapress.com/app/home/contribution.asp?
referrer=parent&backto=issue,28,32;journal,11,50;linkingpublicationresults,1:103144,1