Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang paling vital karena jantung merupakan bagian dari

sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah kita terdiri dari atas jantung, pembuluh darah
dan pembuluh limfa yang berperan dalam memompa atau mengedarkan darah ke seluruh
tubuh. Jantung merupakan organ vital karena berperan sebagai pusat peredaran darah. Terjadi
gangguan sedikit saja pada jantung akan menyebabkan terganggunya tubuh secara
keseluruhan. apalagi jika jantung berhenti bekerja,maka saat itulah akhir kehidupan manusia
terjadi.
Dalam sistem peredaran darah, jantung tidak hanya sekedar bertugas memompa darah
ke seluruh tubuh, tetapi jantung juga dapat memberikan respon terhadap perubahan kadar
oksigen dalam darah. Sistem peredaran darah pada manusia yang melibatkan aktivitas
jantung merupakan sistem peredaran darah rangkap. Hal ini karena darah melewati jantung
sebanyak 2 kali. Peredaran darah terbagi menjadi dua yaitu peredaran darah sistemik dan
peredaran darah pulmonal. Peredaran darah kecil (pulmonal) adalah peredaran darah dari
jantung ke paru paru dan kembali ke jantung sedangkan peredaran darah besar (sistemik)
peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung lagi. Untuk itu
pada SGD ke II ini akan dibahas kembali tentang jantung dan irama jantung yang ada pada
tubuh manusia, untuk itu kami membuat laporan untuk membahas materi tentang jantung
dalam bentuk beberapa pertanyaan yang akan di jelaskan dan dipaparkan dalam laporan ini.

Tujuan dan Manfaat

1.2

A. Tujuan

1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui mekanisme konduksi listrik jantung


Untuk mengetahui intepretasi fisiologis EKG
Untuk mengetahui sistem vaskularisasi jantung
Untuk mengetahui jenis-jenis aritmia dan hubungannya dengan infark miokard

B. Manfaat
1

1.
2.
3.
4.

1.3

Dapat mengetahui tentang mekanisme konduksi listrik jantung


Dapat mengetahui intepretasi fisiologis EKG
Dapat mengetahui sistem vaskularisasi jantung
Dapat mengetahui jenis-jenis aritmia dan hubungannya dengan infark miokard

Learning Objective

1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip sirkulasi dan prinsip hemodinamik..


2. Mahasiswa mampu menjelaskan curah jantung dan aliran darah saat istirahat maupun
saat beraktivitas..

Bab II
Pembahasan
2

4.1

Skenario
OLAHRAGA dan TEKANAN DARAH

Lasi, wanita 24 tahun ingin memulai olahraga untuk program penurunan berat
badan. Namun, ia ingat saat olahraga dahulu ia memperhatikan bahwa denyut jantungnya
berdetak dengan cepat. Oleh karenanya ia melakukan konsultasi dengan Dokter. Lasi tidak
ada riwayat gangguan medis sebelumnya namun ada riwayat orang tua Lasi memiliki
penyakit hipertensi dan rutin mengkonsumsi obat antihipertensi. Ia khawatir dirinya juga
memiliki hipertensi karena menurut berita yang Ia baca di internet penyakit ini bisa
diturunkan. Ia menyangkal adanya nyeri dada. Setelah pemeriksaan lengkap, semuanya
tampak dalam batas normal, setelah diperiksa dengan sphygnomanometer tekanan darah
Lasi, sistolik 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg dengan denyut nadi 80x/menit, regular.
Lasi menanyakan dokter apakah ia perlu mengkonsumsi obat yang sama dengan
ibunya. Dokter menjelaskan bahwa obat yang dikonsumsi adalah obat yang berperan dalam
regulasi tekanan darah arterial, ia juga meyakinkan Lasi bahwa setiap orang memiliki
sistem pengaturan sendiri terhadap tekanan darah tanpa bantuan obat dari luar dan
mengenai peningkatan kecepatan denyut jantung merupakan hal yang normal sebagai
respon terhadap kegiatan latihan yang dijalaninya.

Pertanyaan
a. Terminologi
1. Hipertensi
2. Sphygnomanometer
3. Obat Antihipertensi

b. Permasalahan
1. Apa saja penyebab dan gejala hipertensi?
2. Bagaimana cara kerja dari sphygnomanometer?
3. Bagaimana regulasi ....... pada saat istirahat dan beraktivitas?
4. Bagaimana peran obat antihipertensi?

Pembahasan
a. Terminologi
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi, di mana ketika sedang istirahat atau tidak melakukan
aktivitas tekanan darah sistemiknya berada di atas ambang batas normal yaitu
3

90 120/60 80 mmHg. (Scanlon, Valerie C. Sanders, Tina. 2007. Essentials


of

Anatomy and Physiology. Philadelphia : E. A. Davis Company, 5th

Edition)
2. Sphygnomanometer
Alat untuk mengukur tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. (Papadakis,
Maxine A. McPhee, Stephen J. 2013. CURRENT Medical Diagnosis &
Treatment 2013. New York : Mc Graw Hill.)
3. Obat Antihipertensi

b. Permasalahan
1. Bagaimana mekanisme konduksi listrik jantung?

Bagan 1, Sistem Konduksi Jantung

Pada jantung manusia, SA node terletak di dekat vena cava superior pada atrium
kanan. AV node terletak di bagian posterior kanan dari septum interatrial. Ada tiga berkas
serabut atrium yang mengandung serabut tipe Purkinje dan menghubungkan SA node ke AV
node: bagian anterior, tengah ( jaras Wenckebach), dan bagian posterior (jaras Thorel) .
Bundel Bachmann biasa diidentifikasi sebagai cabang jaras internodal anterior yang
menghubungkan atrium kanan dan kiri.
Konduksi juga terjadi pada miosit atrium , tapi

terjadi lebih cepat pada jaras

internodal. Setelah AV node, berlanjut ke bundel AV yang biasa disebut berkas His yang
bercabang dari septum interventrkuler ke ventrikel kiri dan kanan. Cabang berkas sebelah
kiri terbagi menjadi fasikel anterior dan fasikel posterior. Cabang dan fasikel lalu turun ke
bawah, kedua septum interventrikular dan berhubungan dengan sistem Purkinje yang di
mana serabutnya menyebar ke seluruh bagian dari miokardium ventrikel. (Barret, Kim E.
Barman, Susan M. Boitano, Scott. Brooks, Heddwen L. 2012. Ganongs Review of
Medical Physiology. New York : Mc Graw Hill, 24th Edition. (hlm : 521-522) )
Proses aktivitas konduksi listrik dimulai dari proses eksitasi diri dari SA node. SA
node memicu impuls listrik yang kemudian dihantarkan ke AV node melalui jaras
internodal. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel disebut anulus
fibrosus rangsangan terhenti 1/10 detik, selanjutnya menuju apeks kordis dan bercabang
dua yaitu pars septalis dextra dan pars septalis sinistra. Serabut-serabut pars septalis
kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal yang disebut serabut Purkinje.
5

(Syaifuddin,

H.

2010.

Anatomi

Fisiologi.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Edisi 4. (hlm : 326) )

2. Bagaimana

interpretasi

fisiologis EKG?

Bagan 2, Anulus Fibrous

Bagan 3, Gambaran fisiologis EKG

Interpretasi EKG
1. Irama

Irama jantung normal adalah irama yang ditentukan oleh SA node dan dikenal dengan
irama Sinus atau regular sinus rhythm dengan ciri-ciri pola EKG seperti berikut ini :
1) Frekuensi denyut jantung 60-100 bpm
2) Tertur atau regular
3) Gelombang P negative di lead aVR dan positif di lead II.
4) Tiap gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS dan gelombang T
5) PR interval antara 0.12-0.20 detik
2. Frekuensi Denyut Jantung
Ada beberapa cara menghitung denyut jantung pada stip EKG, yaitu sebagai berikut.
1) Ambil EKG strip dalam 6 detik kemudian hitung jumlah gelombang R yang ada
kemudian kalikan 10 atau ambil strip EKG dalam 10 detik kemudian hitung
jumlah gelombang R yang ada dan kalikan 6.
2) Ambil EKG strip, 1500 dibagi jumlah KK antara puncak gelombang R ke puncak
gelombang R berikutnya dalam satu lead.
3) Bila interval R-R (jarak gelombang R ke gelombang R dalam satu lead) berjarak :
1 KS = HR 300 bpm
2 KS = HR 150 bpm
3 KS = HR 100 bpm
Bila denyut jantung :
>100 bpm = (sinus) Takikardia
<60 bpm = (sinus) Bradikardi
140-250 bpm = Takikardia abnormal
250-350 bpm = flutter
>350 bpm = fibrilasi
3. Gelombang P
1) Lebar: <0,10 detik atau <2.5 mm
2) Tinggi/amplitudo : 2.5 mV atau <2.5 mm
3) Positif di lead : I, II, aVF, V2-V6
4) Negatif di lead : aVR
5) Positif, negatif, bifasik di lead : III, aVL, V1
4. Gelombang Q-R-S
1) Interval QRS (lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel yaitu jarak antara
permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang S).
2) Normal : 0.06-0.12 detik.
3) Bila >0.12 detik menunjukkan Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia.
a. Gelombang Q
1) Lebar : <0.03 detik
2) Tinggi/amplitudo: <1/4 tinggi R
3) Kecil di lead : I, II, aVF, V4-V6
4) Normal bila hanya terdapat pada lead III, aVL.
5) Di lead aVR tidak diinterpretasikan (normal).
b. Gelombang R
1) R lebih tinggi di lead I, V4-V6
2) Di lead VI gelombang R kecil (r) dn bertambanh tinggi di V2-V6
7

c. Gelombang S
1) Lebih besar pada V1-V3 dan kecil di V4-V6
2) Di lead I dan II lebih kecil dar gelombang R
3) Pada axis horizontal gelombang S lebih besar di lead III, aVF.
4) Pada axis vertikal gelombang S lebh besar di lead aVL.
5. Gelombang T
1) Tinggi/ amplitudo : minimum 1 mm
a) < 10 mm (0.1 mV) di lead prekordial (VI-V6)
b) < 5 MM (0.05 mV) di lead ekstremitas/limb lead (I, II, III, aVR, aVL,
aVF).
2) Positif di lead II, III, aVF, V2-V6.
3) Negatif di lead aVL.
4) Positif, negatif, bifasik di lead III, aVL, dan V1.
6. Gelombang U
1) Jelas terlihat di lead V1-V6
2) Bila lebih tinggi dari T, maka pertanda hipokalemia
3) Negatif bila terdapat iskemia dan hipertrofi.
7. Interval P-R
1) Jumlah waktu depolarisasi atrium ditambah waktu perlambatan AV-node.
2) Normal : 0.12-0.20 detik
3) Bila < 0.12 detik : pada keadaan hantaran dipercepat.
4) Bila > 0.20 detik : pada AV Block
5) Berubah-ubah pada Wandering pace-maker
8. Interval Q-T
1) Lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yaitu jarak antara
awal gelombang Q sampai akhir gelombang T.
2) Interval Q-T dipengaruhi oleh frekuensi jantung.
9. ST Segmen Depresi
1) ST segmen merupakan bagian dari morfologi EKG yang sangat penting sekali
dalam mendiagnosis kelainan jantung.
2) Normal ST segmen tidak boleh berdefleksi positif melebihi 2 mm dan
berdefleksi negatif tidak boleh melebihi 1 mm.
10. ST Segmen Elevasi
1) ST Segmen elevasi identik sebagai tanda adanya injuri pada otot jantung yang
mengenai lapisan otot jantung sampai ke bagian lapisan otot jantung terluar
yaitu epicardium.
2) Normal ST segmen tidak boleh berdefleksi positif melebihi mm dari garis
isoelektrik dan berdefleksi negatif tidak boleh melebihi 1 mm dari garis
isoelektrik. Apabila melebihi 2 mm dinamakan ST segmen mengalami elevasi.
3) Kita bisa mengatakan ST segmen mengalami elevasi pada sandapan/lead
ekstremitas jika ST segmen berdefleksi positif melebihi 1 mm dari garis
isoelektrik dan melebihi 2 mm untuk sandapan prekordial.
8

(Nazmah, Abu. 2012. Panduan Belajar Membaca EKG Secara Mudah. Jakarta : Trans
Info Media)

Bagan 4, Konduksi jantung dan gambaran EKG

3. Bagaimana vaskularisasi jantung?

Bagan 5, A. Tampak anterior , B. Tampak posterior

Jantung mendapat vaskularisasi dari arteri coronaria cordis sinistra dan dextra serta
dari vv.cordis, arteri coronaria dexrra turun disepanjang batas antara atrium kanan dan
ventrikel kanan disisi miokard, di dekat margo acutus bercabang membentuk rambus
marginalis arteri koronaria cordis dexra, sisanya dibelakang turun di sepanjang sulcus
longitudinalis posterior disebut ramus desenden, posterior arteri coronaria cordis dextra
atau arteri interventricularis posterior, arteri coronaria kiri turun ke sulcus interventricularis
atau longitudinalis, anterior menjadi arteri interventricularis anterior atau ramus desenden
anterior arteri coronaria cordis sinistra sisanya kebelakang di sepanjang sulcus coronaries
membentuk

arteri

circumflexa

atau

ramus

circumflekus

nanti

masing-masing

beranastomosis vena yang berjalan mengikuti.


Vena cordis magna (vena yang berjalan bersama ramus desenden anterior), vena
cordis parva (vena yang berjalan bersama ramus marginalis arteri coronaria dextra), vena
yang berjalan bersama ramus desenden posterior arteri coronaria, vena cordis media yang
berada disepanjang sulcus, cordis dextra longitudinalis posterior masuk ke ostium sinus
coronarius di atrium kanan, vena cordis media, parva, magna, bermuara ke sinus coronarius
. vena-vena kecil langsung bermuara ke atrium kanan, tidak lewat sinus coronarius, vena

10

cordis minimal langsung bermuara ke atrium kanan tidak lewat sinus coronarius. (Moore,
Keith L. Agur, Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar, Jakarta : Hipokrates)

4. Apa pengertian dan jenis-jenis dari aritmia?


Aritmia adalah irama irregular atau tidak teratur dari jantung. (Guyton, Arthur C. Hall,
John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC, Edisi 11)
Jenis-jenis Aritmia :
1. Takiaritmia
Frekuensi ventrikuler >100x/menit berdasarkan fokus
- Supraventrikuler (terjadi pada atrium)
- Ventrikuler (terjadi pada ventrikuler)
2. Bradiaritmia
Frekuensi ventrikuler <60x/menit
3. Braditakiaritmia
Timbulnya takiaritmia dan bradiaritmia secara bergantian
(Noer Staffoeloh et all. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI)
5. Apa hubungan infark miokard dengan aritmia?
Dua jenis kelainan yang terjadi pada AMI adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi akut miokard infark maka pada daerah miokard setempat
tersebut akan memperlihatkan penonjolan sistolik ( diskinesia ) dengan akibat penurunan
ejection fraction (EF), isi sekuncup ( stroke volume ) dan peningkatan volume akhir diastolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri tinggi dengan akibat tekanan atrium kiri
juga naik. Peningkatan tekanan atrium di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan
transudasi cairan ke jaringan interstisium paru ( gagal jantung ).
Aritmia merupakan penyulit akut miokard infark tersering dan terjadi terutama pada
menit-menit atau jam-jam pertama setelah terjadinya serangan jantung. Hal tersebut
disebabkan oleh karena adanya perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan
dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap
terjadinya aritmia ini. Pasien infark miokard akut inferior umumnya mengalami peningkatan
tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan
peningkatan tonus simpatis pada infark miokard akut inferior akan mempertinggi
kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan dari infark tersebut. (Barret, Kim E.
Barman, Susan M. Boitano, Scott. Brooks, Heddwen L. 2012. Ganongs Review of
Medical Physiology. New York : Mc Graw Hill, 24th Edition)
11

Bab III
Penutup
4.4 Kesimpulan
12

Sistem

konduksi

otomatis

memberikan

rangsangan

berkontraksi

sehingga

kepada
jantung

jantung

yang

otot-otot
dapat

berfungsi

jantung

bekerja

agar

dengan

untuk
dapat
normal

memompakan darah keseluruh tubuh. Aktivitas listrik atau konduksi


impuls

yang

terjadi

pada

jantung

dapat

direkam

atau

dicatat

menggunakan elektrokardiogram (EKG), hasil pencatatan atau rekaman


dari alat ini sangat berguna untuk mengetahui aktivitas listrik normal
jantung. Ketika terjadi perubahan aktivitas listrik jantung maka dapat
dengan mudah kita lihat dalam catatan atau rekaman EKG. Sedikit saja
ada ketidakteraturan irama, maka dapat disimpulkan bahwa ada
kelainan atau gangguan pada sistem konduksi jantung.

REFERENSI

13

Barret, Kim E. Barman, Susan M. Boitano, Scott. Brooks, Heddwen L. 2012.


Ganongs Review of Medical Physiology. New York : Mc Graw Hill, 24th Edition

Dorland. 2010. Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta : EGC, Edisi 31.

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta
: EGC, Edisi 11

Moore, Keith L. Agur, Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar, Jakarta :
Hipokrates.

Nazmah, Abu. 2012. Panduan Belajar Membaca EKG Secara Mudah. Jakarta :
Trans Info Media

Noer Staffoeloh et all. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Scanlon, Valerie C. Sanders, Tina. 2007. Essential of Anatomy and Physiology.


Philadelphia : E. A. Davis Company, 5th Edition

Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. 2012. Holes Essential Human
Anatomy & Physiology. New York : Mc Graw Hill, 11th Edition.

Syaifuddin, H. 2010. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Edisi 4. (hlm : 326)

14

Anda mungkin juga menyukai