Mikhail Halim
102013162
Kelompok A-1
BAB 1
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
Seorang mahasiswa diminta mewawancarai seorang nenek yang berusia 80
tahun yang sudah mulai mengalami masalah pendengaran dan sering lupa
Verbal
C. Mind Map
Sifat-sifat
komunikasi
Nenek Pelupa
dan Tuli
Non Verbal
Berempati
Fisik
Faktor yang
mempengaru
hi komunikasi
dengan lansia
Sosial
Mental
Hipotesis
Untuk berkomunikasi efektif harus dibutuhkan empati
D.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dalam
kondisi apapun.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan komunikasi verbal
dan non verbal.
3. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan sopan santun,
tulus, jujur, dan sabar.
4. Mahasiswa mampu memahami keterbatasan seorang
lansia.
5. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan empati.
BAB 2
Pembahasan
Mempelajari komunikasi sangat penting mengingat profesi kita kelak adalah menjadi
seorang dokter, dimana dokter itu ialah profesi yang menuntut kita untuk berhubungan
langsung dengan sesama manusia, oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari
tentang komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif bagi dokter adalah komunikasi
yang berlandaskan empati. Komunikasi yang di landaskan dengan empati, pasti akan
berlangsung dengan baik dan lancar, bahkan kepada lansia yang sudah mengalami pikun
dan gangguan pendengaran seperti pada skenario.
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaanya secara
langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung
lawan bicara. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang paling
sering kita gunakan. Syarat komunikasi verbal ialah :
1. Menggunakan kata-kata
2. Disuarakan maupun ditulis
3. Harus mengutamakan : kualitas suara, kecepatan suara, dan
intonasi
Komunikasi verbal membutuhkan mendengar aktif, dimana artinya
kita harus memperhatikan pasien dan bukan hanya mendengarkan saja
melainkan tapi kita juga harus membaca gerak-geriknya, mimik dan
sebagainya, dan kita juga harus mengkonfrimasikan pemahaman kita
2.2 Empati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita harus melakukan empati. Defenisi
empati itu sendiri adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan
menempati diri kita sendiri sesuai dengan orang itu. Singkatnya empati itu adalah
ikut atau turut merabarasakan keadaan lawan bicara, dan menerima orang lain
sebagai mana adanya. Dasar dari empati sendiri adalah kasih sayang, sehingga
dengan berempati, komunikasi kita pasti dapat berjalan dengan baik, empati
berbeda dari simpati, jika perasaan simpati hanya merasa iba dan kasian dengan
apa yang dialami lawan bicara, maka empati artinya kita turut terlarut dalam
perasaan lawan bicara kita dan merasakan apa yang dia rasakan, sehingga dengan
berempati kita dapat lebih mengerti pasien. Jadi jika kita berempati, sudah pasti
kita bersimpati, tetapi jika kita bersimpati, belum tentu kita berempati kepada
lawan bicara kita. Contoh mudah dari empati sendiri ialah, dokter memperhatikan
wajah pasien ketika melakukan amnamnesis, bukannya hanya sibuk mengurusi
urusan yang lain. Dalam scenario, sang mahasiswa harus bersikap empati kepada
sang nenek agar menciptakan suatu komunikasi efektif yang baik. Jika sang
mahasiswa tidak bersikap empati kepada sang nenek, maka mungkin saja ia tidak
akan sabar mengingat sang nenek mengalami pikun dan masalah pendengaran.
Sehinnga komunikasi efektif tidak akan tercipta.
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang efektif akan terwujud jika kita berempati kepada lawan bicara
kita, itu artinya kita harus menerima lawan bicara kita apa adanya, dan menghargai
nya , dengan berempati, komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa adannya
cek-cok. Dan kita juga harus dapat melakukan mendengar aktif, dimana kita tidak
hanya mendengar pasien tapi juga memperhatikan apapun yang di lakukan lawan
bicara.