Anda di halaman 1dari 7

MATERI TAMBAHAN

MANAJEMEN STRATEGI Angkatan 19 SIB 3


By : Dra. Peni Sawitri, MM
Analisis Matrix SWOT
Salah satu model perencanaan strategis adalah analisis SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities dan Threats).
S dan W mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dalam
hal ini berkaitan dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemberian motivasi dan pengendalian). S dan W juga mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan pada fungsi bisnis yaitu : merancang pemasaran dan produk; produksi dan
penawaran; sumber daya manusia; dan keuangan.
O dan T merupakan analisis eksternal berupa peluang dan ancaman yang
meliputi aspek : sosial, teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demografi dan
pesaing.
Dalam analisis matrix SWOT diterapkan sistem skoring untuk unsur-unsur
yang dianggap penting. Makna pemberian persentase skor dapat terlihat pada tabel
berikut.
Skor SWOT
%
90 100
80 89
70 79
60 69
50 59
40 49
30 39
20 29
0 19

Makna
Tertinggi untuk SWOT
Sangat tinggi atau jelas SWOT
Tinggi SWOT
Unsur penting SWOT
Parsial SWOT
Salah satu atau dua wilayah saja SWOT
Kecil sekali SWOT
Hampir tidak ada SWOT
Tidak ada SWOT

Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari sub-elemen dalam komponen SWOT pada
setiap perusahaan dari waktu ke waktu. Untuk perusahaan baru, aspek S dan W nya
tentu berbeda dengan perusahaan yang sudah berdiri, khususnya di aspek kinerja. Di sini
analisis harus mencatat berbagai macam perbedaan yang ada pada laporan tersebut.
Analisis BCG
Teknik analisis ini berwujud matriks yang mencerminkan kajian heterogen
product. Pada matriks ini diketengahkan berbagai keputusan diagnostik yang
mengisyaratkan bahwa suatu perusahaan bisa mengalokasikan sumberdayanya pada
berbagai produk dan atau jasa yang produktif .

Asumsi dasar yang melingkupi analisis BCG :


Pangsa pasar suatu produk atau jasa relatif besar dan sedang menanjak secara pesat,
umumnya cenderung menghasilkan profitabilitas yang tinggi dan berada pada tingkat
persaingan yang stabil.
Sebaliknya bila suatu produk perusahaan mengalami pertumbuhan pasar yang
lamban, upaya peningkatan pangsa pasarnya memerlukan biaya besar. Dalam kondisi
ini BCG menganjurkan agar dana tunai yang didistribusikan untuk kegiatan usaha
disesuaikan dengan pengembangan pangsa pasarnya.
Setiap perusahaan akan mengambil opsi strategi pertumbuhan pangsa pasar bila
memiliki keunggulan daya saing dan mempunyai uang cukup untuk pengembangan
itu.
Penjelasan Ilustrasi Matriks BCG :
Bintang menggambarkan kondisi perusahaan yang pasarnya melesat, di samping itu
pangsa pasarnya juga besar, sehingga perusahaan mudah memperoleh dana tunai.
Keadaan ini memudahkan perusahaan melakukan investasi-investasi baru. Jadi
perusahaan yang berada pada posisi bintang mempunyai kemungkinan terbaik untuk
mengembangkan investasinya.
Sapi perahan menggambarkan perusahaan mengalami pertumbuhan pasar yang
rendah, tetapi mempunyai pangsa pasar tinggi. Kondisi ini masih memungkinkan
rendahnya biaya (economies of scale) dan laba yang tidak maksimal. Implikasinya,
biaya investasi ulang juga rendah bahkan bisa tidak ada. Dengan demikian bisa
dikatakan perusahaan berada pada situasi yang apa adanya (tidak ekspansi).
Anjing merupakan kondisi perusahaan yang pertumbuhan produk dan pasarnya
rendah dan memiliki pangsa pasar yang juga rendah. Keadaan demikian
mengakibatkan laba perusahaan kecil. Untuk mempertahankan eksistensinya,
perusahaan perlu tambahan dana. Upaya meminimalkan risiko lain dengan cara
perusahaan dilikuidasi.
Tanda tanya mencerminkan kondisi perusahaan yang pangsa pasar produknya
menanjak pesat tetapi mempunyai pangsa pasar rendah. Keadaan seperti ini sangat
buruk. Kebutuhan dana tunainya tinggi tetapi pendapatannya rendah. Dalam kondisi
pertumbuhan tinggi seperti ini, pangsa pasar akan lebih mudah ditingkatkan jika ada
dana tunai dibandingkan dalam keadaan anjing, karenanya akan dapat berubah
mencapai bintang. Kalau strategi ini dilaksanakan, maka dalam jangka pendek akan
terjadi aliran kas keluar (cash out), dalam rangka pelunasan pangsa pasar.
Harapannya, tentu dikemudian hari terjadi hal yang sebaliknya aliran kas masuk
(cash in). Jika rekayasa/mengubah usaha seperti itu gagal, sebagian aktivitas
bisnisnya hendaknya ditinggalkan.
Dari apa yang telah dibahas, bisa diketengahkan bahwa analisis BCG bertujuan
mengembangkan keseimbangan antara berbagai portofolio produk. Posisi bintang dan
sapi perahan diharapkan akan mencapai omzet penjualan yang besar. Sedang posisi tanda
tanya relatif hanya sedikit dan posisi anjing sangat sedikit.

Evaluasi dan Pengendalian Strategi berupa pengendalian operasi dan pelaporan


kinerja.
Pengendalian strategi dapat dilakukan melalui pengendalian operasi secara
terintegrasi yang menyertakan unsur perbaikan berkelanjutan. Sifat perbaikan secara berkesinambungan ini dalam bahasa manajemen terkini dikenal dengan istilah continous
improvement atau dalam bahasa Jepangnya Kaizen. Substansi dari falsafah ini bisa
dijelaskan dengan siklus/rantai Deming.
Program untuk pengendalian dan peningkatan mutu operasi dapat dilaksanakan
dengan tahapan-tahapan berikut :
1. Menentukan opsi program pengendalian dan perbaikan operasi
2. Menjelaskan mengapa opsi program itu dipilih
3. Mengkaji situasi pemantauan yang kondusif
4. Melaksanakan agregasi data
5. Melakukan analisis data
6. Menentukan rencana perbaikan
7. Melakukan program perbaikan dalam jangka waktu tertentu
8. Mengevaluasi program perbaikan tersebut
9. Melakukan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan atas standar yang ada.
Tahapan-tahapan pengendalian dan perbaikan mutu operasi ini selaras dengan siklus
Deming yang masing-masing diinisialkan dengan P = plan, D = do, S = study dan A =
action. Secara skematik dapat digambarkan sbb :
Plan
P

Do
D

Yes

n
Act A

ai

Study
S
Objectives
tercap

Standardi
zatio

Act
Follow Up

No

Correct ion

t
Improvemen

Implikasi sistem Kaizen ini bisa dijabarkan melalui gambar berikut :

Perbaikan mutu
operasi

Meminimalkan
Biaya
Meningkatkan
Produktivitas

Penetapan harga
yang bersaing

Memperluas
Pasar Eksis dalam
Usaha

Yang meningkat
Kembalian Investasi
Proses pengendalian dan perbaikan (ROI) operasi secara terintegrasi ini merupakan bagian dari

jiwa manajemen mutu terpadu (Total Qualitiy Management = TQM). TQM tidak sama
dengan TQC (total quality control) karena TQM mempunyai jangkauan lebih luas. TQC
merupakan program perbaikan mutu yang mengubah jalan pikiran karyawan tentang
mutu dengan menekankan pada performance bebas kesalahan (zero defects). Adapun
pada TQM, eksistensi kualitas dijadikan strategi perusahaan untuk memenangkan
persaingan.

Prinsip-prinsip umum TQM :


Customer focus
Quality Leadership
Stakeholder focus
Integrated Business Strategy
Teamwork
Empowerment
Produksi Tepat Waktu (just in time)
Salah satu wujud pemahaman mutu adalah memberikan layanan yang tepat waktu
kepada konsumen. Just in time merupakan falsafah yang diterapkan dengan hanya
memproduksi produk yang diperlukan, pada saat yang dibutuhkan konsumen dan dalam
jumlah sebesar permintaan konsumen, dengan scenario yang paling efisien.
TQM adalah komitmen strategic untuk mengembangkan mutu dengan
menggunakan dan mengkombinasikan metode-metode pengendalian mutu secara statistic
(Statistical quality control procedure) serta merupakan komitmen budaya untuk mencari
peningkatan produktivitas dan meminimalkan biaya. Metode statistic ini mencakup dua
kategori :
1. Acceptance sampling procedure
Yaitu prosedur pengendalian mutu untuk menentukan apakah produk jadi sesuai
dengan desainnya.
2. Process control procedure
Yaitu prosedur pengendalian mutu untuk memantau mutu selama proses produksi atas
produk atau jasa.
Secara skematik system Just in time diilustrasikan sebagai berikut :

Strategi Produksi Just in Time


Meminimalkan biaya

Meningkatkan tingkat
Perputaran modal
Mengeliminasi Pemborosan
Menciptakan aliran produksi
berkesinambungan

Sistem produksi just in time


Metode Produksi
-

persediaan rendah
waktu set up singkat
Staf multifungsional
Siklus waktu singkat

Sistem unit/pusat
pertanggungjawaban

Arus informasi

CAMEL

stock card

Pengawasan via
team work

Peralatan
otomatis

filling

Bank Indonesia berdasarkan SK Direksi BI No. 26/23/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1993,


telah mempunyai pedoman untuk menilai sehat tidaknya suatu bank yaitu dengan
menilai CAMEL-nya (C = capital, A = Asset produktif diklasifikasikan, M =
management, E = earning, L = Liquidity) Hakekatnya menyerupai analisis rasio yang
dikombinasikan dengan system scoring (benchmarking). Khususnya untuk aspek
manajemen, di sini disediakan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab.
Rasio-rasio perhitungan CAMEL adalah :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) = Jumlah modal
(bobot 25%)
Jumlah aktiva tertimbang menurut resiko
a. Aktiva produktif diklasifikasikan
Aktiva produktif
2. Kualitas aktiva produktif :
(bobot 5%)

(bobot 30%)
b. Cadangan penghapusan aktiva produktif
Aktiva yang diklasifikasikan

3. Sejumlah pertanyaan yang menyangkut berbagai aspek manajemen yang masingmasing ada benchmarkingnya yaitu :
a. Manajemen Permodalan
(bobot 2,5%)
b. Manajemen Aktiva
(bobot 5%)
c. Manajemen Umum
(bobot 12,5%)

d. Manajemen Rentabilitas
e. Manajemen Likuiditas
4. Rentabilitas :
a.
Laba
Volume Usaha (asset)
b.

(bobot 2,5%)
(bobot 2,5%)

(bobot 5%)

Biaya Operasional
Pendapatan Operasional

(bobot 5%)

5. Likuiditas :
a. Kewajiban bersih call money
Kas, Giro BI, Surat Berharga
b.

Kredit yang disalurkan


Dana pihak III + modal inti

(bobot 5%)
(bobot 5%)

Hasil diagnosis CAMEL disimpulkan sebagai berikut :


Nilai CAMEL : 80 100 = sehat
66 80 = cukup sehat
51 65 = kurang sehat
0 50 = tidak sehat

Anda mungkin juga menyukai