Anda di halaman 1dari 12

#Bang maap ya, ini ibett cari yang mulai 2.

2
Yang 2.1 itu kan analisis kuantitatif, ibett belum
cari
Hehehehehe
Peacee

2.2
Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.[1] Sebagian
dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.[2] Nilai
absorbansi dari cahaya yang dilserap sebanding dengan konsentrasi larutan di
dalam kuvet.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer singlebeam dan spektrofotometer double-beam.[3] Perbedaan kedua jenis
spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada singlebeam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya
nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan.[3] Berbeda dengan single-beam,
pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur
bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
[3] Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi
dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang
lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).[4] Dari kedua jenis
spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan
lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami
pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko.[5] Selain itu, pada single-beam,
ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat
fluktuasi voltase. (Roe S. 2007. Protein Purification Techniques: A Practical
Approach. Oxford : Oxford University Press.)

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di


dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit
karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat
maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya
cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
adalah elektron valensi. Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu
disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.Dalam interaksi
materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik
kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal

adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi


emisi.
(

Prinsip spektofotometri
Prinsip metode menggunakan spektofotometri adalah berdasarkan
absorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini
disebut Absorbsi fotometri, dan jika panjang gelombang yang digunakan
adalah panjang gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai kalorimetri,
karena mamberikan warna. Proses absorbsi fotometriadalah :
Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang
(cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang
gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang
memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada
hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu
molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika
dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi
perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi.
Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap
adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron
ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan
gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya
pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur
konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada
dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau
cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak
dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya
datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)).

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk


menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah


intensitas cahaya setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = . b . c

dimana:

A = absorbansi

b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan


juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

= tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur


dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam


ppm).
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila
peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

a. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
b. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu
larutan.
c. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya
oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.

Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan


menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam
menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan
dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
(Underwood, A.L.2002. analisis kimia kuantitatif 6th edition. Jakarta :
Erlannga)

2.3 Absorbansi dan transmitrasi


Transmitansi (T) merupakan fraksi antara intensitas radiasi masuk (I0)
terhadap intensitas yang keluar (I) dari material dengan ketebalan t.
Hukum Lambert menyatakan intensitas berkas cahaya yang datang
kemudian diserap dan diteruskan oleh suatu medium sebanding dengan
intensitas berkas cahaya yang keluar.

Absorbansi suatu cahaya oleh suatu molekul merupakan bentuk interaksi


gelombang cahaya dan atom atau molekulnya. Energi cahaya diserap oleh
atom atau molekul digunakan oleh elektron di dalam atom tersebut untuk
bertransisi dari E1 ke tingkat energi yang lebih tinggi (E2). Absorbansi

hanya terjadi jika selisih kedua tingkat energi tersebut (DE= E2-E1)
bersesuaian dengan energi cahaya atau foton yang datang yakni
DE=Efoton.

Absorbansi terjadi pada saat foton masuk bertumbukan langsung dengan


atom-atom material dan menyerahkan energinya pada elektron atom.
Foton mengalami perlambatan dan akhirnya berhenti, sehingga pancaran
sinar yang keluar dari material berkurang dibanding saat masuk ke
material. Asorbansi dari energi cahaya dapat menyebabkan elektron
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi apabila energi yang
diabsorbsi tersebut lebih besar dari tingkat energi elektron tersebut.
Absorbansi merupakan logaritma kebalikan dari transmitansi.
(Zitzewitz, Paul W. (2002). Glencoe physics. New York, N.Y.:
Glencoe/McGraw-Hill.)

2.4 Gula pereduksi


Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan
fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus
aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)
dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida),
termasuk sebagai gula pereduksi.Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan
berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim
maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi
yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam
dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm.
Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula
pereduksi yang terkandung.
(Kanti A. 2005. Actinomycetes selulolitik dari tanah hutan Taman
Nasional Bukit Duabelas, Jambi vol6 . #Ini jurnal)

2.5 Analisa Bahan


Dns
DNS merupakan reagen yang dapat digunakan untuk melakukan uji kuantitatif
glukosa. Untuk membuat DNS, 100 mL larutan NaOH 2 M yang mengandung 5 %
(b/v) asam 3,5-dinitrosalisilat dicampurkan dengan 250 mL 60 % (b/v) natrium
kalium tartrat. Reagen ini berfungsi untuk memberikan warna pada larutan,
sehingga dapat terbaca oleh spektrofotometer vis yang membaca dari warna
larutan tersebut.

Duku
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili:Meliaceae
Genus:

Lansium

Spesies:

L. Domesticum

Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae. Tanaman


yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan
buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya.
Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka
kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.
Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang
hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir
(akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna
kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna
susu yang lengket (resin).[1]

Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 69 anak
daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9
21 cm 510 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing
dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 512 mm.[1]
Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada
pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang
berlainan. Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang
dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok
campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir
yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.[1]
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam
keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.[1]
Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan
perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.[6]
Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji
duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing dan juga
obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria;
sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan
kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare; dan kulit buah
yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk. Kulit buah
langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi
atau dupa.
(Suparwoto dan Yanter Hutapea. 2005. Keragaan buah duku dan
pemasarannya di Sumatera Selatan, Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8. )

Timun
Kerajaan:

Plantae

Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Cucurbitales
Famili:Cucurbitaceae
Genus:

Cucumis

Spesies:

C. sativus

Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau
Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat
dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan
sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di
berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup

banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah mentimun


juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah serta banyak dipercaya
dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah merambat
dan merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan berbuah tanaman
mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan
bunga hermafrodit (banci). Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia
4-5 minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga banci
apabila pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah,
namun dalam budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan
ukuran buah yang baik.
Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan.
Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai
putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan
dari bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah
dipanen ketika masih setengah masak dan biji belum masak fisiologi. Buah yang
masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam.
Manfaat Mentimun Mentimun memiliki sifat diuretik, efek pendingin, dan
pembersih yang bermanfaat bagi kulit. Kandungan air yang tinggi; vitamin A, B,
dan C; serta mineral, seperti magnesium, kalium, mangan, dan silika; membuat
mentimun menjadi bagian penting dalam perawatan kulit. Masker wajah yang
mengandung sari mentimun digunakan untuk mengencangkan kulit. Asam
askorbat dan asam caffeic yang hadir dalam mentimun dapat menurunkan
tingkat retensi air, yang pada gilirannya mengurangi pembengkakan di sekitar
mata.
(Heyne, K. 2005. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana
Wana Jaya, Jakarta.)

Apel lokal
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Rosales
Famili:Rosaceae
Upafamili:

Maloideae atau Spiraeoideae[1]

Bangsa:

Maleae

Genus:

Malus

Spesies:

M. Domestica

Apel merupakan Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal


dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam
sejak tahun 1934 hingga saat ini. Dan jangan salah, Indonesia pun memiliki
beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna,
Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo. Meskipun berbagai jenis Apel import sebut
saja apel Washington, apel fuji dari RRC menggempur perdagangan buah
khususnya apel di Indonesia, jenis buah apel lokal seperti apel malang masih
tetap memiliki tempat tersendiri bagi konsumen. Dengan rasa buah yang
sedikit masam segar, apel lokal tetap memiliki daya tarik dan pangsa pasar
sebagai peluang usaha budidaya apel yang cukup menggembirakan.
Buah Apel ini sudah banyak dikenal masyarakat memiliki manfaat bagi
kesehatan manusia. Banyak penelitian mengungkapkan, bahwa seperti buahbuahan lainnya, apel kaya akan serat, fitokimia dan flavonoid. kandungan pektin
(serat larut yang dikandung buah-buahan dan sayuran) pada apel telah diteliti
dan terbukti menurunkan kadar kolesterol di dalam darah (Suwarto, Agus.2010)
Manfaat lain yang didapatkan dari buah apel adalah kandungan Zat fitokimia
yang terdapat pada kulit apel. Zat ini, menurut sebuah penelitian di Cornell
University Amerika Serikat, bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker
usus sebesar 43 persen. Fitokimia dan flavonoid secara bersama-sama
dilaporkan juga menurunkan jumlah kejadian kanker paru-paru. Sementara itu,
sebuah penelitian lain di Welsh, Inggris, menunjukkan bahwa konsumsi buah apel
secara teratur akan membuat paru-paru berfungsi lebih baik. Para peneliti yakin
fungsi pernapasan akan lebih baik karena kandungan fitokimia di dalam apel
meredam efek negatif oksidan yang merusak organ tubuh (Irlansyah, edi. Dkk.
2009)
(Suwarto, Agus. 2010. 9 buah dan sayur sakti tangkal penyakit.
Yogyakarta : Liberplus)
(Irlansyah, Edi, dkk. 2009. Khasiat dan manfaat apel. Jakarta :
Agromedia)

Apel Fuji
Apel fuji (Malus pumila) merupakan hasil persilangan antara Ralls janet
(Kakko) dengan Red Delicious yang dikembangkan oleh The Fruit Tree Research
Station (sekarang National Institute of Fruit Tree Science) MAFF, Jepang. Kultivar
ini diberi nama Fuji pada tahun 1962 dan diregister dalam Register Pertanian dan
Kehutanan sebagai Apel no. 1 Norin. Kultivar ini sekarang selain disukai di
tempat asalnya Jepang juga telah populer di banyak negara di dunia.

Pohon kultivar Fuji mempunyai ciri-ciri kuat, penampilan bertipe sedang


sedikit menyebar. Banyaknya buah yang rontok pada bulan Juni dan sebelum
panen nol atau hanya sedikit sekali. Kultivar ini mempunyai ciri kuat
menghasilkan buah dua kali setahun. Karena pohonnya kuat sekali sehingga
mudah tumbuh berlebihan.Waktu berbunga sedang, dan waktu matang lambat;
varietas ini setelah berbunga untuk menghasilkan buah yang matang
memerlukan waktu 175 190 hari. Waktu buah matang di Prefektur Shizuoka
dan Nagano jatuh mulai awal dan pertengahan bulan November. Apel Fuji mudah
terserang oleh black spot dan sedikit sensitive terhadap Alternaria leaf Spot dan
internal bark necrosis.
Berat buah sekitar 300 gram, ukurannya seragam dan sangat produktif.
Bentuknya bulat sampai lonjong, berwarna merah sampai coklat kemerahan
gelap. Belang jelas dengan warna dasar kuning. Keadaan fusarium layu dan
bentuk buah tidak bagus sering terjadi pada beberapa tahun.
Buahnya sangat manis dengan rasa asam sedang, mengandung banyak sari
buah dan rasanya enak. Daging buah berwarna putih kekuningan, keras dan
agak kasar. Cenderung mengandung banyak air. Kandungan gula sekitar 15%,
keasaman 0,4 0,5% dan kekerasan daging buah sekitar 15 pounds. Kultivar
apel ini dapat disimpan lama, sekitar 90 hari pada suhu normal dan sekitar 150
hari pada cold storage.
#semua apel fuji ini dari judul satu buku, olahan apel
(krisnawati, inti. 2010. Olahan apel. Jakarta : Gramedia).

Semangka
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan

:Plantae

Divisi

:Magnoliophyta

Kelas

:Magnoliopsida

Ordo

:Cucurbitales

Famili

:Cucurbitaceae

Genus

:Citrullus

Spesies

:C. lanatus

Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau


Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah
gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-labuan
(Cucurbitaceae), melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus).
Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji

semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon)
sebagai kuaci.
Sebagaimana anggota suku ketimun-ketimunan lainnya, habitus tanaman
ini merambat namun ia tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat
memanjat. Jangkauan rambatan dapat mencapai belasan meter.
Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna
kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka adalah andromonoecious monoklin,
yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya
memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki
benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal
buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval.
Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau
muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang
berair berwarna merah atau kuning.Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan
terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.
(Wihardjo, suwandi. 2005. Bertanam semangka. Jakarta :
agromedia).

Anda mungkin juga menyukai