Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Pendidikan Fisika (Fi 590)
Oleh :
Putri Rani Lestari 1202422
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Grafik merupakan salah satu cara untuk menginterpretasi suatu data
maupun keadaan fisis dalam kasus matematika maupun fisika. Bentuk
representasi grafik ini sangat berhubungan erat dengan konsep-konsep fisika
seperti kinemetika, kalor, listrik, dsb. Menurut Mustaing (2013), dalam Trend in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) ternyata 20% soal yang
diujikkan adalah mengenai intepretasi grafik hal ini menunjukkan representasi
grafik memiliki peranan penting dalam pengetahuan yang dimiliki siswa.
Berdasarkan hasil survey Balitbang Kemendikbud (dalam Mustaing,2013),
pada tahun 2007 rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia berada pada
peringkat 35 dari 49 negara yang berpartisipasi, dengan skor 427. Sedangkan di
tahun 2011, posisi Indonesia menurun hingga ke posisi 40 dari 42 negara. Hal
tersebut membuktikan bahwa masih kurangnya kemampuan berpikir siswa dalam
menyelesaikan permasalahan di bidang sains yang salah satunya adalah
interpretasi grafik dalam fisika maupun matematika. Selain itu pada
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 menyebutkan bahwa kompetensi pada aspek
pengetahuan akan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dalam aktivitas
memahami, terdapat kemampuan memperkirakan yang salah satunya dapat berupa
memperkirakan dan menginterpretasi gradien dari grafik. Sehingga kemampuan
memperkirakan dan menginterpretasi gradien dari grafik merupakan salah satu
kompetensi penting yang harus dicapai siswa.
Selain itu, hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa studi
penelitian pendidikan fisika (Arons,1983; Beichner,1990,1994; McDermott,
Rosenquist & Zee,1987; Wavering.1989; Woolnough,2000; Brassel & Rowe,
1993) menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah menengah bahkan di
tingkat universitas yang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan
menginterpretasi grafik dalam Fisika. Permasalahan ini pun menjadi kajian
pendidikan dalam matematika (Dreyfus & Eisenberg, 1990; Graham & Sharp,
1999; Habre & Abboud, 2006; Kerslake, 1981; Leinhardt, Zaslavsky & Stein,
1990; Swatton & Taylor, 1994).
Dari kedua bidang tersebut, siswa dituntut dapat melakukan interpretasi
dari grafik sehingga dapat mengetahui informasi yang ada di dalamnya. Salah satu
informasi yang harus siswa dapatkan dari grafik adalah memperkirakan dan
menafsirkan nilai dari gradien grafik. Dalam fisika, nilai gradien mendefinisikan
nilai dari suatu besaran fisis. Siswa telah mempelajari grafik dalam matematika
dan fisika, namun karena perbedaan konteks mereka masih belum dapat
menyadari bahwa mereka mempelajari suatu konsep grafik yang sama. Hal inilah
yang menyebabkan timbulnya perbedaan pemahaman, terutama dalam
memperkirakan dan menerjemahkan nilai gradien pada grafik garis lurus dalam
konteks matematika dan fisika. Siswa masih kesulitan untuk menafsirkan
informasi yang terdapat dalam sebuah nilai gradien dari suatu grafik. Sehingga
BAB II
ISI JURNAL
A. Identitas Jurnal
Identitas jurnal ditampilkan melalui judul, penulis, penerbit,
dan tahun terbit jurnal yang dikaji. Berikut ini adalah identitas
jurnal yang dikaji:
Judul
:
Comparison of Student Understanding of Line Graph Slope
in Physics and Mathematics
Penulis
:
Maja Planinic, Zeljka Milin-Sipus, Helena Katic,
Ana Susac dan Lana Ivanjek, National Science
Council, Taiwan.
Penerbit
:
International
Journal
of
Science
and
Mathematics Education Vol.10 Halaman 1393-1414.
Tahun Terbit :
April 2012
B. Masalah yang Dikaji
Masalah utama yang dikaji pada jurnal ini adalah
pemahaman siswa dalam memperkirakan dan menginterpretasi
gradien dari suatu grafik garis lurus dalam konteks matematika
dan fisika, serta mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami
dan menginterpretasi nilai gradien dari grafik garis lurus.
Permasalahan yang dipaparkan dalam kajian teori
kemudian dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap grafik dalam
konteks fisika dan matematika?
2. Bagaimana kesulitan yang dihadapi siswa dalam tahap
memahami grafik dalam konteks fisika dan matematika?
C. Solusi Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut, di
dalam jurnal ini dilakukan penelitian dengan membandingkan
pemahaman siswa mengenai grafik dalam konteks fisika dan
matematika, seta perlu mengetahui faktor penyebab dari
lahirnya kesulitan yang dihadapi siswa. Selain itu, guru
merancang pembelajaran yang mampu membangun hubungan
yang kuat antara pengetahuan matematika dan fisika yang
dimiliki.
D. Metode Penelitian
Sampel yang yang diambil dalam penelitian ini adalah 114
siswa kelas dua di SMA (usia antara 15-16 tahun) dari dua kota di
Kroasia, yaitu Zagreb dan Slunj. Sampel tersebut terdiri dari
enam puluh siswa SMA dengan spesialisasi MIPA(Natural Science
BAB III
KAJIAN DAN KOMENTAR
A. Kajian
Beichner (1994) mengungkapkan bahwa kemampuan
melakukan pekerjaan dengan grafik adalah kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh ilmuwan. Terutama dalam fisika, banyak
besaran fisika yang dapat tergambarkan melalui interpretasi
grafik. Kemampuan memahami dan menggunakan grafik
merupakan langkah penting bagi orang-orang yang berada di
keahlian sains, karena perbedaan utama antara yang
mempelajari sains lebih mendalam dengan orang awam adalah
kemampuan untuk membangun atau menggunakan representasi
sains. Salah satunya adalah grafik.
Dalam memahami grafik, langkah awal yang perlu
dilakukan untuk menggali informasi adalah menyadari
representasi dari simbol yang menggambarkan hubungan antar
variabel dalam grafik. Pengolahan informasi simbolis visual
seperti
grafik
garis,
membutuhkan
kemampuan
untuk
memahami pola spasial dari data yang diamati serta kemampuan
untuk mengungkapkan informasi yang terdapat dalam grafik.
Bektasli (dalam Maja Planinic dkk.,2012) menjelaskan bahwa
tidak mengherankan untuk dapat memahami grafik kinematika,
khususnya dalam perhitungan gradien sangatlah berkaitan
dengan pola berpikir logis, kemampuan spasial, dan juga
kekampuan matematika. Tanpa pengembangan berpikir logis,
siswa tergantung pada persepsi mereka dan pola pikir tingkat
rendah, yang akan menimbulkan pemahaman bahwa grafik
adalah gambar, kebingungan tentang gradien, dll.
Wavering (dalam Maja Planinic dkk, 2012) pernah
melakukan penelitian mengenai hubungan antara pemahaman
siswa terhadap grafik dengan perkembangan kognitif siswa, yang
ternyata memiliki keterkaiatan satu sama lain. Beichner (1994)
mengungkapkan bahwa siswa yang belum mencapai tahap
operasional perkembangan kognitif akan cenderung melihat
grafik sebagai sesuatu yang konkret bukan sebagai sesuatu yang
abstrak. Roth & McGinn (dalam Maja Planinic dkk, 2012) juga
menyebutkan bahwa kesulitan siswa yang dialami saat
memahami grafik dikaitkan dengan kurangnya pengalaman
siswa dengan konstruksi dan penggunaan grafik, serta
kurangnya kesempatan untuk siswa dalam memaknai grafik.
Menurut Lohman (dalam Maja Planinic dkk, 2012),
kemampuan spasial dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengetahui atau memahami suatu bentuk dan hubungan
diantara bentuk-bentuk tersebut, sebagai kemampuan untuk
membangun, menguasai, dan mengubah dengan baik suatu
struktur visual (mental) gambar. Gardner mengemukakan bahwa
kemampuan spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang secara
tepat atau dengan kata lain kemampuan untuk
memvisualisasikan gambar, yang di dalamnya termasuk kemampuan mengenal
bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam
pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal atau
benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, mengungkapkan data
dalam suatu grafik serta kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis,
bentuk, dan ruang (Junsela Harmony dan Roseli Theis, 2012).
Setiap orang memiliki kemampuan spasial yang berbeda
dalam kemampuan untuk memecahkan masalah fisika yang
melibatkan parameter spasial yang berbeda, misalnya masalah
grafik pada konsep kinematika. Menurut Verkiri (dalam Maja
Planinic, 2012) siswa akan mengalami kesulitan dalam menggali
informasi yang ada di dalam grafik apabila pemahamannya
terhadap pengetahuan sebelumnya rendah dan memiliki
kemampuan spasial yang rendah pula.
Siswa dengan kemampuan spasial yang tinggi akan
menganggap sebuah grafik adalah representasi abstrak, dan
mereka tidak akan menganggap grafik sebagai suatu gambar
tentang gerak. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan
siswa dalam interpretasi grafik adalah pengetehuan tentang
konsep fisika yang dimiliki siswa. Dengan demikian, kemampuan
spasial dengan pengetahuan konseptual fisika mungkin saling
memiliki keterkaitan, dengan tingginya kemampuan spasial yang
dimiliki seseorang diharapkan ia juga dapat meningkatkan
kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai konsep
fisika. Sehingga dapat dikatakan bahwa pentingnya berpikir logis
dan berkemampuan spasial merupakan syarat untuk memahami
grafik, misalnya grafik kinematika.
Kebanyakan guru menganggap bahwa kesulitan yang
dialami siswa dalam menginterpretasikan grafik dalam fisika
diesebabkan karena rendahnya pengetahuan matematika yang
ia miliki. McDermott dkk. (dalam Maja Planinic, 2012) dalam hasil
penelitiannya mendapatkan bahwa pengetahuan matematika
yang rendah bukanlah faktor utama yang menyebabkan siswa
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jurnal berjudul Comparison of Student Understanding of Line Graph
Slope in Physics and Mathematics ini memberikan informasi bahwa sebenarnya
pemahaman siswa mengenai grafik, khususnya dalam menginterpretasi gradien
masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang belum
bisa memahami makna fisis dari suatu nilai gradien pada grafik dalam konteks
fisika.
Dari hasil penelitian jurnal, ternyata siswa lebih mengalami kesulitan
dalam menginterpretasi garik fisika. Kemampuan matematika siswa yang rendah
bukanlah faktor utama, karena siswa yang berhasil menyelesaikan pertanyaan
grafik matematika dengan benar belum tentu dapat menyelesaikan masalah dalam
grafik dalam konteks fisika. Pemahaman yang dimiliki siswa mengenai konsep
fisika pun akan sangat membantu dalam interpretasi grafik fisika. Faktor lain
seperti kurangnya kemampuan spasial yang dimiliki siswa ternyata berpengaruh
pada pemahaman siswa terhadap grafik yang disajikan.
B. Saran
Secara keseluruhan, isi jurnal ini sudah baik, namun akan lebih baik jika
instrumen lengkap dari penelitian jurnal ikut dilampirkan. Sebaiknya alternatif
pemecahan masalah yang disampaikan peneliti untuk mengatasi kurangnya
pemahaman siswa dalam memahami grafik dalam konteks fisika dan matematika
lebih diperjelas lagi dengan mengarahkan ke suatu desain pembelajaran tertentu
untuk memudahkan peneliti lain yang akan melakukan penelitian pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Mustain, Iing (2013) Penggunaan Web-Based Inquiry Science
(WISE) Pada Pembelajaran Berbantuan Simulasi dalam
Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik dan
Keterampilan Membuat Grafik Pada Konsep Gerak. S1
Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia