Anda di halaman 1dari 11

KWASHIORKOR

MATERI KULIAH

KWASHIORKOR

Pengertian:
Kata kwarshiorkor
berasal dari bahasa
Ghana-Afrika yang
berati anak yang
kekurangan kasih
sayang ibu.
Kwashiorkor adalah
salah satu bentuk
malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh
intake protein yang
inadekuat dengan
intake karbohidrat yang
normal atau tinggi.

Ciri-ciri :
- Rambut halus, jarang, dan pirang
kemerahan kusam.
- Kulit tampak kering (Xerosis) dan
memberi kesan kasar dengan garisgaris permukaan yang jelas.
- Didaerah tungkai dan sikut serta
bokong terdapat kulit yang
menunjukkan hyperpigmentasi dan
kulit dapat mengelupas dalam lembar
yang besar, meninggalkan dasar yang
licin berwarna putih mengkilap.
- Perut anak membuncit karena
pembesaran hati.
- Pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat perlemkan sel-sel hati.

Kwashiorkor adalah MEP berat yang


disebabkan oleh defisiensi protein.
Penyakit kwashiorkor pada umumnya
terjadi pada anak dari keluarga dengan
status sosial ekonomi yang rendah
karena tidak mampu menyediakan
makanan yang cukup mengandung
protein hewani seperti daging, telur, hati,
susu dan sebagainya. Makanan sumber
protein sebenarnya dapat dipenuhi dari
protein nabati dalam kacang-kacangan
tetapi karena kurangnya pengetahuan
orang tua, anak dapat menderita
defisiensi protein.

Etiologi

Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas antara lain :

1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat
dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan nutrisi anak.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis
antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi.

Patofisiologi:

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme


jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi
dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan
yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum
yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama
diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam
serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu,
dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.

Manifestasi Klinis atau Gejala Klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi
protein berat-Kwashiorkor, antara lain :
Gagal untuk menambah berat badan
Pertumbuhan linear terhenti.
Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang
membuncit)
Diare yang tidak membaik
Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
Penurunan masa otot

Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya
memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat
(late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan
anak secara umum, namun anak dapat mengalami
gangguan fisik yang permanen dan gangguan
intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak
dilakukan penanganan atau penanganannya yang
terlambat, akan memberikan akibat yang fatal.

Pencegahan

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan memerlukan


sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan
kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun
merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang
bergizi pada umur 6 bln ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan
kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk
mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian
makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka
panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita
di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara
penimbangan berat badan tiap bulan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai