Disusun oleh :
DYAH AYU MURWANTI D
30901301642
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya (3 atau lebih perhari) dan berlangsung kurang dari 14
hari yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Penyakit
diare merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak dibawah lima
tahun (balita) dengan disertai muntah dan mencret, penyakit diare apabila
tidaksegera diberi pertolongan pada anak dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes
RI, 2004).
Saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Berdasarkan data kajian analisis dari beberapa survey yang dilakukan
bahwa angka kesakitan diare masih tinggi pada semua kelompok umur (280/1000
penduduk). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004,
menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan
pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).
Permasalahan tentang penyakit diare dalam masyarakat sampai saaat ini masih
merupakan masalah relatif besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
mengatasi diare tidak cukup hanya dengan menguasai teknologi pengobatan
maupun pencegahannya. Untuk terjadinya penyakit diare ternyata dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor tidak langsung yang dapat mempermudah terjadinya diare antara lain :
keadaan sosial ekonomi, keadaan hygiene dan sanitasi, keadaan gizi, sosial
budaya, kepadatan penduduk dan faktor lainnya. Faktor hygiene dan sanitasi yang
mempengaruhi terjadinya diare antara lain : pengadaan air bersih, dan jamban
keluarga.
Sebagian besar warga pedesaan masih menggunakan air seadanya, misalnya
air sungai. Air sungai bagi sebagian masyarakat pedesaan digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk mandi, memasak, minum, mencuci dan
sebagainya. Padahal kita ketahui air sungai ini sarat dengan bibit penyakit yang
tentunya tidak memenuhi syarat air sehat yang bias berakibat terjadinya penyakit
terutama diare.
Dalam hal penggunaan jamban keluarga, sebagian masyarakat pedesaan masih
belum memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Seperti kita
ketahui bahwa jamban keluarga sangat penting bagi pemutusan mata rantai
penularan penyakit terutama penyakit diare. Berdasarkan pengamatan awal yang
dilakukan oleh penulis bahwa selama ini sebagian masyarakat pedesaan masih
berpola pada buang tinja di sungai, di kebun dan di sawah.
Dengan hygiene dan sanitasi yang kurang inilah yang menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya penyakit diare khususnya pada daerah pedesaan. Hal
ini menunjukkan bahwa program penanggulangan penyakit diare di wilayah
pedesaaan memerlukan perhatian yang serius karena dengan hygiene dan sanitasi
yang kurang maka akan menunjang terjadinya angka kesakitan diare di wilayah
pedesaan meningkat dan jika tidak diatasi akan menyebabkan kematian.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik melakukan
penelitian untuk mengrtahui hubungan antara faktor hygiene dan sanitasi dengan
terjadinya penyakit diare pada masyarakat di wilayah pedesaan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan masih tingginya angka kejadian penyakit diare pada masyarakat di
wilayah pedesaan dan banyaknya faktor yang mempengaruhinya, sehingga
pertanyaan penelitian yang dirumuskan oleh penulis adalah : faktor hygiene dan
sanitasi apa saja yang berhubungan dengan terjadinya penyakit diare pada
masyarakat di wilayah pedesaan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui gambaran antara penyediaan air bersih, penggunaan
jamban keluarga, kebersihan diri masyarakat dengan terjadinya
penyakit diare di wilayah pedesaan
b. Mengetahui hubungan antara faktor hygiene sanitasi dengan terjadinya
penyakit diare pada masyarakat di wilayah pedesaan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran antara penyediaan air bersih dengan terjadinya
penyakit diare pada masyarakat di wilayah pedesaan.