Di Susun Oleh :
RAHMAT KURNIAWAN
A. Latar Belakang
Salah satu keluhan yang sering terjadi pada orang yang sakit adalah badan
teraba panas. Bila badan teraba panas, dapat dipastikan bahwa suhu tubuhnya
meningkat di atas normal. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 37,5 C
tergantung dari usia seseorang. Semakin dewasa umur seseorang semakin rendah suhu
normal tubuhnya.
Hampir semua orang pernah mengalami demam, ada yang demam ringan
adakalanya sampai demam panas sekali atau hampir semua orang pernah merasa
kedinginan. Semua itu berhubungan dengan suhu tubuh yang abnormal.
Gangguan suhu tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 C),
demam (>37.538.3 C), hipetermia (>37.538.3 C), dan hiperpireksia (>40 41,5
C). Ditilik dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia memiliki nilai rentang
suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 C. Yang membedakan antara
keduanya adalah mekanisme terjadinya. Pada demam, peningkatan suhu tubuh
disebabkan oleh peningkatan titik pengaturan suhu (set point) di hipotalamus.
Sementara, pada hipertermia titik pengaturan suhu dalam batas normal.
Dalam mengetahui apakah seseorang mengalami demam atau tidak diukur
menggunakan suatu alat yang disebut termometer. Ada beberapa jenis termometer dan
beberapa jenis cara pengukuran. Namun kadang banyak orang yang belum
mengetahui batas normal dan cara pengukuran suhu tubuh yang benar. Apabila dalam
mengintepretasikan suhu tubuh salah maka akan terjadi kesalahan dalam menentukan
apakah seseorang tergolong demam atau tidak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembahasan jurnal ini diharapkan mampu memahami
suhu tubuh anak dengan benar sesuai dengan cara pengukuran dan nilai
normalnya.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Suhu Tubuh Normal pada Anak.
2. Mengetahui Nilai Normal Suhu Tubuh Anak yang diukur dengan Termometer
Axilla dan Anal.
3. Mengetahui batasan anak dikatakan demam dan tidak demam.
4. Mengetahui intervensi atau tindak lanjut jika anak demam.
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Mencari dan membaca bahan materi buku referensi yaitu buku saku keperawatan pediatri
mengenai pengukuran suhu tubuh.
2. Mencari dan membaca buku prinsip keperawatan pediatrik mengenai pengukuran suhu
tubuh.
3. Mencari dan membaca buku perawatan anak sakit yaitu tentang demam.
4. Mencari dan membaca buku keadaan gawat yang mengancam.
5. Browsing di www.pediatrik.com mengenai pengukuran suhu tubuh pada anak dan www.
google.com
6. Diskusi dengan expert mengenai pengukuran suhu tubuh pada anak dan membuat laporan
hasil diskusi dengan expert
7. Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan manifestasi klinis demam/febris.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA/MATERI
C. Hipertermi (Demam)
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas.Demam
dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu tubuh yang bersifat episiodik atau persisten di
atas nilai normal.
Demam merupakan gejala dari penyakit , jadi bukan diagnosis. Demam biasa
disertai dengan gejala yang tidak spesifik seperti rasa lemah, nyeri kepala, sakit pada
otot dan perasaan panas dingin, di samping itu keluhan dan gejala yang lebih khas dari
penyakit penyebabnya bisa ditemukan. Demam merupakan gambaran berbagai macam
kelainan seperti infark miokard, penyakit jaringan ikat dan sebagian keganasan , tetapi
paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
Mengetahui penyebab demam sangat perlu untuk menentukan pengobatan bagi
penderita. Agar mengetahui penyebab demam ini, Anda memerlukan bantuan dokter
untuk melakukan pemeriksaan fisik / gejala klinis penyakit dan mendiagnosis penyebab
demam.Karena penyakit tertentu sulit didiagnosis dengan melihat keadaan fisik dan
gejala klinis, maka pemeriksaan laboratorium ( dari darah, air seni, cairan tubuh lain )
sering pula diperlukan untuk memastikan diagnosis sehingga pengobatan pun lebih tepat.
Beberapa sarana diagnostik lain seperti EKG, USG dsb, kadang-kadang juga
diperlukan. Jadi apa yang harus dilakukan jika demam :
1. Buka pakaian dan mantel yang berlebihan.Kenakan pakaian yang tipis yang dapat
menyerap keringat.
2. Perhatikan aliran udara di dalam ruangan .
3. Minum cairan dingin sebanyak-banyaknya, lebih baik manis atau beri tambahan
gula.
4. Tidur cukup agar metabolisme berkurang.
5. Kompres air hangat atau kompres basah( bukan air es). Tidak dianjurkan alkohol
karena selain beresiko mengiritasi mata, uapnya bisa terhirup. Kompres sekali pakai
boleh dipakai tapi tidak direkomendasikan anak di bawah 2 tahun, karena kulit bayi
masih sensitive dan daerah yang dikompres pun hanya sebagian kecil permuakaan
tubuh, padahal prinsip mengompres membasahi seluruh permukaan tubuh.
Peranan kompres :
1. Bila suhu demam anak sampai di atas 39o C maka sebaiknya lakukan pengompresan
untuk membantu menurunkan suhunya.
2. Kompres dengan menggunakan air dingin dan alkohol untuk menurunkan suhu
tubuh sudah dikenal sejak zaman dulu kini, yang lazim digunakan untuk membantu
menurunkan suhu tubuh anak adalah kompres air hangat , karena jika suhu di luar
tubuh terasa hangat, maka tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup
panas. Dengan demikian, tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu tubuh lagi.
3. Panas tubuh akan keluar melalui pembuluh-pembuluh darah besar yang dekat
dengan kulit yang berada di leher, ketiak dan selangkangan. Oleh karena itu,
sebaiknya pemberian kompres dilakukan di sekitar pembuluh-pembuluh darah besar,
seperti di ketiak dan lipatan paha sekitar 15-20 menitt.
4. Bila perlu, mandikan anak dengan air hangat karena selain berfungsi untuk
mengompresnya, mandi juga membersihkan tubuh anak dari kuman yang ada di
kulitnya. Jadi bila anak demam sebaiknya mandikan dengan air hangat. Setelah
mandi segera keringkan tubuh anak dengan handuk dan cepatlah berganti pakaian
agar tidak kedinginan.
Segera ke dokter jika :
1. Anak berusia 2 tahun atau lebih dengan demam lebih dua /tiga hari (lihat sikon
walau baru 1 hari demam tetapi keadaanya sangat lemas segera konsultasi dengan
dokter ),
2. Bayi berusia kurang dari 3 bulan dengan suhu dubur sama dengan atau lebih dari 38
derajat Celcius.
3. Bayi berusia lebih dari 3 bulan dengan suhu dubur sama atau lebih dari 38,9 derajat
Celcius.
4. Bayi yang baru dilahirkan dengan suhu dubur kurang dari 38 derajat Celcius.
5. Demam tinggi di atas 40 C
6. Demam disertai muntah-muntah atu sesak atau kejang dan kesadaran menurun
7. Demam pada anak dengan gizi buruk
8. Demam disertai perdarahan.
9. Demam disertai gejala-gejala seperti: sakit kepala berat,pembengkakan hebat pada
tenggorokan, ruam kulit, mata menjadi sensitive terhadap cahaya terang.
10. Sulit bernapas atau nyeri dada
3. 4 tahun ke atas
Pilih termometer yang dimasukkan ke dalam mulut. Seharusnya anak sudah bisa
menggunakan termometer mulut. Apalagi, alat ini bisa memberikan hasil yang sangat
terpercaya.
Kekurangannya :
Kebanyakan termometer mulut bisa pula digunakan sebagai termometer anus
(atau di bawah ketiak). Tapi, jangan gunakan termometer dari anus ke mulut (walau
sudah dibersihkan). Sebaiknya, beli dua termometer yang berbeda.
Tip :
Pastikan si kecil tidak mengonsumsi minuman panas atau dingin sekitar 15 menit
sebelumnya, lalu letakkan termometer di bawah lidah agak ke dalam dan di sisi
mulut. (Sheila Eldred)
Catatan:
Hati-hati dengan termometer dari kaca. Selain mudah pecah, cairan merkuri di
dalamnya adalah racun.
BAB V
RESUME
Untuk membandingkan teori dan praktik pengukuran suhu maka kami mengambil sampel dua
klien untuk diukur suhunya melalui Axilla dan Anal. Setelah diobservasi dan dianalisa secara
langsung maka hasilnya adalah sebagai berikut :
Suhu : Axilla : 37 C
Anal : 37,9 C
2. Nama : An. R
No. RM : 118.13.72
Febris
Observasi Vomitus
Gastroentritis Dehidrasi Sedang
Suhu : Axilla : 36 C
Anal : 37 C
BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil pengukuran suhu dari dua klien yang kami teliti menunjukkan perbedaan suhu
antara suhu yang diukur di Axilla dan Anal. Hal ini menunjukkan bahwa secara teori dan
praktik terdapat perbedaan atau selisih hasil suhu yang diukur. Temperatur ketiak biasanya
1/2 derajat lebih rendah dari suhu oral dan pada anak suhu dari anal merupakan standard dan
lebih dipercaya karena ada perbedaan kurang lebih 0,5 1 derajat dibanding suhu ketiak atau
mulut.
Pada umumnya yang diukur adalah suhu ketiak (axilla). Akan tetapi jika orang tua
tidak berpengalaman mengukur lewat dubur, sebaiknya dilakukan cara lain. Masalahnya
dubur anak bisa menjadi lecet atau terkena iritasi, terutama bayi oleh karena itu disarankan
mengukur suhu tubuh melaui anus sebaikya hanya dilakukan oleh petugas kesehatan.
Namun banyak petugas kesehatan yang masih menggeneralisasikan bahwa
pengukuran suhu akan sama hasilnya jika diukur melalui oral, anal maupun axilla, sehingga
pada praktiknya pengukuran suhu pada semua klien anak akan diukur melalui axilla. Hanya
dalam kondisi tertentu apabila ada balita yang suhunya tinggi akan diukur melalui anal, jika
tidak demam maka hanya diukur melalui axilla.
Selain itu perbedaan atau selisih hasil dari pengukuran suhu itu juga akan
membedakan batas seorang anak dikatakan demam serta tindak lanjut atau intervensi yang
diberikan. Suhu yang diukur melalui anal dikatakan demam jika suhunya 38,1 C, suhu oral
dikatakan demam jika suhunya 37,6 C dan suhu axilla memiliki batasan suhu 37,4 C akan
dikatakan demam.
Untuk penanganan demam obat penurun panas dapat diberikan. Sebaiknya hanya
diberikan jika suhu diatas 38,5(39,5) C karena di suhu ini fungsi-fungsi tubuh sudah bisa
terganggu. (kecuali pada bayi muda indikasi segera) Dapat juga mulai 38oC atau jika akibat
demam anak merasa tak nyaman, rewel, tampak menderita, tak mau makan minum, pegal-
pegal atau saikt badan, sakit kepala dan lainnya. Dikemukakan bahwa obat penurun panas
biasanya hanya menurunkan panas satu derajat saja. Kalau turunnya lebih dari itu, ada
kemungkinan tubuhnya sendiri yang menurunkan suhu tersebut. Tetapi pada anak dengan
riwayat kejang , orang tua harus berhati-hati, berikan penurun demam walau hanya teraba
o
hangat ( suhu baru mencapai sekitar 37,5 C). Untuk demam denan suhu 40oC, rendamlah
anak Anda dalam air hangat selama 15 menit.
BAB VII
PENUTUP
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila
pengeluaran panas meningkat. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal dan
aksila. Temperatur ketiak biasanya 1/2 derajat lebih rendah dari suhu oral dan pada anak suhu
dari anal merupakan standard dan lebih dipercaya karena ada perbedaan kurang lebih 0,5 1
derajat dibanding suhu ketiak atau mulut.
Dari mini riset yang telah dilakukan ini diharapkan petugas kesehatan lebih
memahami terkait suhu tubuh klien anak, baik nilai normal maupun klien tersebut dikatakan
demam. Karena secara langsung akan mempengaruhi tindak lanjut atau intervensi yang akan
diberikan kepada klien yang demam tersebut.
Apabila salah dalam menentukan nilai hasil pemeriksaan suhu akan berakibat anak
akan mengalami beberapa gangguan diantaranya ketidak seimbangan cairan dan elektrolit,
kejang atau akibat lain yang lebih fatal.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.
Jakarta : EGC.
Susiloningrum Rekawati, Utami Sri, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak , Jakarta :
Salemba Medika.