dan Pertanian
mineral untuk
ternak ...
Pengembangan
Inovasi
4(3), kesehatan
2011: 205-217
205
ABSTRAK
Mineral makro (Ca, Mg, Na, dan K) maupun mikro (Cu, Zn, Fe) sangat dibutuhkan ternak untuk
kesehatan dan daya produksinya. Pakan yang cukup mineral menyebabkan ternak menjadi sehat dan
menghasilkan produk yang penuh gizi untuk manusia. Pengadaan daging dan produk ternak lain di
dalam negeri belum mencukupi kebutuhan sehingga dilakukan impor daging sapi atau sapi bakalan. Hal
tersebut terjadi karena sistem pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional. Umumnya petani
memelihara ternak secara sederhana dengan memberi pakan berupa rumput dari lapangan. Anjuran
untuk memberikan mineral suplemen pada ternak belum dilakukan. Di lain pihak, logam toksik seperti
Pb, Cd dan As, sering mencemari rumput pakan, terutama di kawasan industri. Bila rumput tersebut
diberikan pada ternak dapat menyebabkan adanya residu logam toksik pada produk ternak. Oleh karena
itu, usaha peternakan perlu direlokasi ke tempat yang bebas cemaran. Mengingat pentingnya peran
mineral bagi kesehatan ternak maka upaya meningkatkan produksi ternak secara aman dan
berkesinambungan perlu mendapat perhatian.
Kata kunci: Mineral, logam, produksi ternak, kesehatan ternak
ABSTRACT
Metal and Mineral Supplementation for Animal Health in Supporting Beef Self-Sufficiency
Macrominerals (Ca, Mg, Na, K) and microminerals (Cu, Zn, Fe) are essential for animals for health,
production, and reproduction. Feed containing sufficient minerals is needed for animals to produce
high quality products for human consumption. Production of meat and other animal products in
Indonesia are not sufficient to fulfill the domestic demand, so that some of them are imported. This is
because almost animal farm management in the villages depends on the pasture grass for feed. As a
consequence mineral supplementation was strongly recommended to increase animal production. On
the other hand, pastures grown on the surrounding industrial area were often contaminated by toxic
elements such as Pb, Cd, and As, which caused metal residues in animal products. In this case,
relocation of animal industries was needed to avoid their negative impacts on animals. Considering
1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 04 Juni 2009 di
Bogor.
206
Darmono
the important role of minerals for animal health, therefore, increasing animal production safely and
continuously is need to be considered.
Keywords: Elements, metal, animal production, animal health
PENDAHULUAN
Pengembangan peternakan di masa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri,
mampu bersaing, dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan ekonomi
rakyat, terutama di perdesaan. Pembangunan peternakan diarahkan agar produk
ternak dalam negeri mampu bersaing dengan produk ternak impor dalam rangka
memantapkan ketahanan pangan nasional.
Salah satu dampak keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Perbaikan tingkat pendapatan telah mengubah pola konsumsi
masyarakat dari karbohidrat ke protein
hewani, khususnya hasil ternak seperti
daging, susu, dan telur sebagai sumber
protein berkualitas tinggi. Peningkatan
konsumsi protein asal ternak secara tidak
langsung dapat memperbaiki pertumbuhan, perkembangan otak, kesehatan
tubuh, dan kecerdasan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Seiring dengan peningkatan
konsumsi protein hewani maka produksi
bahan pangan asal ternak perlu terus ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan
masyarakat.
Pertumbuhan dan kesehatan ternak
memegang peran penting dalam mewujudkan swasembada daging. Namun, dalam
beberapa kasus, aktivitas industri menyebabkan terjadinya kontaminasi limbah
berbahaya pada lahan pertanian, yang
secara tidak langsung berpengaruh terhadap ternak. Bahan pangan hewani
sangat rentan terhadap kontaminasi, baik
207
208
Darmono
209
Industri
Cd
Pb
Hg
60
85
15
20
14.600
800
750
2.000
20
20
180
18.150
40
210
Darmono
Cd
Cu
Zn
10,50
6,18
8,83
0,43
0,34
0,35
6,16
5,49
6,31
184,2
79,5
144,0
211
Mengatasi Penyakit
Defisiensi Mineral
Pengobatan penyakit defisiensi mineral
dapat dilakukan dengan menambahkan
mineral dalam pakan dan mengurangi
interaksi unsur nutrisi lain dengan unsur
nutrisi mineral. Oleh karena itu, perlu
dilakukan diagnosis kandungan mineral
dalam darah ternak untuk mencegah secara
dini munculnya interaksi mineral tersebut.
Pengobatan penyakit defisiensi mineral dilakukan dengan memberikan sejumlah mineral tambahan dalam bentuk
konsentrat maupun mineral blok dengan
dosis dua kali dari ternak normal (McDowell 1985). Jumlah mineral yang perlu
diberikan dihitung dengan mengalikan
kandungan mineral dalam blok dengan
berat blok, kemudian dibagi keperluan
mineral per hari. Hasilnya adalah mineral
yang diperlukan ternak yang tersedia dalam blok (Tabel 3). Beberapa jenis mineral
blok telah diproduksi secara komersial,
namun kesesuaiannya dengan kebutuhan
ternak perlu dikaji dan dianalisis terlebih
dahulu..
Dengan meneliti mineral blok pakan
dari produk yang berbeda dapat diperkirakan kecukupan kebutuhan mineral pada
blok tersebut. Hasil analisis dua mineral
Pencegahan Toksisitas
Logam Berat
Pencegahan dan pengobatan toksisitas
logam pada ternak belum banyak dilakukan
Tabel 3. Kebutuhan mineral sapi per hari pada kondisi normal dan kondisi defisiensi.
Mineral dalam
pakan
Ca
Mg
P
Cu
Zn
(g/kg)
(g/kg)
(g/kg)
(mg/kg)
(mg/kg)
Kandungan
dalam darah
normal
(mg/100 ml)
8-12
1,8-3,1
0,4-0,6
0,06
0,08
Pemberian
pakan kondisi
normal
15,00
0,40
10,00
5,00
25,00
Kandungan
dalam darah
defisiensi
(mg/100 ml)
<
<
<
<
<
8
1,8
0,4
0,05
0,04
Pemberian
pakan kondisi
defisiensi
30,00
0,80
20,00
10,00
50,00
212
Darmono
Tabel 4. Kandungan beberapa mineral dalam blok A dan hasil analisis yang ditemukan dalam
laboratorium.
Konsentrasi (mg/kg berat basah)
Konsentrasi
Mineral
Na
Ca
P
Mg
Cu
Zn
pada (label)
(mg/kg)
19.660
7.200
5.670
15.000
100
-
Analisis lab.
Rata-rata
(n=15)
Keperluan
diet per hari
% dari diet
tersedia
dalam blok
246.446
13.733
1.310
10.151
86
51
1.400
4.300
2.400
1.500
5
35
123,20
22,3
3,8
47,4
120,0
10,2
Tabel 5. Kandungan beberapa mineral dalam blok B dan hasil analisis yang ditemukan dalam
laboratorium.
Konsentrasi (mg/kg berat basah)
Konsentrasi
Mineral
Na
Ca
P
Mg
Cu
Zn
pada (label)
(mg/kg)
Analisis lab.
Rata-rata
(n=15)
Keperluan
diet per hari
% dari diet
tersedia
dalam blok
24.000
270.000
189.000
12.000
357
357
300
80.000
18.600
3.200
90
8
1.400
4.300
2.400
1.500
5
35
15,0
130,0
54,2
14,9
126,0
1,6
213
broiler menunjukkan bahwa Cd menghambat pertumbuhan hingga 50% dibanding kondisi normal pada pemberian Cd
100 mg/kg pakan (0,01%). Hambatan
pertumbuhan menurun sampai 25% pada
pemberian Cd 50 mg/kg pakan (0,005%)
(Darmono et al. 1996). Toksisitas Cd juga
menghambat pertumbuhan ayam pedaging. Namun, dengan pemberian Zn yang
berinteraksi dengan Cd, daya toksisitas Cd
akan berkurang (Darmono et al. 2000).
Pemberian logam esensial untuk berinteraksi dengan logam toksik lebih menjanjikan dibanding pemberian khelat, karena
selain murah, hasilnya cukup menggembirakan. Pemberian Zn pada pakan yang
terkontaminasi Cd dengan perbandingan
1:1 atau 1:2 (Zn:Cd) meningkatkan laju
pertumbuhan yang cukup baik, walaupun
masih di bawah kelompok ternak kontrol
(Darmono et al. 1996). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, Zn dapat meningkatkan kandungan Zn-thionein yang semula
ikatan tersebut diambil alih oleh Cd sebagai Cd-thionein (Darmono et al. 2000).
214
Darmono
Implikasi Kebijakan
Pemberian suplemen pakan ternak yang
sesuai dan ideal perlu dilakukan sehingga
usaha peternakan perlu mengetahui
kandungan mineral dalam pakan dan
mengevaluasi kandungan logam dan
mineral dalam tubuh ternak. Pemilihan
lokasi peternakan perlu dipertimbangkan
secara matang untuk menghindari terjadinya toksisitas logam berat pada ternak.
Untuk meningkatkan kesehatan ternak
melalui pemanfaatan logam dan mineral
perlu dilakukan diseminasi hasil penelitian,
evaluasi status logam dan mineral dalam
tubuh ternak, dan pemberian suplemen
dari unsur nutrisi tersebut sesuai dengan
yang diperlukan. Upaya tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi ternak dan pencapaian swasembada
daging nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adamson, A.H. 1980. Lead and arsenic
pollution of grass around smelter. p.
77-83. In Inorganic Pollution and
Agriculture. Proceeding of Conference
on Agricultural Fish Food. Her Majesty
St. Off., London.
215
Bahri, S. dan Suwarsono. 1986. Kadar hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3) kambing di daerah kekurangan
iodium. Penyakit Hewan 18(31): 6870.
Baldwin, D.R. and W.J. Marshall. 1999.
Heavy metal poisoning and its laboratory investigation (review article).
Ann. Clin. Biochem. 36: 267-300.
Brown, J.X., P.D. Buckett, and M.
Wessling-Resnick. 2004. Identification
of small molecule inhibitors that distinguish between non-transferrin
bound iron uptake and transferrinmediated iron transport. Chem. Biol.
11(3): 407-416.
Chowdhury, B.A. and R.K. Chandra. 1987.
Biological and health implication of
toxic heavy metals and essential trace
element interactions. Prog. Food Nutr.
Sci. 11(1): 55-113.
Chung, J., D.J Haile, and M.WesslingResnick. 2004. Ferroportin-1 is not
upregulated in copper-deficient mice.
J. Nutr. 134(3): 517-521.
Damir, H.A., M.E.S. Barrri, S.M. El Hassan,
M.H. Tageldin, A.A. Wahbi, and O.F.
Idris. 1988. Clinical zinc and copper
deficiencies in cattle of Western Sudan.
Trop. Anim. Hlth. Prod. 20(1): 52-56.
Darmono and D.R. Stoltz. 1988. Potential
mineral deficiency diseases of Indonesian ruminant livestock: Zinc. Penyakit Hewan 20(35): 42-46.
Darmono. 1989a. Status mineral pada
domba di Cirebon dan hubungannya
dengan penyakit defisiensi. Bull. FKH
UGM 9(2): 16-18.
Darmono. 1989b. Kandungan mineral pada
pakan tambahan untuk mencegah
penyakit defisiensi pada ternak ruminansia. Bull. FKH UGM 9(2): 13-15.
Darmono dan S. Bahri. 1989. Defisiensi
tembaga dan seng pada sapi di daerah
216
Darmono
217