ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. Z
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 5 tahun 7 bulan
Alamat
Anak ke-
: 1 dari 2 bersaudara
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Sunda
Tgl masuk RS
: 08 Juni 2013
No. RM
: 436846
II.
ANAMNESIS
Data diperoleh dari alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 08 Mei 2013
1. Keluhan utama
Panas badan sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
masuk rumah sakit dan pasien tampak sangat lemas. Keluhan disertai gatal-gatal
pada seluruh tubuh dengan bentol-bentol dan bewarna kemerahan sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibu pasien keluhan tersebut timbul tiba-tiba
ketika malam hari. Keluhan gatal tersebut baru pertama kali dirasakan pasien
Keluhan batuk dan pilek disangkal.Keluhan tidak disertai nyeri-nyeri otot,
gusi berdarah, bintik-bintik merah dan mimisan. Keluhan berat badan sulit naik,
keringat malam,
sebelumnya disangkal.
Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari atau
lebih dan pasien sering jajan makanan dan minuman diluar rumah tanpa
sepengetahuan ibu pasien. Namun saat sakit nafsu makan pasien menurun.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasin telah dibawa berobat ke dokter
umum oleh ibu pasien, diberi antibiotik dan obat penurun panas namun belum ada
perubahan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan yang sama pada anggota keluarga disangkal.
Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
5. Riwayat pribadi
Riwayat kehamilan dan Persalinan
Pasien dikandung cukup bulan dan sesuai masa kehamilan. Ibu pasien
memeriksakan kandungannya dengan teratur. Pasien lahir secara normal
dibantu oleh bidan di rumah. Pasien lahir langsung menangis dengan berat lahir
3000gram, panjang badan tidak diukur.
6. Riwayat makanan
0-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
: ASI
: ASI + buah-buahan + bubur susu
: ASI + buah-buahan + bubur nasi
2
12-24 bulan
> 2 tahun
: 6 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berbicara
: 1 tahun
Berjalan
: 1,5 tahun
8. Riwayat imunisasi
BCG
: 1x, usia 1 bulan
DPT
: 3x, usia 2, 3, 4 bulan
Polio
: 3x, usia 2, 3, 4 bulan
Hep B
: 3x, usia 0, 1, 6 bulan
Campak
: 1x, usia 9 bulan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan umum
1. Kesadaran
: Compos mentis
2. Kesan
: Sakit sedang
3. Tanda Vital
Frekuensi nadi
: 120x/menit reguler
Frekuensi nafas
: 20x/menit reguler
Suhu
: 36,7oC axila
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
4. Status gizi
Berat badan
: 17kg
Tinggi Badan
: 113 cm
BB/U
: Persentil -1/0 SD
TB/U
: Persentil 1/2 SD
BB/TB
: Persenil -1/0 SD
Simpulan status gizi
: Baik
B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
Tidak ada deformitas, rambut hitam lurus, tidak mudah dicabut
3
2. Mata
Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
terdapat sekret, pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+)
3. Telinga
Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan retroaurikular, tidak ada
sekret
4. Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada deviasi septum, tidak terdapat sekret,
pernafasan cuping hidung (-/-)
5. Mulut
6. Leher
KGB tidak teraba membesar, retraksi suprasternal tidak ada
7. Thorak
Simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga tidak ada
Jantung : Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Paru
: Inspeksi
Palpasi
: simetris kiri-kanan
Perkusi
Auskultasi
8. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9. Ekstermitas
Akral hangat, CRT< 2 detik, tidak ada edema
Urtika (+)
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING
- Demam tifoid + Urtikaria
- Demam Dengue + Urtikaria
5
V.
DIAGNOSIS KERJA
Demam tifoid + Urtikaria
VI.
USULAN PEMERIKSAAN
-
VII.
PENATALAKSANAAN
UMUM
-
Tirah baring
Diet makanan lunak dan rendah serat
KHUSUS
-
IVFD RL 20 gtt/mnt
Cefotaxime 3x600 mg IV
Parasetamol syr 3x2 cth
Cetirizine Syr 2x2 cth
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Pembahasan Kasus
Pasien di diagnosa demam typhoid karena
Dari anamnesa pasien di dapatkan :
Kriteria Diagnosis4:
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya panas makin hari makin meninggi.
6
2. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemis. Ruam macula papula pada
kulit dada bagian bawah ataupun perut (rose spot) yang menghilang dalam 2-3 hari.
3. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Pemeriksaan penunjang pada pasien ini3 :
a. Darah tepi perifer.
Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau
perdarahan usus.
Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul.
Limfositosis relative.
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
b. Pemeriksaan serologi.
Serologi Widal : kenaikan titer Salmonella typhi titer O (kenaikan 4 kali atau
lebih dari sama dengan 1/160)
Usulan pemeriksaan :
Pemeriksaan biakan Salmonela.
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4.
Setelah terjadi bakterimia sekunder, biakan dapat diambil melalui urin/feses.
Tirah Baring
o Pasien butuh dirawat untuk isolasi, observasi, dan pengobatan
o Untuk mencegah komplikasi
Diet makanan lunak dan rendah serat
o Untuk mencegah perdarahan usus atau perforasi usus
Khusus :2
Oral
Parenteral
Tanpa
Komplikas
i
Kloramfenikol 50-75
mg/kgbb/hari selama 1421 hari
Amoksisilin 75-100
mg/kgbb/hari selama 14
hari
Terapi
alternatif
tanpa
komplikasi
Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari
selama 14-21 hari
Ampisilin 75-100 mg/kgbb/hari
selama 14 hari
Dengan
komplikasi
.
Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran,gangguan
sirkulasi dan gejala berkepanjangan. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari intravena,
dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
Lain-lain
Perdarahan usus :
Antibiotik iv
Suportif
a. Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah.
Tirah baring
Istirahat ditempat tidur dipertahankan sampai penderita bebasdemam 7 hari dan
sebaiknya hingga akhir minggu ketiga, karena resiko perdarahan dan perforasi usus
masih besar dalam masa ini. Kemudian mobilisasi bertahap sesuai pulihnya penyakit.
Isolasi memadai
8
oral/parenteral.
Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2 .
Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
Pelihara keadaan nutrisi.
Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
Antipiretik
Antipiretik diberikan apabila demam >390C, kecuali pada riwayat kejang demam
dapat diberikan lebih awal.
Diet
Makanan tidak berserat dan mudah dicerna.
Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan
kalori cukup.
Transfusi darah
Transfusi darah kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan
perforasi usus.
c. Lain-lain (rujukan subspesialis dan rujukan spesialis lainnya).
Konsultasi bedah anak apabila dijumpai komplikasi perforasi usus.
Monitoring
Evaluasi demam reda dengan memonitor suhu. Apabila pada hari 4-5 setelah
pengobatan demam tidak reda, maka harus segera kembali dievaluasi adakah
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik, atau
Komplikasi
a. Intra intestinal: perforasi usus atau perdarahan saluran cerna ditampakan oleh penurunan
suhu, penurunan tekanan darah, kenaikan frekuensi nadi, disertai dengan penambahan
nyeri perut yang mencolok, sakit, muntah dan tanda-tanda peritonitis.
b. Ekstra intestinal: tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia, syok septik,
pielonefritis, endokarditis, osteomielitis.3
Langkah promotif/preventif
1. Hygiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute fecal-oral, maka pencegahan utama memutuskan
rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan lingkungan, seperti
mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan pengamanan pembuangan
limbah feses.
2. Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan apabila terjadi kontak dengan pasien demam tifoid,
terjadi kejadian luar biasa, dan untuk turis yang berpergian ke daerah endemik.
Vaksin polisakarida (capsular Vi polysaccharide) , pada usia 2 tahun atau lebih,
Prognosis
Prognosis untuk penderita dengan demam tifoid tergantung pada terapi segera, usia
penderita, keadaan kesehatan sebelumnya, serotip salmonella penyebab, dan munculnya
komplikasi. Bayi umur sebelum 1 tahun dan anak-anak dengan gangguan imun berada pada
resiko yang lebih tinggi. Salmonella tyhpy menyebabkan penyakit yang lebih berat, dengan
angkat komplikasi dan kematian yang lebih tinggi, daripada serotif lain. Munculnya
komplikasi, seperti perforasi saluran pencernaan atau perdarahan berat, meningitis,
endokarditis dan pneumonia disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi.3
10
URTIKARIA
Pasien tersebut di diagnosa urtikaria karena :
Dari pengertian urtikaria merupakan lesi di kulit yang ditandai khas dengan urtika. Pengertian
urtikaria yang lain adalah reaksi vaskular dari dermis yang ditandai dengan gambaran
sementara dengan bercak atau bejolan, lebih merah atau lebih pucat dari pada kulit
disekitarnya dan seringkali ditandai dengan gatal yang sangat hebat. 2Hal tersebut sesuai
dengan keluhan dan pemeriksaan yng didapatkan pada pasien tersebut.
Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat. Cara kerja antihistamin
telah diketahui dengan jelas, yaitu menghambat histamin pada reseptor-reseptornya.
Berdasarkan reseptor yang dihambat, antihistamin dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
antagonis reseptor H1 (antiistamin 1, AH1) dan reseptor H2 (AH2).Pada kasus ringan atau
sedang-berat pengobatan pertama diberikan AH-1.2
Follow
UP urtikaria baik karena merupakan self limitting disease.
Prognosis
Tanggal
09/06/2013
Tanggal 10/06/2013
Tanggal 11/06/2013
11
Tanggal 12/08/2013
Keluhan : tidak ada
O : ku : Compos mentis
Th/
S : 36,7C N : 92x/m RR :
28x/m TD : 90/60 mmHg
Abd : datar, lembut, bu (+)
normal, H/L TTB, NTE (-)
Urtika (-)
bubur nasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
2. Garna, Herry dan Heda Melinda N. Pedoman Diagnosis dan Terapi edisi 4. 2012.
Bandung : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD.
3. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi
dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI:
367-37
4. WHO, Pelayanan Kesehatan Anak dirumah sakit, cetakan ke 1, 2009. Jakarta : GBM.
13