Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes ., Sp.KJ
Co-ass :
ZAKI WAHYU PRIMA SAPUTR
20090310045
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
No. RM
: 36.43.xx
Tanggal Periksa RS
: 27 April 2015
2. ALLOANAMNESIS
Aloamamnesis 1
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 70 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
Hubungan
: Ibu
Aloamamnesis 2
Nama
: Ny. T
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Buruh
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Hubungan
: Kakak
marah-marah dengan keyakinan ada orang lain yang mau mengganggu dirinya, hal
ini dikarenakan obat habis.
Sekarang pasien tidak mengeluh adanya suara-suara yang mengganggu, tidak
ada perasaan orang menjelek-jelekkan pasien, kadang pasien membantu tetangga
untuk bekerja, tetapi masih jarang untuk keluar ke sekeliling karena kurang percaya
diri.
Alloanamnesis
Ibu dan Kakak pasien mengatakan pada tahun 2003 pasien memiliki tingkah
yang berbeda seperti biasanya, pasien sering marah-marah dirumah, merusak
properti rumah , pasien juga jadi malas-malasan untuk kerja dan suka melamun saja
dirumah. Kakak pasien mengatakan pasien pertama mengalami gejala seperti itu
setelah pasien dan teman-temannya mabuk-mabukan , kemudian terjadi perkelahian
diantara pasien dan temannya, pasien merasa dendam kepada temannya, pasien juga
menginginkan sepeda motor kepada ayahnya. Setelah itu muncul gejala marahmarah jika dinasehati sampai merusak rumah, keluarga membawa ke dukun dan
selanjutnya dibawa ke rumah sakit Dr Sardjito dan kontrol rutin disana.
Pada tahun 2006 pasien kembali kambuh karena tidak minum obat secara
teratur dan tidak minum obat selama 3 hari, menurut ibu dan kakak pasien memiliki
jiwa yang masih belum stabil, suka marah-marah sendiri dirumah. Pasien kadang
kerja serabutan menjadi buruh angkat pasir dengan bayaran perhari. Pasien sering
lupa minum obat dengan rutin.
Pada tahun 2014 pasien pernah diajak wawancara ke Psikolog yang mana
pasien merasa tidak punya teman, dan pasien ingin memiliki teman lagi,kemudian
setelah lebaran Idhul Adha kakak pasien mengatakan pasien kambuh lagi karena ada
masalah dengan temannya, dirumah pasien menjadi marah-marah lagi, suka
melamun , tidak mau kerja, tidak merawat diri, tidak mau berkomunikasi, bicara
kacau. Suka marah ke orang lain yang tidak ia suka sampai membawakan barang
berbahaya seperti parang dan sebagainya. Keluarga kembali membawa pasien ke
RS , pasien dibawa ke RS Soeradji dan dirawat inap selama kurang lebih satu
bulanan.
Menurut ibu dan kakak pasien sekarang pasien sudah mulai melakukan aktifitas
seperti biasa terhadap keluarga dan tetangga sekitarnya tetapi pasien masih sedikit
malas untuk aktifitas dirumah maupun diluar seperti kerja dan merawat dirinya.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf
: demam (-)
Sistem Digestiva
Sistem Urogenital
: BAK normal
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan disangkal.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Faktor Presipitasi
Dari penuturan alloanamnesis kakaknya setelah memiliki masalah sampai
berkelahi dengan temannya dan juga ingin memiliki motor pasien berubah
dalam tingkahnya mulai gelisah, mudah marah dan teriak-teriak, sulit
beraktifitas dan bersosialisai, menarik diri, sulit tidur , sering melamun
dan tidak merawat diri dengan baik.
2.6.2.
2.6.3.
Silsilah Keluarga
D. 2010
1945
70
Ny. N
1970
1972
1976
1981
45
43
39
34
Ny. Y
Tn. S
Riwayat Kelahiran
Menurut ibunya pasien lahir secara spontan dibantu dukun pada tahun 1976.
2.7.2.
2.7.3.
Perkembangan Awal
Menurut ibu pasien, pasien berkembang sesuai dengan perkembangan teman
sebaynaya.
2.7.4.
Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
:-
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pekerja serabutan , seperti ngangkat pasir, makanan
ayam,atau batu untuk bahan bangunan. Pendapatan pasien berkisar antara 3040rb perhari dengan jam kerja kurang lebih 8 jam perhari.
2.7.6.
2.7.7.
2.7.8.
Pasien suka dengan lawan jenis saat duduk di bangku SMP kelas 2.
Agama Islam
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
2.7.9.
Terbuka
Suka bercerita
sendiri sekarang tidak bekerja, bekerja jika diajak oleh orang tertentu yang
tau keadaanya.
Pada tahun 2006 pasien mulai kambuh lagi dengan keluhan hampir sama yaitu
marah-marah, suka teriak-teriak, melamun , tidak mau beraktifitas dan menutup
diri dari lingkungan sekitar dikarenakan tidak minum obat teratur dan
terputusnya obat. Sehingga pasien dirawat di RS Sardjito
Pada tahun 2014 pasien kambuh lagi karena memiliki masalah dengan temannya
, pasien kembali mengamuk dan merusak rumah orang tersebut, pasien dirawat
lagi di RS Soeraji Klaten.
Pasien mulai berobat rutin sejak tahun 2003 setelah pertama kali sakit, tetapi
kontrol tidak rutin dikarenakan jauh dan membutuhkan biaya untuk pergi ke RS
Sardjito. Mulai kontrol rutin di RS Panembahan mulai tahun 2008 hingga
sekarang.
Pasien tipe orang yang terbuka, suka bergaul dan bercerita, tetapi tertutup pada
masalah pribadinya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Bentuk Badan
Berat Badan
Tinggi Badan
Tanda Vital
: tidak dilakukan
Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
Leher
Thorax
Ekstremitas
Sistem Integumentum
tempat
dan
alat
untuk
Sensibilitas
Gerakan Abnormal
: tidak dilakukan
: tidak ada
normal.
3.1.3.
EKG
EEG
CT Scan
LAB darah
Kesan Umum
Status Psikiatri
Hasil
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
Orientasi
Keterangan
Pasien sadar penuh
Pasien
dapat
mengenali
orang
sekitar.
Waktu: baik
Tempat: baik
Situasi: baik
3.
Sikap/tingkah
Kooperatif
Pasien
membedakan
suasana
tempat-tempat
Pasien mau saat diajak bersalaman
laku
4.
Penampilan/rawa Jelek
5.
6.
7.
t diri
Mood
Afek
Pikiran
Eutimik
Appropiete
Bentuk pikir: non Realistis
Perhatian
9.
Persepsi
dicantum
Halusinasi: (-)
10.
Insight
Ilusi: (-)
Derajat 3
8.
mandi.
Tampak Normal
Menunjukkan afek yang sesuai
ditanya
dan
dimengerti
Mengetahui
sakitnya
3.2.2.
Baik
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1.
Kepribadian
Introvert
3.3.2.
IQ
Lain-Lain
Tidak ada
jawaban
dan
Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak sesuai usia, kooperatif, rawat diri jelek.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Pasien mambu menjawab pertanyaan dengan cepat dan sesuai dengan
pertanyaan.
4.2.
Gejala (Simtom)
a. Halusinasi dan ilusi tidak ada.
b. Bentuk pikir non realistik dan isi pikir waham tidak ada
c. Mudah ditarik, mudah dicantum
d. Orientasi orang , waktu , orientasi tempat dan situasi baik.
e. Mood eutimik
f. Afek appropiete.
4.3.
Berikut ini merupakan kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan status mental pasien:
-
Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
berbagai aspek perilaku seperti jarang mandi atau rawat diri yang kurang,
malas untuk melakukan aktifitas dengan orang sekitar.
6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric Association
untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV adalah:
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan
berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengkomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,
atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau
jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika
diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan
mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal
atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif
atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).
umum mengetahuinya;
2. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
-
3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
-
atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
-Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;
-Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
-Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
-Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall
quality)
dari
beberapa
aspek
perilaku
pribadi
(personal
behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia residual, karena :
- Pasien memiliki gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol seperti aktivitas pasien
yang menurun, sikap pasif, perawatan diri pasien buruk, dan kinerja sosial yang
-
buruk.
Pasien pernah mengalami gejala psikotik pada masa lampau yang memenuhi criteria
skizofrenia.
Tidak terdapat penyakit atau gangguan organic lain dan tidak terdapat depresi kronis.
Diagnosa skizofrenia residual digunakan pada pasien yang telah sembuh dari gejala yang
menonjol seperti delusi, halusinasi atau perilaku yang terdisorganisasi tapi masih
memperlihatkan gejala negatif skizofrenia
Adapun cara penegakan diagnosa menurut DSM-IV sebagai berikut:
a. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku katatonik
terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol.
b. Terdapat terus bukti-bukti gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala
negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam kriteria A untuk skizofrenia,
ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah (misalnya keyakinan yang aneh,
pengalaman persepsi yang tidak lazim).
Selain itu, PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni
harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:
a. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk
seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.
d. .Tidak terdapat demensia atau penyakit gangguan otak organik lain, depresi kronis,
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
7.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.5 Skizofrenia Residual
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Pada Pasien
Prognosis
FAKTOR PREMORBID
1.
Tidak ada
Baik
Faktor kepribadian
Tidak ada
Baik
2.
Demokratis
Baik
Faktor genetik
Tidak ada
Baik
3.
Ada
Baik
Pola asuh
Ekonomi kurang
Buruk
4.
Ada
Baik
Faktor organik
Belum
Buruk
5.
Buruk
Buruk
10.
Dewasa
Baik
Onset usia
Kronik
Buruk
Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
Status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual
FAKTOR
11.
Skizofrenia
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
Buruk