Anda di halaman 1dari 19

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes ., Sp.KJ

Co-ass :
ZAKI WAHYU PRIMA SAPUTR
20090310045
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Umur

: 39 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Jomboran GilangHarjo Pandak Bantul

No. RM

: 36.43.xx

Tanggal Periksa RS

: 27 April 2015

2. ALLOANAMNESIS
Aloamamnesis 1
Nama

: Ny. N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 70 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Jomboran GilangHarjo Pandak Bantul

Hubungan

: Ibu

Aloamamnesis 2
Nama

: Ny. T

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 45 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Buruh

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Hubungan

: Kakak

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang ke Rumah sakit untuk kontrol rutin dan obat habis
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Autoanamnesis
Pada tahun 2003 saat pasien kurang lebih berusia 25 tahun pasien pertama kali
memiliki tindakan tidak seperti biasanya, pasien suka marah-marah dirumah sampai
merusak rumah, pasien mengatakan mendengar bisikan-bisikan dari luar , bisikan
atau suara-suara tersebut seperti ada acara Reoq, terutama saat pasien melamun
tidak ada kegiatan. Pasien mengatakan sulit untuk tidur dan perasaan tidak enak
didalam hati , seperti ada yang mengendalikan. Pasien mengatakan gejala itu
muncul ketika pasien meminta kepada ayahnya untuk membelikan motor, tetapi
ayah pasien menolak untuk membelikan motor tersebut. Setelah itu pasien mulai
marah-marah dirumah sampai merusak rumah. Keluarga pasien membawa pasien
untuk berobat ke Rumah Sakit Dr Sardjito. Di RS Dr Sardjito pasien dirawat selama
kurang lebih 10 hari. Keluhan membaik pasien dapat pulang dan berobat rutin di Rs
Sardjito
Pada tahun 2006 keluhan kembali kambuh dengan gejala hampir sama seperti
sebelumnya, pasein suka marah-marah dirumah, mendengar suara-suara tidak tahu
asalnya darimana, pasien mengatakan gejala muncul karena minum obat tidak rutin
dan juga terputus obat selama 3 hari. Keluhan kembali kambuh dan pasien dibwa
keluarga ke RS Dr Sardjito untuk dirawat disana. Pada tahun 2008 pasien mulai
kontrol di RS Panembahan Senopati, pasien merasa sedikit terbantu karena bisa
mengambil obat dengan mudah .
Pada tahun 2014 kira-kira bulan Oktober pasien kembali marah-marah dan
mengamuk sampai merusak rumah sesorang yang memiliki masalah dengannya,
keluhan timbul pada saat pasien pergi untuk membeli makan di warung angkringan,
pasien dianggap penjual tidak memiliki uang, tidak terima dengan hal itu pasien
datang kerumah orang tersebut dan merusaknya. Pasien dibawa oleh keluarga dan
masyarakat ke Rs Soeradji Klaten untuk diobati, pasien dirawat disana selama
kurang lebih 30 hari, kondisi keadaan pasien tidak stabil, kadang-kadang masih
merasa ingin marah- marah sendiri, pasien mengatakan tidak ada yang
menyuruhnya melakukan hal tersebut, hal tersebut datang tiba-tiba dari dalam
tubuhnya. Pasien juga sempat ke IGD di Rs Panembahan Senopati karena pasien

marah-marah dengan keyakinan ada orang lain yang mau mengganggu dirinya, hal
ini dikarenakan obat habis.
Sekarang pasien tidak mengeluh adanya suara-suara yang mengganggu, tidak
ada perasaan orang menjelek-jelekkan pasien, kadang pasien membantu tetangga
untuk bekerja, tetapi masih jarang untuk keluar ke sekeliling karena kurang percaya
diri.
Alloanamnesis
Ibu dan Kakak pasien mengatakan pada tahun 2003 pasien memiliki tingkah
yang berbeda seperti biasanya, pasien sering marah-marah dirumah, merusak
properti rumah , pasien juga jadi malas-malasan untuk kerja dan suka melamun saja
dirumah. Kakak pasien mengatakan pasien pertama mengalami gejala seperti itu
setelah pasien dan teman-temannya mabuk-mabukan , kemudian terjadi perkelahian
diantara pasien dan temannya, pasien merasa dendam kepada temannya, pasien juga
menginginkan sepeda motor kepada ayahnya. Setelah itu muncul gejala marahmarah jika dinasehati sampai merusak rumah, keluarga membawa ke dukun dan
selanjutnya dibawa ke rumah sakit Dr Sardjito dan kontrol rutin disana.
Pada tahun 2006 pasien kembali kambuh karena tidak minum obat secara
teratur dan tidak minum obat selama 3 hari, menurut ibu dan kakak pasien memiliki
jiwa yang masih belum stabil, suka marah-marah sendiri dirumah. Pasien kadang
kerja serabutan menjadi buruh angkat pasir dengan bayaran perhari. Pasien sering
lupa minum obat dengan rutin.
Pada tahun 2014 pasien pernah diajak wawancara ke Psikolog yang mana
pasien merasa tidak punya teman, dan pasien ingin memiliki teman lagi,kemudian
setelah lebaran Idhul Adha kakak pasien mengatakan pasien kambuh lagi karena ada
masalah dengan temannya, dirumah pasien menjadi marah-marah lagi, suka
melamun , tidak mau kerja, tidak merawat diri, tidak mau berkomunikasi, bicara
kacau. Suka marah ke orang lain yang tidak ia suka sampai membawakan barang
berbahaya seperti parang dan sebagainya. Keluarga kembali membawa pasien ke
RS , pasien dibawa ke RS Soeradji dan dirawat inap selama kurang lebih satu
bulanan.
Menurut ibu dan kakak pasien sekarang pasien sudah mulai melakukan aktifitas
seperti biasa terhadap keluarga dan tetangga sekitarnya tetapi pasien masih sedikit
malas untuk aktifitas dirumah maupun diluar seperti kerja dan merawat dirinya.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf

: demam (-)

Sistem Kardiovaskular : Edem kaki (-)


Sistem Respirasi

: Terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : Warna biru pada kuku (-)


Sistem Muskuloskeletal : Edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot (-).
Secara organik kakak dan ibu pasien menyangkal bahwa pernah mengalami
trauma pada kepala, demam, dan kejang yang dapat menyebabkan kelainan pada
sistem-sistem organ. Secara sosial, saat ini pasien masih bergaul atau berkomunikasi
dengan baik dengan keluarga maupun lingkungan sekitar. Pasien masih dapat
melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengannya tetapi tidak merawat
dirinya dengan baik. Sekarang pasien hanya tinggal dirumah dan tidak bekerja lagi
tetapi kadang-kadang membantu tetangga dan mendapatkan pendapatan.
2.4. Grafik Perjalanan Penyakit (Mental Health Line)

2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu


2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan disangkal.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Pasien tidak memiliki masalah dengan keluarganya tetapi memiliki


masalah dengan teman-temannya
Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.

Faktor Presipitasi
Dari penuturan alloanamnesis kakaknya setelah memiliki masalah sampai
berkelahi dengan temannya dan juga ingin memiliki motor pasien berubah
dalam tingkahnya mulai gelisah, mudah marah dan teriak-teriak, sulit
beraktifitas dan bersosialisai, menarik diri, sulit tidur , sering melamun
dan tidak merawat diri dengan baik.

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya


Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

Riwayat Sakit Berat/Opname


Pasien rawat inap karena gelisah dan marah-marah.

2.6. Riwayat Keluarga


2.6.1.

Pola Asuh Keluarga


Alloanamnesis
Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Keluarga memiliki pola asuh
yang cukup baik dan demokratis. Orangtuanya memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu dengan pengawasan yang cukup dari
orangtuanya. Orang tua pasien tidak membeda-bedakan pengasuhan pada
masing-masing anaknya. Pasien tipe yang pendiam sehingga tidak terlalu
suka untuk bercerita tentang masalah pribadinya. Kakaknya mengatakan
bahwa tidak ada perilaku keras atau kasar yang diberikan oleh keluarga
kepada anak-anak termasuk pasien.

2.6.2.

Riwayat Penyakit Keluarga


Dari hasil alloanamnesis dengan ibu dan kakak pasien, tidak ada keluarga
yang mengalami gejala serupa.

2.6.3.

Silsilah Keluarga

D. 2010

1945
70

Ny. N

1970

1972

1976

1981

45

43

39

34

Ny. Y

Tn. S

2.7. Riwayat Pribadi


2.7.1.

Riwayat Kelahiran
Menurut ibunya pasien lahir secara spontan dibantu dukun pada tahun 1976.

2.7.2.

Latar Belakang Perkembangan Mental


Menurut pengakuan dari ibu dan kakak pasien, perkembangan mental pasien
sejak kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar
tempat tinggal mereka. Mudah bergaul dengan temannya. Sifat pasien sejak
kecil adalah orang yang selalu terbuka , suka mengobrol ,tetapi maslah
pribadi pendiam, tidak pernah mau bercerita tentang masalah pribadinya.

2.7.3.

Perkembangan Awal
Menurut ibu pasien, pasien berkembang sesuai dengan perkembangan teman
sebaynaya.

2.7.4.

Riwayat Pendidikan

SD

: Lulus tidak tinggal kelas

SMP

: Lulus Tidak tinggal kelas

SMA

:-

Pasien hanya bersekolah sampai SMP dikarenakan masalah biaya


2.7.5.

Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pekerja serabutan , seperti ngangkat pasir, makanan
ayam,atau batu untuk bahan bangunan. Pendapatan pasien berkisar antara 3040rb perhari dengan jam kerja kurang lebih 8 jam perhari.

2.7.6.

Riwayat Perkembangan Psikoseksual

2.7.7.

2.7.8.

Pasien belum pernah pacaran

Pasien suka dengan lawan jenis saat duduk di bangku SMP kelas 2.

Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

Pasien sejak kecil tidak rajin ibadah (sholat dan mengaji).

Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
2.7.9.

Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)

Terbuka

Tertutup untuk masalah pribadinya

Memiliki banyak teman

Suka bercerita

2.7.10. Hubungan Sosial


Menurut penjelasan kakaknya, sebelum sakit hubungan sosial pasien dengan
teman-temannya pada saat di bangku sekolah cukup baik. Hubungan dengan
tetangga tempat tinggal pasien juga baik. Sering mengikuti acara yang dibuat
dikampungnya seperti gotong royong dan lain-lain. Setelah sakit sedikit
menutup diri dari sekeliling tetapi masih mau bersosialisasi dengan tetangga
sekitar dan orang-orang tertentu. Menjaga ronda di pos kambling dekat
rumahnya.
2.7.11. Status Sosial Ekonomi
Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang kurang mampu,
karena pendapatan sehari-hari kurang. Ibu pasien sudah tidak bekerja, hanya
memelihara ayam dan dijual, untuk kebutuhan sehari-hari , pasien mendapat
bantuan dari kakaknya berupa nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk. Pasien

sendiri sekarang tidak bekerja, bekerja jika diajak oleh orang tertentu yang
tau keadaanya.

2.7.12. Riwayat Khusus


Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Alloanamnesis

Laki-laki 39 tahun, pada tahun 2003 mulai memperlihatkan gejala gelisah,


mudah marah, sedikit tertutup, mendengar suara-suara yang tidak ada
bentuknya,melamun, tidak mau beraktifitas dan menutup diri dari sekitarnya.
Pasien mengamuk dan merusak rumah , sehingga keluarga membawa ke RS
Sardjito.

Pada tahun 2006 pasien mulai kambuh lagi dengan keluhan hampir sama yaitu
marah-marah, suka teriak-teriak, melamun , tidak mau beraktifitas dan menutup
diri dari lingkungan sekitar dikarenakan tidak minum obat teratur dan
terputusnya obat. Sehingga pasien dirawat di RS Sardjito

Pada tahun 2014 pasien kambuh lagi karena memiliki masalah dengan temannya
, pasien kembali mengamuk dan merusak rumah orang tersebut, pasien dirawat
lagi di RS Soeraji Klaten.

Pasien mulai berobat rutin sejak tahun 2003 setelah pertama kali sakit, tetapi
kontrol tidak rutin dikarenakan jauh dan membutuhkan biaya untuk pergi ke RS
Sardjito. Mulai kontrol rutin di RS Panembahan mulai tahun 2008 hingga
sekarang.

Pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Tidak terdapat stress psikososial

Pasien saat ini tinggal berdua bersama ibunya.

Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang kurang.

Pasien memiliki pola asuh keluarga yang demokratis.

Pasien tipe orang yang terbuka, suka bergaul dan bercerita, tetapi tertutup pada
masalah pribadinya.

Pasien bekerja sebagai pekerja serabutan dan membantu tetangga.

Pasien belum menikah.

Pasien jarang menjalankan kegiatan moral spiritual (sholat & mengaji).

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus

Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

: tidak dilakukan

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
Leher

- Inspeksi : leher tampak bersih


- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler


- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
Sistem Gastrointestinal :
Sistem Urogenital

: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan

Sistem Integumentum

Kesan Status Internus

: tidak ditemukan kelainan


: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa
pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya
pemeriksaan.

tempat

dan

alat

untuk

3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher : Dalam batas normal

Tanda Meningeal : tidak dilakukan

Kekuatan Motorik : Dalam batas normal

Sensibilitas

Refleks Fisiologis : tidak dilakukan

Refleks Patologis : tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi

: tidak dilakukan

: tidak ada

Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis

: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

normal.
3.1.3.

Hasil Pemeriksaan Penunjang

EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.

LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

3.2. Status Psikiatri


3.2.1.

Kesan Umum

Laki-laki, 39 tahun, sesuai usia, kooperatif, rawat diri jelek.


No
1.
2.

Status Psikiatri
Hasil
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
Orientasi

Kualitatif : Compos mentis


Orang: baik

Keterangan
Pasien sadar penuh
Pasien

dapat

mengenali

orang

sekitar.
Waktu: baik

Pasien dapat mengetahui waktu saat


pemeriksa bertanya.

Tempat: baik

Pasien mengerti rumah dan daerah


sekitarnya

Situasi: baik
3.

Sikap/tingkah

Kooperatif

Pasien

membedakan

suasana

tempat-tempat
Pasien mau saat diajak bersalaman

laku

dan mau menjawab pertanyaan

4.

Penampilan/rawa Jelek

dengan baik dan cepat.


Pasien sangat sulit untuk disuruh

5.
6.
7.

t diri
Mood
Afek
Pikiran

Eutimik
Appropiete
Bentuk pikir: non Realistis

Perhatian

Isi pikir: Waham (-)


Mudah
ditarik,
mudah Mudah

9.

Persepsi

dicantum
Halusinasi: (-)

10.

Insight

Ilusi: (-)
Derajat 3

8.

mandi.
Tampak Normal
Menunjukkan afek yang sesuai

ditanya

dan

dimengerti

Mengetahui

sakitnya

disebabkan faktor lain.

3.2.2.

Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan

Baik
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1.

Kepribadian

Introvert
3.3.2.

IQ

Tidak dapat dilakukan tes


3.3.3.

Lain-Lain

Tidak ada

jawaban

dan

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


4.1.

Tanda-Tanda (Sign)

a. Penampilan
Pasien tampak sesuai usia, kooperatif, rawat diri jelek.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Pasien mambu menjawab pertanyaan dengan cepat dan sesuai dengan
pertanyaan.
4.2.

Gejala (Simtom)
a. Halusinasi dan ilusi tidak ada.
b. Bentuk pikir non realistik dan isi pikir waham tidak ada
c. Mudah ditarik, mudah dicantum
d. Orientasi orang , waktu , orientasi tempat dan situasi baik.
e. Mood eutimik
f. Afek appropiete.

4.3.

Kumpulan Gejala (Sindrom)

Berikut ini merupakan kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan status mental pasien:
-

Pasien masih kurang percaya diri dengan lingkungan kampungnya, hanya


bergaul dengan orang-orang yang dikenalnya saja.

Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
berbagai aspek perilaku seperti jarang mandi atau rawat diri yang kurang,
malas untuk melakukan aktifitas dengan orang sekitar.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizofrenia menurut


PPDGJ III.
5. DIAGNOSIS BANDING

F20.5 Skizofrenia residual

F20.3 Skizofrenia Tak Terinci

6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric Association
untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV adalah:
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan
berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengkomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,
atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau
jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika
diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan
mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal
atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif
atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau

2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).

Pedoman menurut PPDGJ III


Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
1. Salah satu dari:
- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
-

kualitasnya berbeda; atau


thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawal); dan


thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;
2. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
-

tertentu dari luar; atau


delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau


delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);


delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
-

atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara

yang berbicara), atau


Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
-Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;
-Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
-Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
-Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall

quality)

dari

beberapa

aspek

perilaku

pribadi

(personal

behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia residual, karena :
- Pasien memiliki gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol seperti aktivitas pasien
yang menurun, sikap pasif, perawatan diri pasien buruk, dan kinerja sosial yang
-

buruk.
Pasien pernah mengalami gejala psikotik pada masa lampau yang memenuhi criteria

untuk diagnosis skizofrenia.


Berbicara kacau pasien sudah sangat berkurang dan telah timbul gejala negatif dari

skizofrenia.
Tidak terdapat penyakit atau gangguan organic lain dan tidak terdapat depresi kronis.

Diagnosa skizofrenia residual digunakan pada pasien yang telah sembuh dari gejala yang
menonjol seperti delusi, halusinasi atau perilaku yang terdisorganisasi tapi masih
memperlihatkan gejala negatif skizofrenia
Adapun cara penegakan diagnosa menurut DSM-IV sebagai berikut:
a. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku katatonik
terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol.
b. Terdapat terus bukti-bukti gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala
negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam kriteria A untuk skizofrenia,
ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah (misalnya keyakinan yang aneh,
pengalaman persepsi yang tidak lazim).
Selain itu, PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni
harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:
a. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk
seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.
d. .Tidak terdapat demensia atau penyakit gangguan otak organik lain, depresi kronis,
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

7.

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.

8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.5 Skizofrenia Residual
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II

AKSIS III (Kondisi Medik Umum)


Tidak ada
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Tidak ada

AKSIS V (Fungsi Sosial)


GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Anti Psikotik Generasi II (APG II) : Risperidone 2 x 2 mg
Trixehilphenidyl 2x2 mg
Psikoterapi
o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, dengan memberikan informasi tentang
skizofrenia pada keluarga pasien seperti tanda-tanda awal dari kekambuhan, peran
pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan. Pada pasien harus ditekankan pada peran
pengobatan, misalkan selalu mengingatkan untuk minum obat dan kontrol rutin agar tidak
mengakibatkan kekambuhan lagi.
o Terapi kelompok
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial dan meningkatkan
rasa persatuan. Pasien dengan gejala negative, meskipun mereka tampak tidak berpartisipasi
aktif tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.
10. PROGNOSIS
Indikator

Pada Pasien

Prognosis

FAKTOR PREMORBID

1.

Tidak ada

Baik

Faktor kepribadian

Tidak ada

Baik

2.

Demokratis

Baik

Faktor genetik

Tidak ada

Baik

3.

Ada

Baik

Pola asuh

Ekonomi kurang

Buruk

4.

Ada

Baik

Faktor organik

Belum

Buruk

5.

Buruk

Buruk

10.

Dewasa

Baik

Onset usia

Kronik

Buruk

Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
Status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual

FAKTOR

11.
Skizofrenia
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

Buruk

Anda mungkin juga menyukai