Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Dengue fever (DF) atau Demam Dengue adalah demam yang disebabkan oleh virus
dengue dengan ciri suhu tubuh yang naik turun tanpa dipengaruhi aktivitas ataupun waktu.
Menurut Who 2012 demam ini menyerang anak, remaja dan dewasa. Umumnya terjadi demam
akut, terkadang demam bifasik dengan nyeri kepala berat, mialgia, arthralgia, ruam, leukopenia,
dan trombositopenia juga bisa terjadi. (WHO, 2011)

Etiologi

Virus dengue merupakan genus Flavivirus and famili Flaviviridae, beukuran 50 nm,
dan mengandung rantai tunggal RNA sebagai genom. Ada empat serotipe virus dengue yaitu
DENV-1, DENV-2, DENV-3 and DENV-4. Infeksi dengan salah satu serotipe menghasilkan
kekebalan seumur hidup pada serotipe yang sama. Walaupun antigen mirip, infeksi kedua kali
dengan serotipe lain atau infeksi multiple dengan serotipe lain mengakibatkan bentuk dengue
yang berat (Dengue Hemorrhagic Fever/Dengue Shock Syndrom). Semua empat tipe virus
dengue telah dihubungkan dengan epidemik DF (tanpa atau dengan DHF) dengan variasi derajat
keparahan. Studi di Thailand menunjukkan DENV-1/DENV-2 dihubungkan dengan risiko 500x
menjadi DHF dibandingkan dengan infeksi primer. Untuk DENV-3/DENV-2 resikonya 150x,
dan DENV-4/DENV-2 50x lipat. (WHO, 2011)
Ada variasi genetik pada setiap serotipe dalam bentuk filogenetik unik sub-tipe atau
genotipe. Saat ini, ada tiga sub-tipes untuk DENV-1, enam untuk DENV-2 (salah satu nya
ditemukan pada primata buakan manusia), empat untuk DENV-3 dan empat untuk DENV-4,
dengan DENV-4 lain hanya ada pada primata bukan manusia. Dua vektor nyamuk terpenting
yang membawa virus ini adalah Aedes (Stegomyia) aegypti (Ae. aegypti) dan Aedes (Stegomyia)
albopictus (Ae. albopictus. (WHO, 2011)
Transmisi terjadi saat nyamuk menggigit manusia terinfeksi saat fase viremia yang
bermanifestasi dua hari seblum onset demam dan bertahan 4-5 hari setalah onset demam. Setelah
mencerna darah terinfeksi, virus bereplikasi di sel midgut dan masuk ke haemocoele untuk
menginfeksi kelenjar saliva dan akhirnya masuk ke saliva dan menginfeksi pada saat menggigit
manusia lain. Saluran genital juga bisa terinfeksi dan memasuki telur nyamuk yang berkembang.
Nyamuk ini akan terinfeksi seumur hidupnya. (WHO, 2011)
Jenis transmisi ini ada tiga (WHO, 2011), yaitu:
1. Enzootic cycle: Siklus primitif siklus pad monyet-Aedes-monyet dilaporkan dari Asia Selatan
dan Afrika. Virus tidak patogen pada monyet dan viremia bertahan 2-3 hari. Semua 4 tipe
serotipe telah diisolasi dari monyet.
2. Epizootic cycle: Dengue virus menyerang ke primata non manusia dari gabungan epidemik
manusia dijembatani oleh vektor. Di Sri Lanka, hal ini diamati pada Touqe macaques
(Macaca sinica) selama 19861987 pada stude area berbasis serologi. Dalam studi are tiga
kilometer, ditemukan 94% macaques terinfeksi.
3. Epidemik cycle: dihasilkan oleh siklus manusai-Aedes aegypti-manusia dengan epidemik
period/ siklik.

Dengue meyerang sel Langerhans, dendritic, limfosit, monosite, hepatosis, makrofag


dan endotelium. Menyebabkan leukopenia, trombiositipenia, dan pendarahan akibat kebocoran
plasma. (Natanidjaja, 2012)
1
Gambaran klinis

WHO, Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, 2011

Dibandingkan dengan anak, orang dewasa dengan DF memliki manifestasi yang


lebih berat seperti nyeri kepala, otot, tukang dan sendi yang menggangu aktifitas. Deperesi, dulit
tidur, dan kelelahan post infeksi mennyebabkan penyembukan yang lebih lama. Sinus bradikardi
dan aritmia selama penyembuhan lebih umum terjadi pada dewasa dibandingkan anak-anak.
(WHO, 2011)
Manifetasi klini terjadi setelah periode inkubasi intrinsik 4-6 hari (range 3-14 hari).
Variasi gejala non spesifik seperti gejala konstiusional dan nyeri kepala, nyeri punggung, dan
malaise bisa muncul. Biasanya, onset DF muncul dengan kenaikan suhu mendadak dan biasanya
dihubungkan dengan flushed face dan nyeri kepala. Terkadang, menggigil bisa menyertai
peningkatan suhu. Kemudian, biasa muncul nyeri retro orbita pada pergerakan mata atau
penekanan mata, fotopobia, nyeri kepala, dan nyeri pada otot atau sendi/tulang. Gejala umum
lainnya termasuk anoreksia, gangguan indra perasa, konstipasi, nyeri kolik, abdominal
tenderness, nyeri gerak pada region inguinal, nyeri tenggorokan dan depresi. Simpton ini
umumnya bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu. Perlu dicatat bahwa gejala dan tanda
ini bervariasi pada jumlah dan tingkat keparahan. (WHO, 2011)

2
WHO, Handbook for ClinicalManagement of Dengue, 2012

Demam: suhu biasanya 39 dan 40C, dan bisa bifasik, menetap selama 5-7 hari pada
sebagian kasus. Ruam: gabungan antara flushing dan fleeting eruption bisa diamati pada wajah,
keher, dan dada selama awal hari kedua dan ketiga. Dan conspicuous rash bisa menjadi
makulopapular atau rubeliform muncul pada sekitar jari ketiga dan keempat. Pada akhir periode
demam atau segera setelah penurunan panas, ruam akhirnya menghilang dan clusters atau peteki
bisa muncul di dorsum kaki, tangan dan lengan. Ruam penyembuhan (rash convalescent)
dikarakterisasikan oleh pengumpulam peteki yang tersebar pucat, disekitar area kulit normal.
Terjadi pada 20%-30% pasien. Kulit gatal bisa terjadi. (WHO, 2011)
Manifestasi hemoragik: kulit hemoragik bisa muncul sebagai tes tourniket positif dan
atau peteki. Pendarahan lain seperti epistaksis masif, hipermenorea, dan perdarahan
gastroimtestinal merupakan komplikasi pada trombositopenia, yang jarang terjadi pada DF.
(WHO, 2011)

WHO, Handbook for ClinicalManagement of Dengue, 2012

3
Durasi dan tingkat keparahan DF bervariasi antar individu pada suatu epidemik,
sama halnya dengan epidemik yg lain. Convalescent mungkin pendek dan tidak terjadi tetapi
juga terkadang memanjang. Pada dewasa, terkadang bertahan selama beberapa minggu dan
disertai asthenia dan depresi. Bradikardi umum terjadi selama convalescent. Komplikasi
hemoragik umumnya epistaksis, pendarahan gusi, pendarahan gastrointestinal, hematuria dan
hipermenorea, pada DF jarang terjadi. Walaupun jarang, pendarahan berat merupakan penyebab
penting pada kematian dalam DF. (WHO, 2011)
DF dengan hemoragi bisa terjadi akibat dari penyakit lain seperti ulkus peptik,
trombositopenia berat dan trauma. DHF bukan merupakan kelanjutan dari DF. (WHO, 2011)

Diagnosis
Penilaian Triase. (WHO, 2011):
Riwayat durasi onset demam dan warning signs:
- Tidak ada peningkatan atau perbaikan sebelum atau selama fase afebris atau selama
sakit berlangsung
- Nyeri abdomen berat
- Letargi atau tdak bisa istrirahat, perubahan perliaku mendadak
- Pendarahan: epistaksis, BAB hitam, haematemesis, hipermenorea, urine berwarna
hitam (haemoglobinuria) atau haematuria
- Pusing
- Tangan dan kaki pucat, dingin, dan lembab
- Urine output kurang atau tidak ada selama 4-6 jam
Test tourniket
Vital sign
Perfusi perfier
Rekomendasi pemeriksaan hematologi laboratorium, jika_demam >3hari, memiliki
warning signs, gangguan srikulasi / syok.
Menurut WHO, 2011, pada daerah endemik, tes tourniket dan leukopenia
3
(5000/mm ) membantu menegakkan diagnosis awal DF dengan nilai prediksi positif 70-80%.
Pada diagnosis probable DF, demam akut diiringi lebih dari 2 gejala dibawah ini:
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
myalgia
arthralgia
ruam
manifetsasi perdarahan
leukopenia (5000/mm3)
trombositopenia (platelet <150000/mm3)
penigkatan hematokrit 5-10%, setidaknya dengan (i) serologi penunjang pada sample serum
tunggal: titer 1280 dengan tes hemaglutinin, dibandingkan dengan titer IgG dengan
enzyme-linked immunosorbent assay, atau positif pada tes antibodi IgM, dan (2) terjadi pada
lokasi dan waktu yang sama saat konfirmasi kasus DF.

4
Pada diagnosis konfirmasi DF (WHO, 2011), yaitu kasus probable DF diikuti dengan
salah satu keadaan berikut:
Isolasi dengue virus dari serum, cairan serebospinal, atau sampel autopsy
Peningkatan 4x pada serum IgG atau penigkatan antibodi IgM spesifik pada virus dengue
Deteksi dengue virus atau antigen pada jaringan, serum, atau cairan cerebrospinal oleh
imunihistokemistri, imunofluoresens atau enzyme-linked immunosorbent assay.
Deteksi sekuen genom dengue virus oleh reverse transcription-polymerase chain reaction.

Pemeriksaan Penunjang
Selama fase akut bisa ditemukan. (WHO, 2011):
a. Total Sel darah putih normal pada awal onset demam, kemudian berkembang menjadi
leukopenia dengan penurunan neutrofil dan bertahan selama peride demam
b. Jumlah platelet umumnya normal, sepeti komponen mekanisme pembekuan darah.
Trombosipenia ringan (100000-150000/mm3) umum terjadi dan hampir setengah pasien DF
memiliki platelet <100000/mm3, namun trombositopeni berat (<50000/mm3) jarang.
c. Peningkatan hematokrit ringan (10%) bisa ditemukan sebagai akibat dehidrasi yang
berhubungan dengan demam tinggi, muntah, anorexia, dan penuruan asupan makanan.
d. Serum biokemistri umumnya normal namun enzim hepar dan Asparte amino tranferterase
(AST) bisa meningkat
e. Harus di catat bahwa penggunaan medikasi seperti anagelsik, antipiretik, antiemetik, dan
antibiotik bisa mempengaruhi fungsi liver dan pembekuan darah.
Indikasi rawat inap, WHO, 2011, jika
Syok
Hipoglikemia
Warning sign
Pasien resiko tinggi leukopenia dan trombositopenia. Pasien resko tinggi antara lain bayi,
ibu hamil, pasien dengan obesitas, DM dengan insulin, hipertensi, penerima terapi
antikoagulan dan atau steroid, penderita hemolitik atau hemoglobinopati, penyakit
kongenital dan iskemik jantung.

Penatalaksanan
Medika Mentosa:
- Terapi cairan
Indikasi terapi cairan intra vema jika asupan oral tidak adekuat atau muntah,
hematokrit terus meningkat 10-20% walaupun dengan rehidrasi oral, dan impending syok atau
sedang syok. Cairan isotonik kristaloid umum digunakan. Cairan hiperonkotik koloid bisa
digunakan pada pasien dengan kebocoran plasma berat. Volume pemeliharaan +5% dehidrasi
harus diberikan untuk sirkulasi dan volume intravaskular yang adekuat. Durasi terapi cairan IV
tidak boleh melebihi 24-48 jam pada pasien syok. Namun pada pasien tanpa syok, bisa lebih
lama dari 60-71 jam. Karena pasien yang mengalami kebocoran plasma saat memasuki syok
telah mengalami kebocoran plasma lama sebelum terapai intravena dimulai. Terapi cairan pada
psien obese didasaran pada berat ideal. (WHO, 2011)

5
- Terapi simptomatik dan suportif
Analgetik
Antipiretik
Antiemetik
Multivitamin

Non Medika Mentosa


Edukasi (WHO, 2011):
Pasien memerluka istirahat yang cukup
Asupan cairan terutama susu, jus buah. Larutan isotonik elektrolit, cairan rehidrasi oral,
air beras/gandum.
Waspada tanda overhidrasi pada bayi dan anak
Jaga suhu tubuh dibawah 39C. Jika melebihi 39C, berikan paracetamol, frekuensi
pemberian tidak kurang dari 6 jam.
Gunakan kompres di dahi, ketiak dan ekstremitas. Mandi air hangat disarankan pada
dewasa.
Penanganan menurut Kalayanarooj, 2011, berdasarkan fase dengue:
1. Fase Febril
- Menngurangi demam: paracetamol, kompres
- Meningkatakan asupan cairan: susu, jus buah, cairan oral rehidrasi.
- Tes hematologi
- Edukasi warning sign
2. Fese kritikal
Deteksi kebocoran plasma (platelet 100,000 / mm 3, serum albumin 3.5g %),
pasien resiko tinggi, efusi pleura dan asites.
3. Fese Konvalesens
Hentikan terapi cairan IV saat muncul tanda penyembuhan: ruam konvalesens, gatal,
peningkatan nafsu makan, >30 jam setelah syok, 60 jam setelah kebocoran plasma. Bisa muncul
6
sinus bradikardi. Pasien dengan masif efusi pleura atau asites bisa memerlukan diuretik.
Beberapa pasien tidak mendapatkan nafsu makan kembali pada fase ini terkait diuresis dan
kehilangan potassium melalui urine. Suplemen potasium mungkin diperluakan. Buah kaya
potasium seperti pisang dan jeruk dianjurkan pada dewasa, kelemahan paska fase ini bisa
memanjang 2-4 minggu.

Kriteria rawat jalan. (WHO, 2011):


Bebas demam 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan kembali
Peningkatan keadaan klinis
Urine output normal
Minimal 2-3 hari berlalu setelah fase penyembuhan dari syok
Tidak ada distress pernapasan dari efusi pleura dan tidak ada ascites
Platelet 50000/mm3 Jika tidak pasien direkomendasikan untuk menghindari aktivitas berat
selama 1-2 minggu agar jumlah platelet kembali normal. Pada kebanyakan kasus tanpa
komplikasi, platelet kembali normal apada 3-5 hari.

Daftar Pustaka

Natanidjaja, H. Pathophysiology of dengue & WHO dengue criteria [CME Usakti] 2012.
[cited 2015 Agust 13]; Available from:
http://cpdfkusakti.com/uploads/file/3.1.%20Pathophysiology%20of%20dengue
%20%26%20WHO%20dengue%20criteria%20%28CME%20Usakti%20Okt%202012%29.pdf
Siripen Kalayanarooj, S. Clinical Manifestasion and Management of Dengue/DHF/DSS.
Tropical Medicine and Health Vol. 39 No.4 Suplement, 2011 (83-87)
WHO. Handbook for ClinicalManagement of Dengue. 2012. [cited 2015 Agust 13];
Available from: http://wpro.who.int
WHO. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 2011. [cited
2015 Agust 13]; Available from: http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai