Anda di halaman 1dari 15

PERTAMBANGAN

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,


penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas) .
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik
khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada
awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan
pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk
mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang investor-investor asing
untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya
dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan,
UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU
tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk
menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor bertindak sebagai
kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak
dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian
yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor
berfungsi sebagai kontraktor.
Karakteristik Pertambangan
Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (tidak dapat diperbarui),
mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak
lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan
pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Karena sifatnya yang tidak dapat
diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari (cadangan terbukti)
baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya
penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi) yang
berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko

teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang


berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut
berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha
yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi
menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Pergeseran Paradigma
Dasar kebijakan publik di bidang pertambangan adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 3
yang menyatakan bahwa: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Dalam era desentralisasi saat ini maka kegiatan pertambangan tidak terpisahkan
lagi dengan pengambilan kebijakan di tingkat daerah sehingga:
Pertama. Pemerintah pusat hendaknya memberikan kewenangan yang lebih besar
kepada daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan yang melibatkan sebanyak
mungkin peran serta masyarakat local.
Kedua.

Apabila

risikonya

tidak

besar

serta

teknologinya

dikuasai

dan

permasalahannya hanya modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa


cara, yaitu:
1. sebagian pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah
memberikan keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat
digunakan untuk eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor pertambangan lainnya.
2. Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola kekayaan
mineral di daerah tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keberlanjutan.

Ketiga, aspek lingkungan baik fisik maupun sosial harus dipertimbangkan dalam
setiap kontrak pertambangan dan pengusaha pertambangan harus menyediakan
biaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.
Ketiga, Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks suatu tindakan dikatakan bermanfaat
apabila golongan yang memperoleh manfaat dari usahanya dapat memberi
kompensasi bagi golongan yang menderita kerugian akibat usaha tersebut sehingga
posisi golongan kedua tersebut paling jelek sama seperti sebelum adanya usaha
tersebut dan golongan pertama masih untung. Golongan kedua tersebut dapat
berupa alam maupun masyarakat. Jadi, tidak adil bila ada suatu usaha yang
kemudian menyebabkan lingkungan menjadi lebih rusak atau masyarakat menjadi
lebih menderita dibandingkan keadaan sebelum adanya usaha tersebut.
Peran pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam penanganan dampak
lingkungan pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di tataran lokal akan
menjadi semakin signifikan.
Keempat, sumberdaya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan
energi dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang harus
dipatuhi

adalah

tidak

melanggar

daya

dukung

ekosistem.

Untuk

dapat

memanfaatkan sebanyak-banyakinya sumber daya alam yang terkandung di bumi


Indonesia, konsep eko-efisiensi harus menjadi acuan utama yaitu memanfaatkan
sebanyak-banyaknya dan membuang atau memboroskan sesedikit mungkin yang
juga berarti meminimumkan limbah. Dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi
sekaligus akan meningkatkan efisiensi ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan perlu
diperhitungkan dalam setiap aktifitas pertambangan.
Pendekatan Kemitraan
Tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia termasuk sektor
pertambangan harus dihadapi bersama melalui pendekatan kemitraan (partnership)
yang berdasarkan hubungan yang fair dan equitable, artinya pemerataan tanggung
jawab dan tugas.

Sebagai suatu contoh nyata dalam sektor pertambangan adalah kemitraan dalam
menentukan reklamasi lokasi tambang. Dalam menangani reklamasi ini maka perlu
dipikirkan kebutuhan dari masyarakat sekitar lokasi tambang, sehingga masyarakat
sekitar dapat berdiri sendiri dan tidak selalu bergantung dengan perkembangan
ekonomi yang disebabkan oleh operasi tambang. Untuk itu dalam masalah
reklamasi ini maka Departemen Energi & Sumberdaya Mineral, Departemen
Kehutanan dan perusahaan harus berkonsultasi dengan masyarakat sekitar untuk
menentukan reklamasi yang terbaik.
Apabila dilihat dari masalah pemerataan, maka kemitraan ini perlu dikonsultasikan
dengan masyarakat sekitar oleh pemda. Hal ini untuk menghindari adanya rasa
dirugikan setelah penambangan berjalan. Pemerintah Daerah perlu mengantisipasi
masalah ini sebab jangan sampai perusahaan pertambangan merasa bahwa
Pemerintah Daerah tidak melakukan upaya untuk pembangunan didaerah lokasi
pertambangan. Perlu juga diperjelas mengenai hak-hak dan kewajiban dari
masyarakat setempat, terutama yang berhubungan dengan masalah hukum adat.
Karena keragaman dari masyarakat adat di Indonesia, maka perlu dikaji kembali
melalui studi yang intensif tentang struktur masyarakat adat. Hal ini perlu dilakukan
untuk menghindari rasa tidak percaya dari masing-masing stakeholders.
Jika kita membuka kamus, maka kita akan mendapatkan berbagai definisi tentang
pertambangan. Namun amat sedikit dari definisi tersebut yang mendekati makna
empirik dari kegiatan pertambangan. Untuk itu saya akan memberikan definisi
menurut apa yang saya temui dan lihat dengan mata kepala saya sendiri. Definisi ini
saya simpulkan dari hasil perjalanan saya ke beberapa daerah pertambangan di
Indonesia dan beberapa negara.
Definisi Tambang
1. Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan
cara hancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
2. Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang
dimiliki orang kaya dan hanya menguntungan orang kaya.

3. Pertambangan adalah lubang besar yang menganga dan digali oleh para
pembohong (Mark Twian)
4. Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Ada beberapa fase yang harus dilalui oleh perusahaan sebelum melakukan
eksploitasi. Saat proses tersebut di lalui oleh perusaan, maka saat itu pula beredar
mitos-mitos pertambangan di masyarakat.
Pada kesempatan ini saya ingin menggambarkan mitos-mitos dan fakta-fakta dari
pertambangan.
Mitos-Mitos Pertambangan
1. Pertambangan adalah industri padat modal dan risiko tinggi
2. Pertambangan adalah industri yang menyejahterakan rakyat
3. Pertambangan adalah penyumbang devisa negara yang besar
4. Pertambangan adalah industri yang banyak menyediakan lapangan kerja
5. Pertambangan adalah industri yang bertanggungjawab
Fakta-Fakta Pertambangan:
1. Tahapan Penyelidikan Umum
Lahirkan Pro dan Kontra yang memicu benih perpecahan di masyarakat
Beredar janji-jani surga seperti masyarakat akan sejahtera, jalan di perbakiki,
listrik terang benderang, menjadi kota ramai dll, sehingga gaya hidup masyarakat
mulai berubah
Beredar informasi yang simpang siur dan membingungkan
2. Tahapan Eksplorasi
Konflik antar pemilik kepentingan mulai terbuka. Pada posisi ini biasanya
Pemerintah mulai menujukan keberpihakan pada perusahaan.

Informasi yang semakin simpang siur semakin meresahan masayatakat.


Bujuk rayu, intimidasi, hingga teror dan ancaman makin meningkat
3. Tahapan Eksploitasi
Dimulainya Penghancuran gunung, hutan, sungai dan laut.
Dimulainya proses pembuangan limbah Tailing yang akan meracuni sumber air dan
pangan.
Dimulainya kerja-kerja akademisi dan konsultan bayaran untuk membuktikan
bahwa tidak ada pencemaran
Meningkatnya konflik antar masyarakat dan masyarakat dengan pejabat Negara
Penguasaan sumberdaya alam, pencemaran lingkungan dan proses pemiskinan
Meningkatnya pelanggaran Hak Asasi Manusia, kasus korupsi dan suap
Meningkatnya kasus asusila karena akan terbukanya fasilitasi judi dan tempat
prostitusi
Limbah Tailing dan Batuan akan menjadi masalah dari hulu hingga hilir.
4. Tahapan Tutup Tambang
Makin terpuruknya ekonomi lokal dan menigkatnya jumlah pengangguran
Terbatasnya waktu pantauan kualitas lingkungan
Terbentuknya danau-danau asam dan beracun yang akan terus ada dalam jangka
waktu yang panjang
Tidak pulihnya ekosistem yang dirusak oleh perusahaan tambangan
APBD banyak terkuras untuk menutupi protes rakyat sementara perusahaan telah
pergi meninggalkan berbagai masalah.
Adapun yang perlu diwaspadai jika konsep pengelolaan menggunakan konsep
Tambang Rakyat adalah:
1. Tambang Rakyat selalu menjadi jalan masuk untuk tambang skala besar
2. Tambang Rakyat berpotensi menjadi daerah tak bertuan
3. Tambang Rakyat mengundang konflik horizontal

4. Tambang Rakyat mengundang keterlibatan cukong, pedagang merkuri, pedagang


emas dan aparat
MASALAH LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN / ENERGI.
Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan
minyak dan gas bumi ; logam logam mineral antara lain seperti timah putih, emas,
nikel, tembaga, mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan bahan
organik seperti batubara, batu-batu berharga seperti intan, dan lain- lain.
Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang
energi dan bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan
peningkatan pengawasan yang menyeluruh.
Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk
keperluan ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan
penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi
sumber utama pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan
jumlah persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya pengembangan sumbersumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga air, tenaga panas bumi,
tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya
disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini
biasanya lebih daripada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara
setempat di tambang mempunyai pengarhu yang timbal balik dengan lingkunganya.
Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh
keaneka ragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan
suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila
dilihat dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan daripada bila berada
dekat dengan permukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis
suatu tambang juga menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada

lingkungan. Akibat pencemaran pertambangan batu bara akan berbeda dengan


pencemaran pertambangan mangan atau pertambangan gas dan minyak bumi.
Keracunan mangan akibat menghirup debu mangan akan menimbulkan gejala sukar
tidur, nyeri dan kejang kejang otot, ada gerakan tubuh diluar kesadaran, kadangkadang ada gangguan bicara dan impotensi.
Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai
dari pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian
deposit bahan galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan
bahan tambang yang mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua
adanya perhatian dan pengendalian terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan
perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor yang sangat vital untuk
pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian
menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap
lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan kerusakan flora dan
fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan keluarnya gas-gas/
uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan.
Dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan
gangguan keseimbangan ekosistem baik itu berada di lingkungan pertambangan
ataupun berada diluar lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pengawasan
lingkungan terhadap :
1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan.
2. Kecelakaan pertambangan.
3. Penyehatan lingkungan pertambangan.
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul.

CARA PENGOLAHAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN


Sumber daya bumi di budang pertambangan harus dikembangkan semaksimal
mungkin untuk tercapainya pembangunan. Dan untuk ini perlu adanya survey dan
evaluasi yang terintegrasi dari para alhi agar menimbulkan keuntungan yang besar
dengan sedikit kerugian baik secara ekonomi maupun secara ekologis.
Penggunaan ekologis dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam
rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan
sebelumnya pengaruh aktivitas pembangunan pertambangan pada sumber daya
dan proses alam lingkungan yang lebih luas.
Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas
perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan,
dan sedapatnya evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan
pertambangan ini dapat dihindari atau dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih
mudah daripada memperbaikinya.
Dalam pemanfaatan sumber daya pertambangan yang dapat diganti perencanaan,
pengolahan dan penggunaanya harus hati-hati seefisien mungkin. Harus tetap
diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati hasil pembangunan
pertambangan ini.
KECELAKAAN DI PERTAMBANGAN
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaankecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya
jauh dari tanah. Kecelakaan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan
maupun akibat pencemaran atau keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu
tindakan tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian
pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung, but, baju kerja,
dan lain lain.

Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang
terdapat di Porong, sidoarjo. Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi
beberapa tahun silam, setidaknya menjadi bukti adanya kelalaian pekerja tambang
minyak yang lupa menutup bekas lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan
di Porong, sidoarjo bukan fenomena baru di kawasan Jawa Timur. Fenomena yang
sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar, Rungkut, Purwodadi, jawa
Tengah.
Bila melihat empat lokasi tersebut, Porong ternyata berada pada jalur gunung api
purba. Gunung api ini mati jutaan tahun yang lalu dan tertimbun lapisan batuan
dengan kedalaman beberapa kilometer dibawah permukaan tanah saat ini. Tinjauan
aspek geologi dan penelitian sempel material lumpur di laboratorium yang dilakukan
Tim Ahli Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sejak juni hingga pertengahan juli
menunjukkan, material yang dikeluarkan ke permukaan bumi memang berasal dari
produk gunung berap purba.
PENYEHATAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan
.
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
(1). Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
(2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
(3) Pengendalian dampak risiko lingkungan
(4) Pengembangan wilayah sehat.

Pencapaian

tujuan

penyehatan

lingkungan

merupakan

akumulasi

berbagai

pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat
dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling
kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu
dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian,
PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri
terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam
per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan
yang dilaksanakan sebagai berikut:
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun,
melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh
Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen
Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan
penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang
diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan
sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan
penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem
monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan
pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Direktorat Penyehatan Lingkungan sendiri guna pencapaian akses air bersih dan
sanitasi diperkuat oleh tiga Subdit Penyehatan Air Bersih, Pengendalian Dampak
Limbah, Serta Penyehatan Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan juga didukung oleh
kegiatan dimana Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan donor agency
internasional, seperti ADB, KFW German, WHO, UNICEF, dan World Bank yang
diimplementasikan melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WHO, WSLIC-2 dengan
kegiatan yang dilaksanakan adalah pembinaan dan pengendalian sarana dan
prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang kesehatan dengan tujuan
meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup masyarakat yang

berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya dalam pemenuhan penyediaan air


bersih dan sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan sarana air minum yang
tidak dapat berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui
pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat (mulai dari perencanaan,
konstruksi, kegiatan operasional serta pemeliharaan).
Disadari bahwa dari perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan serta
didukung oleh berbagai lintas sektor terkait (Bappenas, Depdagri dan PU) melalui
kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WSLIC-2 terdapat beberapa kemajuan yang
diperoleh khususnya dalam peningkatan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi
dasar serta secara tidak langsung meningkatkan derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel berikut: akses rumah tangga
terhadap pelayanan air minum s/d tahun 2006, terjadi peningkatan cakupan baik di
perkotaan maupun perdesaan, yaitu di atas 70%. Bila dibandingkan dengan tahun
2005 terjadi penurunan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kriteria
penentuan akses air minum.
Dari segi kualitas pelayanan Air Minum yang merupakan tupoksi dari Departemen
Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan telah melakukan berbagai kegiatan
melalui

pelatihan

surveilans

kualitas

air

bagi

para

petugas

Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas, bimbingan teknis program penyediaan air


bersih dan sanitasi kepada para pengelola program di jajaran provinsi dan
kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pengelola program
dalam memberikan air yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Untuk indikator kualitas air yang dilaporkan baik dari air bersih maupun air minum
yang dilihat dari aspek Bakteriologis (E.Coli dan Total Coliform) terlihat adanya
penurunan pencapaian cakupan, hal ini karena baru 11 provinsi yang melaporkan
dan terlihat masih dibawah nilai target cakupan yang ditetapkan tahun 2006 (Target
Air minum 81% dan air bersih 56,5%) dengan keadaan ini perlu adanya penguatan
dari jajaran provinsi melalui peningkatan kapasitas (pendanaan, laboratorium yang

terakreditasi, kemampuan petugas) dan regulasi sehingga daerah dapat lebih


meningkatkan kegiatan layanan terkait kualitas air minum.
PENCEMARAN DAN PENYAKIT-PENYAKIT YANG MUNGKIN TIMBUL KARENA
AKTIFITAS PERTAMBANGAN
Menurut saya pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman
sekarang. Soalnya semua kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang
ada di pertambangan. Contohnya;
a)

Biji

besi

digunakan

sebagai

bahan

dasar

membuat

alat-alat

rumah

tangga,mobil,motor,dll
b) Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
c) Emas digunakan untuk membuat kalung,anting,cincin
d) Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
e) Dan masih banyak lagi seperti perak,baja,nikel,batu bara,timah,pasir kaca,dll
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan
lingkungan. Dan kerusakan lingkungan di pertambangan adalah;
1. Pembukaan lahan secara luas
Dalam

masalah

ini

biasanya

investor

membuka

lahan

besar-besaran,ini

menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi
longsor banyak memakan korban jiwa.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.
Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini
menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang. Dan bagi penerus atau cicitcicitnya.

3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi risih.


Biasanya pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan
telinga. Dan biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan
terkadang warga menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.
Dari sepenggetahuan saya bahwa ke banyakan pertambangan banyak membuang
limbahnya

tidak

sesuai

kali,sungai,ataupun

laut.

tempatnya.
Limbah

Biasanya

tersebut

tak

mereka
jarang

membuangnya
dari

sedikit

di

tempat

pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di sector perairan.


5. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya
penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini
mengakibatkan rusaknya ozon.
Sejauh

mana

Anda

mengetahui

tentang

cara

pengelolaan

pembangunan

Pertambangan
Dari

petinjauan

membutuhkan

saya,bahwa

dana

dari

pengelolaan
investor,tenaga

pembangunan
kerja

yang

pertambangan
terlatih,alat-alat

pertambangan,dan area pertambangan. Dari survey saya, pertambangan di


Indonesia ada dua jenis, yang pertama lewat jalan illegal,yang kedua non-ileggal.
Biasanya yang membedakan illegal dan non-illegal adalah hak pertambangan
meliputi pajak negara.
Penanaman modal untuk pertambangan terhitung milyaran ataupun trilyunan.
Sedangkan area pertambangan di Indonesia tersebar dimana-mana. Investorinvestor yang menanamkan modalnya biasanya takut bangkrut,dikarenakan rupiah
sangat kecil nilainya.

Dari pengalaman yang terjadi, di area pertambangan biasanya tertimbun dalam area
tersebut. Ini biasanya dikarenakan gempa atau retaknya lapisan tanah. Adapun
kecelakaan dikarenakan lalai atau ceroboh disaaat bekerja. Hal ini sering terjadi di
area pertambangan,dan tak ada satu orang pun yang tewas karena hal seperti itu.
Biasanya dapat dilihat bahwa dari sisi keamanan belum terjamin keselamatannya.
Hal ini menjadi bertambahnya angka kematian di area pertambangan. Memang jelas
berbeda dari pertambangan yang terdapat di negara meju. Negara mereka
menggunakan alat-alat yang lebih canggih lagi dari pada negara kita. Dan tingkat
keselamatan jauh lebih aman dari pada di negara ini.

Anda mungkin juga menyukai