1 LATAR
BELAKANG
LAHIRNYA
KETENTUAN
AKUNTANSI
UNTUK
kurs sekarang serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis.
Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa
lalu, sekarang dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bisa di nilai dengan
prinsip akuntansi yang sama. Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan
kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam
kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu
dengan mana perusahaan tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang kas mereka. Jika
mata uang fungsional tidal dapat diidentifikasikan dari arus kas, maka factor-faktor lain dapat
dipertimbangkan. Indicator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk
menentukan mata uang fungsional adalah:
1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh
persaingan di tingkat local atau oleh regulasi pemerintah local. Ketimbang oleh
perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia, maka mata uang local dari
entitas luar negeri tersebut dapat dipakai sebagai mata uang fungsional.
2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada dinegara perusahaan induk, atau
kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk, memungkinkan
perusahaan untuk menjadikan mata uang dari Negara perusahaan induk sebagai mata
uang fungsional.
3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan biaya local
dapat membenarkan dijadikannya mata uang local dari entitas luar negeri sebagai
mata uang fungsional.
4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang local dari entitas luar negeri, baik hutang
saat ini maupun dihasilkan dalam operasi perusahaan cukup untuk melunasi hutang,
baik hutang saat ini maupun akan datang, maka mata uang local dari entitas luar
negeri dapat dijadikan mata uang fungsional.
5. Perjanjian serta transaksi antarperusahaan dalam volume yang besar juga dapat
dijadikan dasar untuk menggunakan mata uang dari perusahaan induk sebagai mata
uang fungsional.
Exposure Draft Standar Akunansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Indonesia
(IAI) pada bulan Mei 1998 yang pada dasarnya mengacu pada FASB Statement No. 52
mengubah beberapa definisi tradisional dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing.
Sebelum standar ini dikeluarkan, mata uang asing berarti semua mata uang selain mata uang
Negara yang bersangkutan. Mata uang local adalah mata uang dari Negara tertentu atau mata
uang yang dinyatakan dalam kegiatan domestic maupun luar negeri dari Negara yang
bersangkutan. Berdasarkan standar ini, mata uang asing adalah semua mata uang selain mata
uang fungsional dari suatu entitas. Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang
berbeda untuk mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak luar negeri ke dalam
mata uang domestik berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika mata
uang fungsional adalah rupiah maka laporan keuangan dari perusahaan anak luar negeri
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama dengan metode
2
temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata uang local wilayah perusahaan anak, maka
laporan keuangan perusahaan anak dikonversikan ke rupiah dengan menggunakan metode
kurs sekarang. Perusahaan harus dapat memilih metode yang paling tepat untuk
menggambarkan kegiatan bisnis luar negeri mereka.
8.3 DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING
Tujuan dari suatu Negara adalah menyediakan suatu standar nilai, alat pertukaran, serta
unit pengukuran. Mata uang dari neagara-negara yang berbeda memenuhi kedua fungsi
pertama dengan derajat efesiensi yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya semua mata uang
berperan sebgai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di Negara-negara bersangkutan. Jadi,
sumber maupun kegiatan financial dari suatu Negara dinilai dengan mata uang Negara
tersebut. Suatu transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya
dinyatakan dalam mata uang tersebut. Aktiva dan kewajiban dinyatakan dalam denominasi
mata uang tertentu jika jumlahnya selalu disebut dalam mata uang tersebut. Transaksi yang
terjadi didalam satu Negara biasanya dinilai dan dinyatakan dalam mata uang Negara
tersebut. Dalam hal transaksi antar entitas bisnis Negara-negara yang berbeda, jumlah hutang
maupun piutang biasanya dilaporkan dama mata uang local dari Negara pembeli ataupun
penjual. Misalnya, jika sebuah perusahaan Indonesia menjual barang ke perusahaan Inggris,
maka jumlah transaksi dapat dinyatakan baik dalam rupiah maupun Pound Inggris, sekalipun
perusahaan Indonesia tersebut akan mengukur dan mencatat piutang serta penjualannya
dalam rupiah, sedangkan perusahaan Inggris akan mengukur serta mencatat pembelian serta
hutangnya dalam Pound Inggris. Jika transaksi tersebut dinyatakan dalam Pound Inggris,
perusahaan Indonesia tersebut harus menentukan berapa rupiah transaksi tersebut, sebelum
mencatatnya. Jika transaksi tersebut dinyatakan dalam rupiah, perusahaan inggris tadi harus
menentukan jumlah Pound yang setara dengan transaksi tersebut. Untuk mengukur transaksi
dalam mata uang mereka sendiri, kebanyakan perusahaan di seluruh dunia mengambil nilai
kurs negosiasi sebagai dasarnya. Kurs ini merupakan hasl permintaan dan penawaran mata
uang di pasar uang dunia.
Perhitungan Langsung Dan Tak Langsung Atas Kurs
Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara
dengan mata uang tersebut pada satu waktu. Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak
langsung. Jika diasumsikan bahwa Rp.1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka :
Perhitungan langsung (setara Rupiah) : Rp 1.600 = Rp 1.600
3
1
Perhitungan tak langsung ( mata uang asing per Rupiah) :
Rp1.600
Pendekatan pertama disebut perhitungan langsung sebab kursnya dinyatakan dalam rupiah.
Artinya Rp1.600 sama nilainya dengan 1 Dollar Singapura. Pendekatan kedua disebut
perhitungan tak langsung sebab kursnya dinyatakan dalam Dollar Singapura. Artinya,
0,000625 Dollar Singapura sama nilainya dengan 1 Rupiah. Harian bisnis Indonesia setiap
hari melaporkan perhitungan langsung mata uang asing.
Kurs Mengambang, Tetap, Serta Berganda
Kurs mengambang. Secara teoritis, nilai suatu mata uang harus mencerminkan daya belinya
dipasar dunia. Misalnya, peningkatan dalam laju inflasi suatu Negara menunjukkan
melemahnya daya beli mata uang Negara tersebut. Maka nilai mata uang Negara tersebut
melemah relative terhadap nilai mata uang lain. Surplus perdagangan yang besar
menunjukkan peningkatan permintaan atas mata uang Negara yang bersangkutan dan
menyebabkan menguatnya mata uang tersebut relative terhadap mata uang lain. Sebaliknya,
defisit perdagangan yang besar mengakibatkan melemahnya nilai mata uang Negara
bersangkutan. Meskipun inflasi serta neraca perdagangan merupakan basis bagi kurs
mengambang, beberapa factor lain seringkali menjadi lebih berpengaruh. Para investor
membeli surat-surat berharga dipasar dunia, tingkat bunga menjadi lebih menentukan dalam
permintaan dan penawaran mata uang ketimbang defisit perdagangan. Transaksi perdagangan
mata uang yang bersifat spekulatif juga mempengaruhi penentuan nilai kurs.
Kurs tetap dan kurs berganda. Jika kurs yang dipakai adalah kurs tetap, pemerintah dapat
menetapkan kurs yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Misalnya, pemerintah
menetapkan kurs prefesional untuk impor, serta kurs penalti untuk ekspor, dalam rangka
mencapai tujuan perekonomian Negara bersangkutan. Kurs seperti ini, dikenal sebagai kurs
berganda. Misalnya, Wall Street Journal melaporkan dua macam kurs untuk ekivalensi Dollar
AS dengan Rand Afrika Selatan, yaitu kurs komersial dan kurs financial. Pada tanggal 20
Februari 1995, kurs komersial adalah US Dollar 0,2821 per Rand sementara kurs financial
adalah US Dollar 0,2544.
Perubahan Dari Kurs Tetap Ke Kurs Mengambang Di Indonesia
Sejak 14 Agustus 1997, pemerintah Indonesia telah menyesuaikan kebijakan moneter dengan
memutuskan mengubah penggunaan kurs tetap menjadi kurs mengambang. Perubahan ke
4
Rupiah
per Rp 1
Inggris (pound)
Rp3.755
0,000266 Pound
Kanada (dollar)
Rp1.653
0,000604 Kanada
Jepang (yen)
Rp
19
0,053 Yen
Perancis (franc)
Rp
423,46
0,00236 Franc
Jerman (mark)
Rp1.427
0,00070 Mark
Tentu saja bank-bank yang melayani pertukaran mata uang asing menarik keuntungan dari
jasa yang mereka berikan. Remunerasi ini merupakan selisih antara jumlah uang yang mereka
terima dari perusahaan Indonesia dengan jumlah yang mereka bayarkan kembali untuk
menebus mata uang asing, atau sebaliknya. Misalnya sebuah bank menawarkan untuk
menjual 1 Pound seharga Rp3.825 atau membeli 1 Pound seharga Rp3.790 pada saat kurs
resmi adalah Rp3.805. jadi, sebuah perusahaan dapat membeli 1.000 Pound untuk
Rp3.825.000 atau menjual 1.000 Pound untuk Rp.3.790.000. dengan demikian bank tersebut
mendapatkan keuntungan senesar Rp35.000.
8.4 TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA
Transaksi yang terjadi dalam suatu Negara merupakan transaksi local yang dinilai dan
dicatat dalam mata uang Negara tersebut, transaksi yang dilakukan oelh perusahaan ank
Indonesia di Inggris dicatat dalam pound inggris, dan laporan keuangannya juga dinyatakan
dalam pound. Namun laporan keuangan ini harus dikonversikan ke dalam rupiah sebelum
dilakukan konsolidasi dengan perusahaan induknya di Indonesia.
Ketentuan Dalam PSAK
Ketentuan yang tercantum dalam PSAK No. 10 hanya diterapkan untuk transaksi mata uang
asing dan untuk laporan keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata uang asing
selain kontrak berjangka, maka:
1. Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran,
keuntungan, dan kerugian yang ditimbulkan dari transaksi tersebut harus dinilai dan
dicatat dalam mata uang fungsional dan entitas yang melakukan pencatatan dengan
menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.
2. Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang
fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk
mencerminkan kurs sekarang.
3. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan
dalam menentukan kurs tanggal neraca maka dapat digunakan kurs tengah bank
Indonesia.
6
4. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
5. Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlakupada saat nilai tersebut ditentukan.
Asumsikan sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan
Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp730 per Ringgit Malaysia. Dalam
transaksi ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari. Importer Indonesia
mencatat transaksi tersebut sebagai berikut:
Persediaan
Rp7.300.000
Rp7.300.000
Rp7.300.000
Rp 100.000
Kas
Rp7.200.000
(kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 ringgit x kurs spot Rp720)
Keuntungan pertukaran sebesar Rp100.000 diperoleh karena kewajiban yang sebelumnya
diakui sebesar Rp7.300.000 dibayar hanya dnegan Rp7.200.000. Keuntungan ini
mencerminkan perubahan kurs yang terjadi diantara waktu transaksi dan waktu
pembayaran. Jika kurs berubah menjadi Rp750 maka yang terjadi adalah kerugian sebesar
Rp200.000. PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi
harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi
yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode akuntansi, maka selisih kurs
harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk
masing-masing periode.
Transaksi Penjualan
Asumsi: PT Indofod menjual barang dagang kepada Schweber Industries Ltd. Seharga
Rp15.000.000 atau 10,000 Mark pada saat kurs Rp1.500 dan menerima pembayaran pada
saat kurs Rp1.490.
Jika tagihan dalam rupiah
(tanggal penjualan )
Piutang dagang
Rp15.000.000
Penjualan
Rp15.000.000
(untuk mencatat penjualan kepada Schweber Industries: invoice sebesar Rp15.000.000)
(tanggal pembayaran )
Kas
Rp15.000.000
Piutang dagang
Rp15.000.000
(untuk mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber Indutries )
(jika tagihan dalam Mark Jerman)
Piutang dagang (ma)
Rp15.000.000
Penjualan
Rp15.000.000
(untuk mencatat penjualan kepada schweber Indutries: tagihan untuk 10.000
Mark Jerman. (10,000 Mark x Rp1.500 = Rp15.000.000)
Kas (ma)
Rp14.900.000
Rp
100.000
Transaksi Pembelian
Asumsi : Indofood membeli barang dagang dari Scheweber Industries Ltd. Seharga
Rp7.500.000 atau 5,000 Mark pada saat kurs Rp1.500, dan membayar hutang tersebut ketika
kurs Rp1.520.
Jika tagihan dalam rupiah
(tanggal pembelian)
Persediaan
Hutang dagang
Rp7.500.000
Rp7.500.000
Rp7.500.000
Kas
Rp7.500.000
Rp7.500.000
Rp7.500.000
Rp7.500.000
Rp
100.000
Kas
Rp7.600.000
Penyesuaian Ke Kurs Sekarang PSAK No. 10 untuk transaksi mata uang asing mengatur
bahwa kas atau jkumlah uang yang menjadi beban bagi atau untuk perusahaan yang
dinyatakan dalam mata uang asing harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang
pada tanggal neraca. Ini juga berarti bahwa keuntungan serta kerugian dalam transaksi mata
uang asing tidak boleh ditangguhkan sampai mata uang asing dikonversikan ke dalam mata
uang domestic atau sampai piutang-piutang yang berhubungan sudah diterima atau hutang
sudah dibayar. Sebaliknya, jumlah-jumlah ini harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs
sekarang pada tanggal neraca, dan semua keuntungan serta kerugian yang timbul dari
penyesuaian harus diperhitungkan dalam laba dan rugi periode terjadinya.
Pembelian Yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan Indonesia, PT Abuba membeli barang dagang dari perusahaan
kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19X8 sbesar 10,000 Ringgit, pada saat kurs
spot untuk Ringgit Malaysia adalah Rp770. PT Abuba melakukan tutup buku pada tanggal 31
Desember 19X8 pada saat kurs spot untuk Ringgit mencapai Rp765, dan melunasi hutang
tersebut pada tanggal 30 januari 19X9 kurs spot untuk Ringgit mencapai Rp765. Kejadian
dan transaksi ini dicatat oleh PT Abuba sebagai berikut:
9
1 Desember 19X8
Persediaan
Rp7.700.000
Rp7.700.000
(mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia (10,000 Ringgit x kurs Rp770))
31 Desember 19X8
Hutang dagang (ma)
Rp50.000
Rp50.000
(menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun(10,000 Ringgit x (Rp770 Rp765)))
30 januari 19X9
Hutang dagang (ma)
Rp7.650.000
Rp
Kas
100.000
Rp7.750.000
(mencatat pembayaran total kepada kebangsaan malayasia (10,000 Ringgit x Kurs Rp775)
Contoh diatas menunjukkan bahwa pada tanggal 1 Desember 19X8 PT Abuba membuat
hutang senilai Rp7.700.00 yang dinyatakan dalam ringgit. Pada tanggal 31 Desember 19X8
hutang tersebut disesuaikan agar bisa mencerminkan kurs yang berlaku, sehingga terdapat
Rp50.000 keuntungan dari penyesuaian yang dimasukkan ke laporan keuangan PT Abuba
tahun19X8. Keuntungan dari penyesuaian nilai tukar merupakan hasil kali dari 10,000
Ringgit dengan perubahan dari kurs spot ringgit terhadap rupiah dalam kurun waktu 1
Desember sampai 31 Desember 19X8. Pada tanggal 30 Januari 19X9, ketika hutang tersebut
dilunas, kurs spot telah meningkat menjadi Rp775 dan PT Abuba harus mencatat kerugian
sebesar Rp100.000. Sebenarnya kerugian yang terjadi hanya Rp50.000 (10,000 Ringgit x
(Rp775 Rp770). Namun PSAK No.10 mewajibkan bahwa kerugian seperti ini dinyatakan
sebagai keuntungan Rp50.000 di tahun 19X8 dan kerugian Rp100.000 di tahun 19X9.
Penjualan Yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Asing
Pada tanggal 16 Desember 19X8 PT Abuba menjual barang dagang ke kebangsaan Malaysia
seharga 20,000 Ringit, saat kurs spot untuk ringgit adalah Rp760, PT Abuba melakukan tutup
buku pada tanggal 31 Desember 19X8 ketika kurs spot Rp765. Kebangsaan Malaysia
melunasi hutangnya pada tanggal 15 januari 19X9 pada kurs spot Rp770, dan PT Abuba
mengkonversi ringgit tersebut ke rupiah pada tanggal 20 januari 19X9 pada kurs spot 772,5.
Pencatatan yang dilakukan PT Abuba adalah sebagai berikut:
10
16 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)
Rp15.200.000
Penjualan
Rp15.200.000
(mencatat penjualan ke kebangsaan Malaysia (20,000 ringgit x kurs Rp760)
31 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)
Rp100.000
Rp100.000
(menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun (20,000 ringgit x (Rp765 Rp760)))
15 Januari 19X9
Kas (ma)
Rp15.400.000
Piutang dagang
Rp15.300.000
Keuntungan pertukaran mata uang
100.000
(mencatat pelunasan hutang oleh kebangsaan Malaysia (20ringgit x Rp770) dan mengakui keuntungan dari
pertukaran mata uang untuk tahun 19X9 (20,000 ringgit x (Rp770 Rp765))
20 januari 19X9
Kas
Rp15.450.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Kas (ma)
Rp
50.000
15.400.000
uang asing.
Strategi yang biasa digunakan untuk mengindari risiko fluktuasi nilai tukar adalah
kontrak berjangka. Dalam FASB 52 disebutkan bahwa kontrak berjangka adalah perjanjian
untuk melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu tertentu di masa yang
akan dating, dan pada kurs tertentu yang disepakati (disebut forward rate).
PSAK No. 10 menyatakan bahwa transaksi valuta berjangka adalah transaksi pertukaran dua
valuta asing melalui pembelian kembali secara berjangka. Pertukaran mata uang serta bentukbentuk perjanjian lain yang pada dasarnya sama dengan kontrak berjangka dianggap sebagai
kontrak berjangka untuk tujuan akuntansi.
Terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan, yaitu :
1
Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih mata uang
asing yang diekspos
Spekulasi
Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi
terhadap pergerakan harga mata uang asing dimasukkan ke dalam pendapatan pada periode
dimana kurs forward mengalami perubahan. Kurs forward 30, 90, dan 180 hari untuk
beberapa mata uang selalu ditetapkan secara harian di terbitan tertentu. Kontrak berjangka
untuk tujuan spekulasi dini pada kurs forward yang dipakai sepanjang masa kontrak.
Akuntansi dasar bagi kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi diilustrasikan pada contoh
berkut : Pada tanggal 2 Nopember 19X7, Astra International menyetujui kotrak berjangka 90
hari untuk membeli 10.000 Ringgit Malaysia pada saat kurs forward 90 hari untuk Ringgit
adalah Rp 615. Kurs spot untuk Ringgit pada tanggal 2 Nopember 19X7 tersebut adalah Rp
619. Kurs pada tanggal 31 Desenber 19X7 dan 30 Januari 19X8 adalh sebagai berikut:
31 Desember 19X7
Forward 30 hari
Rp620
Kurs spot
Rp625
30 Januari 19X8
Rp623
Rp628
12
Jurnal pembukuan Astra Internasional untuk mencatat transaksi spekulasi tersebut adalah:
2 November 19X7
Piutang Kontrak (ma)
Rp6.150.000
Hutang Kontrak
Untuk mencatat kontrak 10.000 Ringgit x kurs forward 90 hari Rp6.150.000
31 Desember 19X7
Rp6.150.000
Rp6.280.000
Keuntungan Pertukaran Mata Uang
Rp80.000
Piutang Kontrak (ma)
6.200.000
Untuk mencatat penerimaan 10.000 Ringgit. Kurs spot yang berlaku untuk Ringgit adalah Rp628
Hutang Kontrak
Rp6.150.000
Kas
Rp6.150.000
Untuk mencatat pembayaran kewajiban kepada pialang valuta asing, dinyatakan dalam Rupiah
Jurnal pada tanggal 2 Nopember mencatat hak Astra Internasional untuk menerima
10.000 Ringgit dari pialang valuta asing dalam waktu 90 hari. Jurnal juga mencatat
kewajiban Astra Internasional untuk membayar Rp6.150.000 kepada pialang dalam waktu 90
hari. Baik piutang maupun hutang dicatat pada Rp6.150.000 (10.000 Ringgit x kurs forward
Rp615), namun Cuma piutang yang juga dinyatakan dalam ringgit dan tunduk kepada
fluktuasi nilai tukar.
Pada tanggal 31 Desember 19X7 kontrak berjangka tinggal 30 hari lagi. Piutang yang
dinyatakan dalam Ringgit Malaysia tersebut harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs
forward 30 hari sebesar Rp620 pada tanggal 31 Desember 19X7. Nilai dari penyesuaian ini
dicerminkan dalam pendapatan Astra Internasional pada tahun 19X7.
Pada tanggal 30 Januari 19X8 Astra Internasional menerima 10.000 Ringgit dengan nilai
berlaku Rp6.280.000 (10.000 Ringgit x kurs spot Rp628). Karena nilai mata uang asing yang
sesungguhnya diterima lebih besar Rp80.000 ketimbang jumlah piutang yang dicatat
sebelumnya, maka terdapat tambahan keuntungan dari pertukaran. Astra International juga
melunasi kewajibannya pada pialang valuta asing pada tanggal 30 Januari.
13
Spekulasi yang melibatkan penjualan dari mata uang asing secara forward dapat dicatat
dengan perlakuan yang sama dengan contoh di atas kecuali bahwa piutang tetap dalam
Rupiah dan kewajiban dinyatakan dalam valuta asing.
Hedging atas Posisi Aktiva Bersih dan Kewajiban Bersih
Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing (exposed net asset position)
merupakan kelebihan aktiva yang dinyatakan dalam mata uang asing atas kewajiban yang
juga dinyatakan dalam mata uang asing tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang
berlaku. Posisi kewajiban bersih yang diekspos dalam mata uang asing (exposed net liability
position) adalah kelebihan kewajiban yang dinyatakan dalam mata uang asing atas aktiva yng
juga dinyatakan dalam mata uang tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku.
Kontrak Berjangka untuk Menjual Mata Uang Asing
Untuk melakukan hedging suatu posisi aktiva bersih yang diekspos, sebuah perusahaan
melakukan kontrak berjangka untuk menjual mata uang asing secara forward (future
delivery). Misalnya, sebuah perusahaan eksportir Indonesia menjual barang dagang kepada
sebuah perusahaan Kanada dan mencatatnya sebagai piutang dagang dalam satuan dollar
Kanada. Untuk menghindari pelaporan atas perubahan kurs antara tanggal pembelian dan
tanggal pembayaran, perusahaan Indonesia tersebut melakukan kontrak dengan pialang valuta
asing untuk menjual sejumlah Dollar Kanada yang telah diperkirakan, pada kurs forward
tertentu
Dollar Kanada sebagai pembayaran piutang dagang, lalu mereka membawa Dollar Kanada
tersebut kepada pialang, dan ditukar dengan Rupiah berdasarkan kurs forward yang sudah
disepakati beberapa waktu sebelumnya. Setiap keuntungan maupun kerugian yang timbul
akibat pertukaran mata uang pada akun piutang dagang, diimbangi dengan kerugian atau
keuntungan pada akun kontrak berjangka yang dinyatakan dalam mata uang yang sama.
Kontrak Berjangka untuk Membeli Mata Uang Asing
Untuk melakukan hedging posisi kewajiban bersih, sebuah perusahaan melakukan
kontrak berjangka untuk membeli mata uang asing yang akan diterima di masa mendatang.
Misalnya, perusahaan Indonesia membeli barang dagang dari perusahaan Inggris. Transaksi
dinyatakan dalam Pound Inggris dan berjangka waktu 30 hari. Untuk menghindari pelaporan
atas perubahan kurs antara tanggal pembelian dan tanggal pembayaran dalam Pound Inggris,
perusahaan Indonesia tersebut membeli Pound Inggris pada kurs forward tertentu untuk
diterima dalam 30 hari. Dengan cara ini, setiap keuntungan maupun kerugian di dalam akun
14
hutang dagang dapat diimbangi dengan kerugian atau keuntungan pada akun piutang forward
dalam mata uang yang sama.
Keuntungan dan Kerugian dalam Pertukaran
Jika kontrak berjangka jumlahnya sama dengan jumlah unit mata uang asing dan dalam
periode yang sama dengan periode posisi aktiva atau kewajiban bersih, maka keuntungan
maupun kerugian dari pertukaran pada kontrak berjangka akan meniadakan keuntungan serta
kerugian dari posisi aktiva bersih maupun kewajiban bersih yang dilaporkan dalam seriap
periode laporan keungan. Dengan kata lain, tidak ada keuntungan maupun kerugian yang
rimbul dari pertukaran mata uang jika posisi aktiva bersih dan kewajiban bersih yang
dilaporkan sepenuhnya di-hedging (completely hedged).
Premium atau Diskon dalam Kontrak Berjangka
Pada umumnya, ada biaya yang timbul dari usaha menghindari risiko perubahan kurs,
yaitu efek pendapatan dari operasi hedging. Untuk mengantisipasi risiko mereka sendiri, para
piaang valuta asing, pada awalnya sudah menetapkan kurs forward pada nilai yang berbeda
dengan kurs spot pada saat kontrak. Kontrak berjangka yang menjadi bagian perusahaan yang
dinyatakan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan kurs spot sedangkan bagian yang
dinyatakan dalam Rupiah menggunakan kurs forward. Perbedaan antara kedua kurs ini
menimbulkan premium atau diskon atas kontrak berjangka (biaya atas penghindaran risiko
fluktuasi nilai tukar). Premium atau diskon ini diperlakukan terpisah dari setiap keuntungan
maupun kerugian dari kontrak. Premium serta diskon diamortisasikan seoanjang umur
kontrak berjangka, dimana jumlah amortisasi direflesikan dalam pendapatan. Efek
pendapatan dari posisi mata uang luar negeri yang di-hedging penuh sama dengan
pengeluaran yang timbul dari mengamortisasikan premium atau diskon kontrak berjangka.
Amortisasi harus dilaporkan terpisah dari keuntungan ataupun kerugian pertukaran mata uang
pada kontrak berjangka.
Ilustrasi: Hedging atas Posisi Aktiva Bersih yang Diekspos.
Pertamina menjuaal minyak ke Monato Company-Selandia Baru seharga 150.000 Nf
pada tanggal 1 Desember 19X7. Tanggal transaksi adalah 1 Desember 19X7, dan pembayaran
jatuh tempo dalam 60 hari, yaitu 30 Januari 19X8. Bersamaan dengan penjualan itu,
Pertamina melakukan kontrak berjangka atas nilai 150.000 Nf tersebut dnegan pialang valuta
asing dakan waktu 60 hari juga. Kurs untuk Nf adalah sebagai berikut.
Kurs Spot
Kurs forward 30-hari
1 Desember 19X7
Rp1.015
Rp1.014
31 Desember 19X7
Rp1.014,8
Rp1.013,9
30 Januari 19X8
Rp1.014,7
Rp1.013,8
15
Rp152.250.000
Rp152.250.000
Rp30.000
Rp30.000
Rp152.220.000
Rp152.100.000
Piutang Kontrak
Untuk mencatat penerimaan kas dari pialang valuta asing.
Rp152.100.000
Rp75.000
Prosedur akuntansi untuk hedging atas kewajiban bersih yang diekspos serupa dengan
ilustrasi Pertamina, kecuali bahwa tujuannya akan melakukan hedging kewajiban yang dalam
denominasi mata uang asing. Biasanya premium timbul dari kegiatan hedging atas posisi
kewajiban sebab kurs forward untuk membeli mata uang asing untuk penerimaan di masa
yang akan datang pada umumnya lebih besar daripada kurs spot. Premium ini berbeda dari
sisi debit, sehingga amortisasi akan mengurangi pendapatan sepanjang masa kontrak
berjangka. Misalnya sebuah konteak berjangka untuk menrima 10.000 Dollar Australia pada
60 hari setelahnya memiliki kurs forward Rp1.575 pada saat kurs spot adalah Rp1.560. Maka
kontran berjalan dicatat sebagai berikut:
Piutang Kontrak (ma)
Premium atas Kontrak Berjangka
Hutang Kontrak
Rp15.600.000
150.000
Rp15.750.000
17
18
sebuah komitmen mata uang asing yang dapat diidentifikasikan dan jika kondisi dibawah ini
terpenuhi:
1. Transaksi mata uang asing memang ditetapkan sebagai, dan dianggap efektif sebagai
hedging atas komitmen mata uang asing
2. Komitmen mata uang asing tersebut tidak berubah atau bersifat tetap.
Ilustrasi: Hedging Atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi
Pada tanggal 2 Oktober 19X7, PT elang perkasa melakukan kontrak dengan emerald
corporation, untuk pembayaran 1000 peti minuman bourbon pada harga 60.000 riyal pada
saat kurs spot riyal Rp 750. Dibayar tanggal 31 maret 19X8.untuk melakukan hedging ini, PT
elang perkasa membeli 60.000 riyal yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan
kurs forward Rp775 kurs spot yang berlaku 31 desember dan 31 maret 19X8 Rp 740 dan Rp
730. Asumsikan kasusu pembelian ini dicatat dengan cara yang sama dengan perlakuan untuk
hedging atas posisi kewajiban bersih yang diekspos. Jurnalnya:
2 Oktober 19X7
Piutang Kontrak (ma)
Rp45.000.000
Premium atas Kontrak Berjangka
1.500.000
Hutang Kontrak
Rp46.500.000
Untuk mencatat pembelian 60.000 Riyal untuk diterima dalam 180 hari
Pada tanggal 31 Desember 19X7 kurs untuk Riyal turun menjadi Rp740, dan PT Elang
Perkasa menyesuaikan nilai piutangnya untuk mencerminkan jumlah 60.000 Riyal tersebut
dalam kurs yang berlaku. Penyesuaian ini menimbulkan kerugian pertukaran sebesar
Rp600.000, namun kerugian ini ditangguhkan dengan cara berikut:
31 Desember 19X7
Kerugian pertukaran yang ditangguhkan
Rp 600.000
Piutang Kontrak (ma)
Rp 600.000
Untuk mencatat penangguhan kerugian pertukaran mata uang: 60.000 Riyal x (Rp750 Rp740)
Premium atas kontrak berjangka dapat diamortisasi sepanjanh masa kontrak, seperti
diharuskan dalam kasus hedging atas posisi aktiva bersih serta kewajiban bersih yang
diekspos atau ia dapat ditangguhkan dan diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap transaksi
mata uang asing yang berkaitan.
Ayat jurnal pada tanggal 31 Maret 19X8 untuk mencatat transaksi mata uang asing dan
konrak berjangka yang berkaitan adalah:
31 Maret 19X8
1.
Pembelian
Huatng Dagang (ma)
Untuk mencatat penerimaan 1000 peti minimum
Rp 43.800.000
Rp 43.800.000
2.
3.
4.
5.
Hutang Kontrak
Kas
Untuk mencatat kontrak berjangka dengan pialang
valuta asing
Kas (ma)
Kerugian Pertukaran Ditahan
Piutang Kontrak (ma)
Untuk mencatat penerimaan 60.000 Riyal dari pialang
valuta asing pada saat kurs Rp730.
Hutang dagang (ma)
Kas (ma)
Untuk mencatat pembayaran 60.000 Riyal kepada
Rp46.500.000
Rp46.500.000
Rp 43.800.000
600.000
Rp44.400.000
Rp 43.800.000
Emerald Corp.
Pembelian
Premium atas Kontrak Berjangka
Kerugian Pertukaran yang Ditangguhkan
Untuk mengoreksi premium dan kerugian pertukaran
Rp 43.800.000
Rp2.700.000
Rp1.500.000
1.200.000
Saldo dari investasi PT Mitra Saudara dalam pembukuan Bennett pada tanggal 3
Desember 19X2 adalah Rp1.280.000.000 atau setara dengan 40% aktiva bersih Bennett yang
berjumlah 2.000.000 franc dikalikan kurs akhir tahun Rp1.600. Pada tanggal ini PT Mitra
Saudara tidakmemiliki saldo penyesuaian penjabaran relatif terhadap investasinya di Bennett.
Untuk bisa melindungi investasi barunya di Bennett, PT Mitra Saudara meminjam 800.000
Franc untuk satu tahun dengan bunga 12% pada tanggal 1 Januari 19X3 pada kurs spot
Rp1.600. Pinjaman ini dinyatakan dalam Franc dengan bunga dan cicilan akan dibayar pada
tanggal 1 Januari 19X4. PT Mitra Saudara mencatat peminjamannya sebagai berikut:
1 Januari 19X3
Kas
Rp1.280.000.000
Hutang Pinjaman (ma)
Rp1.280.000.000
Untuk mencatat pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swis (800.000 Franc x kurs spot
Rp1.600)
Pada tanggal 1 Nopember 19X3 Bennet mengumumkan dan membayarkan dividen
sejumlah 100.000 Franc. PT Mitra Saudara mencatat penerimaan dividennya pada kurs spot
Rp1.750 yang berlaku hari itu,
1 Nopember 19X3
Kas
Rp70.000.000
Rupiah
Rp3.200.000.000
680.000.000
(175.000.000)
435.000.000
Rp1.800
Rp4.140.000.000
tanggal 31 Desember 19X3 untuk
Rp1.600
Rp1.700
Rp1.750
(Rp435.000.000 x 40%)
PT Mitra Saudara juga menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi ekuitas dengan kurs
sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 dan mengakui bunga atas pinjaman tersebut
sebagai berikut:
Penyesuaian ekuitas dari Penjabaran
Rp160.000.000
Hutang Pinjaman
Rp160.000.000
Untuk menyesuaikan hutang pinjaman yang dinyatakan dalam Frenc Swiss terhadap kurs berlaku
pada akhir tahun (800.000 Frenc x Rp1800-Rp1600)
Beban Bunga
Rp163.200.000
Kerugian Pertukaran Mata Uang
9.600.000
Hutang Pinjaman
Rp172.800.000
Untuk mencatat biaya bunga (pada kurs rata-rata tertimbang) dan mengakui hutang bunga yang
dinyatakan dalam Franc pada kurs akhir tahun sebagai berikut:
Hutang bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs Rp1.800
Dikurangi: Biaya bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs
Rp172.800.000
162.200.000
Rp9.600.000
Pada tanggal 1 Januari 19X4 PT Mitra Saudara membayar pinjaman beserta bunga pada
Tujuan
Pengakuan
Spekulasi
Hedging atas
posisi aktiva
atau
kewajiban
bersih.
Untuk
mengimbangi
esposure posisi aktiva atau
kewajiban bersih yang ada.
Hedging atas
komitmen
yang
dapat
diidentifikasi
Untuk
mengimbangi
exposure pembelian atau
penjualan
yang
akan
direalisasikan pada masa
yang akan datang, dan
karenanya mengunci harga
dari kontrak yang dalam
mata uang domestik.
Hedging atas
investasi
bersih dalam
entitas
luar
negeri.
Untuk
mengimbangi
exposure investasi bersih
yang ada dalam sebuah
entitas luar negeri.
Keuntungan
dan
kerugian pertukaran
diakui
langsung
setiap
terjadi
perubahan
kurs
forward.
Keuntungan
dan
kerugian pertukaran
diakui
langsung,
namun
diimbangi
oleh
keuntungan
serta kerugian yang
bersesuaian
pada
posisi aktiva dan
kewajiban bersih.
Keuntungan
dan
kerugian pertukaran
ditangguhkan
sampai
komitmen
direalisasikan
menjadi transaksi.
Selanjutnya
keuntungan
dan
kerugian
yang
ditangguhkan tadi
diperlakukan
sebagai penyesuaian
terhadap
harga
transaksi.
Keuntungan
dan
kerugian pertukaran
diakui
sebagai
penyesuaian ekuitas
dan
akan
mengimbangi
penyesuaian ekuitas
yang dicatat dalam
investasi bersih.
Disposisi dari
Premium dan Diskon
atas Kontrak
Berjangka
Tidak ada.
Efek yang
Diharapkan dari
Hedging serta Item
Mata Uang Asing
yang Berkaitan
Efek
pendapatan
sama
dengan
keuntungan
dan
kerugian pertukaran
yang diakui.
Diamortisasikan
sebagai pendapatan
sepanjang
masa
kontrak berjangka.
Efek
pendapatan
sama
dengan
amortisasi
dari
premium
atau
diskon.
(Saling
offset
keuntungan
dan kerugian).
Pilihan:
Premium
dan diskon dpat
langsung
diamortisasikan
sebagai pendapatan
atau
ditangguhkan
dan
diperlakukan
sebagai penyesuaian
terhadap
harga
transaksi.
Efek
pendapatan
sama
dengan
amortisasi
dari
premium atau diskon
jika memang dipilih
(keuntungan
atau
kerugian merupakan
penyesuaian
dari
harga transaksi).
Pilihan:
Premium
dan diskon dpat
langsung
diamortisasikan
sebagai pendapatan
atau dimasukkan ke
dalam
jumlah
penyesuaian ekuitas
dari translasi.
Efek
pendapatan
sama
dengan
amortisasi
dari
premium atau diskon
jika memang dipilih
(penyesuaian ekuitas
pada investasi bersih
an hedging saling
mengimbangi).
23
Pengungkapan Tambahan
FASB menambahkan satu proyek perangkat finansial dan pembiayaan diluar neraca
dalam agenda teknisnya pada tahun 1986. Tujuannya adalah untuk mengembangkan standar
menyeluruh bagi akuntansi dan pelaporan perangkat financial.
Hasil dari proyek ini adalah:
-
FASB Statement No. 107, Disclosure about fair Value of Financial Instruments,
dikeluarkan pada tahun 1991, dan
FASB Statement No. 119, Disclosure about Derivative Financial Instruments and
Value of Financial Instruments, dikeluarkan tahun 1994.
Sebagian perusahaan dengan kontrak kurs forward substantial harus mengikuti persyaratan
pengungkapan tambahan untuk masing-masing pernyataan tersebut.
Referensi:
Beams, Floyd A. & Amir Abadi Jusuf. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
24