Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

MODUL

: Analisis BOD

PEMBIMBING

: Ir. Endang Kusumawati, MT

Tanggal Praktikum : 31 Maret 2015


Tanggal Penyerahan : 13 April 2015
(Laporan)

Oleh :
Kelompok

VI (Enam)

Nama

1. Nurul Fathatun

,121424023

2. Reni Swara M.

,121424026

3. Resza Diwansyah P

,121424027

4. Rinaldi Adiwiguna

,121424028

Kelas

3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015

ANALISIS BOD

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
sautu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat
organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air
yang tercemar tersebut

I.2 Tujuan
Menentukan nilai BOD dari suatu sistem limbah.
Menghitung faktor ketelitian dan penetapan angka KMnO4 yang digunakan.
Menghitung oksigen terlarut yang ada dalam sampel air limbah pada hari ke 0 dan
pada hari ke 7.
II. DASAR TEORI
Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC.
Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan
reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99 % sempurna dan dalam
waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan
oksidasinya mencapai 60 70 %. Suhu 20 oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk
daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil
yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia
tergantung dari suhu.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. BOD merupakan parameter yang umum
dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987). Adanya

bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan
mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi
senyawa asam-asam organik.
Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan anaerob. Timbul gas CH4,
NH3 dan H2S yang berbau busuk (Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat digunakan
untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak
pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Salah satu variabel penentu yang menentukan kualitas air sehingga kita dapat
menggolongkannya ke dalam empat golongan di atas adalah berdasarkan kandungan bahan
organiknya yang dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD. Untuk golongan A, nilai
ambang BOD adalah 20 dan COD adalah 40. Untuk golongan B, nilai ambang BOD adalah
50 dan COD adalah 100. Untuk golongan C, nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah
300. Sedangkan untuk golongan D, nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah 600
(Perdana, 1992).
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali organisme yang hidup
dalam air. Kehidupan akuatik seperti ikan mendapatkan oksigennya dalam bentuk oksigen
terlarut yang sebagian besar berasal dari atmosfer. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat
konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik tidak akan ada dalam air. Banyak ikan
akan mati dalam perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung,
tetapi karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses
penguraian/penghancuran zat pencemar (Achmad, 2004). Di dalam lingkungan bahan organik
banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang membentuk organisme
hidup dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting
dan dibutuhkan oleh manusia. Secara normal, bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H,
O, dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P, dan Fe (Achmad, 2004).
Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara
biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O. Proses inilah
yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan menurun dan hal ini
menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis bagi air
yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu
badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air
selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan
keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon
dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + ( n + a/4 b/2 3c/4 ) O2 nCO2 + ( a/2 3c/2 ) + H2O + cNH3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah
tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat
dipergunakan

untuk

menaksir

beban

pencemaran

zat

organis. Chemical

Oxygen

Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air
baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang
relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan
polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
A. Metode Analisa BOD
Metode

Pemeriksaan

BOD

adalah

dengan

metode

Winkler

(titrasi

dilaboratorium). Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan


dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akanmembebaskan molekul iodium (I 2) yang ekivalen dengan oksigen

terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnyadititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik.
Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk
75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD
berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah
mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20C atau 3 hari pada suhu 25C27C diukur
lagi DO air tersebut.
Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses
biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses
biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan
BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer
fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi,
dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO 4, H2SO4, dan alkali iodida
azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan
Santika, 1984).
Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahanbahan organik pada suhu 20 0C
adalah seperti di dalam tabel berikut ini.
Tabel Pengaruh waktu terhadap persentase bahan organik

Metode Analisa BOD


a. Metoda titrasi dengan cara Winkler
Prinsip analisa BOD sama dengan penganalisaan Oksigen Terlarut salah satunya adalah
metode winkler. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH-KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang
terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

b. Metoda Elektrokimia
Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk menganalisa
kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan selanjutnya
menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa dengan
mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan
membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan
terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 HOAnoda : Pb + 2 HO- PbO + H2O + 2e
Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis BOD
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaanoksigen
terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat apabila

dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri
ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator
amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter,
harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas
ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat
menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan
oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
Alat

DO

meter

masih

dianjurkan

jika

sifat

penentuannya

hanya

bersifat

kisaran. Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat
mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan
sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri
yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metoda Elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia tidak lebih akurat
dibandingkan metode winkler disebabkan alat ini tidak dapat mendeteksi keseluruhan nilai
oksigen terlarut dengan baik. Namun kelebihan metode ini adalah alat ini mudah digunakan
dan hasil yang diperoleh relatif cepat.
Penanggulangan Kelebihan Kadar BOD
Penanggulangan kelebihan kadar BOD adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang
efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 90%. Ada pula cara yang
lain yaitu dengan Sistem Constructed Wetland merupakan salah satu cara untuk pengolahan
lindi yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman. Sistem
ini juga merupakan sistem pengolahan limbah yang ekonomis. Penelitian ini bertujuan
menganalisis kemampuan sistem sub-surface constructed wetland untuk menurunkan
kandungan COD, BOD dan N total.

Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak oksigen
yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD
limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai BOD dan COD limbah,
perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah sebelum
dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah cair sebelum
dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan
adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah zeolit
alam. Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu
diaktifkan.
Cara Perhitungan BOD
Menentukan nilai BOD limbah sebelum dan sesudah pelakuan

Menghitung penurunan BOD limbah setelah selesai perlakuan

III.

METODOLOGI PERCOBAAN
III.1

Alat yang digunakan


Pipet seukuran 5, 10, dan 25 mL
Gelas kimia 1000 mL
Botol bersumbat gelas 300 mL
Buret

Pengaduk magnetik
Erlenmeyer 250 ml
Hot plate
Inkubator

III.2

Bahan yang digunakan

Air suling
Larutan buffer phosfat
Larutan garam yang berisi
o 8,5 gr KH2PO4
o 21,8 gr K2HPO4
o 33,4 gr Na2HPO4
o 3,24 gr KNO3
Larutan magnesium sulfat

(MgSO4.7H2O)
Larutan feri klorida
(FeCl3.6H2O)

Larutan Kalsium Clorida

(CaCl2)
Larutan Natrium Hidroksida 1 N

(NaOH)
Larutan asam klorida 1 N (HCl)
Larutan asam sulfat 6 N (H2SO4)
Laruutan KMnO4 0,01 N
Larutan asam oksalat 0,01 N
Larutan pereaksi oksigen
Bibit mikroba
Larutan tiosulfat (TiSO4)
Larutan kanji

III.3

Pereaksi
a. Air suling yang tidak boleh mengandung Cu lebih dari 0.01 mg/L, klor, kloramin, alkali,
b.
c.

d.
e.
f.
g.
h.

III.4

zat organik atau asam


Larutan buffer posfat
Larutan garam-garam berikut secara terpisah dan air suling steril :
8.5 gr KH2PO4
21,8 gr K2HPO4
33.4 gr Na2HPO4
3,2 gr KNO3
Campurkan larutan-larutan berikut dan encerkan dengan air suling hingga 1000 mL.
Larutan Magnesium Sulfat
Larutkan 22.5 gr MgSO4.7H2O dalam air suling hingga 1 L
Larutan Feriklorida
Larutkan 27.5 gr FeCl3.6H2O dalam air suling hingga 1 L
Larutan Kalsium Klorida
Larutkan 22.5 gr CaCl2 Anhydrous dalam air suling hingga 1 L
Larutan Natrium Hidroksida 1 N
Larutkan 40 gr NaOH dalam air suling hingga 1 L
Larutan Asam Klorida 1 N
Encerkan 84 mL HCl 36% dengan air suling hingga 1 L

Langkah Kerja
a. Pembuatan Pengencer

3 ml buffer phosfat
3 ml larutan CaCl2
3 ml larutan FeCl3

3 ml MgSO4
3 ml bibit mikroba

Lakukan Aerasi dengan kompressor selama 30 men


3 Liter Aquades

b. Pembebasan reduktor dari labu erlenmeyer

100 ml air keran


3 batu didih

5 ml H2SO4 6 N
Beberapa ml KMnO4 0,01 N

Erlenmeyer 250 ml

Panaskan di atas hotplate sampai mendidih selama 10 men

Setelah warna KMnO4 tidak hilang, cairan dibuang. Erlenmeyer digunakan untuk

langkah berikutnya.

c. Penetapan angka KMnO4

10 ml sampel
90 ml aquadest

10 ml H2SO4 6 N

Erlenmeyer 250 ml

Panaskan di atas hotplate sampai terjadi gelembung di dasar

10 ml KMnO4 0,01 N
Erlenmeyer 250 ml

Didihkan di atas hotplate selama 10 menit

10 ml asam oksalat 0,01 N


Erlenmeyer 250 ml

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan catat

Erlenmeyer dan larutan digunakan untuk langkah berikutnya.

d. Penetapan Faktor Ketelitian KMnO40,01 N

10 ml asam oksalat 0,01 N


Erlenmeyer 250 ml

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan catat

Faktor ketelitian (f) : 10 ml/10 ml KMnO4

e. Perhitungan angka KMnO4

mg/L KMnO4 = (1000/ml sampel) x [(10 + a) f 10) x 0,01 x 31,6]

f. Penentuan angka pengenceran


Bila didapat angka KMnO4 sebesar 100 mg/L maka dilakukan tiga
pengenceran:
Untuk tiap pengenceran dibutuhkan volume 700 ml, sesuai ukuran volume
botol BOD 350 ml

P1 = 100/3 = 35 ; artinya 1 bagian sampel + 34 bagian pengencer


20 ml sampel + 680 pengencer

P2 = 100/5 = 20 ; artinya 1 bagian sampel + 19 bagian pengencer

35 ml sampel + 665 pengencer

P3 = 100/7 = 15 ; artinya 1 bagian sampel + 14 bagian pengencer

47 ml sampel + 653 pengencer

Untuk P1 :

20 ml sampel
680 ml pengencer

Penetapan langsung oksigen terlarut (DO0)

Botol BOD

Dimasukkan ke dalam inkubator 20C


(DO5) kemudian dilakukan penetapan
oksigen terlarut

Untuk blanko, diisi dengan 700 ml pelarut

g. Penetapan Oksigen Terlarut dengan Metode Winkler

1 ml larutan MnSO4

1 ml larutan pereaksi oksigen

Botol BOD

Tutup botol lalu kocok dan biarkan selama 10 menit

Amati warna endapan yang terjadi

Tuangkan setengah isi botol BOD ke dalam erlenmeyer


Lakukan perlakuan yang sama pada botol BOD dan erlenmeyer


1 ml larutan H2SO4

Botol BOD&Erlenmeyer

Titrasi dengan larutan thiosulfat 1/80 N sampai warna larutan ku

III.5

Tambahkan beberapa larutan kanji yang dibuat dengan cara

melarutkan kemudian dipanaskan (larutan menjadi warna biru tua)


Titrasi dilanjutkan sampai tepat warna biru tua hilang
Catat volume larutan thiosulfat yang dipakai antara cairan di

erlenmeyer dan cairan di botol

Data Pengamatan
Analisis BOD dengan Metode Winkler

Titr
asi

Bl

1,

Bl

3,

Volume
pengunaan
tiosulfat 1/80 N
(ml)
B
o
t
o
l
3
,
2
2
,
1
1
,
8
3
,
5
0

315

321

304

302

308

0,

0,

,
2
0
,
4

305

Gambar

Ketera
ngan

h
a
p
a
n
P
r
o
s
e

s
P

e
m
b
u
a
t
a
n

Aerrasi
selama
30 menit
dari
campura
n bahan
berikut :
3 ml buffer phosfat
3 ml larutan CaCl2
3 ml larutan FeCl3
3 ml MgSO4
3 ml bibit mikroba

3 Liter Aquades

e
l
a
r
u
t
/
p
e
n
g
e
n
c
e

r
P

e
m
b
e
b
a
s
a

n
r
e
d
u
k

100 ml
air keran
+ 3 batu
didih + 5
ml
H2SO4 6
N+
Beberap
a ml
KMnO4
0,01 N .
Dan
dipanask
an
dengan
hotplate
selama
10 menit

t
o
r
d
a
r
i
l
a
b
u
e
r
l
e
n
m
e
y
e

r
P

e
n
e
t
a
p
a
n
a
n

Pemanas
an
campura
n 10 ml
sampel +
90 ml
aquadest
+ 10 ml
H2SO4 6
N
sampai
muncul
gelembu
ng

k
a
K
M
n
O

Penamba
han 10
ml
KMnO4
0,01 N
dan
dididihk
an
selama
10 menit

Hasil
setelah
penamb
ahan 10
ml asam
oksalat
0,01 N
dn
dititrasi
dengan
KMnO4
0,01 N

(Hasil
sama
dengan
penetap
an
Faktor
Keteliti
an
KMnO4
0,01 N)

e
m
a
s
u
k
k
a
n
s
a
m
p
e
l
b
e
s
e
r
t
a
p
e
n
g
e
n
c
e
r

Sampel
dan
pengenc
er
dimasu
kkan ke
dalam
botol
BOD
berdasa
rkan
kompos
isi P1

n
y
a
k
e
d
a
l
a
m
b
o
t
o
l
B
O

D
P

e
n
e
n
t
u

larutan
H2SO4

a
n

Larutan
setelah
ditamba
hkan
larutan
1 ml
pereaksi
oksigen
dan 1 ml

B
O
D
d
e
n
g
a
n
m
e
t
o
d
e
W
i
n

Larutan
etelah
ditamba
hkan
indikato
r kanji

Larutan
setelah
dititrasi
dengan
larutan
thiosulf
at

l
e
r

IV.

PENGOLAHAN DATA
4.1 Penetapan angka KmnO4

(a) ml

Volume Titrasi KMnO4


(b) ml
7,
1

1
3

,
5

Factor ketelitian (f)

10
mL KMnO 4 (b)

Factor ketelitian (f)

10
13.5

Factor ketelitian (f)

mg/Lt KMNO4 =

= 0.74
1000
x
[ ((10 + a) x f
mL sampel

) - 10 ] x 0,01 x 31,6

1000
x
[ ((10+ 7,1)x 0,74 ) - 10 ] x 0,01 x 31,6
10

= 83,86 mg/Lt

4.2 Pengenceran

Karena angka KmnO4 berjumlah 83,86, maka dilakukan pengenceran P1


P1 = angka KmnO4/3 = 83,86/3 = 28. Berarti, 1 bagian sampel dan 27 bagian

pengencer, bergantung pada volume botol BOD yang digunakan.

4.3 Penentuan nilai BOD

Sample thiosulfate
= 1/80 N = 0.0125 N

Pengenceran
= 7 (hari)

Mg/Lt O2 sampel nol hari (BOD0)


(A)
a. DO0 (1)
1000 x 4,1 x 0.0125 x 8
Mg/ltr O2=
321 ml2ml
b. DO0 (2)

Mg/ltr O2=

1000 x 3,4 x 0.0125 x 8


304 ml2 ml

= 1,28mg/liter

= 1,12mg/liter

Rata-rata DO0 (A) =

1,28+1,12
2

= 1,2 mg/L

Mg/Lt O2 sampel lima hari (BOD7)


(B)
a. DO7 (1)
1000 x 1,1 x 0.0125 x 8
Mg/ltr O2=
= 0,36mg/liter
302ml2 ml
b. DO7 (2)

Mg/ltr O2=

1000 x 1,3 x 0.0125 x 8


308 ml2ml

Rata-rata DO7 (B) =

= 0,42mg/liter

0,36+0,42
= 0,39 mg/L
2

Blanko tidak melakukan pengenceran

Mg/l O2 blanko nol hari (Blanko0)


(C)
1000 x 6,2 x 0.0125 x 8
Mg/ltr O2=
315 ml2ml

= 1,98 mg/liter

Mg/l O2 blanko tujuh hari (Blanko7)


(D)
1000 x 6,6 x 0.0125 x 8
Mg/ltr O2=
305 ml2ml

= 2,17 mg/liter

Dalam perhitungan sampel sudah dikalikan dengan pengenceran, maka


BOD adalah sebagai berikut:

BOD= P(A-B) (C-D)

= 7(1,20,39) (1,982,17)

= 5,86 mg/L

V.

PEMBAHASAN

BOD mengacu pada jumlah oksigen yang akan dikonsumsi jika semua

organik dalam satu liter air dioksidasi oleh bakteri dan protozoa (Revelle dan Revelle,
1998). BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen selama 7 hari pada suhu
20C. Ditinjau dari tabel Standard Method for Examination of Water and Waste Water
(1965), selama 7 hari maka bahan organik yang teroksidasi sebanyak 80%. Reaksi
oksidasi zat organik dengan oksigen dalam air berlangsung karena adanya bakteri
aerobik.

Pertama, dilakukan terlebih dahulu pembebasan reduktor dari

erlenmeyer agar zat organik atau pengotor lain yang dapat mereduksi permanganat
menjadi mangan oksida, sehingga nantinya akan mempercepat reaksi reduksi
permanganat dan meningkatkan faktor ketelitian. Gelas erlenmeyer ditambahkan
asam sulfat 6 N untuk memberika suasana asam, karena dalam suasana asam ion
permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II). Ditambahkan pula KMnO4
yang befungsi sebagai oksidator kuat yang mampu bereaksi dengan reduktor di gelas
erlenmeyer sehingga erlenmeyer dapat terbebas dari reduktor. Perlakuan ini
berlangsung dalam suasana asam dan dibiarkan sampai mendidih selama 10 menit.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

MnO4- + 8H+ + 5e

Selanjutnya adalah penetapan angka KMnO4 untuk memperkirakan

Mn2+ + 4H2O

kebutuhan oksigen dan mendapatkan pengenceran yang sesuai. Larutan pengencer


yang ditambahkan mengandung nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
mendegradasi senyawa organik, sehingga perlu dilakukan pengenceran yang sesuai.

Perhitungan angka BOD dengan analisa jumlah oksigen terlarut yang

dilakukan yaitu metode winkler. Prinsip metode ini yaitu menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis diambahkan larutan MnSO4 dan pereaksi
oksigen, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Kemudian ditambahkan H2SO4 agar
endapan akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang
ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini yang selanjutnya
dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan
indikator larutan amilum (kanji). Reaksi yang berlangsung pada proses titrasi adalah
sebagai berikut:

Mn 2+ + 2OH- + 1/2O2
MnO2 + 2I- + 4H+
I2 + 2S2O32

MnO2 + H2O
I2 + Mn2+ + 2 H2O
2S4O62- + 2I-

Indikator amilum ditambahkan pada saat mendekati titik akhir titrasi

agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi
untuk kembali menjadi senyawa semula. Proses titrasi dilakukan sesegera mungkin
karena I2 mudah menguap.

Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan hasil sebagai berikut:

0,3

BO
D

5,8
6
mg/
L

Berdasarkan sumber dari Wirosarono (1974), maka dari hasil

praktikum dapat disebutkan bahwa air limbah tersebut dapat mencemari lingkungan

pada tingkat sedang, karena memiliki kandungan oksigen dalam air antara 0-5 mg/L.
Menurut Swingle dalam Boyd (1982), bila dalam suatu perairan mengandung oksigen
terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/L, maka proses reproduksi dan
pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Oksigen terlarut umumnya berasal dari
difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses
fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Pada sampel hari ke 0 dan hari ke 7, terjadi
penurunan kandungan oksigen terlarut (DO) karena oksigen yang tersedia dalam air
dikonsumsi oleh bakteri. Oksidasi bahan organik selama 7 hari ini, tidak sesuai
dengan literatur yaitu hanya sebesar 67,5%. Hal tersebut dapat disebabkan karena
praktikan tidak mengecek pH air limbah awal dimana pH harus netral, atau karena air
limbah mengandung zat beracun.

Nilai BOD7 dari air limbah tersebut yaitu 5,86 mg/L yang artinya

bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir
semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam 1 liter sampel air
secara biologi adalah sebesar 5,86 mg O2.

Berdasarkan tabel di atas, kualitas air pun dapat dikategorikan menjadi air
yang agak tercemar atau tingkat pencemarannya sedang.

VI.

SIMPULAN

Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen

dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-

bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri.

Dari percobaan ini diperoleh nilai kandungan oksigen dalam air

sebesar 0,39 ppm dengan nilai BOD sebesar 5,86 ppm, hal ini membuktikan bahwa
air limbah tersebut dapat mencemari lingkungan pada tingkat sedang.

PUSTAKA

Anonim. 2011. Cara Analisa / Metode Analisis COD dan BOD


Pada

Limbah

Cair.

http://laboratorymtw.blogspot.com/2011/04/cod-dan-bod.html.

Diakses pada 30 Maret 2015


Anonim. T.t. Biological Oxygen Demand (BOD) Overview
http://www.polyseed.com/misc/BODforwebsite.pdf

pada 11 April 2015


E.J.C,
T.t.Analisa

BOD

Diakses

dan

COD

https://www.academia.edu/5512221/Analisa_BOD_dan_COD

Diakses pada 11 April 2015


Kusumawati, Endang.

Demand (BOD). Bandung: Jurusan Teknik Kimia POLBAN


Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen

. Modul Biochemical Oxygen

Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan


Kualitas

Perairan

http://adesuherman09.student.ipb.ac.id/files/2011/12/Jurnal

BOD-indonesia.pdf Diakses pada 11 April 2015


Saw,
Goelanz.
2013.
Analisa
BOD

dalam

Air

http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-bod-dalam

air.html. Diakses pada 30 Maret 2015


Wakhid, Nur. ANALISA BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND).
http://putrakalimas.blogspot.com/2011/06/analisa-bodbiological-oxygen-demand.html. Diakses pada 30 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai