Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hidrolisa Asam Nukleat


4.1.1 Analisis prosedur
Percobaan hidrolisa asam nukleat diperlukan beberapa alat dan dilakukan dengan
beberapa perlakuan. Peralatan yang digunakan memiliki fungsi masing-masing yaitu
kuvet digunakan untuk menampung larutan hidrolisat yang akan disentrifugasi,
centrifuge berfungsi untuk memisahkan DNA, tabung reaksi berfungsi untuk
menampung cairan yang akan didekantasi sehingga diperoleh filtrate, pengaduk gelas
digunakan dalam proses dekantasi untuk mendapatkan filtrat yang diinginkan dan
penangas air digunakan untuk memanaskan sampel dalam percobaan. Adapun fungsi
perlakuan dari percobaan ini yaitu hasil isolasi asam nukleat dimasukkan ke dalam
kuvet dengan tujuan untuk memudahkan dalam proses sentrifugasi, serta masingmasing kuvet diberi label sehingga antara satu sampel dengan sampel lainnya dapat
dibedakan. Kemudian, sampel disentrifugasi agar DNA dapat dipisahkan. Filtrat hasil
sentrifugasi dibuang agar tidak mengganggu reaksi residu yang berupa DNA.
Penambahan H2SO4 berfungsi untuk menghidolisis DNA yang telah menjadi residu
dan membuat larutan bersuasana asam, penambahan aquades digunakan sebagai
pengencer larutan karena H2SO4 yang digunakan terlalu pekat sehingga dapat merusak
asam nukleat bila tidak diencerkan dan proses dekantasi dalam percobaan ini
berfungsi untuk meminimalisir endapan sehingga lebih mudah untuk mengidentifikasi
asam nukleat yang telah terhidrolisis.

4.1.2 Analisis Hasil


Prinsip percobaan hidrolisa asam nukleat yaitu menghidrolisis asam nukleat
dimana proses hidrolisis asam nukleat ini dilakukan dengan cara sentriugasi,
kemudian endapan yang terbentuk dihidrolisis pada suasan asam dengan
menambahkan asam sulfat pekat dan sedikit air sehingga akan menghasilkan molekul
gula dan basa nitrogen. Percobaan ini dilakuan untuk mempermudah dalam
mengidentifikasi asam nukleat pada proses selanjutnya, karena penyusun asam
nukleat terpecah, sehingga apabila dihidrolisis lebih lanjut akan menghasilkan asam
fosfat dan nukleosida.
Hasil yang diperoleh dari percobaan hidrolisa asam nukleat sebelum
disentrifugasi yaitu ekor kecambah kecil berwarna keruh, ekor kecambah besar
berwarna kekuningan, kepala kecambah kecil berwarna kuning pekat dan kepala

kecambah besar berwarna kuning kehijauan. Namun, setelah dilakukan sentrifugasi


terbentuk endapan pada keempat kuvet tersebut dan tidak terjadi perubahan warna.
Pemisahan filtrat dan residu dari sampel menghasilkan endapan dengan beberapa
warna pada masing masing larutan yaitu ekor kecambah kecil berwarna putih serta
ekor kecambah besar, kepala kecambah besar dan kecil berwarna putih kekuningan.
Ketika ditambahkan H2SO4 pekat terjadi perubahan warna pada larutan yang terdiri
dari dua lapisan yaitu kecambah ekor kecil terdiri lapisan atas yang berwarna coklat
tua, coklat muda dan coklat kekuningan, sedangkan pada ekor ekor besar memiliki
lapisan yang lebih tipis dibandingkan dengan ekor kecambah kecil. Kepala kecambah
besar memiliki lapisan atas berwarna coklat kehitaman dan lapisan bawah berwarna
coklat kekuningan yang lebih tebal, sedangkan kepala kecambah besar memiliki
lapisan yang lebih tipis daripada kepala kecambah kecil. Pemanasan larutan pada
penangas menyebabkan larutan mengalami perubahan warna dan penambahan lapisan
yaitu ekor kecambah kecil berwarna coklat kekuningan terang dan homogen, ekor
kecambah besar terdiri dari lapisan atas yang berwarna ungu kecoklatan tua dan
lapisan bawah yang berwarna ungu kecoklatan muda, kepala ekor kecambah kecil
membentuk tiga lapisan, berturut-turut dari atas: coklat keunguan pudar, coklat tua dan
coklat bening kekuningan dan kepala kecambah kecil memiliki lapisan atas berwarna
coklat dan terjadi degradasi. Percobaan menghasilkan suatu larutan yang berupa filtrat
dan residu yang berupa endapan. Filtrat yang telah dipisahkan dari residunya melalui
proses dekantasi merupkan hasil hidrolisa asam nukleat yang telah terisolasi.
4.2 Uji Fosfat
4.2.1 Analisis prosedur
Percobaan uji fosfat diperlukan beberapa alat dan dilakukan dengan beberapa
perlakuan. Peralatan dalam percobaan ini memiliki fungsi masing-masing yaitu tabung
reaksi digunakan untuk menampung larutan yang berupa hidrolisat asam nukleat dan
sebagai tempat mereaksikan larutan, pipet tetes digunakan untuk memindahkan larutan
dalam jumlah yang kecil dan penangas air digunakan untuk memanaskan larutan
hingga suhu tertentu sehingga reaksi dapat berlangsung. Adapun fungsi perlakuan dari
percobaan ini yaitu penambahan ammonium molibdad berfungsi untuk menguji
adanya kandungan fosfat dalam larutan asam hidrolisat. Pemanasan larutan hidrolisat
asam nukleat dan ammonium molibdad bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga
diperoleh endapan.

4.2.2 Analisis hasil

Prinsip percobaan uji fosfat yaitu menguji keberadaan gugus fosfat dalam sampel
asam nukleat yang dilakukan dengan cara menambahkan asam molibdat dalam
larutan hidrolisat asam nukleat yang kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi.
Endapat kuning yang terbentuk menunjukkan adanya gugus fosfat.
Hasil yang diperoleh dari uji fosfat setelah ditambahkan larutan asam molibdad
yaitu kepala kecambah besar berwarna kekuningan, kepala kecambah kecil berwarna
coklat bening dan terbentuk endapan, ekor kecambah besar berwarna bening
kekuningan dan ekor kecambah kecil berwarna putih bening. Namun ketika
dipanaskan dalam penangas, tidak terbentuk endapan pada keempat tabung tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa asam nukleat yang dijadikan sampel tidak
mengandung fosfat sehingga tergolong dalam nukleosida. Tidak adanya fosfat dalam
asam nukleat dapat disebabkan karena asam nukleat hasil isolasi yang digunakan
sebagai sampel dalam keaadaan rusak sehingga menyebabrkan DNA hancur.
4.3 Uji Deoksiribosa
4.3.1 Analisis prosedur
Uji ini dilakukan dengan beberapa perlakuan yaitu hidrolisat asam nukleat kepala
besar, kepala kecil, ekor besar, dan ekor kecil dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda. Setelah itu, ditambahkan reagen Dische yang berfungsi sebagai
parameter warna terhadap asam nukleat yang mengandung deoksiribosa. Kemudian,
keempat larutan itu dipanaskan di dalam penangas dengan tujuan agar asam nukleat
pada DNA pecah karena adanya suhu panas, dan asam nukleatnya dapat bereaksi
dengan reagen Dische sehingga gula deoksi ribose dapat terdeteksi.
4.3.2 Analisis hasil
Prinsip percobaan uji deoksiribosa yaitu menguji keberadaan deoksiribosa dalam
larutan hidrolisat asam nukleat yang dilakukan dengan menambahan reagen dische
dan pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi. Perubahan warna larutan
menjadi biri menunjukkan adanya deoksiribosa pada larutan tersebut.
Hasil percobaan dari uji ini setelah diberi reagen Dische yaitu asam nukleat pada
tabung yang berisi kepala kecambah besar dan kecil berwarna biru tua; ekor
kecambah besar berwarna hijau tua dan ekor kecambah kecil berwarna biru tua,
kemudian setelah dipanaskan, tabung kepala kecambah kecambah kecil, besar dan
ekor kecambah kecil berwarna biru tua dan tabung ekor kecambah besar berwarna
hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa asam nukleat yang terdapat pada kepala
kecambah kecil, besar dan ekor kecambah kecil mengandung gula deoksiribosa,
sedangkan ekor kecambah besar berwarna hijau tua yang sangat dekat dengan warna
cyan, dimana cyan merupakan peralihan dari hijau ke biru, maka hal ini menunjukkan
adanya deoksiribosa tetapi dalam jumlah/ konsentrasi yang sedikit, sehingga
berpengaruh pada warnanya sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit DNA
yang terisolasi pada kecambah ekor besar.

4.4 Uji Ribosa


4.4.1 Analisis prosedur
Uji ribosa diperlukan beberapa alat dan dilakukan dengan beberapa langkah.
Peralatan yang digunakan yaitu tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat mereaksikan
larutan, corong berfungsi untuk memudahkan untuk memasukkan larutan ke dalam tabung
reaksi dan penangas air berfungsi untuk mendidihkan larutan dalam temperature tertentu
sehingga reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam uji ini yaitu peralatan dibersihkan sehingga alat-alat yang digunakan dalam
percobaan terhindar dari kontaminan dan siap digunakan. Selanjutnya, 0,1 mL (2 tetes)
larutan hidrolisat asam nukleat dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan reagen orsinol sebanyak 1 mL. Reagen orsinol berfungsi sebagai larutan yang
mengindikasikan adanya ribosa dalam larutan. Setelah itu, dilakukan pemanasan selama 5
menit pada suhu 40o C untuk mempercepat reaksi.

4.4.2 Analisis hasil


Prinsip percobaan uji ribosa adalah menguji adanya ribosa dalam larutan sampel
dimana untuk menguji keberadaan gula ribose tersebut dilakukan penambahan reagen
orsinol sebagai larutan yang mengindikasikan adanya ribose dan pemanasan yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Jika larutan mengalami perubahan dari warna
kuning menjadi hijau maka larutan tersebut memiliki gula ribosa.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah setelah penambahan reagen
orsinol, larutan yang berisi kecambah kepala kecil berwarna kecoklatan, ekor besar
berwarna kuning agak gelap serta kepala besar dan ekor kecil berwarna kuning.
Larutan-larutan tersebut tidak mengalami perubahan warna (warna tetap) ketika
pemanasan. Hal ini menunjukkan bahwa kecambah ekor besar, ekor kecil, kepala
besar dan kecil tidak mengandung ribosa karena tidak terbentuk larutan berwarna
hijau sebagai hasil akhirnya. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa dari larutanlarutan tersebut memiliki asam nukleat yang mengandung gula deoksiribosa. Asam
nukleat terdiri dari satu jenis gula ribose dan tidak mungkin dalam suatu asam nukleat
memiliki ribosa dan deoksiribosa sekaligus. Deoksiribosa merupakan tanda bahwa
larutan atau sampel tersebut merupakan DNA, sedangkan ribosa merupakan tanda
bahwa sampel tersebut merupakan RNA. Hasil uji negatif ini juga dapat dikarenakan
adanya kerusakan pada DNA akibat proses pengadukan yang terlalu kencang pada
proses isolasi asam nukleat serta proses inkubasi yang kurang optimum sehingga
mempengaruhi struktur asam nukleat.

4.5 Uji Basa Purin


4.5.1 Analisis prosedur
Uji basa purin diperlukan beberapa alat dan dilakukan dengan beberapa langkah.
Peralatan yang digunakan yaitu tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat
mereaksikan larutan dan pipet digunakan untuk memasukkan larutan dalam jumlah
tertentu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu peralatan
dicuci di air mengalir dengan tujuan untuk mensterilkan peralatan yang digunakan
saat percobaan dari kontaminasi zat lain, lalu 1 mL (20 tetes) larutan hidrolisat asam
nukleat dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi. Kemudian, masing-masing tabung
ditambahkan dengan ammonium 0,5 mL (10 tetes) agar larutan bersuasana basa.
Selanjutnya, ditambahkan 6 tetes AgNO3 untuk membentuk endapan putih yang dapat
menunjukkan adanya basa purin dalam larutan.
4.5.2 Analisis hasil
Prinsip percobaan uji basa basa purin yaitu menguji adanya basa purin pada
kecambah atau sampel dimana untuk menguji keberadaan basa purin tersebut,
dilakukan penambahan ammonium dan AgNO3 dalam larutan asam hidrolisat. Jika
sampel positif terhadap uji ini maka akan terbentuk endapan berwarna putih pada
larutan.
Hasil percobaan yang didapat dari uji basa basa purin ini adalah larutan
hidrolisat asam nukleat yang berisi kecambah kepala kecil tercampur setelah
ditambahkan dengan ammonia pekat, namun pada tabung lainnya yang berisi kepala
besar, ekor besar dan ekor kecil menunjukkan hal yang berbeda yakni adanya
pemisahan bagian bawah (coklat) dan atas (bening). Pada penambahan AgNO 3
terhadap tabung yang berisi kepala besar terjadi perubahan warna menjadi kuning
pudar serta lebih keruh dan terang, begitu pula dengan tabung yang berisi kecambah
kepala kecil, ekor besar dan kecil mengalami perubahan warna menjadi lebih pudar
dan tidak terbentuk endapan putih. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik kecambah
ekor besar dan kecil, maupun kepala besar dan kecil negatif terhadap uji basa purin
atau tidak mengandung senyawa basa purin dalam susunan asam nukleatnya. Hal ini
dapat disebabkan kesalahan yang terjadi pada percobaan sebelumnya seperti keadaan
awal asam nukleat hasil isolasi yang telah rusak sehingga mempengaruhi uji-uji
lainnya. Salah satu komponen penyusun asam nukleat yaitu basa purin dan hasil uji
yang negatif terhadap uji basa purin ini menunjukkan bahwa asam nukleat yang
digunakan sebagai sampel dalam keadaan rusak yang dapat menyebabkan basa
purinnya hancur.

Anda mungkin juga menyukai