Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saliva disekresi di kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar paroid, submandibula,
sublingualis dan kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis,
palatinal dan glossopalatina. Saliva diproduksi oleh masing-masing kelenjar saliva mayor
yang

berbeda dalam jumlah dan komposisinya. Kelenjar paroid menghasilkan saliva yang

encer yang kaya akan enzim seperti amylase, protein seperti protein kaya proline dan
glikoprotein lain (Putri, 2010).
Kelenjar submandibular menghasilkan saliva yang bercampur yaitu serus dan mucus.
Kelenjar sublingual menghasilkan saliva yang kental namun ditemukan sedikit se serus.
Peran saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan rongga mulut yang
memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses menelan dan makan serta
memperjelas bicara. Effikasi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas. Nilai normal
viskositas saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise. Sekresi saliva dapat distimulus baik
dari stimulus mekanik maupun stimulus kimiawi. Stimulus mekanik tampak dalam bentuk
gerak pengunyahan sedangkan stimulus kimiawi tampak dalam bentuk efek kesan
pengecapan (Sherwood, 2001).
Proses mengunyah merupakan stimulus mekanik yang merangsang peningkatan sekresi saliva
sedangkan pengecapan merupakan informasi sensorik yang berhubungan dengan stimulus
kimiawi yang dapat meningkatkan kecepatan aliran saliva. Stimulus kimiawi dalam rongga
mulut berhubungan dengan kesan pengecapan dan sekresi saliva. Rangsangan untuk
meningkatkan produksi saliva berupa rangsangan mekanis misalnya dengan mengunyah
permen karet, rangsangan kimia misalnya rangsangan rasa pahit, asam, asin dan pedas,

Anda mungkin juga menyukai