Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan tubuh manusia terdiri dari jaringan epithelium, jaringan pengikat, jaringan
pengangkut dan jaringan syaraf. Lapisan mukosa adalah lapisan basah berkontak dengan
lingkungan eksternal. Terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung, dan rongga tubuh
lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini di kenal sebagai oral mucous membrane atau oral
mucosa. Mukosa oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih
dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya antara lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar
dan sekresi. Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan melindungi jaringan rongga mulut dari
lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses adaptasi pada epitel dan jaringan ikat
untuk menahan gaya mekanis dan abrasi yang disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi.
Selain itu,. Lapisan epitel akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme
yang tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam jaringan
(Rutiyatmi, 2012).
Epitel terdiri atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat antar sel. Epitel tidak
mempunyai pembuluh darah namun semua epitel tumbuh pada jaringan ikat yang mempunyai
pembuluh darah. Epitel dipisahkan dengan jaringan ikat melalui membrane basalis. Jaringan
epitel mempunyai cirri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling berdekatan, yang berbentuk
pipih. Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan bersifat avaskular atau tanpa pembuluh
darah. Permukaan atas epithelium bebas atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau rongga tubuh
bagian dalam. Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan sel pada epithelium
terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Ada 2 macam jaringan
epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan epitel pelapis berbaris yang menutupi
permukaan tubuh dan organ tubuh bagian dalam, epithelium kelenjar menyekresi hormone atau
produk lain (Rutiyatmi, 2012).
Untuk membuat preparat jaringan segar menggunakan metode supravital. Metode supravital
merupakan suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Zat
warna yang biasa dipakai untuk pewarnaan supravital adalah janus green, nautral red, methylene

blue, dengan konsentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat
sementara sehingga harus bersifat sementara sehingga harus segera diamati dengan mikroskop
(Subowo, 2006)

Anda mungkin juga menyukai