Retardasi Mental 1
Retardasi Mental 1
RETARDASI MENTAL
Devia Suciyanti |
RETARDASI MENTAL
DEFINISI
Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
Retardasi mental menurut The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) adalah fungsi
intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit perilaku adaptif dan
bermanifestasi dalam periode perkembangan serta berakibat buruk terhadap kemampuan belajar.
(1)
seperti autisme dan cerebral palsy. Secara keseluruhan, prevalensi retardasi mental dapat terjadi
lebih tinggi pada laki-laki di banding perempuan yaitu 2:1 pada retardasi mental ringan dan 1,5 :
1 pada retardasi mental berat.(1)
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:
1. Non organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak denga pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2. Organik
Faktor pra konsepsi
- Abnormalitas single gen (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurokutaneus, dll)
- Kelainan kromosom (x-linked, translokasi, fragile-x)
Faktor pranatal
- Gangguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromososm (trisomi, mozaik, dll)
Infeksi intrauterin, TIRCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
- Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat)
Ibu : diabetes melitus, fenilketonuria (PKU)
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi
Faktor perinatal
- Sangat prematur
- Asfiksia neonatorum
- Trauma lahir: perdarahan intrakranial
- Meningitis
- Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
Faktor postnatal
- Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat
- Neurotoksin
- CVA (Cerebrovascular Accident)
Devia Suciyanti |
PATOFISIOLOGI
Awal pembentukan susunan saraf pusat atau otak dimulai setelah kehamilan 8 minggu.
Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate)
pada masa embrio, yakni sekitar hari ke-16. Kemudian menggulung membentuk tabung saraf
(neural tube) pada hari ke-22.Pada minggu ke-5 mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung
tabung saraf. Selajutnya terbentuklah batang otak, serebelum (otak kecil), dan bagian-bagian
lainnya. Perkembangan otak sangat kompleks dan memerlukan beberapa seri proses
perkembangan, yang terjadi atas penambahan (poliferasi) sel, perpindahan (migrasi sel),
perubahan (diferensiasi) sel, pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps), dan
pembentukan selubung saraf (mielinasi).(4)
Sel saraf (neuron) pada permulaan bentuknya masih sederhana, mengalami pembelahan
menjadi banyak, dan proses ini disebut proliferasi. Proses proliferasi ini berlangsung selama
kehamilan 4-24 minggu, dan selesai pada waktu bayi lahir. Setelah proses proliferasi, sel saraf
akan migrasi ke tempat yang semestinya. Proses migrasi berlangsung sejak kehamilan kira-kira
16 minggu sampai akhir bulan ke-6 masa gestasi. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang,
yaitu sel saraf yang bermigrasi awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi
kemudian menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi kemudian menempati lapisan luar
korteks serebri. (4)
Pada akhir bulan ke-6, lempeng korteks ini sudah memiliki komponen sel neuron yang
lengkap dan sudah tampak adanya diferensiasi menjadi 6 lapis seperti orang dewasa. Di tempat
Devia Suciyanti |
yang semestinya, sel saraf mengalami proses diferensiasi (perubahan bentuk, komposisi, dan
fungsi). Sel saraf berubah menjadi sel neuron dengan cabang-cabangnya dan terbentuk pula sel
penunjang (sel Glia). Fungsi sel inilah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari. (4)
Setelah lahir hanya terjadi pematangan fungsi sel saraf, tetapi selubung saraf atau myelin
yang disebut mielinisasi masih berkembang. Tetapi, setelah lahir terjadi penambahan volume dan
berat otak, bayi tampak lebih pintar. Hal ini karena adanya pertumbuhan serabut saraf, adanya
peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa dan proses mieliniasi akibat proses stimulasi yang
didapat saat lahir.(4)
Proses perkembangan otak ini memegang peranan penting dalam perkembangan mental
anak, hanya saja keterbatasan pengetahuan tentang neuropatologi terhadap hal yang
menyebabkan kemunduran intelektual, sebagaimana telah dibuktikan dengan adanya 10-20%
otak manusia dengan retardasi mental berat, tetapi terlihat normal secara kesuluruhan. Sebagian
besar otak manusia menunjukkan perubahan yang ringan dan non-spesifik yang tidak
mempunyai hubungan yang kuat dengan derajat kemunduran intelektual.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) (1,4)
1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya. Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi
kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan
atau IQ. Dapat dihitung dengan :
IQ = MA/CA x 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Devia Suciyanti |
IQ
50 69
35 - 49
20 34
<20
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2, misalnya komunikasi, perawatan diri,
kemampuan melakukan tugas-tugas rumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan
keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada anak dengan retardasi mental antara lain
neuroimaging, tes metabolik, genetik, kromosom darah, dan elektro ensefalografi (EEG). Tes-tes
tersebut sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan keterbelakangan intelektual. Jenis tes
yang dilakukan sebaiknya didasarkan pada riwayat keluarga/kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan oleh bidang keilmuan yang lain, dan keinginan keluarga.(1)
Diagnosis retardasi mental membutuhkan pula tes intelijensia individual dan tes
kemampuan fungsi adaptif. The Bayley Scales of Infant Development (BSID-II) merupakan skala
penilaian intelejensi yang paling umum dipakai, skala ini menilai kemampuan bahasa,
kemampuan pemecahan masalah, perilaku, kemampuam motorik halus, dan kemampuan motorik
kasar pada anak usia 1 bulan 3 tahun, dari skala tersebut akan diperoleh hasil berupa mental
developmental index (MDI) dan skor psikomotor developmental index (PDI, sebuah pengukuran
kompetensi motorik).(1,5) Tes ini dapat membedakan anak dengan retardasi mental berat dan anak
normal, namun tes ini tidak terlalu bermanfaat untuk membedakan anak normal dengan anak
yang mengalami retardasi mental ringan. Tes psikologis yang paling umum digunakan untuk
anak > 3 tahun adalah Wechsler scales. The Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence-revised (WPPSI-III) digunakan untuk anak usia mental 2,5 7,3 tahun. The
Wechlser Intelligence Scale for Children-4th edition (WISC-IV) digunakan untuk anak dengan
usia mental diatas 6 tahun.
Devia Suciyanti |
Tes perilaku adaptif yang paling umum digunakan adalah Vineland Adaptive Behavior
Scale yang melibatkan wawancara dengan orangtua atau guru dan menilai perilaku adaptif dalam
4 domain utama: komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi dan kemampuan
motorik. Bisanya terdapat hubungan antara skor intelijensia dan skor adaptif. Kemampuan
adaptif dasar (makan, berpakaian, hygiene) lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan skor
IQ.(1)
PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip berikut dapat membantu dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan
pelayanan yang sesuai :
Devia Suciyanti |
Konseling orangtua yang memadai pada tahap awal sangatlah penting. Dokter, perawat,
psikolog dan pekerja sosial dapat membuat perbedaan besar bagi orang tua dengan cara
memberikan penjelasan yang benar mengenai kondisi dan pilihan untuk pengobatan yang
tersedia. Konseling juga memberikan dukungan emosional dan bimbingan serta penguatan
moral.
2. Deteksi Dini dan Stimulasi Dini
Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi retardasi mental pada tahap awal,
yaitu pada masa bayi, dan menyediakan lingkungan yang memberikan stimulasi dan penuh
kasih sayang dapat
banyak komplikasi.
Beberapa kondisi medis yang terkait dengan retardasi mental dapat dideteksi saat lahir.
Dapat pula dilakukan pengelompokan bayi-bayi yang beresiko menderita retardasi mental. Bayibayi tersebut merupakan bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (kurang dari 2
kg), atau yang menderita asfiksia saat lahir, atau mereka yang menderita penyakit yang serius
pada periode neonatal.
Bayi yang berisiko atau terdeteksi dengan perkembangan yang tertunda harus
mendapatkan stimulasi sensori-motor. Ini adalah teknik di mana orang tua mendorong dan
mengajarkan bayi mereka untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan sensorik
mereka (penglihatan, pendengaran dan sentuhan) dan kemampuan motorik (menggenggam,
menggapai, memanipulasi, dan memindahkan). Teknik ini juga meliputi aktif terlibat dengan
anak dengan membelai, berbicara, menunjukkan benda-benda terang, bermain untuk membuat
anak tertawa, menggelitik, memijat lembut, menempatkan anak dalam posisi dan tempat yang
berbeda, menggunakan mainan dan memainkan benda-benda untuk membangkitkan minat anak,
membimbing tangan anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Stimulasi semacam itu
sangat dibutuhkan untuk perkembangan normal. (6)
Tekhnik dengan modifikasi tingkah laku sangat berguna dan efektif dalam penatalaksanaan anakanak dengan retardaasi mental, termasuk di antaranya :
Modelling : Menunjukkan anak bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong anak
untuk memulai melakukan hal yang sama merupakan metode yang bagus untuk
mengajarkan anak.
menginstruksikan anak.
Shaping: yaitu mengajarkan bentuk sederhana dari sebuah aktivitas yang rumit, kemudian
secara perlahan menaikkan tingkat kesulitannya.
Chaining: Sebuah kegiatan, seperti berpakaian, dapat dipecah menjadi beberapa langkah
kecil yang berurutan. Anak dapat diajarkan keterampilan ini langkah demi langkah.
Seringkali, back-chaining atau mengajarkan terlebih dahulu
Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling, ia dapat
diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu
hal dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahanlahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen.(6)
4. Terapi Bicara
Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus bagi manusia. Bicara
dan bahasa memegang peranan penting dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikiran
seseorang kepada orang lain. Retardasi mental sering disertai dengan keterbatasan yang
signifikan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian telah memperlihatkan bahwa
Devia Suciyanti |
aplikasi sistematis teknik terapi wicara, efektif dalam meningkatkan kemampuan bicara dan
bahasa. Terapi bicara dibutuhkan pada anak dengan retardasi mental.(6)
5. Pendidikan
Anak dengan retardasi mental ringan(IQ 50-70), yang disebut golongan mampu didik,
mendapatkan pelajaran setaraf sekolah dasar, namun dengan cara dan kecepatan mengajar yang
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pengajar haruslah guru khusus terdidik dalam bidang
pendidikan mereka.
Anak dengan retardasi mental sedang (IQ 35-49) digolongkan ke dalam kelompok
mampu latih. Pada mereka lebih banyak diberikan latihan dalam berbagai macam bidang
keterampilan seperti menjahit, menyulam, memasak dan membuat kue pada anak wanita, atau
pertukangan, perbengkelan, peternakan, dan perkebunan pada anak laki-laki.
6. Pelatihan Kejuruan
Harus diingat bahwa mendapatkan pekerjaan juga akan berdampak baik bagi kesehatan mental,
kepuasan diri, dan status social dari para penderita retardasi mental.
PENCEGAHAN
Prevensi primer adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, yang dapat
dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) Memberikan perlindungan yang spesifik terhadap penyakitpenyakit tertentu, misalnya dengan memberikan imunisasi; (2) Meningkatkan kesehatan dengan
memberikan gizi yang baik, perumahan yang sehat, mengajarkan cara-cara hidup sehat, dengan
maksud meninggikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Prevensi sekunder adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan
pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat.
PROGNOSIS
Devia Suciyanti |
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental
ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur
harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang
berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.(7)
Devia Suciyanti |
DAFTAR PUSTAKA
1. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In: Shreiner
Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2007. p. 191-7.
2. Armatas V. Mental Retardation: Definitions, Etiology, Epidemiology, and Diagnosis. Jurnal
of Sport and Health Research 2009; 1 (2): 112-122.
3. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal Hingga
Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA, Hartanto H,
Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-9.
4. OCallaghan M. Developmental Disability. In: Roberton DM, South M, editor. Practical
Pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2006. p. 108-14.
5. Santrock John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.
6. Sularyo Titi Sunarwati, Kadim Muzal. Retardasi Mental. Sari Pediatri 2000 Dec; 2 (3): 1707.
7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.
Devia Suciyanti |