Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Sains
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu
Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses.
H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang ilmu pengetahuan alam adalah sebagai
Systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly
on observation and induction. Artinya adalah, Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan
induksi.
Robert B Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun
secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk
dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process,
inseparably Joint".
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam
dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam.
Unsur utama yang terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk yang satu
sama lain tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi di alam
merupakan sikap manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan masalah yang
dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metode dengan cara menyusun hipotesis,
melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang
telah dilakukannya. Hasil atau produk dari kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa
fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau teori-teori.

Berdasarkan uraian di atas maka tinjauan kita terhadap IPA pada hakekatnya dapat dilihat dari
tiga segi, yaitu :
a. Sains Sebagai Proses
Pengertian IPA sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara mendapatkan ilmu
pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan untuk siswa dapat berupa
konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan dari hakekat IPA sebagai proses adalah
pada bagaimana seorang siswa menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Yang
dimaksud dengan menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang sedang dipelajarinya
adalah murni hasil pemikiran siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap mempelajari
konsep-konsep yang sudah ditemukan oleh para ahli IPA, tetapi yang menjadi titik berat
adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang dilakukan siswa pada saat
mempelajari konsep tersebut. Jika siswa dalam memahami suatu konsep sesuai dengan urutan
atau langkah yang seharusnya, maka berarti siswa tersebut telah memahami hakekat IPA
sebagai proses.
Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami konduktor dan
isolator. Siwa tidak menghafal definisi konduktor dan isolator tetapi siswa mengerti apa yang
dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah siswa tersebut melakukan kegiatan dengan
menggunakan baterai, kabel, bola lampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya. Mulamula siswa mencoba membuat rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah
disiapkannya, kemudian mereka mencoba mengganti hubungan kabel dengan benda-benda
yang sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua benda diselidiki, ternyata ada dua
kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok pertama terdiri atas kayu, karet, kaca,
dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan kelompok kedua terdiri atas besi,
aluminium, tembaga, dan seng dapat menyalakan lampu.
Selanjutnya diharapkan siswa dapat menggeneralisasikan sendiri benda-benda lainnya
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya yang dapat
menghantarkan arus listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut, siswa dapat
mengelompokan sendiri benda yang termasuk isolator dan benda yang termasuk konduktor.
Kegiatan seperti itu mencerminkan hakekat IPA sebagai proses; karena siswa pada saat
mempelajari konsep isolator dan konduktor siswa dapat menemukan sendiri apa yang sedang
dipelajarinya.

b. Sains Sebagai Produk


Pengertian IPA sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami apa
yang sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan
rumus-rumus. Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai
produk. Pemahaman yang dilakukan siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
rumus-rumus tidak memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi
kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya
menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.
Jika siswa hanya mempelajari prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus dengan cara
seperti itu, berarti siswa hanya mempelajari apa yang sudah dihasilkan (produk) oleh para
ahli tanpa memikirkan/mengetahui bagaimana caranya prinsip-prinsip, hukum-hukum,
rumus-rumus itu ditemukan. Kegiatan yang dilakukan siswa seperti itu berarti telah
mengganggap IPA hanya sebagai produk saja.
c.

Sains Sebagai Sikap/Nilai


Sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa.
Jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan nilai
yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai
positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika pembelajaran
sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya saja. Sains
sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut
adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang
mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
B. Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA)
Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang
utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural
sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social

sciences). Ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical
sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat
yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di
dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan
energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit dan
ilmu bumi (the earth sciences) yang mempelajari bumi kita.

Anda mungkin juga menyukai