Anda di halaman 1dari 13

Perkembangan Kognitif

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog


Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata, skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan
bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui
tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan
teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:

Periode sensorimotor (usia 02 tahun)

Periode praoperasional (usia 27 tahun)

Periode operasional konkrit (usia 711 tahun)

Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode Sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget
berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial
penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu
yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas.
Tahapan Praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan
ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini,
anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang
orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif
di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Tahapan Operasional Konkrit


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
1. Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
2. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian bendabenda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
3. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek
lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan sifat Egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abuabu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Informasi Umum Mengenai Tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.

Universal (tidak terkait budaya)

Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari


tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan


hanya perbedaan kuantitatif

Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi
tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang
membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan
tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan
maupun

proses

perolehan

pengetahuan

tersebut.

Seiring

dengan

pengalamannya

mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,


menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak
mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila
pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan
bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak
melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya
label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau


penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian
tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu
berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan
menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Isu dalam perkembangan kognitif
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara
umum.
Tahapan perkembangan

Perbedaan Kualitatif dan Kuantitatif


Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan
perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.

Kontinuitas dan Diskontinuitas


Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan
proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.

Homogenitas dari fungsi kognisi


Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu.

Natur dan Nurtur


Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan
filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir
telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan
kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun
terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan
dengan usia 15 tahun.
Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan
kognitif.

Menurut Pengalaman Kerucut Edgar Dale dan Hubungan Dengan Media


Belajar.
Edgar Dale berkeyakinan bahwa symbol dan gagasan yang
abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala
diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit. Kerucut pengalaman
merupakan awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori
belajar dengan komunikasi audiovisual .
Pengalaman Langsung Dasar dari pengalaman kerucut
Dale ini adalah merupakan penggambaran realitas secara langsung
sebagai pengalaman yang kita temui pertama kalinya. Ibarat ini seperti fondasi dari kerucut
pengalaman ini, dimana dalam hal ini masih sangat konkrit.Dalam tahap ini pembelajaran
dilakukan dengan cara memegang, merasakan atau mencium secara langsung materi
pelajaran. Maksudnya seperti anak Taman Kanak-Kanak yang masih kecil dalam melakukan
praktik menyiram bunga. Disini anak belajar dengan memegang secara langsung itu seperti
apa, kemudian menyiramkannya kepada bunga.
Pengalaman Tiruan Tingkat kedua dari kerucut ini sudah mulai mengurangi tingkat
ke-konkritannya. Dalam tahap ini si pebelajar tidak hanya belajar dengan memegang,
mencium atau merasakan tetapi sudah mulai aktif dalam berfikir. Contohnya seperti seorang
pebelajar yang diinstruksikan membuat bangunan atau gedung. Disini pebelajar tidak
membuat gedung sebenarnya melainkan gedung dalam artian suatu model atau miniature dari
gedung yang sebenarnya.
Hubungannya dengan Media Belajar Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru
untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk
menghindari verbalisme yang masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual
semata. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar
bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan
Kerucut Pengalaman Edgar Dale.
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media
apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut
pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami
sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan
proses mendengarkan melalui bahasa.

Ingatan (memory)
Ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya
memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lalu. Dengan adanya
kemampuan untuk mengingat pada manusia, ini menunjukkan bahwa manusia mampu
untuk menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya.
Segala macam aktifitas belajar tentu melibatkan ingatan dan segala macam
proses belajar melibatkan aspek ingatan. Jika tidak dapat mengingat apapun mengenai
pengalaman ataupun aktivitas kita, maka tidak dapat belajar apa-apa. Pada dasarnya
pribadi manusia beserta aktivitasnya tidak hanya ditentukan oleh proses kegiatan yang
terjadi pada waktu ini, akan tetapi dipengaruhi juga oleh proses kegiatan masa
lampau. Karena proses kegiatan masa lampau bisa di recall kembali, akan tetapi ada
hal-hal yang tidak dapat diingat kembali atau dengan kata lain ada hal-hal yang
terlupakan oleh ingatan kita.
Pada tahun 1968 Atkinson dan Shiffrin mengajukan model ingatan menurut
tahapan pemrosesan informasi. Model ini secara kilat telah menjadi populer
dikalangan psikologi kognitif dan dijuluki dengan modal model. Hal ini ditegaskan
sebagai

berikut

..Because the Atkinson-Shiffrin theory quickly became the standart approach, it is


sometimes called the modal model.
Model ini adalah yang paling banyak dirujuk sehingga sering dikatakan
sebagai Modal Model . Model tersebut menunjukkan tentang alur informasi yang
mengalir dari satu tempat penyimpanan (memori) ke tempat penyimpanan atau
memori yang lain. Kita dapat lihat bagaimana stimuli dari lingkungan (eksternal)
pertama masuk kedalam sensory memory. Sensory memory ini memiliki kapasitas
yang besar dalam menyimpan sistem yang merekam informasi dari masing-masing
alat sensori dengan akurat. Dari sensory memory tersebut kemudian informasi disandi
dan mengalir ke dalam short term memory yang terdiri dari hanya sebagian kecil
informasi yang secara aktif kita gunakan yang kadang kita lupakan atau kita simpan
pada memori berikutnya yaitu pada long term memory yang sering kita kenal dengan
kata lain yaitu ingatan. Pada proses penyimpanan kedalam LTM / ingatan ini kita
dapat menggunakan beberapa metode seperti chunking (membagi kedalam beberapa
potongan, rehearsals (mengulang-ulang infromasi), clusstering (pengelompokkan
kedalam konsep-konsep) atau menggunakan method of loci.

Para ahli psikologi mengetahui pentingnya membuat dua perbedaan dasar


mengenai ingatan. Yang pertama, mengenai tiga tahapan ingatan, memasukkan pesan
dalam ingatan (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat kembali (retrieval).
Yang kedua, mengenai dua jenis ingatan yaitu, ingatan jangka pendek dan ingatan
jangka panjang.
Pada dasarnya kekuatan ingatan minor kita dibagi dalam tiga tahapan. Pertama
ketika kita diperkenalkan dengan seseorang yang bernama Susi, cara kita
memasukkan nama Susi ke dalam ingatan ini yang disebut dengan tahapan encoding.
Kemudian kita mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai
dengan nama yang diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan, dan kita
menempatkan kode tersebut dalam ingatan. Kedua, kita mempertahankan atau
menyimpan nama itu selama waktu antara dua pertemuan, ini yang dinamakan dengan
tahap penyimpanan (storage stage). Dan ketiga, kita dapat menimbulkan kembali
nama itu dari penyimpanan pada waktu pertemuan kedua, ini yang dinamakan dengan
tahapan mengingat kembali (retrieval stage).
Jenis Ingatan
1. Ingatan Jangka Pendek
Para psikologi mendefinisikan ingatan jangka pendek sebagai ingatan
yang disimpan sampai 20 detik atau lebih jika ingatan tersebut secara sadar
diulang-ulang. Secara umum, kapasitas seseorang dalam menyimpan ingatan
jangka pendek dalam suatu waktu adalah tujuh informasi. Ingatan jangka
pendek dapat menyimpan suatu informasi sampai dua puluh detik apabila
informasi tersebut diberi tanda-tanda khusus atau diulang-ulang. Misalnya,
lokasi tempat kita memarkir mobil dapat disimpan dalam ingatan jangka
pendek.
2. Ingatan Jangka Panjang
Ingatan jangka panjang meliputi inforamsi yang telah disimpan dalam
ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup. Misalnya,
percakapan dan kenang-kenangan seseorang tentang masa kecilnya. Jika kita
berbicara mengenai ingatan jangka panjang, berarti kita berbicara mengenai
satu bagian dari sistem limbik atau otak mamalia yaitu hipokampus.
Hipokampus dikenal sebagai jalan untuk memproses semua memori kognitif.
Saat suatu informasi masuk ke dalam otak melalui kelima panca indera kita,

semua informasi ini pertama-tama akan diterima dan diproses oleh


hipotalamus dan selanjutnya dikirim ke hipokampus. Di hipokampus,
informasi ini dibandingkan dengan informasi yang berasal dari pembelajaran
dan pengalaman yang terjadi sebelumnya untuk kemudian ditransfer ke
memori kerja. Kemudian hipokampus menjalankan fungsinya sebagai bagian
otak yang memberikan label pada setiap fakta dan informasi yang nantinya
akan disimpan dalam ingatan jangka panjang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ingatan diantaranya yaitu :
1. Ingatan jangka pendek (STM)
Ingatan yang disimpan di dalam STM berlangsung kurang dari
30 detik. Jika disajikan secara serial maka jumlah aitem yang dapat
disimpan dalam STM adalah antara 2 sampai 5 aitem. Secara umum
STM memiliki kapasitas mengingat objek berkisar 7 aitem, atau antara
5 sampai dengan 9 aitem. Informasi yang disimpan dalam STM
biasanya berupa kode auditori (bunyi), tetapi dapat pula menggunakan
kode semantik dan visual.
2. Efek posisi serial (the serial position effect)
Sejumlah informasi (aitem atau objek) yang disajikan secara
berurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang. Aitem-aitem atau
objek-objek yang berada pada posisi atau urutan bagian awal (depan)
dan juga akhir (belakang) akan cenderung diingat lebih baik daripada
aitem-aitem atau objek-objek yang berada pada urutan di tengah.
Karena informasi atau aitem-atem yang terletak di bagian awal akan
lebih dulu memasuki ingatan jangka pendek, sehingga memungkinkan
dilakukan pengulangan di dalam pikiran secara memadai untuk
kemudian dipindahkan ke dalam ingatan jangka panjang. Bagi
informasi yang terletak diurutan tengah, ketika memasuki ingatan
jangka pendek bersamaan waktunya dengan proses pengulangan
informasi di bagian depan, sehingga hanya sedikit kapasitas bagi
pengulangan kembali informasi yang terletak di tengah. Dengan
demikian informasi yang terletak di tengah urutan belum sampai
dipindahkan ke ingatan jangka panjang. Sementara itu, informasi yang
terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih baik, sebab

informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu direcall.
Teknik Memory
Teknik memori adalah teknik memasukkan segala informasi yang kita peroleh
ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak. Pada dasarnya otak sangat menyukai
dengan hal-hal seperti, sesuatu yang tidak masuk akal dan berlebihan, penuh warna,
multi sensori atau melibatkan seluruh panca indera, menggunakan asosiasi, imajinasi,
humor, simbol dan lain sebagainya. Semakin kita bisa menggunakan hal-hal tersebut,
semakin maksimal pula kemampuan mengingat kita.
Adapun beberapa teknik memori, diantaranya yaitu:
1. Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi atau cantolan adalah bagaimana cara kita
mengasosiasikan

pelbagai

hal

dalam

memori

kita.

Kita

dapat

menggunakan asosiasi sederhana untuk mengingat potongan-potongan


informasi. Selain itu, teknik ini juga untuk mengajarkan daftar informasi
yang panjang, terutama saat kita ingin mengingat informasi dengan urutan
tertentu.
2. Sistem Mata Rantai
Sistem mata rantai adalah suatu sistem penggunaan mnemonics
yang paling dasar yang menghubungkan antara item satu dengan yang lain
secara berurutan. Metode ini juga disebut dengan metode cerita, sebab
dengan cerita ada item-item yang dihubungkan secara berurutan baik dari
depan maupun dari belakang dan akan mudah diingat.
3. Sistem Pegword (kata kunci)
Sistem peg adalah suatu sistem yang terdiri dari sejumlah kata-kata
benda konkrit yang telah dihafal sebelumnya dan dihubungkan dengan
nomor atau huruf abjad. Misalnya, sistem peg yang dikembangkan oleh
Henry Herdson yang menggambarkan satu objek dengan satu nomor.
Huruf 1=lilin (gambar lilin berdiri), 2=angsa, dan lain sebagainya.
4. Sistem Loci atau Lokasi

Dengan metode ini, kita bisa mengasosiasikan informasi yang ingin


kita ingat dengan lokasi tertentu. Kita dapat mengingat informasi dengan
mudah jika kita meletakkannya di tempat tertentu.

Lupa (forgetting)
Pada dasarnya lupa dapat terjadi pada informasi yang disimpan didalam
ingatan seseorang. Fenomena lupa merupakan kegagalan seseorang dalam mengingat
kembali informasi yang sudah tersimpan. Kenneth menjelaskan bahwa pada dasarnya
lupa tidak terjadi dengan sendirinya, namun ada penyebabnya. Beberapa penyebab
lupa, diantaranya yaitu:
1. Keusangan, karena ingatan terhadap sesuatu tidak pernah dipekai lagi.
2. Represi (penekanan ke dalam), yaitu penekanan secara sadar terhadap peristiwa
yang tidak menyenangkan.
3. Distorsi secara sistematis, yaitu mengubah memori kita tentang berbagai hal agar
sesuai dengan apa yang kita inginkan (interest).
4. Interferensi, yaitu apa saja yang terjadi selama jangka waktu tersebut karena hasil
belajar atau informasi lain yang masuk.
Proses lupa yang terjadi pada ingatan jangka panjang merupakan akibat dari
tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu dan bukan karena tidak adanya
informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah dapat dapat mencerminkan kegagalan
pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Dalam
ingatan jangka pendek, di mana lupa merupakan akibat dari kelebihan kapasitas
penyimpanan.
Cara Mengukur Memori
Ada tiga cara untuk mengukur sampai berapa banyak seseorang dapat
mengingat kembali informasi yang telah disimpan, antara lain:
1. Dengan cara memintanya untuk menceritakan apa saja yang diingatnya
(recall).
2. Kita dapat memintanya untuk menyebutkan item-item yang diingatnya dari
sekelompok item-item (recognition).

3. Kita dapat juga mencoba untuk mengetahui mudah tidaknya ia mempelajari


materi tersebut untuk kedua kalinya (relearning).

Adapun strategi dan teknik untuk membantu meningkatkan kinerja ingatan


seseorang diantaranya yaitu:
1. Imajeri Visual
Imajeri visual yaitu gambaran mengenai sesuatu di dalam pikiran.
Misalnya, mengingat kata kerbau, maka orang dapat membayangkan di dalam
pikirannya mengenai gambar kerbau di buku atau seekor kerbau berada ditengah
sawah. Dengan mengingat suatu peristiwa, orang dapat melakukannya dengan
membayangkan kembali peristiwa itu di dalam pikirannya.
2. Organisasi
Mengorganisasikan informasi sehingga membentuk suatu tatanan atau pola
tertentu, misalnya berupa serial atau hirarki. Organisasi serial dapat dipergunakan
ketika seseorang harus mengingat banyak kejadian. Ia dapat menyusun secara
urutan kejadian-kejadian itu sesuai dengan waktu kejadian, dari yang sudah lama
sampai yang baru terjadi, atau sebaliknya.
3. Mediasi
Menggunakan mediasi atau perantara. Cara ini dilakukan dengan
menambahkan kata-kata atau gambar-gambar di dalam materi yang akan diingat.
Misalnya kata cerdas, agar lebih mudah mengingat artinya maka seseorang dapat
menambahkan kata tersebut dengan solusi cerdas atau orang cerdas. Selain itu,
mediasi juga dapat dilakukan dengan membuat singkatan.
4. Simbol
Mengganti simbol terhadap objek yang ingin diingat, misalnya mengganti
simbol huruf dengan angka atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai