Anda di halaman 1dari 96

BAB 13

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

BAB 13

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

I. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa pembangunan

perhubungan

yang

meliputi

pembangunan

perhubungan

darat, laut dan udara, telekomunikasi serta pos dan giro diarahkan

untuk

memperlancar

arus

manusia,

barang

dan

jasa

serta informasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Dengan demikian


pembangunan

perhubungan

akan

memperlancar

roda

perekonomian,

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka perwujudan

Wawasan

nasional.

Nusantara,

Pembangunan

serta

makin

perhubungan

meningkatkan

dilaksanakan

ketahanan

secara

serasi

dan terpadu baik dalam sektor perhubungan sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor pembangunan lainnya dan
selalu

memperhatikan

kelestarian

kemampuan

sumber

alam

dan

lingkungan serta penghematan penggunaan energi.


Tujuan

utama

pembangunan

perhubungan

dalam

Repelita

adalah meningkatkan kemampuan perhubungan agar dapat memenuhi


kebutuhan secara lebih luas, tertib, teratur, aman, lancar,
cepat dan efisien dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta mampu menunjang kehidupan masyarakat dan mendorong pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Tanah Air.

191

Tujuan itu akan dapat dicapai terutama dengan jalan meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanan dalam pengelolaan usaha
perhubungan. Langkah-langkah yang juga perlu ditingkatkan untuk itu adalah mengembangkan dan memanfaatkan teknologi perhubungan yang tepat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan
untuk penyediaan tenaga kerja yang ahli dan terampil, dan melaksanakan

penyederhanaan

peraturan

agar

meningkatkan

peran

serta masyarakat dalam penyediaan jasa perhubungan.


Selain
adalah

dari

pada

mendorong

itu,

pemerataan

tujuan

pembangunan

pembangunan

ke

perhubungan

seluruh

wilayah

Tanah Air. Untuk mencapai hal itu langkah yang perlu ditingkatkan
yang

adalah

mengembangkan

diarahkan

pulau

terpencil,

untuk

jaringan

melayani

daerah

daerah

transmigrasi

dan

jasa

perhubungan

pedesaan,
dan

daerah

daerah

dan

perbatasan.

Dalam hal ini perhatian khusus perlu diberikan kepada pengembangan angkutan perintis baik di darat, laut maupun di udara
dan didukung dengan pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan
yang

daerah-daerah

lain.

yang

terpencil

Pengembangan-pengembangan

dengan

tersebut

daerah-daerah
akan

mendukung

pengembangan daerah pemukiman baru, termasuk pemukiman transmigrasi, dan pengembangan daerah perbatasan dan membantu pembangunan daerah yang dilaksanakan secara terpadu dan serasi.
Selanjutnya keselamatan dan keamanan perhubungan baik di darat, di laut maupun di udara harus terus menerus ditingkatkan.
Pembangunan

perhubungan

dilaksanakan

dengan

memperha-

tikan kelestarian kemampuan sumber daya alam serta lingkungan


dan diupayakan agar sejalan dengan usaha penghematan energi.
Secara

keseluruhan

keberhasilan

pembangunan

perhubungan

akan

membantu memperlancar roda perekonomian. Di samping itu keberhasilan pembangunan perhubungan juga akan makin memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam mewujudkan Wawasan
192

Nusantara,

dan

makin

dapat

meningkatkan

ketahanan

nasional/

negara.
Pembangunan kepariwisataan akan ditingkatkan dengan tujuan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan

nasional

agar

menjadi

kegiatan

ekonomi

yang

dapat diandalkan. Dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan kepariwisataan akan membantu memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
terlebih-lebih bagi masyarakat setempat. Di samping itu peningkatan

tersebut

akan

mempunyai

dampak

mendorong

pemba-

ngunan daerah, memperkenalkan dan mengembangkan nilai dan budaya bangsa, memperkenalkan keindahan alam dan negara. Dalam
hubungan ini perlu diperhatikan agar dalam melaksanakan pembangunan

kepariwisataan tetap

dijaga terpeliharanya

kepriba-

dian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu

dengan

sektor-sektor

pembangunan

lainnya.

Dalam

pada

itu akan dijaga agar antara berbagai usaha kepariwisataan dan


antara

usaha-usaha

kepariwisataan

yang

kecil,

menengah

dan

yang besar dapat serasi dan Baling menunjang.


Pariwisata dalam negeri akan dikembangkan dan di samping
untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha, akan
diarahkan untuk memupuk rasa cinta Tanah Air dan bangsa serta
menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam
rangka

lebih

memperkokoh

persatuan

dan

kesatuan

nasional.

Usaha pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri


ditujukan pula untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa,
memperkenalkan

kekayaan

peninggalan

sejarah

serta

keindahan

alam, termasuk alam bahari, di berbagai daerah di seluruh pelosok Tanah Air. Sehubungan dengan itu pelayanan dan penye-

193

lenggaraan

wisata

untuk

masyarakat

terutama

untuk

golongan

remaja dan pemuda akan ditingkatkan.


Dalam rangka pembangunan kepariwisataan juga akan ditempuh

langkah-langkah

terpadu

yang

terarah

pada

pengembangan

obyek-obyek wisata dan kegiatan promosi serta pemasarannya,


baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu kegiatan
pendidikan dan latihan kepariwisataan, penyediaan sarana dan
prasarana, peningkatan mutu dan kelancaran pelayanan pariwisata akan ditingkatkan. Untuk mendukung hal tersebut kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan
akan ditingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan dan pembinaan

kelompok-kelompok

seni

budaya,

industri

kerajinan

dan

usaha-usaha lain. Dalam rangka peningkatan usaha kepariwisataan akan dicegah hal-hal yang dapat merugikan kehidupan masyarakat dan bangsa.
Pembangunan

perhubungan

diarahkan

untuk

memperlancar

arus manusia, barang dan jasa serta informasi yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan memperhatikan kemampuan
dan kelestarian sumber alam dan lingkungan serta penghematan
penggunaan energi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan kemampuan perhubungan dalam memperlancar roda
perekonomian
mendorong

agar

dapat

pemerataan

menunjang

pembangunan

kehidupan
ke

seluruh

masyarakat
wilayah

dan

Tanah

Air. Sejalan dengan itu ditingkatkan pula pembangunan kepariwisataan melalui langkah yang serasi dan terpadu agar tumbuh
menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sehingga dapat
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan kualitas kehidupan bangsa.

194

II. KEADAAN DAN MASALAH


Pelaksanaan

pembangunan

perhubungan

sejak

Repelita

sampai dengan Repelita IV telah dapat meningkatkan kapasitas


prasarana dan sarana sektor perhubungan sehingga sektor ini
dapat memberikan pelayanan yang semakin meningkat kepada masyarakat.

Menyadari

akan

luasnya

wilayah

Tanah

Air

dan

persebaran sumber daya manusia serta sumber daya alam yang tidak
seimbang, pembangunan perhubungan terus diupayakan agar dapat
mendorong
hingga

kelancaran

dapat

menjadi

kegiatan
faktor

perdagangan
pendorong

dalam

negeri

keseimbangan

se-

pertum-

buhan antar daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah


masing-masing.

Hasil-hasil

pelaksanaan

pembangunan

perhu-

bungan sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV telah dapat


memantapkan kelancaran penyediaan jasa perhubungan yang terpadu sebagai salah satu sendi kerangka landasan pembangunan
nasional.
Pelaksanaan
telah

dipadukan

bangan

kegiatan

pembangunan
dan
dan

perhubungan

diserasikan

selama

prioritasnya

pertumbuhan

Repelita

dengan

masing-masing

sub

IV

perkemsektor

perhubungan. Dalam kaitan ini upaya peningkatan efisiensi dan


efektivitas penyediaan jasa perhubungan telah diutamakan dengan

menyempurnakan

bungan,

sehingga

peraturan-peraturan

dapat

pula

di

meningkatkan

bidang

perhu-

keterandalan

dan

mutu pelayanan kepada rakyat banyak.


Walaupun
penyediaan

telah

jasa

diupayakan

perhubungan

peningkatan

yang

cukup,

kemampuan
murah,

dalam

aman

dan

lancar, karena luasnya wilayah Nusantara maka dengan kapasitas

prasarana

dan

sarana

yang

ada

pada

akhir

Repelita

IV

masih terdapat wilayah-wilayah yang belum dapat terlayani kebutuhannya akan prasarana dan sarana perhubungan secara
195

memadai. Keadaan dan masalah yang pada permulaan Repelita V


terdapat

dalam

sub

sektor

masing-masing

dipaparkan

dalam

uraian di bawah ini.

1. Perhubungan Darat
Sub sektor ini
angkutan

jalan

meliputi

raya,

angkutan

prasarana
kereta

jalan
api,

dan

jembatan

serta

angkutan

sungai, danau dan penyeberangan.

a. Jalan dan Jembatan


Dalam Repelita IV telah dilaksanakan pengembangan sistem jaringan jalan sesuai dengan U.U. No.13 tahun 1980 dan
PP

No.26

tahun

1985.

Dalam

Undang-undang

tersebut

sistem

jaringan jalan dikelompokkan menurut peranannya ke dalam jalan


arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Sedangkan untuk pembinaannya, sesuai dengan P.P. No.26 tahun 1985, dikelompokkan
menjadi jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten dan
lokal serta jalan desa dan jalan khusus.
Dalam Repelita IV prioritas utama diberikan kepada program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan, program peningkatan jalan dan jembatan serta program penggantian
jembatan. Kebijaksanaan demikian ditempuh dengan tujuan agar
dapat mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi jaringan jalan sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas yang berlangsung.
Selama Repelita IV telah dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 101.018 km dan jembatan 72.172 m;
penunjang jalan sepanjang 58.370 km dan jembatan 114.877 m;
peningkatan jalan sepanjang 16.148 km, peningkatan jembatan

196

11.642 m dan penggantian jembatan sepanjang 40.119 m; penunjangan

jalan

dan

jembatan

kabupaten

dan

lokal

sepanjang

49.300 km, pembangunan jalan baru sepanjang 989 km dan jembatan 2.195 m, serta pembangunan jalan tol 224 km. Dengan demikian

terlihat

bahwa

program

rehabilitasi

dan

pemeliharaan

jalan telah dapat melampaui sasaran yang ditetapkan dalam Repelita

IV.

Sedangkan

untuk

beberapa

program

lainnya,

yaitu

program peningkatan jalan dan penggantian jembatan serta program pembangunan jalan dan jembatan baru, masih terdapat sasaran

yang

harus

program-program
lita

IV

diselesaikan

di

bidang

dibandingkan

dalam

Repelita

V.

dan

jembatan

selama

jalan

dengan

hasil

pelaksanaan

Realisasi
Repe-

Repelita

III

dapat dilihat pada Tabel 13-1.


Apabila

pada

awal

Repelita

IV

panjang

jaringan

jalan

yang ada adalah 199.707 km, pada akhir Repelita IV telah mencapai

228.003

km,

terdiri

dari

jalan

nasional

sepanjang

12.594 km, jalan propinsi sepanjang 33.398 km, jalan kabupaten dan lokal 152.168 km, jalan kotamadya 29.539 km dan jalan
tol 304 km. Dengan pertumbuhan lalu lintas yang terjadi maka
jalan

nasional

fungsi

sebagai

dan

propinsi

jalan

arteri

sepanjang

45.992

sepanjang

km

12.835

telah
km,

ber-

sebagai

jalan kolektor 25.262 km dan sebagai jalan lokal 7.895 km.


Apabila diperhatikan pertumbuhan lalu lintas yang menggunakan
prasarana

jalan tersebut,

maka dapat

diperkirakan bahwa

se-

tiap hari sepanjang 23.200 km dilalui oleh kurang dari 1.000


kendaraan, 18.090 km dilalui oleh 1.000 sampai 5.000 kendaraan, dan 4.700 km dilalui oleh lebih dari 5.000 kendaraan.
Apabila

dilihat

kondisi

prasarana

jalan

tersebut,

pada

awal Repelita IV terdapat hanya 15.402 km (34,7%) panjang jaringan jalan nasional dan jalan propinsi yang berada dalam

197

TABEL 13 - 1
REALISASI PROGRAM-PROGRAM DI BIDANG JALAN DAN
JEMBATAN REPELITA III DAN REPELITA IV

No.

Jenis Program

Repelita
III

Repelita
IV

km
m

31.971
41.022

101.018
72.172

km
m

90.547
135.329

58.370
114.877

km
m

10.707
14.416

16.148
11.642

32.723

40.119

km
m

1.385
7.037

989
2.195

km

80

224

Satuan

1. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan


(volume pekerjaan)
- Jalan
- Jembatan
2. Penunjangan Jalan dan Jembatan (volume pekerjaan)
- Jalan
- Jembatan
3. Peningkatan Jalan dan Jembatan
- Jalan
- Jembatan
4. Penggantian Jembatan
5. Pembangunan Jalan Baru
a. - Jalan arteri
- Jembatan
b. - Jalan tol

198

kondisi mantap, yaitu dalam kondisi baik dan dapat berfungsi


melayani pertumbuhan lalu lintas dengan umur rencana antara 5
sampai 10 tahun. Sedangkan sisanya yaitu sepanjang 26.778 km
(60,3%) berada dalam kondisi tidak mantap, artinya dalam kondisi masih relatif baik tetapi sewaktu-waktu dapat terputus
dan rusak. Selanjutnya sekitar 2.259 km (5,1%) berada dalam
kondisi

kritis.

Dengan

pelaksanaan

pembangunan

prasarana

jalan, pada akhir tahun 1987/88 jaringan jalan kritis telah


semakin berkurang can jalan dalam kondisi mantap telah ditingkatkan menjadi 24.200 km, yaitu 53% dari seluruh jaringan
jalan

nasional

dan

propinsi.

Pelaksanaan

pembangunan

dalam

tahun 1988/89 diharapkan akan dapat meningkatkan panjang jaringan jalan dalam kondisi mantap menjadi 27.480 km atau 59%
dari

panjang

jaringan

jalan

nasional

dan

propinsi.

Apabila

harapan tersebut terpenuhi maka berarti mendekati tercapainya


sasaran Repelita IV. Dalam Repelita IV diharapkan 60% dari
panjang jaringan jalan nasional dan propinsi berada dalam keadaan mantap.
Perbandingan
lektor

akhir

panjang

Repelita

dan

IV

kondisi

jalan

dibandingkan

arteri

dengan

dan

hasil

ko-

Repe-

lita III dapat dilihat dalam Tabel 13-2.


Dalam

pelaksanaan

Repelita

IV

realisasi

penunjangan

jalan kabupaten dan lokal adalah sepanjang 69.700 km. Realisasi

penunjangan

jalan

tersebut

telah

berhasil

meningkatkan

kelancaran perhubungan dengan wilayah pemukiman transmigrasi,


wilayah produksi perkebunan dan tambak inti rakyat, dan wilayah pengembangan pariwisata. Di samping itu realisasi penunjangan jalan tersebut juga berhasil membuka beberapa daerah
terisolasi.

Hasil-hasil

pelaksanaan

penunjangan

jalan

kabu-

paten dan lokal telah meningkatkan panjang jalan beraspal

199

TABEL13 - 2
PANJANG DAN KONDISI
JALAN ARTERI DAN JALAN KOLEKTOR
REPELITA III dan REPELITA IV

No.

1.

Kondisi

Repelita III

Repelita IV

15.402

27.480

26.778

17.207

Kritis

2,259

1.305

Jumlah

44.439

45.992

Mantap

Satuan

km
km

2.

Tidak mantap
km

3.

200

menjadi 28,6% dari seluruh panjang jaringan jalan kabupaten


dan lokal. Sisanya, sepanjang 43.805 km adalah jalan kerikil
dan 75.534 km masih merupakan jalan tanah.
Dalam

pelaksanaan

peningkatan

jalan

kabupaten

keterba-

tasan yang masih dihadapi adalah kemampuan aparat teknis dan


keterbatasan kemampuan jasa industri konstruksi di masing-masing Kabupaten. Selama Repelita IV telah diupayakan untuk meningkatkan

pelaksanaan

program

penunjangan

jalan

kabupaten

dan lokal. Upaya itu dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan dengan memberikan kepada aparatur teknis Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten, pendidikan dan latihan. Mengingat fungsi jaringan jalan kabupaten dan lokal sangat strategis, baik dalam
meningkatkan perkembangan pusat-pusat produksi, seperti pusat
produksi pertanian dan perkebunan, maupun dalam membuka wilayah

terisolir,

maka

pelaksanaan

program

kegiatan

ini

dalam

Repelita V akan ditingkatkan. Program penunjangan jalan kabupaten dan lokal tersebut terutama bertujuan untuk mengembangkan sistem jaringan jalan kabupaten dan lokal yang terpadu
dengan jaringan jalan nasional dan jalan propinsi.
Selama Repelita IV telah dapat dilaksanakan peningkatan
jalan kota sepanjang 582 km dan jembatan 2.500 m. Pembangunan
jalan baru di wilayah perkotaan adalah sepanjang 172 km dan
pembangunan jalan bebas hambatan sepanjang 224 km.
Dengan terdapatnya kondisi prasarana jalan yang semakin
baik maka langkah kebijaksanaan dalam Repelita IV perlu dilanjutkan

dalam

Repelita

dengan

mengutamakan

pelaksanaan

program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dan jembatan secara terpadu di masing-masing propinsi, kabupaten dan kotamadya.

Pelaksanaan

program

yang

demikian

dalam

Repelita

akan memerlukan usaha-usaha peningkatan kemampuan teknis aparatur, pengembangan standar teknis yang lebih efisien dengan

201

perencanaan dan pemantauan yang terpadu, serta usaha terpadu


lainnya

yang

diperlukan

dalam

rangka

pengembangan

kemampuan

jasa industri konstruksi nasional di masing-masing daerah.


b. Angkutan Jalan Raya
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita IV di bidang
angkutan
matan

jalan

dan

rays

penertiban

adalah

melaksanakan

lalu

lintas

jalan

peningkatan
raya.

kesela-

Kebijaksanaan

tersebut bertujuan mengurangi dan menurunkan angka kecelakaan


lalu lintas baik yang disebabkan oleh faktor teknis kecelakaan maupun yang disebabkan oleh kelengahan pemakai jalan.
Dalam kegiatan sehari-hari pelaksanaannya dilandasi oleh
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965. Sejalan dengan undang-undang tersebut telah dilakukan usaha untuk meningkatkan keselamatan

angkutan

angkutan

dalam

barang
kota

dan

maupun

penumpang
angkutan

di
antar

jalan

raya,

kota.

baik

Prioritas

utama diberikan kepada usaha untuk melaksanakan pengembangan


sistem angkutan jalan raya melalui pengaturan dan penetapan
trayek atau lintas pelayanan. Selain dari itu dilakukan pula
pembinaan teknis operasi kendaraan dengan menentukan spesifikasi teknis kendaraan yang sesuai. Di samping itu juga dilakukan

pembinaan

sistem

operasi

angkutan

dengan

mengeluarkan

peraturan perizinan angkutan. Sejalan dengan pertumbuhan sarana

angkutan,

maka

melalui

pembinaan

tersebut

telah

dapat

dilakukan pengendalian dalam pemanfaatan jasa angkutan, yaitu


dengan

jalan

menyesuaikan

kapasitas

sarana

angkutan

dengan

kesempatan penggunaan ruas jalan, dan dapat` didorong terjadinya keseimbangan antara kebutuhan dan penawaran jasa angkutan jalan raya.

202

Walaupun selama Repelita IV telah ditempuh langkah-langkah

kebijaksanaan

pengembangan

angkutan

jalan

raya

seperti

tersebut di atas, pelaksanaan langkah-langkah tersebut secara


terpadu

masih

menghadapi

berbagai

hambatan.

Adanya

berbagai

hambatan itu antara lain disebabkan oleh belum adanya keseragaman

dalam

menjabarkan

fungsi

dan

tanggung

jawab

berbagai

instansi yang terkait dalam pengendalian lalu lintas dan angkutan jalan raya di masing-masing daerah.
Sementara itu perkembangan teknologi sarana angkutan dan
perkembangan teknologi pembangunan prasarana jalan sudah berkembang sehingga diperlukan adanya penyempurnaan atas Undangundang Angkutan jalan Raya Nomor 3 Tahun 1965.
Salah satu kelemahan yang dapat dirasakan akibatnya di
setiap daerah adalah kurangnya pengawasan atas mutu pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan angkutan umum. Lemahnya pengawasan atas kualitas angkutan menyebabkan terjadinya kekurang
terpaduan dalam perizinan trayek. Hal ini berakibat terdapatnya

beraneka

ragam

pelayanan

angkutan

dengan

mutu

angkutan

yang berbeda-beda.
Selain dari pada itu dengan adanya Undang-undang Jalan
Nomor 13 Tahun 1980, maka Undang-undang Angkutan Jalan Raya
Nomor 3 Tahun 1965 perlu pula disesuaikan. Hal-hal yang perlu
disesuaikan terutama menyangkut peraturan umum angkutan jalan
raya,

antara

tanggung

jawab

keselamatan
cacat

lain

yang

pengemudi,

pejalan

tubuh.

mengenai

Dengan

kaki,

peraturan

tanggung

jawab

pengendara

batas

kecepatan,

pemilik

kendaraan,

sepeda

dan

penyandang

penyesuaian-penyesuaian

itu

diharapkan

peningkatan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan raya


dapat terus dikembangkan.

203

Selama Repelita IV pertumbuhan sarana lalu lintas angkutan jalan raya per tahun rata-rata adalah 21,8% untuk kendaraan bis, 8,2% untuk kendaraan truk dan pick up dan 7,4%
untuk

kendaraan

penumpang.

Perincian

perkembangannya

selama

Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel 13-3.


Perkembangan sangat pesat terjadi dalam jumlah kendaraan
komersial, dan terkait dengan itu, jumlah perusahaan angkutan
jalan raya. Pada akhir Repelita IV perusahaan angkutan jalan
raya berjumlah 2.922 buah. Dari jumlah ini 50,5% adalah perusahaan angkutan truk (1.475 buah), 4,1% perusahaan angkutan
taksi (12.1 buah) 39,9% perusahaan angkutan bis (1.168 buah),
dan 5,4% perusahaan angkutan darat lainnya (158 buah).
Hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama Repelita

IV

adalah

dalam

peralatan

pemasangan

24.014

keselamatan
buah

rambu

angkutan
lalu

jalan

lintas,

raya

37

unit

lampu pengatur lalu lintas, 22 unit alat fasilitas pengujian


kendaraan bermotor, dan 23 unit tempat tunggu bis kota. Selain

daripada

itu

dilanjutkan

penyelesaian

pembangunan

pusat-pusat pengujian kendaraan bermotor di Jawa Barat, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur.
Selama Repelita IV telah pula terjadi pertumbuhan arus
lalu lintas di berbagai wilayah perkotaan. Untuk melayani kebutuhan masyarakat akan angkutan di berbagai kota telah dikembangkan berbagai jenis angkutan umum.
Pelayanan angkutan umum dalam kota terdiri dari angkutan
kereta api, yang. terdapat di beberapa kota, angkutan bis kota
dan jenis angkutan umum lainnya. Angkutan umum itu umumnya
dikelola

dan

dikembangkan

oleh

perusahaan

perusahaan

swasta

dan koperasi. Angkutan bis di beberapa kota dikembangkan oleh


pemerintah, yaitu di kota-kota Jakarta, Surabaya, Semarang,

204

TABEL 13 - 3
ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA

1983 dan 1988


(buah)

No.

Janis Armada

1983

1988

1)

1.

B i s

160.260

334.741

2.

T r u k

717.873

1.012.770

3.

Mobil Penumpang

869.940

1.189.764

4.

Sepeda Motor

4.135.677

11.536.212

1) Angka sementara (sampai dengan Juli 1988)

205

Medan,

Ujung

Pandang,

Bandar

Lampung,

Surakarta,

Jember,

Dilli, Banda Aceh dan Bandung. Sementara itu untuk melayani


kebutuhan

angkutan

ke

daerah-daerah

terpencil

di

beberapa

daerah dikembangkan pelayanan bis perintis dengan armada sebanyak 170 buah, tersebar di 19 lokasi. Penyediaan bis perintis tersebut telah dapat memperlancar arus penumpang umum
ke daerah-daerah terpencil.

c. Angkutan Kereta Api


Kebijaksanaan pembangunan di bidang angkutan kereta api
selama

Repelita

ningkatan
penambahan

jalan

IV

adalah

kereta

sarana

melanjutkan

api

dan

disertai

fasilitas

rehabilitasi

dengan

dan

pe-

peningkatan

dan

operasionalnya.

Hasil

yang

telah dicapai berupa rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 1.324 km, rehabilitasi lokomotif 193 buah,
rehabilitasi kereta rel listrik dan diesel 435 buah, rehabilitasi

kereta

penumpang

530

buah,

dan

rehabilitasi

gerbong

4.074 buah. Di samping itu juga telah direhabilitasi jembatan


sebanyak 314 buah dengan volume bahannya 3.283 ton dan rehabilitasi

perangkat

sinyal

dan

telekomunikasi

403

buah.

Di

samping rehabilitasi dan peningkatan tersebut telah pula dilakukan penambahan berbagai sarana dan prasarana kereta api
untuk melayani kebutuhan angkutan bahan-bahan hasil produksi
pertanian,

perkebunan,

industri

dan

pertambangan.

Untuk

tu-

juan ini telah dilakukan penambahan lokomotip diesel sebanyak


86 buah, kereta penumpang 152 buah, gerbong barang 1.641 buah
dan kereta rel listrik 56 buah dan kereta diesel 28 buah.
Usaha-usaha

peningkatan

prasarana

angkutan

kereta

api

seperti yang disebutkan di atas ini telah berhasil meningkatkan kualitas jalan kereta api, kemampuan jalan kereta api
dan kemampuan beban jalan kereta api.
206

Menjelang akhir Repelita IV peningkatan produksi kereta


api adalah sebagai berikut. Selama Repelita IV angkutan penumpang

meningkat

rata-rata

1,3%

per

tahun

sehingga

pada

akhir Repelita IV mencapai 50.600.000 orang; angkutan barang


meningkat rata-rata sebesar 17,1% per tahun sehingga mencapai
10.007.000 ton. Angkutan barang yang terbesar pertumbuhannya
adalah angkutan batu bara dan angkutan pupuk yang meningkat
masing-masing sebesar 96,1% dan 23,7% per tahun.
Dinyatakan
atas

menjadi

rata

6,2%

dalam

8.032.400.000
per

2.209.000.000

satuan/penumpang/km

tahun

ton/km

ton/km
untuk

dengan

dengan

angka-angka
pertumbuhan

angkutan

pertumbuhan

rata-

penumpang

rata-rata

di
dan

26,5%

per

langkah-langkah

dan

tahun untuk angkutan barang.


Selama

Repelita

IV

telah

dilakukan

upaya yang terpadu dalam meningkatkan efisiensi operasi kereta api. Upaya itu terutama bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya angkutan kereta
api. Dengan upaya itu diharapkan PJKA segera dapat melayani
kebutuhan masyarakat akan angkutan secara mandiri. Dalam hubungan ini disadari bahwa angkutan kereta api mempunyai beberapa keunggulan komparatif dibandingkan angkutan jalan raya.
Dengan

kapasitas

yang

dimiliki

PJKA

akan

berusaha

menggali

sumber-sumber pendapatan baru. Usaha itu akan dilakukan dengan

jalan

ratif

yang

besar,

yang

memanfaatkan
dimiliki

dan

PJKA,

memungkinkannya

mengembangkan

antara

lain

keunggulan

kompa-

daya

angkutnya

yang

menyelenggarakan

angkutan

yang

relatif murah, aman dan hemat energi.


Dalam rangka usaha ini salah satu pelayanan jasa angkutan yang dikembangkan adalah angkutan peti kemas. Pengembangannya dimulai dengan membuka terminal peti kemas Gede Bage

207

(Bandung).

Usaha

itu

akan

membantu

memperlancar

kegiatan

ekspor non migas dengan jalan mengangkut langsung dari pusatpusat produksi Jawa Barat ke pelabuhan ekspor Tanjung Priok.
Usaha itu akan dikembangkan pula di beberapa lokasi lainnya
yang mempunyai potensi peningkatan ekspor komoditi non migas.
Pengembangan kegiatan ini telah dapat meningkatkan efisiensi
angkutan

barang

dan

mendorong

pengembangan

dan

pemanfaatan

teknologi transportasi dengan peti kemas. Di samping itu kegiatan tersebut dikembangkan secara terpadu dengan mempertemukan keunggulan komparatif yang dimiliki angkutan lanjutan,
yaitu angkutan laut.

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan


Kebijaksanaan pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan

selama

Repelita

IV

kapal,

peningkatan

fasilitas

ngunan

rambu-rambu

sungai

meliputi

dermaga

dan

laut

pengembangan

dan

armada

terminal,

serta

pemba-

pembersihan

dan

pengerukan alur pelayaran. Selain dari itu dilakukan pula peningkatan pelayanan operasional dan pembinaan usaha angkutan,
baik

untuk

lintasan

utama

maupun

pelayanan

perintis.

Hasil

pembangunan yang dilaksanakan dalam Repelita IV adalah penambahan 7 buah kapal penyeberangan, 7 buah dermaga sungai, 16
buah

dermaga

penyeberangan,

unit

dermaga

danau,

buah

rambu laut dan pengerukan sebanyak 163.221 m3 lumpur.


Sebagai

hasil

dari

pelaksanaan

pembangunan

angkutan

sungai, danau dan penyeberangan maka menjelang akhir Repelita IV telah dapat dilakukan penyeberangan secara teratur di
27 lintasan. Jasa angkutan penyeberangan telah dapat melayani
angkutan penumpang, barang dan kendaraan (roll on roll off)
dengan menggunakan 78 buah kapal penyeberangan, sedangkan di
208

bidang angkutan sungai dan danau telah beroperasi lebih dari


44.000

buah

kapal

di

46

sungai

yang

terutama

terdapat

di

P. Sumatera, P. Kalimantan dan Propinsi Irian Jaya. Sampai dengan

akhir

Repelita

IV

telah

dapat

dilakukan

penyeberangan

secara teratur antara: Balohan - Krueng Aceh, Meulaboh - Sinabang, Palembang - Kayu Arang, Bangka - Belitung, Merak Bakauhuni,

Kalipucang

Cilacap,

Ujung

Kamal,

Jangkar

Kalianget, Ketapang - Gilimanuk, Padangbai - Lembar, Lombok Alas, Sape - Komodo - Labuhan Bajo, Larantuka - Kupang, Kupang Rote,

Penajam

Balikpapan,

Bajoe

Kolaka,

Bira

Pamatata, Torubulu - Tampo, Luwuk - Salakan, Poka - Galala,


Hunimoa - Waipirit, dan Sorong - Jefman serta penyeberangan
sungai Sekura dan Kartiasa.
Dengan
angkutan

meningkatnya

sungai,

danau

fasilitas
dan

angkutan

penyeberangan

maka
juga

produksi
meningkat.

Jumlah penumpang meningkat rata-rata sebesar 7,8% per tahun,


jumlah barang meningkat rata-rata 0,21% per tahun dan jumlah
kendaraan

meningkat

rata-rata

3,80%

per

tahun.

Perinciannya

dapat dilihat dalam Tabe113-4.


Pembukaan

dan

penambahan

rute

penyeberangan

telah

pula

dilaksanakan. Namun masih cukup banyak kebutuhan lintas penyeberangan yang belum dapat dilayani, khususnya wilayah yang
terpencil. Terutama yang masih perlu mendapat perhatian dalam
rangka penyediaan lintas penyeberangan dengan teratur adalah
di daerah-daerah kepulauan dan daerah-daerah perbatasan. Sehubungan

dengan

itu,

keterpaduan

pelayanan

angkutan

sungai,

danau dan penyeberangan dengan angkutan laut, khususnya angkutan perintis, perlu semakin ditingkatkan. Kedua jasa angkutan

itu

perlu

dikembangkan

menjadi

sistem

angkutan

yang

saling mendukung, terlebih-lebih di wilayah Indonesia bagian


timur.
209

TABEL 13 - 4
PRODUKSI ANGKUTAN PENYEBERANGAN
1983/84 - 1988/89

No.

Jenis Angkutan

Satuan

1983/84

18.005

25.050

1.

Angkutan penumpang

ribu orang

2.

Angkutan barang

ribu ton

4.753

4.802

3.

Angkutan kendaraan

ribu buah

1.585

2.489

1) Angka sementara (sampai dengan Juli 1988)

210

1988/89 1)

2. Perhubungan Laut
Kebijaksanaan

pembangunan

perhubungan

laut

dalam

Repe-

lita IV adalah meningkatkan peranan dan kemampuan jasa angkutan laut nasional secara terpadu dengan sektor pembangunan
lainnya. Peningkatan sarana dan kemampuan tersebut bertujuan
untuk dapat menyediakan pelayanan perhubungan laut yang semakin luas, tertib, teratur, aman, lancar dan efisien. Dalam
hubungan ini perhatian yang lebih besar akan diberikan untuk
peningkatan pelayanan daerah terpencil.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh selama Repelita IV dan sebelumnya, secara bertahap, telah dapat meningkatkan peran serta angkutan laut dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan

nasional,

terutama

dalam

mendorong

pertumbuhan

perdagangan antar pulau. Untuk itu selama ini telah ditingkatkan

pembinaan

armada

pelayaran

nasional

dan

peningkatan

fasilitas pelabuhan serta keselamatan pelayaran.


Sejalan dengan hal tersebut beberapa langkah kebijaksanaan

strategis

ningkatkan
demikian
sumber

telah

efisiensi

sebab-sebab

di

dilakukan,

bidang

penyediaan
adanya

terutama
jasa

ekonomi

perhubungan

laut

dengan

angkutan
biaya

akan

tujuan

laut.

tinggi
dapat

me-

Dengan

yang

ber-

dihilangkan.

Dalam hubungan ini beberapa tahun yang lalu telah dikeluarkan


Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1985 mengenai kebijaksanaan
kelancaran
Inpres

arus

tersebut

barang

untuk

mencakup

meningkatkan

penyempurnaan

kegiatan

peraturan

ekonomi.

di

bidang

perhubungan laut berikut:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan

dan

Pengusahaan

Angkutan

Laut

telah

disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25

211

Tahun 1985 mengenai masalah pengaturan gudang laut


dan bongkar muat barang dari dan ke kapal.
b.

Peraturan

Pemerintah

Pembinaan

Kepelabuhanan

aturan

Pemerintah

nyangkut

penataan

Nomor

Nomor

11

tahun

1983

disempurnakan
25

kembali

Tahun

tentang

dengan

1985

yang

Administrator

Perme-

Pelabuhan

beserta unit kerjanya.


c.

Penyempurnaan

Pedoman

Perhitungan

Tarip

Bongkar

Muat Pelabuhan dan menata kembali pembinaan tenaga


kerja bongkar muat.
d.

Penambahan

jumlah

pelabuhan

yang

dapat

disinggahi

oleh kapal-kapal niaga asing sehingga menjadi 118


pelabuhan.
Selain

langkah-langkah

penyempurnaan

tersebut

di

atas,

dalam rangka meningkatkan efisiensi jasa pelayaran telah pula


diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1988 tentang
penyelenggaraan

dan

pengusahaan

angkutan

laut,

serta

Per-

aturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1988 tentang penetapan badan


pelaksana bursa komoditi sebagai penyelenggara kegiatan penyediaan informasi muatan dan ruang kapal. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1988 bertujuan untuk mendorong perusahaan pelayaran nasional untuk meningkatkan kemandirian berusaha,

antara

lain

dengan

menyesuaikan

dan

menentukan

ke-

kuatan armada serta daerah operasinya. Dengan Peraturan Pemerintah ini perusahaan pelayaran bebas untuk menentukan trayek
pelayarannya. Di

samping itu

Peraturan Pemerintah

ini juga

menentukan bahwa dalam menambah pengadaan kapal dapat dilakukan melalui kontrak sewa pakai ataupun beli baru.

212

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1988 bertujuan memberikan

kemudahan

adanya

muatan

dalam

dan

penyediaan

ruang

muat

jasa

kapal.

informasi

Tersedianya

tentang
informasi

muatan dan ruang kapal tersebut akan lebih mendekatkan penyedia

dan

pemakai

jasa

angkutan

laut,

sehingga

dapat

menekan

biaya dan meningkatkan daya saing komoditi.


Menjelang

akhir

Repelita

IV

armada

pelayaran

Nusantara

yang melayani angkutan dalam negeri berjumlah 255 kapal dengan kapasitas 434.900 dwt; armada pelayaran lokal, yang berperan

besar

pula

dalam

menunjang

sistem

jaringan

pelayaran

Nusantara, berjumlah 1.018 kapal dengan kapasitas 151.896 dwt;


dan armada pelayaran rakyat, yang telah dibina melalui koperasi dan bantuan motorisasi, berjumlah 3.701 kapal dengan kapasitas 199.384 brt.
Dalam

usaha

membuka

hubungan

ke

daerah

terpencil

dan

terisolir sejak 1978 telah dikembangkan armada pelayaran perintis.


dengan

Pelayaran
16

kapal.

perintis
Di

melayani

samping

itu

16

juga

trayek
ada

yang

armada

dilayani
pelayaran

khusus, yang sampai sekarang berfungsi mengangkut hasil pertambangan

dan

industri

kimia.

Armada

itu

berjumlah

2.955

kapal dengan kapasitas 2.970.317 dwt. Selain itu masih terdapat tongkang dengan kapasitas 649.589 brt dan kapal tunda
dengan kapasitas 562.003 hp. Di samping itu armada pelayaran
samudera yang terdiri dari 35 kapal dengan kapasitas 446.980
dwt

menunjang

melayani

perdagangan

angkutan

internasional.

penumpang

antar

pulau

Selanjutnya
telah

pula

untuk
diting-

katkan jumlah kapal penumpang dari 4 buah kapal pada akhir


Repelita

III

menjadi

buah

kapal

pada

akhir

Repelita

IV.

Ketujuh kapal ini secara keseluruhan telah dapat menyinggahi


31 pelabuhan di 20 propinsi.

213

Dalam Repelita IV perkembangan jumlah muatan dalam negeri yang diangkut mengalami peningkatan yang sangat berarti;
selama

Repelita

III

telah

meningkat

dengan

54,6%,

dari

58.483.100 ton pada akhir Repelita III menjadi 90.417.997 ton


menjelang akhir Repelita IV. Perkembangan produktivitas armada nasional dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89
dapat dilihat pada label 13-5.
Dalam Repelita IV juga diusahakan peningkatan kapasitas
prasarana perhubungan laut. Hasil-hasil usaha itu ialah: rehabilitasi dermaga sepanjang 6.525 m, rehabilitasi gudang seluas 18.985 m2 dan penambahan dermaga baru sepanjang 5.104 m,
penambahan gudang seluas 79.550 m2, lapangan penumpukan seluas 114.765 m2 dan lapangan peti kemas seluas 97.770 m2. Beberapa pelabuhan utama telah ditingkatkan dengan pembangunan
fasilitas bongkar muat peti kemas, yaitu pelabuhan Tanjung
Priok, Tanjung Emas (Semarang), Belawan, Surabaya (Tanjung
Perak), Panjang, Palembang dan Ujung Pandang. Pelabuhan-pelabuhan tersebut sejak pertengahan 1985 mengalami kenaikan yang
tajam dalam bongkar muat peti kemas, yaitu dalam mengangkut
barang-barang ekspor dan impor. Dengan peningkatan kapasitas
dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya, maka produktivitas
dermaga pelabuhan utama pada akhir Repelita IV mencapai 628,7
ton/m/tahun, pelabuhan kolektor 999,6 ton/m/tahun, pelabuhan
trunk mencapai 1.398,9 ton/m/tahun, dan pelabuhan lokal 597,2
ton/m/tahun. Hal tersebut merupakan salah satu keberhasilan
yang diperoleh dengan pelaksanaan Inpres 4/1985 dan terutama
dengan

diizinkannya

pelaksanaan

angkutan

ekspor

dan

impor

langsung ke 124 pelabuhan di Indonesia.


Sejalan dengan peningkatan fasilitas pelabuhan juga telah dilakukan pengerukan pelabuhan dan slur pelayaran yang

214

TABEL 13 - 5
PRODUKTIVITAS ARMADA NASIONAL
1983/84 dan 1988/89
(Ton/MT/Tahun)

Jenis Pelayaran

1983/84

1988/89

- Nusantara -

14,82

18,46

Lokal

18,88

21,50

- Perahu Rakyat

15,87

- Khusus dalam negeri


- Samudera

20,17
30,41

14,80
25,20
39,99

215

strategis. Di beberapa pelabuhan yang mengalami pendangkalan


kolam pelabuhan dan alur pelayaran, selama Repelita IV dilakukan pengerukan lumpur sebanyak 61,936 juta m3. Sedangkan
untuk menunjang keselamatan pelayaran selama Repelita IV telah dibangun 29 buah menara suar, 51 buah rambu suar, 112
buah

pelampung

suar,

86

buah

stasiun

radio

pantai.

Dalam

kurun waktu itu juga telah dilakukan penyempurnaan peta laut


di 5 lokasi. Selanjutnya telah diadakan penambahan fasilitas
kesyahbandaran yang meliputi pembangunan 30 buah kapal bandar
dan penambahan kapal patroli pengamanan pelabuhan sebanyak 4
buah kapal. Di samping itu telah pula ditingkatkan kemampuan
operasional Biro Klasifikasi Indonesia, dalam membantu pelaksanaan pengawasan teknis pembangunan dan perbaikan kapal.

3. Perhubungan Udara
Dalam Repelita IV kebijaksanaan pembangunan perhubungan
udara diarahkan untuk meningkatkan kemampuan angkutan udara
baik untuk pelayanan dalam negeri, termasuk angkutan udara
perintis, maupun untuk pelayanan luar negeri. Peningkatan kemampuan angkutan diusahakan sejalan dengan peningkatan permintaannya.

Untuk

melaksanakan

kebijaksanaan

tersebut

telah

diupayakan penambahan daya tampung armada, perluasan jaringan


penerbangan,

dan

penambahan

frekuensi

penerbangan.

Upaya-

upaya tersebut telah berhasil meningkatkan utilisasi pesawat,


baik untuk penerbangan dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan itu juga telah ditingkatkan kemampuan prasarana
landasan bandar udara disertai dengan peningkatan dalam penyediaan peralatan pendukung keselamatan penerbangan.
Dalam

usaha

meningkatkan

operasi

lalu

lintas

angkutan

udara, telah diusahakan penyempurnaan peraturan bina usaha

216

perusahaan penerbangan sehingga kerja sama penerbangan internasional dapat ditingkatkan. Untuk dapat memperluas jaringan
penerbangan

internasional

dilakukan

perundingan-perundingan

dengan negara-negara sahabat untuk mengatur peningkatan pemanfaatan sepenuhnya jalur penerbangan (Air Rights) bagi negara yang berlintasan.
Selama Repelita IV pertumbuhan angkutan udara dalam negeri rata-rata setiap tahun adalah: untuk penumpang sebesar
3,9%

dan

untuk

angkutan

barang

9,3%.

Untuk

angkutan

udara

luar negeri berjadwal tingkat pertumbuhan rata-rata angkutan


lebih tinggi; untuk penumpang sebesar 9,1% dan untuk angkutan
barang 13,8%. Selain itu angkutan haji tumbuh rata-rata sebesar 2,1% per tahun dan angkutan penerbangan perintis tumbuh
rata-rata sebesar 12,5%.
Produksi angkutan penerbangan dalam negeri dan luar negeri pada akhir Repelita III dan akhir Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel 13-6.
Untuk dapat melayani tingkat pertumbuhan tersebut dalam
Repelita
Pada

IV

akhir

telah

dilaksanakan

Repelita

IV

sejumlah

peningkatan
5

bandara

landasan
dapat

udara.

digunakan

untuk pesawat sejenis B-747, 9 bandara digunakan untuk pesawat sejenis DC-10/A-300, 19 bandara digunakan untuk pesawat
sejenis DC-9, 37 bandara digunakan untuk pesawat sejenis F-28
dan 55 bandara digunakan untuk pesawat sejenis F-27/CN-235.
Pada akhir Repelita IV seluruh ibukota propinsi telah dapat
didarati oleh pesawat terbang bermesin jet. Di samping itu
sebanyak 17 bandara telah digunakan sebagai pintu gerbang penerbangan internasional. Salah satu dari bandar udara tersebut

adalah

bandar

udara

Soekarno-Hatta

yang

selesai

di-

bangun dalam Repelita IV dan sejak selesai pembangunannya

217

TABEL 13 - 6
PRODUKSI PENERBANGAN DALAM NEGERI
DAN PENERBANGAN LUAR NEGERI
AKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IV

U r a i a n

Satuan

Akhir
Repelita
III

Akhir
Repelita
IV

Penerbangan Dalam Negeri :


1. Km pesawat

ribuan

88.163

101.650

2. Penumpang diangkut

orang

5.286.497

6.679.438

3. Barang

ton

49.772

76.486

4. Jam terbang

jam

226.783

242.388

5. Ton-km tersedia

ribuan

808.072

870.348

6. Ton-km produksi

ribuan

374.776

485.362

7. Faktor muatan 1)

persen

46

56

1.048.943

1.735.328

ton

28.366

61.576

3. Jam terbang

jam

36.835

60.046

4. Ton-km tersedia

ribuan

1.175.122

2.470.466

5. Ton-km produksi

ribuan

545.791

1.190.910

6. Faktor muatan 1)

persen

46

48

Penerbangan Luar Negeri :


1. Penumpang diangkut
2. Barang

1) Faktor muatan =

218

ton-km produksi
ton-km tersedia

orang

telah berfungsi sebagai pintu gerbang utama penerbangan nasional dan internasional. Sedangkan pintu-pintu gerbang yang
lain,

adalah

Ngurah

Rai/Bali,

Pattimura/Maluku,

Sam

Ratu-

langi/Sulawesi Utara, Frans Kaisiepo/Irian Jaya, Polonia/Sumatera Utara, Simpang Tiga/Riau, Tabing/Sumatera Barat, Hang
Nadim/P.Batam,

El

Tari/Nusa

Tenggara

Timur,

Sepinggan/Kali-

mantan Timur dan, Juanda/Jawa Timur, S. Badarudin II/Sumatera


Selatan,

Kijang/Riau,

Juwata/Kalimantan

Timur,

Mopah/Irian

Jaya. Di bidang keselamatan penerbangan telah dilakukan penambahan peralatan telekomunikasi dan navigasi udara, sehingga selama Repelita IV kehandalan operasional telah meningkat
secara berarti sehingga kemungkinan kecelakaan lalu lintas udara
makin

terkurangi.

Adapun

perkembangan

kemampuan

bandar

udara selama Repelita III dan Repelita IV dapat dilihat dalam


Tabel 13-7.
Sejalan
dalam

negeri,

pesawat

dengan

peningkatan

perusahaan

udaranya.

kebutuhan

penerbangan

Penambahan

armada

telah

angkutan

udara

menambah

armada

tersebut

terdiri

dari:

pesawat jenis Cassa 212 Series 100 sebanyak 1 buah, pesawat


jenis Cassa Series 200 sebanyak 9 buah, pesawat jenis CN-235
sebanyak 3 buah dan jenis F-28 series 4000 sebanyak 11 buah.
Dengan demikian, maka pada akhir Repelita IV jumlah pesawat
terbang yang beroperasi di Indonesia ada sebanyak 797 buah,
terdiri dari 216 buah pesawat dengan berat diatas 10.000 kg,
379 buah pesawat dengan berat di bawah 10.000 kg dan 202 buah
pesawat jenis sayap berputar (helikopter). Dari jumlah tersebut 176
bangan

buah pesawat

berjadwal

yaitu,

dioperasikan oleh
oleh

Garuda

perusahaan pener-

Indonesia

sebanyak

81

buah pesawat, Merpati Nusantara 39 buah, Mandala 11 buah dan


Bourag 25 buah pesawat.
Dalam mengimbangi peningkatan kebutuhan masyarakat akan
219

TABEL 13 - 7
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BANDAR UDARA
AKHIR REPELITA I I I DAN REPELITA IV

Kemampuan untuk
pesawat sejenis
(penuh/terbatas)

Akhir
Repelita IV
( lokasi )

B - 747

DC-10/A-300

DC- 9

10

F - 28

18

23

18

F-27/CN-235

220

Akhir
Repelita III
( lokasi )

angkutan udara telah dilakukan pula perluasan jaringan penerbangan.

Penerbangan

domestik

komersial

berjadwal

telah

me-

ningkat dari 115 rute pada akhir Repelita III menjadi 134
rute pada akhir Repelita IV atau meningkat sebesar 16,5%. Sedangkan untuk angkutan penerbangan luar negeri, jumlah kota
yang disinggahi meningkat dari 23 kota menjadi 29 kota. Kenaikan rute penerbangan dalam negeri antara lain disebabkan
oleh adanya rute penerbangan perintis yang berkembang menjadi
rute komersial. Rute-rute penerbangan baru yang telah dibuka
adalah: Balikpapan - Pontianak, Pontianak - Batam, Batam Medan, Denpasar - Manado, Denpasar - Biak. Dalam Repelita IV
juga telah dikembangkan kerja sama penerbangan regional dengan
negara-negara

tetangga,

yaitu

lintasan

penerbangan

Kupang

Darwin, Balikpapan - Brunei Darusallam, Tarakan - Kota Kinibalu, Manado - Cebu dan Pontianak - Kuching.

4. Pos dan Giro


Tujuan pembangunan pos dan giro dalam Repelita IV adalah
terutama memperluas jangkauan pelayanan sampai ke semua kecamatan, desa-desa, daerah pemukiman transmigrasi dan daerahdaerah terpencil. Menjelang akhir Repelita IV jangkauan pelayanan pos telah mencapai 3.525 kecamatan dari 3.552 kecamatan
di Indonesia, atau telah mencapai 99,2%. Selain itu sebanyak
719

lokasi

transmigrasi

dari

783

lokasi

transmigrasi

yang

ada, atau 91,8%, telah pula memiliki fasilitas pos.


Pelayanan

pos

dan

giro

tersebut

dilaksanakan

oleh

313

kantor pos besar, 532 buah kantor pos tambahan, 1.978 buah
kantor pos pembantu, 9 buah sentral giro dan 103 buah loket
lanjutan.

Untuk

meningkatkan

mutu

pelayanan

dan

efisiensi

serta produktivitas kegiatan pos telah ditingkatkan pemakaian


peralatan mekanis di loket-loket pelayanan, standardisasi
221

sampul surat, dan penetapan sistem kode pos. Dalam hubungan


ini dilakukan pembukaan jenis-jenis pelayanan baru yang terdiri dari birofax, surat kilat luar negeri (E.M.S) dan penambahan

dapur-dapur

pos

di

pusat-pusat

kegiatan

masyarakat.

Tabel 13-8 menggambarkan lebih lanjut perkembangan beberapa


fasilitas pos dan giro selama Repelita IV.
Dalam Repelita IV tugas pelayanan pos juga telah semakin
dapat membantu masyarakat dalam berbagai kegiatan. Pelayanan
dukungan

kemudahan

pendaftaran

dan

tersebut

pungutan

meliputi,

iuran

misalnya,

Televisi,

pelaksanaan

penerimaan

pemba-

yaran rekening listrik, pelayanan untuk pembayaran berbagai


jenis

pajak,

penerimaan

penyetoran

tabungan

uang

muka

dan

angsuran KPR-BTN, penunjang penyelenggaraan kegiatan Universitas Terbuka, dan pelayanan lain di pusat-pusat wisata.
Dengan langkah-langkah tersebut lalu lintas pos dan giro
dalam negeri dan luar negeri meningkat rata-rata 9% per tahun. Lalu lintas pos tersebut meliputi surat pos biasa, surat
pos kilat, pos kilat khusus dan pos udara ke luar negeri. Peningkatan produksi tersebut didukung dengan usaha peningkatan
efisiensi dan efektivitas pelayanan yang terdiri dari penyempurnaan tolok ukur waktu tempuh, penyempurnaan pola antaran
pos serta pemasyarakatan pemakaian kode pos seluas-luasnya.
Di samping itu dikembangkan pula diversifikasi pelayanan jasa
pos

dengan

mengikutsertakan

swasta

dalam

penyelenggaraan

pengiriman surat pos jenis tertentu. Peningkatan pemeliharaan


dan

fungsi

pengawasan

melekat

dalam

sistem

operasional

dan giro telah dikembangkan secara menyeluruh.

5. Telekomunikasi
Pembangunan telekomunikasi selama Repelita IV ditujukan
222

pos

TABEL 13 - 8
FASILITAS POS DAN GIRO
REPELITA I I I DAN REPELITA IV

No.

Uraian

1. Kantor Pos Pembantu/

Satuan

Repelita III

Repelita IV

buah

1.218

1.978

Kantor Pos Tambahan

buah

284

532

Kantor Pos

buah

211

313

2. Sentral Giro

buah

3. Loket Ekstension

buah

4. Kantor Kepala Daerah Pos

buah

5.

--

103

12

14

buah

607

buah

2.876

967
4.016

buah

6.422

12.674

Pos Keliling dan Angkutan Lokal :


a. Mobil/Kendaraan Pos
b. Sepeda Motor

6. Bis Surat

223

untuk

memperluas

telegrap
ngunan

dan

jaringan

teleks,

tersebut

dan

dan

terutama

sambungan

jaringan

telepon,

komunikasi

diutamakan

agar

transmisi,

data.

dapat

Pemba-

meningkatkan

keandalan pelayanan bagi masyarakat.


Hasil yang dicapai dalam pembangunan telekomunikasi sampai menjelang akhir Repelita IV antara lain adalah: penambahan kapasitas telepon otomat, digital dan manual sebanyak
411.093 SST, telepon umum sebanyak 17.974 unit, telegrap sebanyak 20.220 ss dan teleks sebanyak 7.900 SSTX. Selain itu
telah

pula

diperluas

jaringan

transmisi

yang

terdiri

dari:

Transmisi Gelombang Mikro di 3 lokasi, pembangunan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) di wilayah Jabotabek, pembangunan
transmisi laut berupa Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) di
2

lokasi,

dan

pembangunan
satelit

pembangunan

124

yang

buah

transmisi

SBB/SBS/SBK.

mendukung

Sistem

satelit

Juga

yang

dilakukan

Komunikasi

meliputi

peluncuran

Satelit

Domestik

(SKSD) Palapa B2P dan B2R.


Dengan hasil pembangunan di bidang telekomunikasi dalam
negeri,

maka

Repelita

IV

jangkauan
telah

pelayanan

mencapai

2.069

telekomunikasi
kecamatan,

pada

yang

akhir

berarti

58,4% dari seluruh kecamatan yang ada di Indonesia. Sedangkan


jumlah kota yang terjangkau oleh jaringan Sambungan Langsung
Jarak Jauh (SLJJ) meningkat dari 106 buah pada akhir Repelita
III menjadi 113 buah pada akhir Repelita IV.
Di bidang jasa telekomunikasi internasional, jumlah negara

tujuan

yang

dapat

dihubungi

dengan

Sambungan

Langsung

Internasional (SLI) telah meningkat dari 58 negara pada tahun


1983

menjadi

langsung

127

negara

internasional

pada

dapat

akhir

Repelita

dilakukan

dari

IV.
8

kota

Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Nusa

224

Hubungan
yaitu

Dua/Denpasar

dan

Makale/Tana

Toraja.

Di

samping

itu

telah

pula dikembangkan Sambungan Komunikasi Data Paket (SKDP) dari


kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan yang masing-masing
dapat berhubungan dengan 29 negara. Di samping telah dikembangkan

pula

pelayanan

Birofax

di

10

kota

lainnya.

Selain

dari itu juga telah dikembangkan hubungan telekomunikasi lintas

batas

dengan

negara

tetangga

dari

kota-kota

Sekupang,

Tanjung Pinang, Dumai, Pekanbaru dan Balikpapan dengan kota


Singapura.
Jasa
dapat

pelayanan

telekomunikasi

dikembangkan

dengan

di

beberapa

mengikutsertakan

kota

pihak

telah
swasta,

yaitu dalam pelayanan Radio Panggil untuk umum di 10 kota.


Selain itu dilaksanakan pula pengembangan Sistem Telekomunikasi

Kendaraan

cellular

yang

Bermotor
telah

(STKB)

dapat

pula

dengan

penggunaan

dioperasikan

teknologi

untuk

hubungan

antar kota.
Di
efisiensi

bidang

operasional

terus

melalui

peningkatan

operasi

diupayakan

peningkatan

keberhasilan

panggil

telepon. Pelaksanaannya telah dapat menurunkan tingkat gangguan telepon, yaitu dari 6,34 gangguan per 100 telepon pada
akhir Repelita III menjadi 5,53 gangguan per 100 telepon pada
akhir Repelita IV. Usaha ini telah meningkatkan produksi telekomunikasi dari 20.300,0 juta pulsa pada akhir Repelita III
menjadi 24.000,0 juta pulsa pada akhir tahun 1988. Demikian
pula halnya penggunaan teleks yang telah meningkat dari 790
juta pulsa pada akhir Repelita III menjadi 2.015,0 juta pada
akhir tahun 1988.
Walaupun
untuk

telah

kebutuhan

diupayakan

masyarakat,

penambahan

pertumbuhan

kapasitas

permintaan

telepon
sambungan

telepon setiap tahunnya meningkat dengan pesat. Sehingga


225

perlu ditingkatkan efisiensi operasional jasa telekomunikasi.


Pengembangan
dan

manajemen

pengendalian,

pengelolaan,

terus

diupayakan

keuangan,
untuk

perencanaan,

ditingkatkan

agar

dapat melayani peningkatan permintaan masyarakat.


Salah satu usaha dalam meningkatkan pengawasan dan penertiban penggunaan frekuensi radio adalah pelaksanaan pembangunan jaringan monitoring frekuensi radio nasional. Kegiatan
itu untuk tahap pertama mencakup pembangunan 3 buah Stasiun
Monitor Tetap HF dan VHF/UHF, 2 buah Stasiun Semi Tetap HF
dan 16 buah Stasiun Monitor Bergerak HF dan VHF/UHF. Dengan
adanya

penambahan

pengawasan

peralatan

penggunaan

ditingkatkan.

Untuk

tersebut,

spektrum

selama

frekuensi

meningkatkan

Repelita

radio

keterampilan

makin

dan

IV

dapat

efisiensi

operasi, sejumlah tenaga pelaksana telah pula dilatih dan ditambahkan di daerah-daerah.
Pemanfaatan peralatan telekomunikasi produksi dalam negeri telah pula ditingkatkan. Penggunaan perangkat telekomunikasi produksi dalam negeri meliputi antara lain Sentral Telepon

Otomat/Digital

(STO/STD),

Sambungan

Telepon

Kendaraan

Bergerak (STKB), Stasiun Bumi Kecil (SBK) dan perangkat komunikasi

radio.

Perangkat

komunikasi

radio

dengan

tingkat

frekuensi antara 400 MHz - 1,5 GHz diutamakan penggunaannya


untuk meningkatkan hubungan antara daerah-daerah pedesaan dengan

ibukota

kecamatan.

Mutu

perangkat

telekomunikasi

pro-

duksi dalam negeri telah pula meningkat sehingga beberapa di


antaranya telah dapat dipasarkan di beberapa negara lain.
Adapun kapasitas prasarana telekomunikasi pada akhir Repelita IV dibandingkan akhir Repelita III dapat dilihat pada
Tabel 13-9.

226

TABEL 13 - 9
KAPASITAS TELEKOMUNIKASI
1983/84 dan 1988/89

No.

U r a i a n

1983/84

1988/89

1. Kapasitas Telepon Manual/Analog/


Otomat/Digital

666.133 sst

1.095.200 sst

2. Kapasitas Teleks

12.220 sstx

20.120 sstx

3. Jaringan Kabel (UPS)

394.150ssp

960.660 ssp

4. Kota dengan saran (SLJJ)

106 kota

5. Sambungan Langsung Internasional


(SLI)

58 negara

113 kota
127 negara

6. Transmisi Satelit :
. SBB/SBS/SBK/SBM
. Retrofit Antenna
Kanal SCPC/FDMA/TDMA
. Palapa B1/B2P/B2R
. Saluran

7. Pencapaian Jangkauan Pelayanan


dari 3.541 kecamatan

97 buah
2 buah
25.730 kanal

1.407 Kec.

221 buah
24 lokasi
900 kanal
2 buah
38.833 kanal

2.069 Kec.

227

6. Meteorologi dan Geofisika


Dalam pelaksanaan Repelita IV pengembangan jasa meteorologi

dan

geofisika

telah

dapat

pula

ditingkatkan.

Sasaran

utama ditujukan pada bidang prasarana; hasilnya adalah pembangunan stasiun meteorologi sebanyak 5 unit, stasiun klimatologi 1 unit, stasiun geofisika sebanyak 2 unit, stasiun kerja
sama (Pos Pengamatan Meteo Pertanian Khusus, Pos Pengamatan
Iklim, Pos Pengamatan Penguapan dan Pos Pengamatan Hujan) sebanyak 586 buah, dan stasiun bumi satelit cuaca sebanyak 1
buah. Dengan tersedianya peralatan tersebut telah dapat ditingkatkan dan diperluas jaringan stasiun pengamat dengan lokasi yang lebih tersebar di semua daerah sehingga dapat digunakan untuk pelayanan operasi data meteorologi dan geofisika
selama 24 jam. Di samping itu dengan penggunaan teknologi
yang lebih maju telah dimungkinkan usaha peningkatan dan perluasan

inventarisasi

data

meteorologi

dan

geofisika

yang

lebih teliti berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki secara nasional. Selanjutnya telah ditingkatkan pula keterampilan tenaga ahli dalam pengelolaan jasa tersebut.
Pelaksanaan pembangunan tersebut pada akhir Repelita IV
telah

berhasil

mendekati

90%.

memberikan

ramalan

Pada

Repelita

akhir

cuaca
III

dengan

ketelitian

ketelitian

ramalan

baru mencapai 72,5%.


Dengan adanya peningkatan mutu penggunaan data ramalan
telah dapat ditingkatkan untuk menunjang pembangunan. Publikasi periodik yang dihasilkan mencakup informasi mengenai perubahan-perubahan

alam

yang

terjadi,

seperti

hujan,

angin,

gempa, iklim serta prakiraan dan ramalan cuaca, telah digunakan

secara

teratur

untuk

nian, dan informasi geofisika.


228

penerbangan,

klimatologi

perta-

Adapun peningkatan stasiun dan kemampuan peralatan yang


dimiliki pada akhir Repelita IV dibandingkan akhir Repelita III dapat dilihat dalam Tabel 13-10.

7. Pariwisata
Tujuan
diarahkan
patan

agar

pembangunan

dapat

berusaha.

jungan

devisa.

telah

ke

pariwisata

memperluas

Selain

wisatawan

penerimaan
lain

utama

Indonesia

ditempuh

kesempatan

daripada

Untuk

dalam

itu

kerja

dan

peningkatan

diharapkan

mencapai

Repelita

akan

sasaran

langkah-langkah

kesem-

arus

kun-

meningkatkan

tersebut

yang

IV

antara

diarahkan

pada

pengembangan dan perluasan Daerah Tujuan Wisata (DTW). Dalam


kegiatan pengembangan DTW diusahakan selalu dijaga terpeliharanya keseimbangan dan keserasian dalam memanfaatkan kekayaan
alam dan budaya sebagai daya tarik menjadi objek wisata yang
terpadu.

Berkaitan

dengan

kegiatan

pembinaan

lingkungan

pertumbuhan
wisata,

usaha

langkah

wisata

kepariwisataan,

menyederhanakan

tersebut

perizinan,

dikembangkan

dengan

jalan

meningkatkan
memperluas

pula

mendorong

mutu

produk

pintu

masuk

wisata serta memberikan kemudahan izin dan masa tinggal kunjungan wisatawan asing.
Selama Repelita III telah mulai dilaksanakan pengembangan 10 DTW, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Dalam Repelita IV selain
melanjutkan

pengembangan

DTW

tersebut,

telah

diperkenalkan

pula 6 DTW lainnya yaitu propinsi-propinsi Aceh, Riau, Nusa


Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Kalimantan
Timur. Dalam Repelita IV telah dapat ditingkatkan kunjungan
wisatawan ke DTW-DTW tersebut. Keberhasilan usaha peningkatan

229

TABEL 13 - 10
KEADAAN STASIUN-STASIUN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
Tahun 1983/84 dan 1988/89
(buah)

No.

Jenis Stasiun

1983/84

1988/89

1.

Stasiun Meteorologi

107

112

2.

Stasiun Klimatologi

15

16

3.

Stasiun Geofisika

26

28

4.

Stasiun Kerjasama :

4.596

5.182

Pos Pengamatan
tanian Khusus
Pos Pengamatan
Pos Pengamatan
Pos Pengamatan
5.

230

Meteo per-)
)
Iklim
)
Penguapan )
Hujan
)

Stasiun Bumi Satelit Cuaca

kunjungan ke DTW-DTW tersebut terutama berkat adanya peningkatan pengembangan obyek wisata alam dan budaya, peningkatan
kerja sama perusahaan penerbangan Indonesia dengan perusahaan-perusahaan

penerbangan

negara

lain,

pembinaan

industri

pariwisata dan berkat pemberian kemudahan keimigrasian serta


bebas visa bagi wisatawan dari 32 negara. Di samping itu dalam Repelita IV juga ditingkatkan kegiatan-kegiatan pemasaran
di beberapa negara lainnya. Dalam hubungan ini dilakukan peningkatan kunjungan misi-misi budaya nasional dan partisipasi
dalam

pameran

dan

peristiwa-peristiwa

pariwisata

dunia.

Di

samping itu telah ditambah pula pintu masuk bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke negara kita. Berkat langkah dan
usaha tersebut di atas jangkauan pasar wisata kita telah dapat diperluas ke negara-negara Eropa Barat, Skandinavia, Korea Selatan, Taiwan, Australia dan Selandia Baru.
Tantangan yang dihadapi dalam upaya meraih peningkatan
arus

kunjungan

wisatawan

selama

Repelita

IV

antara

lain

adalah resesi dunia yang berkepanjangan dan semakin meningkatnya persaingan


khususnya dari

dari negara-negara

tujuan wisata

negara-negara tetangga.

lainnya,

Menghadapi kedua

hal

tersebut telah diupayakan pelaksanaan beberapa terobosan, misalnya

dengan

menambah

ke

obyek-obyek

langsung

dan

membuka

wisata

rute

seperti

penerbangan
Bali,

baru

Pontianak,

Kupang, Biak, Medan dan P. Batam. Untuk penerbangan ke obyekobyek wisata tersebut diberikan insentif berupa tarip penerbangan disertai perbaikan dalam pelayanan.
Beberapa tahun terakhir ini juga diupayakan untuk meningkatkan

kunjungan

wisatawan

terutama

dengan

memanfaatkan

peluang yang timbul sebagai akibat menguatnya nilai beberapa

231

mata uang asing terhadap rupiah. Di samping itu variasi produk wisata Indonesia akhir-akhir ini juga ditingkatkan, sehingga

mutu,

jenis

dan

nilai

jual

produk

wisata

meningkat

baik daya tariknya bagi para wisatawan maupun daya saingnya.


Untuk membantu meningkatkan pertumbuhan usaha di bidang
industri pariwisata juga telah diciptakan berbagai kemudahan
guna

meningkatkan

iklim

investasi.

Berbagai

penyederhanaan

peraturan perizinan bagi para pengusaha telah diberikan.


Salah

satu

bidang

untuk

ditingkatkan

pasar

konvensi

pemasaran

adalah

dan

yang

partisipasi

telah

diprioritaskan

nasional

pertemuan-pertemuan

dalam

pangsa

internasional.

Dalam

hubungan ini terus ditingkatkan usaha penggalakan "mice industry"

(meetings,

insentive

travels,

conventions,

exhibi-

tions) yang semakin berkembang dan telah banyak dilangsungkan


di Indonesia. Pangsa pasar ini diharapkan dapat menjadi pasar
potensial

yang

dapat

meningkatkan

kunjungan

wisatawan

asing

dan penerimaan devisa karena pengeluaran yang meningkat oleh


setiap wisatawan.
Berkat

pelaksanaan

pembangunan

di

bidang

pariwisata,

laju pertumbuhan kedatangan wisatawan asing sejak tahun 1983


menunjukkan

pertumbuhan

yang

terus

meningkat.

Pertumbuhannya

dalam tahun 1984 mencapai 9,3%, tahun 1985 mencapai 6,9%, tahun 1986 mencapai 10,1%, tahun 1987 mencapai 27,3% dan tahun
1988

mencapai

26,4%.

Negara

pasaran

utama

adalah

Jepang,

Eropa Barat, Amerika Utara, ASEAN, Australia dan negara Asia


Pasifik

lainnya.

Arus

kunjungan

wisatawan

asing

tahun

1983

dan tahun 1988 dapat dilihat pada Tabel 13-11.


Berkat
pengembangan

peningkatan
industri

peran

serta

pariwisata,

kalangan

dewasa

ini

swasta
telah

dalam

dibangun

sarana akomodasi yang memadai, antara lain berupa hotel yang


232

TABEL 13 - 11
ARUS KUNJUNGAN WISATAWAN ASING KE INDONESIA
1983 dan 1988
(orang)

T a h u n

1983

1988

Jumlah
Wisatawan

638.855

1.326.800

1) Angka sementara

233

berbintang. Jumlah hotel berbintang sampai tahun 1988 ada sebanyak 391 buah, tempatnya tersebar di 24 propinsi dan kapasitas seluruhnya sebanyak 29.253 kamar.

I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Sejalan dengan petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara,


peranan

Sektor

Perhubungan

dan

Pariwisata

dalam

Repelita

diarahkan untuk dapat mendorong tercapainya kenaikan produksi


barang

dan

pembangunan
nanya

jasa

di

seluruh

perhubungan

pemerataan

sektor

bertujuan

pembangunan

ke

pembangunan.
pula

seluruh

Selain

mendorong
wilayah

itu

terlaksaTanah

Air,

dengan mengutamakan pembangunan perhubungan untuk daerah pedesaan, daerah dan pulau terpencil, daerah transmigrasi dan
daerah

perbatasan.

Pelaksanaan

pembangunan

perhubungan,

di

samping akan memperlancar pelaksanaan roda perekonomian, juga


akan membantu usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dan usaha mewujudkan Wawasan Nusantara, serta dapat makin meningkatkan ketahanan nasional.
Sasaran

langsung

pembangunan

perhubungan

adalah

untuk

dapat memperlancar arus manusia, barang dan jasa serta informasi keseluruh penjuru Tanah Air. Sasaran itu dicapai dengan jalan meningkatkan pembangunan perhubungan darat, perhubungan laut dan perhubungan udara, telekomunikasi serta pos
dan giro. Di samping itu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan produktivitas prasarana dan saran perhubungan akan
ditingkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan di masing-masing subsektor.
Pembangunan

perhubungan

selama

Repelita

dilaksanakan

secara serasi dan terpadu, baik dalam lingkungan sektor per-

234

hubungan sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor pembangunan lainnya. Tercapainya keserasian dan keterpaduan

itu

diharapkan

akan

dapat

meningkatkan

hasil-hasilnya

berupa prasarana dan sarana yang memungkinkan terlaksananya


kegiatan-kegiatan perhubungan yang lebih luas, tertib, teratur, aman, lancar, cepat dan efisien dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Khusus bagi daerah pedesaan, daerah
dan pulau terpencil, daerah transmigrasi dan daerah perbatasan pelaksanaan pembangunan perhubungan akan ditingkatkan secara lebih serasi dan terpadu serta saling menunjang dengan
bidang-bidang lainnya.
Dalam

rangka

pengembangan

potensi

perhubungan

nasional

perlu dilaksanakan penyederhanaan peraturan di berbagai bidang perhubungan. Penyederhanaan peraturan di berbagai bidang
akan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat dan
peningkatan mutu pelayanan serta peningkatan efisiensi dalam
pengelolaan usaha perhubungan. Di samping itu langkah-langkah
yang juga perlu dilanjutkan adalah pengembangan dan pemanfaatan teknologi perhubungan yang tepat. Langkah lain yang
juga masih sangat diperlukan adalah penyelenggaraan pendidikan dan latihan untuk penyediaan tenaga kerja yang ahli dan
terampil. Dalam pendidikan dan latihan yang diselenggarakan
perlu diperhatikan pembinaan jiwa kebaharian dan kedirgantaraan. Selanjutnya prasarana dan sarana keselamatan dan keamanan perhubungan baik di darat, di laut maupun di udara
juga perlu terus ditingkatkan.
Adapun

rencana

pengembangan

dan

langkah

kebijaksanaan

yang akan dilaksanakan dalam masing-masing sub sektor adalah


sebagai berikut.

235

1. Perhubungan Darat
Pembangunan

perhubungan

darat

dalam

Repelita

dilan-

jutkan dengan tujuan agar dapat meningkatkan penyediaan, kemampuan, dan pelayanan angkutan jalan raya, angkutan kereta
api, serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutan di wilayah perkotaan. Langkah dan kebijaksanaan yang
ditempuh dalam Repelita V di bidang perhubungan darat adalah
seperti di bawah ini.
a. Jalan dan Jembatan
Kebijaksanaan

dan

langkah-langkah

di

bidang

Jalan

dan

Jembatan dalam Repelita V adalah melanjutkan kegiatan pembangunan jalan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan
di pusat-pusat pertumbuhan dan pusat-pusat produksi serta jalan yang menghubungkan daerah produksi dengan daerah pemasarannya.

Selain

dari

itu

diutamakan

pula

pembangunan

jalan

untuk membuka daerah terpencil dan jalan yang mendukung pengembangan

pemukiman

transmigrasi.

Pembangunan

jalan

dalam

kota yang lalu lintasnya sangat padat juga akan dilanjutkan


dan ditingkatkan.
Pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan selama Repelita V diarahkan agar pengembangannya dapat membentuk sistem
jaringan jalan yang terpadu yang terdiri dari jalan nasional,
jalan propinsi, jalan kotamadya dan jalan kabupaten. Keterpaduan

sistem

tersebut

dapat

mendukung

peningkatan

kemampuan

perhubungan darat yang lebih luas dan efisien diseluruh daerah. Dengan demikian sistem jaringan yang ada akan dapat melayani kebutuhan masyarakat secara optimal.
Sasaran

utama

pembangunan

jaringan

jalan

nasional

propinsi adalah meningkatkan kemampuan teknis jaringan jalan


236

dan

tersebut. Dengan peningkatan itu diharapkan pada akhir Repelita V jaringan jalan nasional dan propinsi yang telah berada
dalam kondisi mantap semakin meningkat. Di samping itu kegiatan pemeliharaan yang terencana dan berjadwal teratur akan
ditingkatkan sehingga jalan dapat dipertahankan dalam keadaan
baik. Mengingat sebagian besar dari jaringan jalan tersebut
mempunyai

fungsi

sebagai

jalan

arteri

dan

jalan

kolektor,

maka melalui program peningkatan diupayakan agar jaringan jalan

tersebut mempunyai

terlebih-lebih

mengingat

kemampuan teknis
jaringan

jalan

yang lebih

tinggi,

tersebut

melayani

angkutan jalan raya dengan daya angkut kendaraan yang besar.


Diharapkan jaringan jalan tersebut dapat menunjang kelancaran
angkutan dari pusat-pusat produksi ke daerah pemasarannya secara optimal.
Usaha-usaha tersebut di atas ini didukung dengan peningkatan kemampuan pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan sehingga dapat diperoleh mutu konstruksi yang semakin meningkat.
Tujuan
lita

utama

adalah

pembangunan

memperpanjang

jalan

kabupaten

jaringan

jalan

dalam

kabupaten

Repeyang

berada dalam kondisi mantap. Di samping itu melalui peningkatan kegiatan pemeliharaan yang teratur dan mantap kondisinya dapat dipertahankan. Dengan demikian dapat diperluas jaringan jalan dalam kondisi mantap dan terpadu yang akan mampu
mendukung perkembangan daerah-daerah produksi dan perkembangan

pemukiman,

termasuk

pemukiman

transmigrasi.

Peningkatan

kemampuan struktur dan geometri jalan kabupaten dalam Repelita V akan menjadi perhatian utama dan dilaksanakan secara
bertahap di semua daerah. Dengan usaha-usaha itu diharapkan
pada

akhir

Repelita

semakin

banyak

jalan

kabupaten

yang

berada dalam keadaan baik dan terpelihara.

237

Peningkatan tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan lalu


lintas yang terjadi di masing-masing ruas jalan. Untuk peningkatan

itu

dikembangkan

kemampuan

pelaksanaannya

di

ma-

sing-masing wilayah sekitar ruas jalan yang ditingkatkan sehingga

dapat memperluas

kesempatan kerja

bagi tenaga

kerja

setempat.
Tujuan

pembangunan

jalan

kotamadya

adalah

meningkatkan

kapasitas jaringan jalan di masing-masing kotamadya, sejalan


dengan meningkatnya fungsi pelayanan jalan dalam kota.
Dalam pembangunan jalan bebas hambatan (tol) dalam Repelita

diutamakan

penyelesaian

sasaran

Repelita

IV.

Biaya

pembangunannya dibebankan pada pemakai jalan melalui penerimaan biaya tol dan pengerahan tabungan masyarakat. Pembangunan jalan bebas hambatan dilaksanakan setelah dilakukan penelitian yang seksama mengenai manfaat dan biayanya secara keseluruhan.

Pelaksanaan

pembangunannya

mengikutsertakan

seba-

nyak mungkin modal masyarakat dan dunia usaha.


Demikianlah dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan pembangunan jalan dan jembatan selama pelaksanaan Repelita V mengusahakan

agar seluruh

jaringan jalan

dapat berfungsi

dalam

hubungan yang saling mendukung secara terpadu. Kegiatan masing-masing program diarahkan untuk menjadikan fungsi jaringan jalan sebagai suatu sistem jaringan prasarana yang meluas
dan terpadu sehingga dapat mengikat dan menghubungkan pusatpusat pertumbuhan dan pusat-pusat produksi dengan simpul-simpul jasa distribusi di semua daerah.
Dengan memperhatikan kemampuan yang dapat tersedia dalam
Repelita V, kapasitas masing-masing ruas jalan tahap demi tahap

ditingkatkan.

Peningkatannya

dilaksanakan

melalui

rapa kegiatan program pembangunan. Program rehabilitasi dan

238

bebe-

pemeliharaan jalan
hankan

kemampuan

jaringan

jalan

dan jembatan

ruas-ruas
nasional,

terutama bertujuan

jalan

strategis

propinsi,

dan

kabupaten

memperta-

mantap

dan

dalam

kotamadya.

Program rehabilitasi dan pemeliharaan meliputi kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berjangka, penunjangan dan rehabilitasi
dan

konstruksi

pemeliharaan

jalan

dan

ruas-ruas

jembatan.

jalan

juga

Selain

rehabilitasi

dilakukan

peningkatan

jalan dan penggantian jembatan agar dapat menampung arus lalu


lintas kendaraan yang terus tumbuh. Program peningkatan jalan
dan
yang

penggantian
perlu

jembatan

ditingkatkan

meliputi
serta

jalan

diupayakan

yang

sudah

mantap

dapat

pula

memper-

baiki keadaan jalan yang tidak mantap.


Pembangunan jalan baru akan diutamakan untuk dapat menembus daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jasa pelayanan perhubungan. Tujuannya adalah membuka daerah-daerah potensial agar dapat didorong pertumbuhan ekonominya dan kegiatankegiatan pembangunannya di bidang-bidang yang lain.
Rencana pembangunan di bidang jalan dan jembatan selama
Repelita V untuk masing-masing program adalah sebagai berikut.
(1)

rehabilitasi

dan

pemeliharaan

jalan

nasional

dan

propinsi sepanjang 188.010 km dan jembatan sepanjang


149.100 m, jalan dan jembatan kabupaten 323.500 km,
jalan dan jembatan kotamadya sepanjang 68.950 km.
(2)

peningkatan jalan dan jembatan nasional dan propinsi sepanjang 24.800 km dan 54.000 in, jalan dan jembatan kabupaten 45.153 km dan 80.000 m, jalan dan
jembatan kotamadya 1.100 km dan 15.000 in.

(3)

pembangunan baru jalan arteri sepanjang 500 km dan


jembatan

sepanjang

4.200

in,

jalan

dan

jembatan

kotamadya 344 km dan pembangunan jalan tol 295 km.


239

TABEL 13 - 12
RENCANA PROGRAM DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
UNTUK REPELITA V

No.

Satuan

Sasaran
Repelita V

a. Jalan Nasional dan Propinsi

km

188.010

b. Jalan Kabupaten

km

323.500

c. Jalan Kota

km

68.950

a. Jalan Nasional dan Propinsi


Jembatan

km
m

24.800
54.000

b. Jalan Kabupaten
Jembatan

km
m

45.153
80.000

c. Jalan Kota
Jembatan

km
m

1,100
15.000

Jenis Program

1. Rehabilitasi dan Pemeliharaan


Jalan dan Jembatan

2. Peningkatan Jalan dan Jembatan

3. Pembangunan Jalan dan Jembatan


a. Jalan Arteri
b. Jembatan

240

km
m

500
4.200

c. Jalan Kota

km

344

d. Jalan Tol

km

295

Perincian

program

pembangunan

jalan

dan

jembatan

dapat

dilihat pada Tabel 13-12.

b. Angkutan Jalan Raya


Kebijaksanaan pembangunan di bidang lalu lintas dan angkutan

jalan

Haluan

raya,

Negara,

sesuai

ditujukan

dengan
untuk

petunjuk

dapat

Garis-garis

meningkatkan

Besar

efisiensi

jasa angkutan jalan raya yang meliputi angkutan penumpang dan


muatan dalam kota, antar kota, dan antar daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam Repelita V dilakukan pembinaan dan
pengembangan jasa angkutan secara serasi dan terpadu dengan
memperhatikan fungsi pelayanan masing-masing jenis jasa angkutan. Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan jasa angkutan
jalan raya dalam Repelita V diutamakan untuk dapat meningkatkan

daya

guna

masing-masing

jenis

angkutan

dalam

mendukung

kelancaran mobilitas barang dan penumpang sehingga biaya angkutan dapat rendah sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Dalam
jasa

hubungan

angkutan

ini

dilakukan

peningkatan
dengan

efisiensi

menyempurnakan

pengelolaan

jaringan

ang-

kutan jalan raya yang terpadu yang terdiri dari jaringan lintas angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.
Dalam hubungan ini diperhatikan penggunaan ruang angkut dengan kendaraan yang sesuai, sehingga dapat menciptakan keteraturan dan keterandalan pelayanan angkutan

yang

didasarkan

pada kebutuhan masyarakat.


Dalam

rangka

usaha

meningkatkan

efisiensi

pengelolaan

jasa angkutan dikembangkan pula pengawasan kelaikan kendaraan


dengan penetapan spesifikasi teknis kendaraan, yaitu dimensi
dan berat kendaraan yang sesuai dengan kemampuan daya dukung
prasarana jalan.
241

Selain itu dalam usaha meningkatkan efisiensi jasa angkutan jalan raya, di masing-masing daerah dikembangkan terminal-terminal
angkutan,

baik

Pengelolaan
cara-cara

jalan

raya

angkutan

kawasan

yang

sebagai

penumpang

terminal

dapat

simpul

jaringan

maupun

tersebut

meningkatkan

distribusi

angkutan
diusahakan

efisiensi

jasa

barang.
dengan
angkutan

jalan raya. Untuk itu dalam pengembangannya dipadukan dengan


rencana pengembangan angkutan di masing-masing daerah. Kawasan terminal tersebut dapat pula dikembangkan menjadi pusatpusat pertumbuhan, baik untuk angkutan antar jenis perhubungan termasuk pengembangan terminal angkutan antar kota dengan
peti kemas. Dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan terminal tersebut didorong dan diberikan kesempatan yang seluas
luasnya keikutsertaan pihak swasta.
Dalam

Repelita

dilakukan

penyederhanaan

perizinan

usaha angkutan jalan raya, dengan mengutamakan pemberian perizinan sesuai dengan profesionalisme dalam berusaha. Masingmasing pengusaha jenis angkutan dapat menyediakan jasa angkutan dengan mempertimbangkan mutu pelayanan. Untuk itu perlu
terus diberikan pembinaan dan bimbingan kepada masing-masing
perusahaan dalam usaha meningkatkan kemampuan profesionalisme
berusaha melalui pemberian petunjuk tentang sistem pengelolaan angkutan jalan raya.
Salah

satu

langkah

yang

dapat

mendukung

keberhasilan

rencana tersebut adalah penyempurnaan Undang-undang Angkutan


Jalan Raya Tahun 1965. Penyempurnaan Undang-undang itu akan
dapat

membantu

meningkatkan

peranan

dan

fungsi

Dinas

Lalu

Lintas Angkutan Jalan Raya di masing-masing daerah. Dengan


penyempurnaan itu akan dapat tersusun mekanisme yang lebih
mantap dalam pembinaan dan pengembangan angkutan jalan raya.
Penyempurnaan Undang-undang Angkutan Jalan Raya Tahun 1965
242

diperlukan mengingat perkembangan teknologi angkutan dan teknologi

pembangunan

prasarana

jalan.

Penyempurnaan

itu

juga

diperlukan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas melalui


perbaikan teknik lalu lintas dan melalui peningkatan tanggung
jawab unsur pemakai jalan.
Dalam usaha meningkatkan keselamatan lalu lintas angkutan jalan raya, selama Repelita V akan dilakukan penambahan
rambu

lalu

lintas

sebanyak

63.140

buah,

lampu

persimpangan

jalan lebih dari 30@ unit dan marka jalan sepanjang 300.000
meter. Di samping itu dilakukan rehabilitasi jembatan timbang
11

buah,

perawatan

jembatan

timbang

175

buah,

relokasi

10

buah dan modifikasi jembatan timbang 8 buah. Selanjutnya akan


dilanjutkan

rehabilitasi

unit

pengujian

kendaraan

bermotor

mekanis sebanyak 7 unit dan perawatan sebanyak 55 unit.


Dalam Repelita V juga dilakukan pembinaan dan peningkatan efisiensi angkutan dalam kota secara terpadu dengan memperhatikan rencana pemekaran kota dan pengembangan pengelolaan lalu lintas angkutan kota. Di masing-masing kota dilakukan
rencana peningkatan kelancaran lalu lintas kota dengan memperhatikan
pengendalian

perbaikan
lalu

arus

lintas

lalu

lintas,

elektronis

pengembangan

terpadu,

sistem

penyempurnaan

dan penambahan rambu lalu lintas dan marka jalan, dan pembentukan unit pengendali lalu lintas kota secara terpadu. Sejalan dengan itu diperhatikan penyediaan prasarana bagi pejalan
kaki dan penyandang cacat tubuh serta jenis kendaraan tanpa
mesin, jembatan penyeberangan, dan perluasan tempat perhentian bus kota. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan kendaraan dalam kota, khususnya kendaraan pribadi, ditingkatkan pula
penyediaan angkutan umum dalam kota dengan kapasitas dan mutu
pelayanan yang semakin baik. Di samping itu dalam merangsang
penggunaan angkutan umum, khususnya dalam kota yang kepadatan
243

lalu lintasnya tinggi, disediakan jalur khusus bus kota dan


angkutan transit penumpang sehingga dapat dikurangi kepadatan
lalu lintas di jalur-jalur tertentu yang kapasitas pelayanannya semakin terbatas.
Dalam pengembangan sistem angkutan masal baru dan jenis
pelayanan baru lainnya perlu diteliti dan dikaji secara menyeluruh pengembangannya dilihat dari segi biaya pembangunan,
manfaat

dan

biaya

operasinya

agar

tidak

menimbulkan

beban

yang tidak wajar bagi masyarakat.

c. Angkutan Kereta Api.


Kebijaksanaan

pembangunan

perkeretapian,

sesuai

dengan

Garis-garis Besar Haluan Negara, dilanjutkan dengan meningkatkan daya angkut, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaannya agar dapat diandalkan oleh masyarakat sebagai angkutan
umum penumpang dan barang. Selanjutnya dalam meningkatkan pelayanan angkutan dalam kota dan antar kota diusahakan pula
peningkatan pengembangan sistem angkutan kereta api.
Dalam Repelita V pemanfaatan angkutan kereta api sebagai
jasa angkutan yang murah, aman dan hemat energi dikembangkan
secara

terpadu

dengan

angkutan

jalan

raya

dan

perhubungan

laut. Dengan keunggulan komparatif yang ada, sarana angkutan


kereta api dapat menyediakan kemampuan prasarana dan sarana
perhubungan yang sifatnya dapat melayani angkutan antar moda.
Pengembangannya dapat mendorong kelancaran perdagangan dalam
negeri dengan menyelenggarakan pelayanan angkutan yang berkesinambungan

dan

dengan

kapasitas

muatan

yang

besar

dari

pusat-pusat produksi ke pelabuhan ekspor. Pengembangan sistem


angkutan antar moda ini juga dapat mengurangi biaya angkutan

244

TABEL 13 - 13
PERKIRAAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API
SELAMA REPELITA V

Jenis Angkutan

Penumpang (ribuan)

Penumpang/km (jutaan)

Barang/ton (ribuan)

Barang/ton/km

1989

1994

52.518

65.647

8.020

9.987

11.416

16.553

2.708

4.002

245

serta

dapat

mempertahankan

mutu

barang

sampai

ke

tujuan

ekspor (label 13-13).


Pengembangan

pelayanan

kereta

api

memerlukan

dukungan

pengembangan teknologi pengepakan dan pengiriman dengan menggunakan peti kemas. Untuk itu dalam Repelita V dibangun dan
dikembangkan

beberapa

terminal

peti

kemas

yang

mempunyai

akses langsung pada angkutan kereta api ke pelabuhan ekspor.


Terminal-terminal tersebut antara lain berlokasi di Gede Bage
dan

Perujakan

(Jawa

Barat),

Solo

Jebres

(Jawa

Tengah)

dan

Rambipuji (Jawa Timur), Tebing Tinggi (Sumatera Utara), Kertapati (Sumatera Selatan), dan lokasi lain di Sumatera Barat.
Dengan

pengembangan

jasa

angkutan

ini

dapat

pula

dikurangi

beban lalu lintas angkutan jalan raya yang semakin meningkat


pada ruas-ruas jalan di wilayah-wilayah tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut dan agar angkutan kereta
api dapat memberikan jasa pelayanan yang bersaing, maka selama Repelita V terus diupayakan perbaikan efisiensi operasi,
melalui penekanan biaya dan peningkatan kemampuan operasi dan
pemeliharaan. Program pemeliharaan yang berjadwal dan teratur
dikembangkan

sehingga

dapat

mempertahankan

siap

guna

operasi

lokomotip dan bakal pelanting secara lebih efisien. Perbaikan


penjadwalan
pengawasan

operasi
operasi

kereta

api

dilakukan

dan

agar

peningkatan

dapat

pengendalian

meningkatkan

utili-

sasi dan produktivitas prasarana dan sarana yang ada. Di samping

itu

dilakukan

pula

rehabilitasi

dan

peningkatan

lintas

lintas utama yang produktif agar dapat meningkatkan kecepatan,

dan

mempertinggi

kapasitas

angkut

dengan

tetap

mengem-

bangkan sistem keselamatan operasi yang semakin mantap.


Untuk

dapat

langkah-langkah

mencapai

sasaran

kebijaksanaan

tersebut

pembangunan

dalam

Repelita

perkeretaapian

mencakup pemantapan struktur organisasi perusahaan menjadi


246

juga

perusahaan umum, agar makin mampu meningkatkan efisiensi dan


kegiatan

operasi

dan

pemeliharaan.

Dengan

demikian

angkutan

kereta api akan mampu melayani pertumbuhan permintaan masyarakat baik untuk angkutan penumpang maupun barang.
Prasarana
melaksanakan

dan

sarana

rehabilitasi

perkeretaapian
dan

ditingkatkan

pembangunan

jalan

dengan

kereta

api

sepanjang 1.835 km, peningkatan dan pemasangan jembatan bawah


sebanyak 175 buah dan jembatan atas 2.500 ton, rehabilitasi
lokomotip 739 buah dan penambahan lokomotip 50 buah, rehabilitasi

kereta

penumpang

2.009

buah

dan

penambahan

kereta

penumpang 272 buah, rehabilitasi gerbong barang 13.997 buah


dan pengadaan gerbong baru 300 buah, rehabilitasi dan pengadaan kereta rel listrik masing-masing 640 buah dan 136 buah
dan rehabilitasi kereta rel diesel 224 buah. Perincian pembangunan

prasarana

dan

sarana

tersebut

dapat

dilihat

dalam

Tabel 13 - 14.

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan


Pembangunan

angkutan

sungai,

danau

dan

penyeberangan,

sesuai petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara, perlu makin


ditingkatkan. Peningkatannya dilaksanakan baik sebagai sarana
angkutan yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian terpadu
dari angkutan jalan raya dan angkutan kereta api. Pembangunan
angkutan sungai, danau dan penyeberangan akan menunjang pembangunan di berbagai sektor dan daerah-daerah, khususnya daerah pemukiman penduduk di pedalaman dan daerah terpencil.
Selama Repelita V pembangunan di bidang angkutan sungai,
danau

dan

pelayanan

penyeberangan
pada

jalur

diutamakan

sungai,

danau

untuk
dan

lebih
jalur

meningkatkan
penyeberangan

yang ada, agar dapat memberikan pelayanan perhubungan yang


247

TABEL 13 - 14
SASARAN DI BIDANG PEMBANGUNAN PERKERETA APIAN
SELAMA REPELITA V

u r a i a n

1.

Satuan

Jumlah

Rehabilitasi, penggantian dan


Pembangunan jalan kereta api

( km )

1.835

2.

Pembangunan jembatan :
- Jembatan bawah
- Jembatan atas

(buah)
( ton )

175
2.500

3.

Lokomotip :
- Rehabilitasi/pemeliharaan
- Penambahan

(buah)
(buah)

739
50

(buah)
(buah)

2.009
272

- Rehabilitasi/pemeliharaan
- Penambahan

(buah)
(buah)

13.997
300

6.

K.R.L.
- Rehabilitasi/pemeliharaan
- Penambahan

(buah)
(buah)

640
136

7.

K.R.D.
- Rehabilitasi/pemeliharaan

(buah)

224

4.

Kereta Penumpang :
- Rehabilitasi/pemeliharaan
- Penambahan

5.

248

Gerbong

semakin meningkat. Untuk maksud tersebut dilakukan rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sarana angkutan, khususnya
penyelesaian pembangunan fasilitas dermaga pada lintasan-lintasan

yang

telah

dimulai

pembangunannya.

Juga

dikembangkan

penambahan jalur-jalur baru yang dapat membuka isolasi daerah,

terutama

yang

dapat

mendorong

pertumbuhan

lalu

lintas

yang mempunyai potensi untuk berkembang sehingga dapat tersedia jasa angkutan yang handal dan berjadwal teratur.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan jasa angkutan sungai,
danau dan penyeberangan juga direncanakan untuk menyempurnakan peraturan perundang-undangan, khususnya yang mencakup ketentuan pemuatan kapal, penetapan izin trayek dan rincian tujuan pelayaran. Selain itu akan diadakan peraturan yang dapat
mendorong
dan

pengusaha

keterampilan

pelayaran

pengemudi

untuk

kapal

meningkatkan

serta

pendidikan

meningkatkan

keleng-

kapan unsur keselamatan pelayaran agar kegiatan angkutan di


wilayah

perairan

pedalaman

terlaksanakan

dengan

lancar

dan

aman.
Dalam

Repelita

penyediaan

sarana

angkutan

sungai,

danau dan penyeberangan akan semakin diperluas dengan mengikutsertakan

dunia

usaha

swasta

dan

koperasi

serta

mening-

katkan usaha angkutan tradisional rakyat.


Sasaran

yang

direncanakan

dalam

Repelita

adalah

pe-

ningkatan dan pembangunan dermaga dan terminal penyeberangan


sebanyak 65 unit di 48 lintasan penyeberangan dan rehabilitasi

dermaga

penyeberangan

sebanyak

16

unit.

Juga

dilakukan

pembangunan dermaga danau sebanyak 10 unit dan rehabilitasi


dermaga 4 unit. Selain itu juga direncanakan pembangunan dermaga

sungai

sebanyak

14

unit

dan

rehabilitasi

dermaga

22

unit, serta pengadaan dan pemasangan rambu sungai dan laut

249

TABEL 13 - 15
SASARAN DI BIDANG PEMBANGUNAN FASILITAS ANGKUTAN SUNGAI
DANAU DAN PENYEBERANGAN SELAMA REPELITA V

Jumlah

U r a i a n

a. Prasarana :
1.

Terminal/dermaga penyeberangan Rehabilitasi - Pembangunan

16 unit 65
unit

2.

Dermaga

danau

Rehabilitasi

4 unit

Pembangunan
3.

Dermaga

sungai

Rehabilitasi

10
unit

Pembangunan

22 unit 14
unit

4. Rambu Sungai dan Taut

4.668 buah

b. Sarana

1. Rehabilitasi kapal penyeberangan


2. Kapal penyeberangan

250

18 buah
8 buah

sebanyak 4.668 buah. Perincian pembangunan prasarana tersebut


dapat dilihat da].am Tabel 13 - 15.

2. Perhubungan Laut
Sesuai dengan petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara,
pembangunan perhubungan laut akan dilanjutkan untuk dapat meningkatkan pelayanan angkutan laut agar makin mampu menghubungkan seluruh wilayah Tanah Air. Di samping itu pembangunan
perhubungan laut juga bertujuan mendorong pertumbuhan perdagangan serta meningkatkan daya saing dan pemasaran hasil produksi dalam negeri baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sejalan

dengan

itu

pelayaran

nasional

untuk

angkutan

laut dalam negeri akan ditingkatkan kemampuan dan peranannya.


Diusahakan agar pelayaran nasional dapat saling mendukung dan
membentuk

kesatuan

armada

angkutan

yang

tangguh

sehingga

dapat mendorong peningkatan perdagangan antar pulau dan perdagangan luar negeri.
Pelayaran nasional luar negeri direncanakan ditingkatkan
kemampuan, peranan dan daya saingnya, terutama dalam pengangkutan barang ekspor. Usaha pelayaran rakyat dan pelayaran perintis terus pula dibina dan dikembangkan agar jasa angkutan
laut ini makin dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dan dapat mendorong pertumbuhan perdagangan dan pemasaran hasil

produksi,

terutama

dari

dan

ke

daerah-daerah

terpencil

dan dapat pula mendorong pertumbuhan usaha-usaha pengangkutan


laut setempat. Untuk menunjang hal tersebut khusus untuk pelayaran

perintis

direncanakan

pengikutsertaan

usaha

angkutan

swasta dan koperasi dalam melayani angkutan perintis dengan


tarif yang terjangkau oleh masyarakat didaerah-daerah ter-

251

pencil. Pengelolaan fasilitas pelabuhan dan jasa perhubungan


laut lainnya makin ditingkatkan pula agar menjadi lebih efisien dan lebih berdaya guna dalam menunjang kelancaran dan
keselamatan angkutan laut.
Langkah-langkah

kebijaksanaan

pembangunan

perhubungan

laut dalam Repelita V diarahkan pada usaha-usaha meningkatkan


efisiensi

dan

efektivitas

pemanfaatan

prasarana

dan

sarana

jasa angkutan laut. Dalam hubungan ini diutamakan peningkatan


peran dunia usaha pelayaran nasional, agar makin mampu menyediakan

jasa

kebutuhan

angkutan

angkutan.

sesuai

Untuk

dengan

itu

perkembangan

antara

lain

permintaan

akan

diciptakan

iklim usaha yang akan mendorong dunia usaha pelayaran untuk


meningkatkan jumlah kapal sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan angkutan laut.
Sehubungan dengan yang tersebut di atas ini dalam Repelita V dilanjutkan dan ditingkatkan upaya-upaya penyempurnaan
dan penyederhanaan peraturan dan kelembagaan yang menyangkut
organisasi

pelayaran

nasional,

struktur

industri

pelayaran

dan kepelabuhan. Langkah tersebut bertujuan agar perhubungan


laut makin mampu mendukung usaha-usaha pembangunan di sektor
lainnya, makin mampu menekan biaya angkutan laut semaksimal
mungkin

dan

makin

mampu

merangsang

pertumbuhan

perdagangan

dalam dan luar negeri. Dalam hubungan ini salah satu usaha
yang akan dilaksanakan ialah meningkatkan keterpaduan penyelenggaraan kegiatan informasi mengenai muatan dengan informasi

mengenai

persediaan

ruang

kapal

agar

penyelenggaraan

transaksi muatan dan ruang kapal makin lancar.


Sejalan dengan

peningkatan peran

dunia usaha

pelayaran

nasional, dilakukan pula peningkatan kemampuan armada kapal

252

nasional dalam menangani angkutan peti kemas. Peningkatan kemampuan tersebut dimaksudkan untuk mendorong pelaksanaan sistem angkutan laut yang terpadu melalui pelaksanaan kerja sama
konsesi angkutan antar usaha pelayaran. Dengan adanya kerja
sama dalam penggunaan angkutan peti kemas dunia usaha akan
makin dapat menekan biaya angkutan. Dalam hubungan itu perlu
ditingkatkan

kemampuan

dan

efisiensi

perusahaan

ekspedisi

muatan, perusahaan jasa bongkar muat dan perusahaan jasa angkutan darat.
Pada akhir Repelita V muatan laut diperkirakan akan mencapai 12 juta ton untuk pelayaran nusantara, 4,5 juta ton untuk pelayaran lokal, 3,4 juta ton untuk pelayaran rakyat dan
22,4 juta ton untuk pelayaran luar negeri. Sehubungan dengan
itu selama Repelita V diperkirakan penggantian dan penambahan
armada pelayaran nusantara sebesar 168.400 dwt. Dalam armada
pelayaran lokal diperkirakan penambahan kapasitas kapal sebesar 79.500 brt dan dalam pelayaran rakyat diharapkan ada penambahan kapasitas sebesar 63.590 brt. Sejalan dengan pertumbuhan pusat-pusat industri, dalam pelayaran khusus dalam negeri diperkirakan penambahan kapasitas sebesar 119.800 DWT.
Dengan

keterpaduan

langkah-langkah

seperti

diuraikan

terdahulu serta dengan peningkatan efisiensi pola trayek dan


arus

muatan

kapal

maka

diperhitungkan

produktivitas

armada

Pelayaran Nusantara akan mencapai 15 ton/dwt/tahun, pelayaran


lokal 17 ton/brt/tahun dan pelayaran rakyat 22 ton/brt/tahun.
Perkiraan

pengembangan

armada

laut

selama

Repelita

dapat

dilihat pada Tabel 13 - 16.


Dalam rangka pembangunan pelabuhan laut akan dilanjutkan
rehabilitasi dan pemeliharaan dermaga dan fasilitas pelabuhan, dan dilanjutkan pembangunan dan peningkatan dermaga pelabuhan. Sesuai dengan perkiraan pertumbuhan muatan laut selama
253

TABEL 13 - 16
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN ARMADA LAUT
SELAMA REPELITA V

Jenis Armada

Penambahan dan Penggantian


selama Repelita V

Pelayaran Nusantara:
1. Armada Niaga Nusantara

(DWT)

2. Kapal Penumpang

(BRT)

3. Armada Pelayaran Lokal

(DWT)

4. Armada Pelayaran Rakyat

(BRT)

5. Armada Pelayaran Khusus

(DWT)

168.400
40.000
79.500
63.590
119.800

254

Repelita V antara lain di pelabuhan-pelabuhan Tanjung Priok,


Semarang, Belawan, Surabaya, Panjang, Ujung Pandang, Teluk Bayur,
Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Balikpapan dan

Dumai

dibangun pelabuhan peti kemas. Selain dari pada itu, 31 pelabuhan


lainnya terus dikembangkan sehingga pada akhir Repe-lita V di
negara

kita

akan

tersedia

kapasitas

dermaga

pela-

buhan sepanjang 16.539 m. Di samping itu dalam rangka mempertahankan produktivitas dan mutu pelayanan kegiatan pemeliharaan di seluruh pelabuhan akan ditingkatkan.
Pengerukan

kedalaman

pelabuhan

dan

beberapa

alur

pe-

layaran yang potensial di 19 lokasi ditingkatkan. Diperkirakan

volume

juta

lumpur

m3 setiap

yang

dikeruk

tahunnya. Untuk

rata-rata

akan

berjumlah

meningkatkan kemampuan

15

keruk

diadakan penggantian dan modifikasi kapal keruk. Sasaran dalam

pengembangan

fasilitas

pelabuhan

dan

pengerukan

selama

Repelita V dapat dilihat pada Tabel 13 - 17.


Dalam
ditingkatkan

Repelita
melalui

pengembangan

penyempurnaan

keselamatan
peraturan

maritim

keselamatan

juga
pe-

layaran, pengawasan laik laut kapal, penertiban dan penegakan


hukum di laut serta peningkatan keandalan sarana bantu navigasi dan telekomunikasi maritim. Di samping itu, secara bertahap

akan

direhabilitasi

dan

ditingkatkan

kapal

kesyahban-

daran sebanyak 18 buah, kapal navigasi 22 buah. Demikian juga


peralatan penunjang lainnya seperti menara suar 32 buah, pelampung suar 80 buah, sarana operasi telekomunikasi di 6 lokasi.

3. Perhubungan Udara
Garis-garis

Besar

Haluan

Negara

menegaskan

agar

perhu-

bungan udara makin ditingkatkan kemampuan dan pengelolaannya.


255

TABEL 13 - 17
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS
PELABUHAN DAN PENGERUKAN
SELAMA REPELITA V

Jenis Fasilitas

256

Satuan

Repelita V

1. Dermaga

( M )

4.910

2. Gudang

( M2)

53.750

3. Lapangan Penumpukan

( M2)

67.200

4. Lapangan Peti Kemas

( M2)

80.000

1. Pengerukan rutin

(ribu m3)

75.250

Langkah kebijaksanaan yang perlu ditempuh dalam Repelita V


khususnya dalam perhubungan udara dalam negeri adalah meningkatkan perhubungan udara perintis. Diusahakan agar jasa angkutan ini dapat menjangkau semua daerah dan pulau terpencil,
terutama yang belum dihubungkan oleh jaringan angkutan darat
dan laut. Dalam pada itu penerbangan nasional luar negeri makin ditingkatkan mutu pelayanan dan daya saingnya agar dengan
demikian dapat meningkatkan arus kunjungan wisata dan dapat
menambah penghasilan devisa.
Selama
akan

jasa

Repelita
angkutan

diperkirakan

udara

dalam

pertumbuhan

negeri

meningkat

permintaan
rata-rata

8,6% setiap tahunnya, angkutan udara internasional 9,1% setiap tahunnya dan angkutan perintis 11,2% setiap tahunnya.
Untuk dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan tersebut, dalam
Repelita V kemampuan jasa angkutan udara perlu ditingkatkan
terutama dengan jalan meningkatkan keterpaduan antara pembangunan prasarana dan pengadaan sarana angkutan udara.
Sejalan dengan itu rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana angkutan udara ditingkatkan melalui pemeliharaan dan peningkatan landasan serta pengadaan peralatan keselamatan lalu lintas penerbangan. Peningkatan rehabilitasi dan
pemeliharaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana angkutan udara yang sudah ada untuk
memenuhi permintaan masyarakat.
Selain dari itu ditingkatkan pula kemampuan operasional
pengelolaan jasa pelabuhan udara untuk memperlancar arus lalu
lintas penumpang dan barang. Dalam Repelita V semakin ditingkatkan

keteraturan

pelayanan,

mutu

pelayanan

dan

ketepatan

jadwal penerbangannya. Peningkatan dalam hal-hal itu akan dapat mendorong penyediaan jasa angkutan yang saling mendukung,

257

yaitu tersedianya kapasitas tempat duduk dan ruang angkut barang yang sesuai dengan pola jaringan penerbangan. Dengan demikian diperoleh peningkatan utilisasi pesawat sesuai dengan
keseimbangan antara permintaan dan penyediaan kapasitas angkutan.
Untuk

mendukung

penyederhanaan

sasaran

peraturan

tersebut

agar

dapat

diatas

akan

memberikan

diadakan

kesempatan

yang lebih luas kepada dunia usaha penerbangan nasional untuk


meningkatkan jasa angkutan. Dalam hubungan ini akan diusahakan untuk meningkatkan pangsa usaha penerbangan nasional dalam melayani rute regional luar negeri jarak pendek dan rute
utama dalam negeri. Penggunaan pesawat produksi dalam negeri
akan-didorong dengan tetap memperhatikan pentingnya angkutan
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional.
Menyadari akan luasnya wilayah Tanah Air, serta keadaan
dan

tingkat

pembangunan

daerah

yang

berbeda-beda,

angkutan

perintis akan lebih ditingkatkan lagi pembangunannya. Dalam


Repelita V akan semakin ditingkatkan peranan angkutan perintis dalam menyediakan jasa angkutan ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Dalam peningkatan peranan penerbangan perintis akan diutamakan peningkatan jaringan penerbangan yang
dimaksudkan untuk mendukung tugas-tugas pelaksanaan pemerataan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut direncanakan
untuk mengembangkan pelayanan angkutan perintis udara ke daerah terpencil secara terpadu dengan sektor pembangunan lainnya, khususnya dalam pengiriman tenaga pendidik dan tenaga
pelayanan kesehatan. Pengembangan kemampuan sumber daya manusia di tempat-tempat yang masih terisolir, seperti halnya di
wilayah

Irian

Jaya

dan

Kalimantan,

sangat

tergantung

dari

tersedianya jasa angkutan tersebut. Pengembangannya dilaksanakan dengan memanfaatkan jenis pesawat yang lebih sesuai dan
258

efisien

sehingga

dapat

tersedia

jasa

pelayanan

yang

aman,

lancar dan teratur, dan dengan memberikan kesempatan kepada


dunia usaha penerbangan swasta untuk meningkatkan pelayanannya.
Perusahaan

penerbangan

nasional

milik

pemerintah

akan

mengisi jalur penerbangan berjadwal internasional. Selama Repelita

tersebut

terus

dilakukan

mampu

upaya

meningkatkan

agar

pangsa

perusahaan

penerbangan

kapasitasnya

melayani

penerbangan internasional. Sasaran utama ditujukan untuk meningkatkan angkutan para wisatawan dari mancanegara yang datang berkunjung ke Tanah Air. Dalam hubungan ini ditingkatkan
kerja sama yang semakin serasi dan terpadu dengan kegiatan
pemasaran pariwisata, sehingga tersedia jalur pelayanan yang
berkesinambungan
strategis

dan

sampai

ke

potensial

daerah

terus

tujuan

wisata.

ditingkatkan

dan

Rute-rute

dikembangkan

sehingga dapat tersedia jasa angkutan yang bersaing. Perusahaan

penerbangan

benua

Eropa,

nasional

Amerika,

terutama

menyediakan

Australia,

dan

negara

pelayanan

ke

Jepang

dan

Selandia Baru.
Pembangunan

dan

peningkatan

peralatan

keselamatan

lalu

lintas penerbangan, yaitu peralatan keselamatan bergerak, telekomunikasi,

navigasi

dan

listrik,

direncanakan

diperluas

dan dilengkapi agar dapat beroperasi dengan mantap dalam menunjang

keamanan

dan

kelancaran

arus

penerbangan.

Kegiatan

ini diutamakan untuk mendukung peningkatan keselamatan penerbangan internasional, khususnya di pintu-pintu masuk kunjungan

arus

memenuhi

kepariwisataan.
standar

Kegiatan

keselamatan

ini

bertujuan

penerbangan

untuk

dapat

internasional

untuk

menunjang operasi penerbangan yang lebih efisien dan efektif.

259

Sejalan dengan itu direncanakan pula untuk meningkatkan


kapasitas armada udara dengan penambahan sebanyak 11 buah pesawat dan landasan serta fasilitas terminal dan pergudangan
sesuai dengan jenis pesawat yang dapat mendaratinya. Rencananya sebanyak 6 bandar udara dapat didarati pesawat udara sejenis B-747,10

bandar udara

dapat melayani

pesawat sejenis

DC-10/A-300, 22 bandar udara bisa menampung operasi pesawat


sejenis DC-9/B-737,
sejenis

F-28

dan

39 bandar
63

bandar

udara dapat
udara

dapat

didarati pesawat
melayani

pesawat

sejenis F-27/ CM-235.


4. Pos dan Giro
Pembangunan pos dan giro, sesuai dengan petunjuk Garisgaris Besar Haluan Negara, terus dilanjutkan untuk makin meningkatkan kemampuan, efisiensi dan keandalannya dalam melayani kebutuhan masyarakat. Khususnya pembangunan pos dan giro
di semua kecamatan ditingkatkan sehingga jasa pos dan giro
makin menjangkau desa-desa, termasuk daerah pemukiman transmigrasi dan daerah terpencil lainnya.
Selama Repelita V pertumbuhan produksi lalu lintas pos
dan giro diperkirakan rata-rata sekitar 12% per tahun. Direncanakan

untuk

memantapkan

terbentuknya

dan

terselenggaranya

sistem perposan nasional yang efisien, efektif dan andal dengan

jalan

pengelolaan
Untuk

meningkatkan
dan

mencapai

profesionalisme,

pengawasan
hal

dalam

tersebut,

ditingkatkan pemantapan

waktu

kemampuan

penyelenggaraan

selama

Repelita

operasi,

pelayanan.
V

semakin

tempuh surat dan paket pos

secara optimal.
Peningkatan

pemantapan

itu

akan

dilaksanakan

melalui

restrukturisasi jaringan perhubungan pos, peningkatan pema-

260

kaian peralatan mekanis di loket-loket pelayanan pos, pemasyarakatan

standardisasi

sampul

surat

dan

penyebarluasan

penggunaan sistem kode pos Indonesia.


Juga direncanakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan membuka jenis-jenis pelayanan baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya yang mempunyai potensi untuk berkembang. Langkah yang akan dilaksanakan antara lain memberikan kemudahan-kemudahan baru melalui jasa pos untuk pembayaran iuran televisi, pembayaran listrik dan telepon, pembayaran
pajak,

penerimaan

penyetoran

angsuran

perumahan

KPR/BTN

dan

pembayaran premi asuransi jiwa dan kecelakaan.


Peningkatan untuk pelayanan antara lain diusahakan melalui

peningkatan

pembinaan

kemampuan

tenaga

kerja

pos,

baik

karyawan perusahaan maupun tenaga kerja tidak langsung, khususnya tenaga pelayanan di desa-desa, daerah pemukiman transmigrasi dan daerah-daerah terpencil. Dengan peningkatan pembinaan itu mereka akan makin dapat membantu meningkatkan kelancaran pos sampai ke tempat-tempat tujuan yang terpencil.
Peran serta usaha swasta juga diupayakan agar semakin meningkat, khususnya dalam melayani pengiriman jenis surat pos tertentu. Peningkatan peran serta usaha swasta diharapkan akan
mendorong jasa angkutan pos untuk semakin meningkatkan daya
saingnya.
Di samping itu akan ditingkatkan pula kerja sama dengan
pengelola pos di negara lain, baik ditingkat regional maupun
internasional agar dapat membantu makin memantapkan jaringan
pos dunia. Diupayakan pula adanya kerja sama yang semakin meningkat dalam melayani pos remaja dan pramuka serta pengembangan potensi philately sebagai sarana peningkatan hubungan
pos internasional. Sejalan dengan itu akan semakin ditingkat-

261

kan produk-produk perangko baru yang dapat memperluas pengenalan alam, nilai budaya bangsa dan obyek-obyek wisata agar
dapat semakin memupuk dan meningkatkan rasa cinta Tanah Air,
khususnya bagi remaja dan pemuda, dan untuk promosi wisata di
luar negeri.
Selama Repelita V direncanakan pembangunan sebanyak 820
kantor pos, kantor pos pembantu dan kantor pos tambahan.
Adapun perincian sasaran pembangunan prasarana dan sarana pos dan giro selama Repelita V dapat dilihat dalam Tabel
13 - 18.

5. Telekomunikasi
Garis-garis Besar Haluan Negara menggariskan bahwa pembangunan

telekomunikasi

meningkatkan

jangkauan

dalam
dan

Repelita

mutu

dilanjutkan

pelayanannya

dengan

untuk

memper-

luas jaringan dan sambungan telekomunikasi serta meningkatkan


efisiensinya. Sejalan dengan itu dikembangkan fasilitas telekomunikasi umum yang makin tersebar dan menjangkau masyarakat
banyak baik diperkotaan, pedesaan maupun didaerah-daerah terpencil. Untuk itu warung telekomunikasi (wartel) akan ditambah jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
dilokasi-lokasi
giatan

perdagangan,

masyarakat

(pusat

industri,

pariwisata,

perbelanjaan,

pusat

ke-

terminal-terminal

angkutan, kampus dan lain-lain) serta daerah rawan bencana.


Permintaan

akan

jasa

telekomunikasi

selama

Repelita

IV

semakin meningkat, setiap tahun rata-rata tumbuh dengan 12% 15%. Hal itu merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam
Repelita V. Dengan demikian terdapat perbedaan yang semakin
besar antara kapasitas telepon yang tersedia dengan permintaan masyarakat.
262

TABEL 13 - 18
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS POS DAN GIRO
SELAMA REPELITA V

U r a i a n

Satuan

Sasaran
Repelita V
(buah)

1. Pembangunan Kpp/Kptb

buah

805

2. Pembangunan Kp/Kpb.

buah

15

3. Pembangunan Kantor Kepala Daerah


Pos

buah

4. Pembangunan Kantor Pos Ibu Kota

buah

a. Mobil/Kendaraan pos

unit

300

b. Sepeda Motor

unit

1.500

Pengadaan Bis Surat

buah

2.500

buah

500

5. Pos Keliling dan Angkutan Lokal :

b.

7. Timbangan Elektronik

263

Menjelang akhir Repelita IV jumlah permintaan yang belum


terlayani hampir mendekati jumlah kapasitas telepon yang telah dibangun sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV. Untuk dapat memenuhi permintaan sambungan telepon dalam Repelita V dilakukan penambahan kapasitas secara bertahap.
Pada tahap pertama peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi dalam negeri dipenuhi dengan menyelesaikan pembangunan
telepon digital dan analog sebanyak 600.410 satuan sambungan
telepon (sst), telepon umum 15.000 sst dan teleks 6.620 sstx.
Sasaran-sasaran tersebut adalah kegiatan yang merupakan lanjutan pelaksanaan Repelita IV. Diharapkan sasaran-sasaran ini
dapat diselesaikan pembangunannya dalam Repelita V mengingat
persiapan perencanaan dan perekayasaannya secara bertahap telah dilakukan. Untuk menunjang pembangunannya dalam menambah
sambungan
luasan

telepon

jaringan

kepada

kabel

masyarakat,

dan

dilanjutkan

transmisi

darat,

pula

laut,

per-

transmisi

satelit dan penambahan stasiun bumi.


Dalam

sasaran

tersebut

di

atas

pada

tahap

selanjutnya

dalam Repelita V akan dilaksanakan pula langkah-langkah persiapan untuk meningkatkan jumlah sambungan telepon. Dalam hubungan ini dilakukan langkah-langkah persiapan bagi perencanaan

lokasi,

fasilitas

pendukungnya

serta

perekayasaannya

yang terpadu. Dengan demikian diharapkan dapat menambah sambungan telepon sebanyak 799.590 sst, sambungan teleks 15.200
sst, telepon pedesaan 5.000 sst dan telepon umum 27.000 sst.
Untuk

ini

perlu

pelaksanaannya

ditingkatkan

dan

peningkatan

keterpaduan
kerja

pengendalian

sama

antara

dalam

industri

konstruksi, industri telekomunikasi, industri kabel, jasa kerekayasaan

dan

perangkat

pendukung

lainnya.

Dengan

keterpaduan ini dapat diharapkan pelayanan telekomunikasi

264

langkah

dalam negeri secara bertahap mampu memberikan tambahan satuan


sambungan telepon sebesar 1.400.000 satuan sambungan.
Pelaksanaan

pembangunan

ini

memanfaatkan

sebesar-besar-

nya produksi dalam negeri dan kemampuan sumber daya dalam negeri. Dalam memperluas kapasitas sentral telepon pada tahap
kedua dalam Repelita V sedang dipersiapkan kemungkinan penggunaan sistem telepon digital kedua untuk melengkapi perpaduan teknologi telekomunikasi yang telah digunakan selama ini.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang sebesar besarnya dalam mewujudkan sistem telekomunikasi nasional melalui peningkatan mutu dan daya saing pemanfaatan teknologi sentral telepon.
Selain dari itu direncanakan pula untuk memperluas penyelenggaraan
perkembangan

telekomunikasi
teknologi

untuk

umum

telekomunikasi.

dengan

memanfaatkan

Pengembangannya

ditu-

jukan untuk meningkatkan efisiensi dalam administrasi pemerintahan,

mengembangkan

dunia

ilmu

pengetahuan,

mendorong

perkembangan dunia usaha dan investasi, meningkatkan kelancaran perdagangan dan pemasaran, memperluas penerangan serta
meningkatkan pembangunan pariwisata.
Untuk
negeri

meningkatkan

direncanakan

gerbang

pelayanan

penambahan

internasional,

jasa

telekomunikasi

pembangunan

pembangunan

sistem

sebuah

luar

sambungan

komunikasi

kabel

laut dengan negara ASEAN sejumlah 8 saluran, dan memperluas


jaringan

sambungan

langsung

internasional

yang

mencakup

27

ibukota propinsi dan dapat mencapai 150 negara sahabat.


Di bidang industri perangkat telekomunikasi direncanakan
peningkatan

produksi

telepon

digital

sebanyak

160.000

sst/

tahun, pesawat telepon 160.000 pesawat/tahun, pesawat telepon


umum 10.000 unit/tahun, sistem telepon kendaraan bermotor

265

2.000 unit/tahun, sistem telepon jarak jauh 1.000 sst/tahun,


sentral terbatas (PABX) 5.000 sst/tahun, transmisi PCM 6.000
alur/tahun dan stasiun bumi kecil 30 buah/tahun.
Rencana peningkatan prasarana dan sarana telekomunikasi
selama

periode

Repelita

secara

rinci

dapat

dilihat

pada

Tabel 13 - 19.
Dalam pelaksanaan rencana tersebut akan diperlukan dana
yang

sangat

besar.

Untuk

itu

dalam

upaya

mencapai

sasaran

tersebut, dunia usaha nasional yang terdiri dari usaha negara, koperasi dan usaha swasta diharapkan akan turut berperan
serta dalam mendukung pencapaian sasaran tersebut. Penanaman
modal oleh masyarakat, terutama penanaman modal dalam negeri
perlu di kembangkan untuk menunjang pembangunan telekomunikasi

juga.

Dalam

mengembangkan

peningkatan

peran

serta

dunia

usaha ini, dipersiapkan landasan-landasan operasional pengelolaannya.

Kerja

sama

yang

serasi

antara

usaha

negara

dan

usaha swasta akan dikembangkan. Di samping itu ditingkatkan


pengawasan
tungan

dan

yang

pengendaliannya
optimal

bagi

agar

dapat

masyarakat.

memberikan

keun-

Pelaksanaannya

tetap

memperhatikan kedudukan badan-badan usaha milik negara di bidang telekomunikasi selaku pengelola tunggal jasa telekomunikasi nasional.

6. Meteorologi dan Geofisika


Dalam menunjang keberhasilan pembangunan perhubungan dan
pembangunan

sektor-sektor

pembangunan

lainnya,

maka

Garis-

garis Besar Haluan Negara menegaskan bahwa pembangunan jasa


meteorologi dan

geofisika perlu

dilanjutkan untuk

menunjang

keselamatan masyarakat pada umumnya dan keselamatan pelayaran

266

TABEL 13 - 19
SASARAN PEMBANGUNAN FASILITAS TELEKOMUNIKASI
DALAM REPELITA V
No.

Jenis Kegiatan

Satuan

Sasaran

1. Telepon : - Analog
- Digital

sst
sst

20.000
580.410

2. Telepon Umum

sst

A.

Lanjutan Repelita IV

I.

Pelayanan Dalam Negeri

3. Teleks
II.

15.000
6.620

kota

lokasi

11

Penataan Penggunaan Frekuensi


1. Stasiun Pemantauan

B.

Repelita V
(Perencanaan/Perekayasaan/Pembangunan)

I.

Pelayanan Dalam Negeri

II.

Pelayanan Luar Negeri


1. Sambungan Langsung
Internasional

III.

sstx

1. Telepon : - Analog
- Digital

sst

799.590

2. Telepon Umum

sst

27.000

3. Teleks

sstx

15.200

4. Telepon Pedesaan

sst

5.000

Pelayanan Luar Negeri


1. Sambungan Langsung Internasional
- dalam negeri
- luar negeri

III.

kota
negara

20
150

Penataan Penggunaan Frekuensi


1. Stasiun Pemantauan

lokasi

39

267

dan penerbangan pada khususnya serta untuk kepentingan pembangunan di berbagai sektor. Untuk itu perlu ditingkatkan pembangunan sarana dan prasarana meteorologi dan geofisika, agar
dapat menunjang kegiatan di berbagai sektor yang membutuhkan
seperti

perhubungan,

pertanian,

perindustrian

dan

pertam-

bangan.
Langkah kebijaksanaan pembangunan selama Repelita V adalah,

pertama-tama

meningkatkan

kemampuan

Badan

Meteorologi

dan Geofisika untuk mengadakan analisis iklim. Dengan kemampuan analisis yang meningkat badan itu makin mampu membantu
pembangunan

sektor-sektor

produksi

dan

semakin

mampu

me-

ngurangi kecelakaan sebagai akibat gangguan alam terutama kecelakaan perhubungan laut atau udara. Dalam pada itu semakin
ditingkatkan pendidikan dan latihan tenaga terampil, demikian
juga penyediaan peralatan analisa dan informasi data.
Dengan

langkah-langkah

peningkatan

tersebut

Badan

Mete-

orologi dan Geofisika akan mampu menghasilkan prakiraan cuaca


dan

iklim

dengan

tingkat

ramalan

yang

semakin

teliti

dan

jangkauan yang semakin luas.


Dalam Repelita V juga ditingkatkan kerja sama dalam bidang

informasi

dan

analisa

dengan

badan-badan

internasional

dan regional. Kerja sama itu antara lain akan dimanfaatkan


untuk pendayagunaan teknologi yang dimiliki agar dapat menggali dan meneliti potensi sumber alam klimatologi dan geofisika dengan jangkauan yang seluas-luasnya.
Untuk

maksud

tersebut

sasaran

pembangunan

meteorologi

dan geofisika selama Repelita V adalah meningkatkan kemampuan


operasi

stasiun-stasiun

pendukungnya.

Di

pengamat

samping

itu

dengan

akan

menambah

dikembangkan

kelengkapan
pula

sistem

penyebaran informasi yang lebih baik sehingga data pengamatan

268

yang diperlukan dapat tepat dan cepat sampai pada pemakai jasa.

Pengembangan

sistem

tersebut,

selain

dilakukan

dengan

peralatan yang dimiliki, juga akan dilaksanakan dengan bekerja


sama dengan sistem informasi yang ada dalam masyarakat.
Di

bidang

kemampuan
harinya,

operasi

operasi

selama

stasiun

ditingkatkan

Repelita

pengamat

kecepatan

akan

menjadi

ditingkatkan

24

telekomunikasi

jam

setiap

sesuai

dengan

volume data yang masuk, dilaksanakan kalibrasi secara teratur


dengan meningkatkan sarana laboratorium dan akan ditingkatkan
pula

jaringan

pengamatan

meteorologi,

pengamatan

klimatologi

dan pengamatan geofisika yang ada. Di samping itu dalam rangka

meningkatkan

mutu

pelayanan

dan

produktivitas

prasarana

dan sarana yang ada kegiatan pemeliharaan akan ditingkatkan.


Adapun

sasaran

pembangunan

di

bidang

meteorologi

dan

geofisika selama Repelita V dapat dilihat dalam Tabel 13-20.

7. Pencarian dan Penyelamatan


Kemampuan

pencarian

dan

penyelamatan

sebagaimana

telah

ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara perlu lebih

ditingkatkan

koordinasi

serta

dengan

memperkuat

mengembangkan

organisasi,

kemampuan

tenaga

memantapkan
dan

sarana

agar dapat mengambil tindakan yang cepat dalam pencarian dan


penyelamatan

jiwa

manusia.

Untuk

itu

langkah

kebijaksanaan

yang direncanakan dalam Repelita V adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan aparatur dan lembaga masyarakat
yang mempunyai potensi untuk meningkatkan us-aha pencarian dan
penyelamatan. Dalam hubungan ini akan dikembangkan peningkatan kemampuan tenaga operasional melalui pendidikan dan latihan keterampilan. Dengan langkah ini akan dapat tersedia sumber

269

TABEL 13 - 20
SASARAN BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
SELAMA REPELITA V,
(1989/90-1993/94)

270

daya

yang

baik

yang

tangguh

dalam

disebabkan

menghadapi

unsur

kecelakaan

teknis,

gejala

dan

musibah,

gangguan

alam,

terutama kecelakaan perhubungan.


Peningkatan pelaksanaan tugas koordinasi akan dikembangkan

melalui

antara

tata

laksana

unsur-unsur

dan

peraturan

penunjangnya

dan

operasional

melalui

terpadu

penyebarluasan

petunjuk dan pedoman kerja ke seluruh daerah di Indonesia.


Untuk

maksud

tersebut

badan

pelaksana

SAR

di

wilayah

akan

semakin ditingkatkan kemampuan tata laksananya.

8. Pariwisata
Pembangunan
Haluan

Negara,

kepariwisataan,
terus

sesuai

dilanjutkan

dan

Garis-garis

Besar

ditingkatkan

dengan

mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi
masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Perlu diperhatikan
pula bahwa dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya

kepribadian

bangsa

dan

kelestarian

serta

mutu

lingkungan hidup. Selain itu pembangunan kepariwisataan perlu


dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisataan dan antar usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah
dan besar agar dapat saling menunjang.
Dalam

Repelita

pariwisata

dalam

negeri

terus

dikem-

bangkan dan diarahkan untuk dapat memupuk rasa cinta Tanah


Air

dan

bangsa

serta

menanamkan

jiwa,

semangat

dan

nilai-

nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan

271

dan kesatuan nasional di samping untuk meningkatkan kegiatan


ekonomi. Langkah dan usaha pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri selama Repelita V ditujukan pula untuk
meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa, memperkenalkan kekayaan peninggalan sejarah serta keindahan alam termasuk alam
bahari di berbagai daerah di seluruh pelosok Tanah Air. Sehubungah dengan itu pelayanan dan penyelenggaraan wisata untuk
masyarakat terutama remaja dan pemuda perlu ditingkatkan.
Mengingat hal-hal tersebut di atas dalam rangka pembangunan

kepariwisataan

langkah-langkah
obyek-obyek

yang

dalam
terarah

Repelita
dan

wisata, peningkatan

terpadu

perlu

ditingkatkan

dalam

pengembangan

dan penambahan

DTW, pening-

katan produk pariwisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk lebih menambah
lama tinggal wisatawan serta dalam rangka diversifikasi produk dan atraksi wisata, diperkenalkan konsep Wilayah Tujuan
Wisata (WTW), yaitu suatu wilayah yang meliputi beberapa Provinsi atau DTW yang berdekatan, dirangkai menjadi suatu paket
wisata yang terintegrasi dan saling mengisi. Sehubungan dengan itu selanjutnya perlu ditingkatkan pendidikan dan latihan kepariwisataan agar dapat menyediakan tenaga yang terdidik

dan

terampil.

peningkatan

Hal

prasarana

yang

dan

tidak

sarana

kalah

serta

pentingnya

mutu

dan

adalah

kelancaran

pelayanan dalam penyelenggaraan pariwisata.


Keberhasilan

pembangunan

kepariwisataan

sangat

ditentu-

kan oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat dan untuk hal


tersebut
dan

perlu

ditingkatkan

melalui

pembinaan kelompok-kelompok

usaha-usaha

seni budaya,

penyuluhan

industri kera-

jinan dan usaha-usaha lain guna dapat memelihara, memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa dengan tetap menjaga kepribadian dan martabat bangsa. Dalam pada itu dalam
272

rangka peningkatan usaha kepariwisataan tersebut perlu dicegah

hal-hal

yang

dapat

merugikan

kehidupan

masyarakat

dan

bangsa.
Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas dalam Repelita V
akan semakin dimantapkan upaya untuk meningkatkan keunggulan
dan

memanfaatkan

peluang

yang

dimiliki

kepariwisataan

nasi-

onal agar semakin mampu bersaing di pasaran pariwisata internasional.


Arus kunjungan wisatawan asing diarahkan pada peningkatan penyebaran kunjungan yang semakin meluas dan masa tinggal
yang semakin meningkat. Tingkat pertumbuhan pariwisata ratarata

setiap

tahun

diperkirakan

sebesar

15%

sehingga

pada

akhir Repelita V jumlah kunjungan wisatawan mencapai 2,5 juta


orang. Dengan upaya peningkatan potensi dan objek wisata yang
lebih bervariasi dan menyebar, maka diharapkan lama tinggal
rata-rata kunjungan sekitar 12 hari untuk setiap wisatawan.
Dengan

demikian

kepariwisataan

akan

dapat

membantu

menjadi

pembangunan

kepari-

salah satu sumber penerimaan devisa.


Langkah-langkah

kebijaksanaan

dalam

wisataan, selain melanjutkan upaya dan terobosan yang telah


dikembangkan dalam Repelita IV, adalah meningkatkan pemantapan citra pelayanan dan penyuluhan wisata, pengembangan potensi daya tarik yang lebih spesifik di daerah-daerah tujuan wisata,

peningkatan

kualitas

kebudayaan

nasional,

optimalisasi

dan pemeliharaan fasilitas akomodasi, restoran, serta rekreasi


dan hiburan umum. Dalam hubungan ini direncanakan meningkatkan kerja sama antara kalangan usaha akomodasi, Biro Perjalanan Umum, agen perjalanan, usaha angkutan wisata, pemandu
perjalanan dan industri pengrajin cinderamata.

273

Untuk
dan

mendukung

profesionalisme

hal-hal
usaha

tersebut

jasa

ditingkatkan

perjalanan

kemampuan

melalui

pembinaan

dan peningkatan jumlah perusahaan perjalanan. Jumlah perusahaan perjalanan diperkirakan akan meningkat jumlahnya sekitar
16%

setiap

tahunnya.

Peranan

perusahaan

perjalanan

nasional

diupayakan agar semakin meningkat dan mereka diharapkan mampu


mengembangkan

hubungan

langsung

dengan

pasar-pasar

wisata

yang potensial di luar negeri. Kemudahan-kemudahan yang diperlukan

untuk

terpadu

mencapai

dengan

hal

jasa-jasa

itu

disediakan

lainnya,

agar

secara

dapat

serasi

dan

terbentuk

ja-

ringan pemasaran yang berkesinambungan dan dapat diandalkan.


Langkah yang ditempuh pertama-tama adalah pemilihan prioritas

kawasan

ASEAN,

pasar

dan

jarak

Australia,

Amerika.
informasi

pasar,

menengah

pasar

Selanjutnya
dan

yaitu
jarak

pasar
sekitar
jauh

direncanakan

inventarisasi

jarak

dekat

negara

sekitar

Pasifik,

negara-negara
untuk

di

Eropa

meningkatkan

kepariwisataan

Jepang

nasional.

dan

sistem
Sistem

itu dilengkapi antara lain dengan informasi mengenai tema dan


event

produk

wisata,

informasi

mengenai

tempat

berbelanja,

informasi mengenai sistem angkutan darat, laut dan udara yang


ada, dan informasi mengenai akomodasi yang tersedia. Sistem
informasi

itu

dikembangkan

menjadi

sistem

informasi.

yang

terpadu dengan rencana pariwisata yang siap jual dengan pilihan rute yang mempunyai daya tarik cukup besar. Keterpaduannya dengan jaringan penerbangan internasional perlu pula
ditingkatkan dan diserasikan sehingga dapat memberikan pilihan rute yang terbaik dan termurah bagi wisatawan.
Di samping segmen pasar yang telah ada, akan lebih ditingkatkan lagi segmen pasar baru, misalnya wisata konvensi
dan wisata kapal pesiar. Kedua segmen pasar ini merupakan

274

potensi

pelayanan

yang

diharapkan

dapat

menghasilkan

penge-

luaran rata-rata wisatawan yang cukup tinggi.


Pengembangan wisata konvensi dikaitkan dengan peningkatan kegiatan pertemuan internasional, konperensi, eksibisi dan
pameran

yang

semakin

menyebar

di

pusat-pusat

daerah

tujuan

wisata di Indonesia.
Pengembangan wisata kapal pesiar perlu ditingkatkan melalui kerja sama dengan perusahaan wisata kapal pesiar internasional untuk dapat menjaring peningkatan kunjungan transit
ke

objek-objek

wisata

bahari

dan

taman

laut,

serta

obyek

wisata lainnya.
Upaya

penyederhanaan

berbagai

peraturan

yang

menyangkut

dunia usaha kepariwisataan termasuk perizinan serta upaya untuk


akan

lebih

menjamin

ditingkatkan.

kepastian
Di

berusaha

samping

itu

di

bidang

terus

pariwisata

ditingkatkan

kerja

sama dalam pelaksanaan memberi kemudahan pelayanan keimigrasian dan bea cukai.
Pembangunan

kepariwisataan

dalam

negeri

dilaksanakan

agar dapat mendorong dan meningkatkan minat masyarakat untuk


ikut

serta

nasional.
insentif

menikmati
Dalam

bagi

potensi

hubungan
wisatawan

ini

dan

obyek-obyek

direncanakan

dalam

negeri,

kepariwisataan

pula

menciptakan

terutama

wisatawan

remaja, pemuda dan pelajar, melakukan kegiatan berwisata. Dalam

pelaksanaannya

dapat

dikaitkan

dengan

paket-paket

rom-

bongan studi ilmiah dan study lingkungan, pengenalan kebudayaan nasional, kegiatan pesta olah raga, dan masa liburan.
Dalam Repelita V direncanakan penyusunan peraturan perundangan yang lebih mantap yang dapat mendukung pembangunan
kepariwisataan.

Dalam

rangka

peningkatan

persediaan

dan

ke-

mampuan tenaga kerja terdidik direncanakan untuk memperluas


275

sarana pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di Pusat,


di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata milik pemerintah
yang secara bertahap akan dikembangkan di daerah-daerah. Di
samping

itu

ditingkatkan

juga

pembinaan

akademi

dan

pusat

pendidikan yang dikelola masyarakat. Selanjutnya direncanakan


pula untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan
pariwisata secara terpadu, yang antara lain akan mencakup penelitian mengenai minat dan kebutuhan pasar internasional.
Sejalan

dengan

hal-hal

yang

dikemukakan

di

atas

ini,

pembangunan industri kepariwisataan, khususnya industri kerajinan termasuk yang informal dan tradisional, akan diprioritaskan. Pemberian bimbingan teknis kepada mereka dilanjutkan
untuk meningkatkan efisiensi produksi. Kemampuan koperasi pariwisata akan ditingkatkan dan akan didorong kerja sama antara
koperasi

dan

perusahaan-perusahaan

negara

dan

swasta

yang

berkecimpung di bidang kepariwisataan.


Adapun

sasaran

peningkatan

dan

pembangunan

prasarana

obyek wisata sesuai dengan potensi dan keunggulan yang dimiliki dapat dilihat dalam Tabel 13 - 21.

IV. PROGRAM-PROGRAM
Pelaksanaan pembangunan selama Repelita V disektor perhubungan

dan

pariwisata

dilaksanakan

melalui

program-program

sebagai di bawah ini.

1. Program-program di bidang Jalan dan Jembatan


Program-program di bidang ini meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut.
276

TABEL 13 - 21
SASARAN PEMBANGUNAN
OBYEK WISATA
Potensi
Obyek Wisata

Lokasi Obyek Wisata

1. Wisata Alam Bahari P. Batam dan P. Bintan/Riau; Bunaken dan Tanjung


Pisok/Sulawesi Utara; Banda Naire/Maluku;
Maumere/Nusa Tenggara Timur; Senggigi,
Gili Air dan Tanjung-Aan/Nusa Tenggara
Barat.
2.

3.

Wisata Keindahan Alam,


Peninggalan Sejarah
dan Budaya.

Wisata Konvensi dan


Pameran.

Taman Nasional Gunung Leuser/Aceh; Danau


Toba dan Berastagi/Sumatera Utara; Bukit
Tinggi dan Ngarai Sihanok/Sumatera Barat;
Jambi; Bengkulu; Sumatera Selatan;
Krakatau/Lampung; Taman Nasional Ujung
Ujung Kulon/Jawa Barat; Borobudur, Prambanan dan Keraton Solo di Jawa Tengah;
,Kraton Jogja di Jogjakarta; Bromo dan
Tengger di Jawa Timur; Bali; Taman Nasional Lore Linder/Sulawesi Tengah; Tanah
Toraja/Sulawesi Selatan; Pontianak/Kalimantan Barat; Taman Nasional Tanjung
Puting/Kalimantan Tengah; Mahakam dan
Tenggarong/Kalimantan Timur; Biak dan
Jayapura/Irian Jaya; Kawah Berwarna dan
P.Komodo/Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara.
DKI Jakarta, Bali, Sumatera Utara, JawaTimur, Jawa Barat, Jawa Tengah.

277

a.

Rehabilitasi

dan

pemeliharaan

jalan

dan

jembatan

berupa kegiatan untuk mempertahankan kondisi jalan


mantap yaitu jaringan jalan yang sudah ditingkatkan
dalam mendukung pertumbuhan arus lalu lintas. Direncanakan,

mencakup

jalan

nasional

dan

propinsi

sepanjang 188.010 km dan jembatan 149.100 m, jalan


kotamadya 68.950 km dan jalan kabupaten 323.500 km.
b.

Peningkatan jalan dan jembatan adalah kegiatan untuk

meningkatkan

kondisi

jalan

dan

jembatan

yang

belum mantap untuk memenuhi pertumbuhan lalu lintas


yang

meningkat

Program

dengan

peningkatan

masa

jalan

pelayanan

dan

5-10

jembatan

tahun.

ini

dalam

Repelita V merupakan program utama di bidang jalan


dan

jembatan

dan

akan

mencakup

jalan

sepanjang

berupa

pekerjaan

24.800 km dan jembatan 149.000 m.


c.

Pembangunan

jalan

dan

jembatan

konstruksi jalan dan jembatan baru yang diperlukan


oleh daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau. Pembangunan jalan dan jembatan baru di beberapa kota besar diperlukan guna menampung pertumbuhan
lalu lintas kota dan untuk pemekaran kota. Jalan
dan

jembatan

daerah-daerah

baru

juga

pemukiman

sangat

diperlukan

transmigrasi,

oleh

daerah-daerah

produksi pertanian, dan perkebunan. Sasaran pembangunan jalan selama Repelita V, 1.139 km.

2. Program Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas Jalan


Dalam

rangka

pengembangan

lalu

lintas

angkutan

raya akan dilanjutkan pembangunan Pusat Pengujian Kendaraan

278

jalan

Bermotor, perbaikan dan penambahan lampu lalu lintas, penyediaan

rambu

pengaman
bermotor
rangka

jalan,

jalan,
serta

pembuatan

pembangunan
pengadaan

pengembangan

bus

marka

jalan,

pemasangan

fasilitas

pengujian

kota

bus

lalu-lintas

dan

di

wilayah

pagar

kendaraan

perintis.

Dalam

perkotaan

juga

akan dilaksanakan pengembangan sistem angkutan yang terpadu.

3.

Program Prasarana Angkutan Kereta Api


Untuk

menjadikan

perkeretaapian

tetap

berfungsi

sebagai

angkutan umum yang murah, tertib dan aman, maka dalam peningkatan jasa angkutan kereta api selama Repelita V akan dilanjutkan rehabilitasi dan pembangunan jalan kereta api sepanjang 1.835 km dan peningkatan pemasangan jembatan kereta api
sebanyak 175 buah untuk jembatan bawah dan 2.500 ton untuk
jembatan atas.

4.

Program Sarana Angkutan Kereta Api


Program sarana angkutan kereta api meliputi rehabilitasi

kereta penumpang sebanyak 2.009 buah, gerbong barang 13.997


buah, kereta rel listrik 640 buah, dan kereta rel diesel 224
buah,

sedangkan

numpang

sebanyak

pembangunan
272

buah,

meliputi
gerbong

pembangunan
barang

300

kereta

pe-

buah,

dan

kereta rel listrik 136 buah.

5.

Program Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan


Dalam meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau dan

penyeberangan, terutama di daerah-daerah yang belum dilayani


oleh jenis angkutan lainnya, selama Repelita V direncanakan
pembangunan 65 unit dermaga sungai dan terminal pada 48 lin279

tasan penyeberangan, dan 10 dermaga danau. Juga akan dilakukan rehabilitasi beberapa dermaga dan terminal penyeberangan,
dermaga

sungai

serta

dermaga

danau

dan

penambahan

sejumlah

rambu-rambu untuk keselamatan pelayaran.

6.

Program Pengembangan Fasilitas Pelabuhan


Dalam program ini akan ditekankan kegiatan pemeliharaan

dan rehabilitasi serta peningkatan dan pengembangan fasilitas


pelabuhan di 43 lokasi yang mencakup pelabuhan induk, pelabuhan kolektor dan pelabuhan distributor. Selama Repelita V
direncanakan
4.910

m,

akan

lapangan

dibangun
peti

pelabuhan

kemas

seluas

dermaga
80.000

sepanjang

m,
2

lapangan

penumpukan 67.200 m dan gudang 53.750 m .


2

7.

Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur Pelayaran


Pengerukan alur-alur pelayaran yang termasuk dalam pela-

yanan pelabuhan terns dilakukan. Selama Repelita V akan dilakukan

pengerukan

rutin

sebanyak

75,25

juta

m3

lumpur.

Ke-

giatan pengerukan alur pelayaran pelabuhan rutin akan dilaksanakan

antara

lain

di

Belawan,

Palembang,

Tanjung

Priok,

Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Pontianak dan Jambi.

8.

Program Pengembangan Fasilitas Keselamatan Maritim


Pengembangan kesyahbandaran dalam Repelita V direncana-

kan penambahan fasilitas kapal bandar 18 buah. Di bidang pembangunan navigasi akan dilanjutkan kegiatan rehabilitasi dan
pembangunan menara suar 32 buah, rambu suar 80 buah, peralatan telekomunikasi dan radio pantai di 6 lokasi dan peremajaan
kapal sebanyak 22 buah. Sedangkan untuk kesatuan penjagaan
280

laut dan pantai direncanakan menampung kegiatan operasi dan


pemeliharaan sarana patroli serta operasi SAR.

9.

Program Pembinaan dan Pengembangan Armada Pelayaran


Dalam

usaha

meningkatkan

produktivitas

armada

pelayaran

nusantara, armada pelayaran lokal dan armada pelayaran rakyat, dalam Repelita V akan dilakukan penambahan armada baru
sebesar 178.500 DWT untuk pelayaran nusantara. Armada pelayaran rakyat juga akan ditingkatkan serta pengoperasian armada perintis dilanjutkan.
10.

Program Pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan


Penerbangan.
Sasaran program pengembangan fasilitas bandar udara dan

keselamatan
kebutuhan

penerbangan

dalam

Repelita

pengoperasian

semua

jenis

disesuaikan

pesawat

dengan

penerbangan

ko-

mersial yang meliputi: Penambahan armada udara yang terdiri


dari Pesawat Atra-90 sebanyak 1 buah, DC-9/B-737 sebanyak 5
buah, dan B-747 sebanyak S buah. Peningkatan pembangunan bandar udara agar dapat menampung pesawat udara sejenis B-747 di
6 lokasi, DC-10/A-300 di 4 lokasi, DC-9/B-737 di 12 lokasi,
F-28 di 17 lokasi, F-27/CN-235 di 24 lokasi, secara penuh
atau terbatas. Juga pemasangan alat-alat bantu navigasi dan
keselamatan
akan

penerbangan

ditingkatkan

lainnya

kemampuannya,

di

bandar-bandar

serta

udara

pembangunan

yang

fasilitas

terminal dan pergudangan untuk menampung kegiatan dunia usaha.

11.

Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro


Program

pengembangan

jasa

pos

dan

giro

akan

mencakup

pembangunan Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan seba281

nyak 805 buah untuk ibukota-ibukota kecamatan, Kantor Pos 13


buah untuk kota-kota kabupaten, Kantor Pos Besar 2 buah, Kantor Kepala Daerah Pos 2 buah dan pelanjutan gedung Kantor Pos
Ibukota di DKI Jaya. Selain daripada itu akan dikembangkan
juga unit-unit pelayaran pos dan giro didaerah transmigrasi.
Juga akan dilakukan penambahan pengadaan bis surat sebanyak 2.500 buah dan kendaraan pos dan sepeda motor masingmasing 300 buah dan 1.500 buah antara lain untuk kelancaran
dinas Pos Keliling Kota dan Pos Keliling Desa.

12.

Program Pengembangan Jasa Telekomunikasi


Program Pengembangan jasa telekomunikasi meliputi pemba-

ngunan lanjutan dari Repelita IV dan pembangunan baru dalam


penyediaan fasilitas telepon, teleks, telegrap/data, komunikasi data paket (packsatnet), faksimili/birofaks dan pembangunan telekomunikasi pedesaan. Di samping itu juga dilakukan
perluasan kapasitas

dan pembangunan

baru transmisi,

seperti

Gelombang Mikro Trans Sumatera, Gelombang Mikro Cross Kalimantan, Jawa-Bali dan Gelombang Mikro Indonesia Bagian Timur
sampai ke Ujung Pandang serta sistem komunikasi kabel laut
Surabaya-Banjarmasin.

Juga

diadakan

perluasan

pemanfaatan

transmisi satelit berupa kanal SKSD dan jaringan ekor serta


penambahan Stasiun Bumi Kecil.

13.

Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika


Program pengembangan meteorologi dan geofisika meliputi

peningkatan dan pembangunan baru stasiun-stasiun meteorologi,


klimatologi, geofisika

serta pembangunan

baru stasiun

kerja

sama pengamatan iklim, pertanian khusus, penguapan dan pengamatan hujan. Di samping itu juga pembangunan laboratorium
282

dengan peralatan meteorologi dan geofisika serta penggantian


peralatan

dengan

peralatan

yang

mutakhir

disesuaikan

dengan

kemajuan teknologi dan peralatan telekomunikasinya.

14.

Program kemampuan pencarian dan penyelamatan


Program

tingkatkan
nasi

kemampuan

dengan

serta

pencarian

memperkuat

mengembangkan

dan

penyelamatan

organisasi,

kemampuan

lebih

memantapkan

tenaga

dan

di-

koordi-

sarana

dalam

rangka memungkinkan dilaksanakannya tindakan yang cepat dalam


pencarian dan penyelamatan jiwa manusia.

15.

Program Pengembangan Pariwisata


Dalam

lebih

Repelita

diarahkan

pada

program
usaha

pengembangan

untuk

menarik

pariwisata
jumlah

akan

wisatawan

asing hingga mencapai lebih dari 2,5 juta orang pada tahun
terakhir Repelita V. Untuk itu akan ditempuh berbagai langkah, seperti: pemberian izin bebas visa bagi wisatawan asing
yang

berasal

dari

negara

pasaran

wisata,

pelonggaran

lebih

besar dalam kebijaksanaan pintu masuk, penyelesaian Rancangan


Undang-undang Kepariwisataan Nasional (RUU Kepariwisataan Nasional), penyelesaian obyek Wisata (resort) di daerah tujuan
wisata, pemberian insentif bagi calon investor dalam kepariwisataan

(perpajakan,

retribusi,

pungutan)

dan

pemantapan

promosi ke luar negeri, terutama dalam mencapai sasaran pasar


wisata internasional.

283

TABEL 13 - 22
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94
(dalam milyar rupiah)
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

No. Kode

SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM

1989/90
(Anggaran
Pembangunan)

1989/90-1993/94
(Anggaran
Pembangunan)

04

SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

2.522,1

20.512 ,0

04.1

Sub Sektor Prasarana Jalan

1.380,3

11_89411

04.1.01

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan


Jalan dan Jembatan

300,8

2.677,4

04.1.02

Program Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan

887,3

7.630,3

04.1.03

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

192,2

1.586,4

04.2

Sub sektor Perhubungan Darat

295,7

2.338,6

04.2.01

Program Pengembangan Fasilitas Lalu


Lintas Jalan

04.2.02

Program Prasarana Angkutan Kereta Api

04.2.03
04.2.04

284

80,1

625,0

109,5

886,9

Program Sarana Angkutan Kereta Api

52,2

396,7

Program Peningkatan Angkutan Sungai,


Danau dan Penyeberangan

53,9

430,0

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA


No. Kode

SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM

1989/90
(Anggaran
Pembangunan)

1989/901993/94
(Anggaran
Pembangunan)

04.3

Sub Sektor Perhubungan Laut

285,5

2.169,8

04.3.01

Program Pengembangan Fasilitas


Pelabuhan Laut

159,6

1.245,1

04.3.02

Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur-alur


Pelayaran

16,6

189,0

04.3.03

Program Pengembangan F a s i l i t a s Keselamatan


Pelayaran

41,0

303,4

Program Pembinaan/Pengembangan Armada


Pelayaran

68,3

432,3

04.3.04

04.4

Sub Sektor Perhubungan Udara

378,2

2.563,8

04.4.01

Program Pengembangan F a s i l i t a s Bandar


Udara dan Keselamatan Penerbangan

237,6

1.663,3

04.4.02

Program Pembinaan/Pengembangan Armada Udara

140,6

900,5

04.5

Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi

144,9

1.177,9

04.5.01

Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro

04.5.02

Program Pengembangan Jasa Telekomunikasi

04.6
04.6.01

20,5

144,4

124,4

1.033,5

Sub Sektor Pariwisata

3725

367,8

Program Pengembangan Pariwisata

37,5

367,8

285

Anda mungkin juga menyukai