Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh MEA terhadap perekonomian Indonesia :

Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Dampak
terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.
Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan
stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalahmasalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN.
ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana
terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan para pemimpin
ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur,
Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi
Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan
lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN.
Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN
mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.
Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negaranegara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja
terampil, dan dampak arus bebas modal.
Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.
Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah
pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64
persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran
arus barang dan jasa.

Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.
Keempat, keterbatasan pasokan energi.
Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok
sudah membanjiri Indonesia.
Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor
industri.
(Sumber: Kompas Cetak)
Selain kondisi diatas MEA juga akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia antara
lain:

Perusahaan-perusahaan kecil di indonesia yang belum siap bersaing akan mengalami

kebangkrutan
Kalah bersaingnya produk dalam negeri atau membanjirnya produk impor di pasaran

Indonesia
Membuka kesempatan bagi pengusaha di indonesia untuk melahirkan produk-produk

berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia


Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. (apabila investarisnya
bersifat langsung, seperti pendirian pabrik di Indonesia maka akan membuka lapangan

kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan midal di Indonesia)


Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa

diproduksi di Indonesia
Ancaman dari sektor keuangan dunia yang semakin bebas dan menjadi ajang spekulasi
Ancaman pasar produk ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan produksi negara
lain.

Perekonomian Indonesia Dibandingkan Dengan

Perekonomian Negara ASEAN


Perekonomian Indonesia saat ini bisa dibilang cukup pesat, sayangnya jika dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya, negara Indonesia bisa dibilang masih cukup tertinggal.
Jika di Indonesia pada tahun 2014, tingkat inflasi sebesar 8.36%, sedangkan di Malaysia
hanya sebesar 0.4%, di Singapura sebesar 1.2%, dan di Thailand sebesar 2.6%.
Pada tahun 2014, tingkat angka kemiskinan di Indonesia sebesar 11.3%, sedangkan di
Malaysia sebesar 3.4%, dan di Vietnam kurang dari 20%.
Meskipun angka kemiskinan di Indonesia telah menurun pada tahun 2014 lalu, namun bisa
dibilang masih cukup tinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya.
Tak hanya itu, tingkat inflasi di Indonesia juga bisa terbilang cukup tinggi dan terus
meningkat tiap tahunnya, berbeda dengan Singapura dan Malaysia, yang tingkat inflasinya
rendah dan jarang-jarang meningkat tiap tahunnya.
Menurut statistik terkini, perekonomian sepuluh negara ASEAN saat ini - termasuk Indonesia - tergolong
stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di Asia Tenggara ini berkat membaiknya industri di sektor jasa,
yang belakangan makin mantap menjadi tulang punggung perekonomian kawasan.
Statistik yang dipublikasikan Sekretariat ASEAN awal pekan ini mengungkapkan bahwa Produk
Domestik Bruto (GDP) perhimpunan sepuluh negara Asia Tenggara itu pada 2012 naik 5,7 persen
menjadi sebesar US$2,31 triliun. "Terus bertumbuhnya ekonomi di kawasan ini tercermin dari
membaiknya GDP per kapita dari US$3.591 pada 2011 menjadi US$3.751 [pada 2012]," demikian
ungkap Sekretariat ASEAN.
Data terkini juga menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata lima anggota utama ASEAN - yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand - atau ASEAN5 telah meningkat 5,1 persen selama
semester pertama tahun ini. Pertumbuhan itu sebagian besar didorong oleh pesatnya pembangunan
ekonomi di Filipina dan Thailand.
Di sisi lain, GDP ASEAN pada 2012 naik 5,7 persen, atau lebih besar 1 persen dari data 2011. Tingkat
pertumbuhan ekonomi ASEAN5 melebihi para anggota lainnya (yang tergabung dalam kelompok
BCLMV), masing-masing sebesar 5,8 persen dan 5,3 persen.
Dalam tingkat kurs internasional, berdasarkan paritas daya beli (PPP), GDP ASEAN pada 2012 mencapai
PPP US$3,62 triliun, sedangkan GDP per kapita ASEAN sebesar PPP US$5.869.

ASEAN menilai bahwa sektor jasa di Asia Tenggara telah menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di
kawasan itu, saat sektor pertanian telah menurun dalam tujuh tahun terakhir. Pada 2012, sektor jasa
berkontribusi bagi mayoritas GDP sepuluh negara ASEAN, rata-rata mulai dari 35 persen hingga lebih
dari 60 persen dari GDP. Ekonomi ASEAN5 kini secara bertahap bergerak ke sektor tertier, sementara
kelompok BCLMV tengah membangun sektor sekunder dan tertier di negeri masing-masing. BCMLV
adalah sebutan untuk kelompok negara anggota di luar ASEAN5, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja,
Myanmar, Laos, dan Vietnam. Namun, di balik pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir, ASEAN masih harus mengatasi tantangan besar, yaitu mengatasi jurang
kesenjangan pembangunan di kalangan anggota. Data terkini ASEAN itu menunjukkan bahwa masih
belum meratanya pertumbuhan ekonomi dan penyebaran kemakmuran di Asia Tenggara, sehingga
perhimpunan ini masih terbagi atas dua kelompok, yaitu ASEAN5 dan BCLMV.
Kesenjangan ini diakui oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, Le Luong Minh. "Mempersempit kesenjangan
pembangunan merupakan syarat untuk menuju ASEAN yang setara, namun masih ada beberapa jarak
dalam pembangunan di kalangan negara ASEAN dalam beberapa sektor, termasuk kesehatan, pendidikan,
dan pendapatan," kata Minh dalam buku "Narrowing the Development Gap in ASEAN: Drivers and
Policy Options" yang terbit tahun ini.
Buku itu memberi contoh betapa timpangnya pembangunan di ASEAN. Pada 2010, sebagai negara
terkaya di ASEAN, Singapura memiliki pendapatan tahunan per kapita yang besarnya hampir 45 kali lipat
dari yang dimiliki anggota termiskin di perhimpunan itu, Myanmar.
"Pada tahun yang sama, proporsi rakyat yang hidup dengan uang di bawah US$1 di Laos sebesar 33,9
persen dari total populasinya dan di Kamboja 28,3 persen. Padahal di Singapura maupun di Brunei
Darussalam tidak ada orang yang bisa hidup di bawah US$1," tulis buku itu, yang menghimpun pendapat
ilmiah para pakar tentang ASEAN.
Perkuat Integrasi
Kendati masih harus menyelesaikan masalah kesenjangan pembangunan, data terkini mengenai
pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara itu membuat ASEAN makin optimistis untuk mewujudkan integrasi
anggota-anggotanya. Bernama Masyarakat ASEAN, pada dua tahun mendatang perhimpunan itu akan
mengintergrasikan politik, ekonomi, dan sosial-budaya antaranggota.
Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, Asia Tenggara mulai 2015 akan mewujudkan suatu pasar bebas
yang menjamin bebasnya aliran barang, jasa, investasi, pekerja terlatih, dan lalulintas modal antaranggota.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil di kawasan menuju 2015 menjadi persiapan yang baik untuk

mewujudkan pasar bebas intra-kawasan.


Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN, Nyan Lynn, mengungkapkan bahwa secara keseluruhan semua
negara anggota sudah siap untuk masuk ke Masyarakat Ekonomi ASEAN. "Secara keseluruhan, rata-rata
82,5% dari semua aksi menuju Komunitas ASEAN 2015 telah dituntaskan atau sedang dikerjakan. Ini
termasuk 79,7% pilar ekonomi," kata Lynn di Jakarta pada 16 Oktober lalu usai melaporkan hasil KTT
ASEAN yang berlangsung di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Lynn mengatakan bahwa
sejumlah inisiatif ekonomi yang dijalankan di bawah Rancang Biru Komunitas ASEAN telah mengubah
lansekap bisnis di Asia Tenggara melalui sejumlah peluang bisnis yang lebih baik. "Ini terlihat dari
mantapnya pertumbuhan GDP di kawasan dan juga aliran investasi asing ke ASEAN dalam beberapa
tahun terakhir," kata Lynn. Stabilnya pertumbuhan ekonomi ASEAN telah diakui oleh masyarakat
internasional. Sebagai raksasa ekonomi nomor dua dunia, China, telah menyatakan bahwa dalam
beberapa tahun mendatang sepuluh negara ASEAN - termasuk Indonesia - akan lampaui posisi yang
ditempati Amerika Serikat sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi Negeri Tembok Besar itu. Pasalnya,
hubungan dagangan ASEAN dengan China melesat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
"Sejak ASEAN dan China memberlakukan Kerjasama Perdagangan Bebas (FTA) pada 2010, volume
perdagangan kedua pihak melesat cukup tajam. Dalam kurun sepuluh tahun kedua pihak telah banyak
menghasilkan. Pada 2002 nilai perdagangan China -ASEAN US$54,77 miliar dan pada 2012 sebesar
lebih dari US$400 miliar, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 22 persen. Pertumbuhan ini sangat
tinggi," ungkap Liang Wentao dalam pertemuan dengan delegasi jurnalis ASEAN, termasuk VIVAnews,
di Beijing akhir September 2013.Bahkan, selama delapan bulan pertama 2013 volume perdagangan
China-ASEAN kedua pihak sudah cukup fantastis. "Hingga Agustus lalu, walau di tengah pelemahan
ekonomi global, nilai perdagangan kedua pihak sudah US$284,3 miliar. Jumlah ini lebih besar dari China
dengan Amerika Serikat," ungkap Liang, yang menjabat Deputi Direktur Jenderal Urusan Asia pada
Kementerian Perdagangan.
Saat ini, ASEAN menduduki peringkat ketiga sebagai mitra dagang terbesar bagi China, di bawah Uni
Eropa dan Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun mendatang, posisi ini akan berubah."Dengan
memperhatikan laju pertumbuhan perdagangan belakangan ini, kami yakin ASEAN akan melampaui
posisi AS sebagai mitra dagang kedua terbesar bagi China," lanjut Liang. Ini dimungkinkan
mengingatkan ASEAN dan China memiliki ekonomi yang relatif stabil ketimbang negara-negara di
kawasan lain. Apalagi kedua pihak memiliki populasi yang sangat besar, bila digabung menjadi sekitar
1,8 miliar jiwa."Dengan pendapatan yang semakin meningkat, para konsumen di China juga menambah
permintaan akan produk-produk impor dari Asia Tenggara, terutama produk pertanian. Buah-buahan dari
Asia Tenggara sangat disukai masyarakat China," kata Liang.

Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi MEA


Pemerintah Indonesia menyambut baik kabar terkini pertumbuhan ekonomi ASEAN tersebut.
"Ya, itu bagus," kata Menteri Keuangan Chatib Basri usai rapat di DPR, Senin 21 Oktober 2013.
Lalu, apa yang akan dilakukan Indonesia untuk terus berkontribusi dalam pasar ASEAN? Chatib
tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia hanya menyebutkan bahwa Indonesia memegang peran
mayoritas

dalam

pertumbuhan

ekonomi

ASEAN.

"Ekonomi Indonesia itu 50 persen ekonomi ASEAN. Jadi, kalau ekonomi Indonesia naik,
ekonomi ASEAN juga ikut naik,"Namun, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia
juga harus mampu memanfaatkan momentum stabilnya perekonomian tingkat kawasan untuk
meningkatkan ekonomi nasional. Kalangan pengusaha berharap bahwa Indonesia jangan terlena
dengan statusnya sebagai anggota terbesar dan berpopulasi terbanyak di Asia Tenggara, sehingga
lebih sering dimanfaatkan sebagai pasar oleh negara-negara mitra tanpa mengembangkan
kapasitas produksi dalam negeri. Indonesia berusaha untuk tidak terlena dengan statusnya
sebagai anggota terbesar dan berpopulasi terbanyak di Asia Tenggara, sehingga lebih sering
dimanfaatkan sebagai pasar oleh negara-negara mitra tanpa mengembangkan kapasitas produksi
dalam negeri. Indonesia berupaya untuk dapat memanfaatkan peluang yang tercipta ketika
Komunitas ASEAN diterapkan pada 2015 mendatang, para pengusaha memiliki pangsa pasar
yang lebih besar lagi untuk digenggam, yakni sekitar 600 juta orang. Namun apabila Indonesia
gagal memanfaatkan peluang itu, justru penduduk di negara sendiri yang malah dijadikan pangsa
pasar oleh negara lain "Kalau di dalam bisnis dikenal istilah business soft skill yang dapat
dimanfaatkan untuk bisa melayani orang lebih banyak lagi. Siapa tahu kita bisa menggarap pasar
yang berjumlah 600 juta orang itu,
Apakah Indonesia siap menjelang Komunitas ASEAN 2015, itu semua bergantung kepada daya
saing yang dimiliki oleh masyarakatnya. "Pada intinya persaingan itu bisa memberikan yang
terbaik bagi konsumen. Sementara selama ini kita tidak ingin hanya menjadi konsumen, sehingga
harus berani untuk menjadi pemain juga.Untuk dapat menjadi pemain dalam masyarakat
ekonomi ASEAN, Indonesia harus menentukan terlebih dahulu ingin menguatkan produk atau
jasa di bidang apa. "Sehingga itu harus ditentukan dulu dan dibuat analisanya. Yang pasti
Indonesia harus berpikir besar karena negara lain juga melakukan hal tersebut.

Tentang sosialisasi Komunitas ASEAN di kalangan pengusaha, rata-rata para pengusaha dan
pebisnis sudah tahu. Ketua Dewan Direktur Bakrie Global Ventura itu berharap Komunitas
Masyarakat ASEAN tahun 2015 mendatang dapat mengerek status sosial semua warga di
Indonesia agar naik kelas dan turut merasakan kesejahteraan.

Penyebab Ekonomi Biaya Tinggi di Indonesia


Biaya logistik yang tinggi merupakan persoalan serius yang menghambat pertumbuhan ekonomi
Indonesia, menurut laporan yang diterbitkan oleh Institut Teknologi Bandung, serta masukan dari
para ahli Bank Dunia.Biaya logistik nasional di Indonesia adalah 24 persen dari PDB, lebih
tinggi dibanding negara-negara tetangga. Menekan biaya dan meningkatkan kualitas sistem
logistik dan transportasi akan meningkatkan akses ke pasar internasional dan berdampak
langsung pada peningkatan perdagangan, kata Henry Sandee, spesialis senior perdagangan
di Bank Dunia. Laporan tahunan yang disusun oleh Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok
ITB Bandung, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Kelompok STC dan Panteia Research Institute
di Belanda, dan Kantor Bank Dunia Indonesia tersebut menganalisis dan memberikan gambaran
tentang kemajuan yang dibuat dalam menanggulangi permasalahan logistik di Indonesia.
Salah satu dari temuan studi tersebut membahas kurangnya efisiensi di pelabuhan Tanjung
Priok.Waktu tunggu (dwelling time) kontainer di pelabuhan Tanjung Priok meningkat dari 4,8
hari pada Oktober 2010 menjadi 8 hari pada tahun 2013. Hal ini memperburuk situasi
bottleneck bagi impor dan ekspor Indonesia, menurut pakar perdagangan Bank Dunia Henry
Sandee.Temuan lain menunjukkan bahwa program pemerintah untuk memanfaatkan pelabuhan
24 jam perhari selama 7 hari per minggu belum maksimal, walaupun memungkinkan untuk
mempercepat proses pengurusan dokumen dan perizinan impor dan ekspor.Laporan ini juga
menunjukkan bahwa penggunaan Cikarang Dry Port untuk izin impor dapat menekan biaya dan
waktu. Cikarang Dry Port (CDP) adalah fasilitas dan jasa logistik terpadu untuk mendukung
Pelabuhan Tanjung Priok dalam menangani ekspor-impor serta pengiriman domestik. Namun,
hingga kini CDP belum berkembang sesuai harapan karena akses yang masih sangat
terbatas. Selain itu Keluarnya biaya siluman juga menyebabkan harga barang menjadi tinggi.

Penyebab Ekonomi Biaya Tinggi di Indonesia


-

Pungutan resmi dengan tarif tinggi

Pengenaan perpajakan berganda

Pungutan liar

Birokrasi yang panjang

Langkah dan Kebijakan ekonomi bagi Indonesia agar mampu bersaing di MEA
1. Mempermudah perizinan bagi UKM (Usaha Kecil Menengah).
2. Melakukan pelatihan kepada tenaga kerja RI agar memiliki kemampuan yang dapat bersaing
dengan tenaga kerja dari ASEAN lainnya.
3. Mendorong UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan koperasi dengan memperkuat
kualitas produksi. Salah satu jalanya dengan melakukan inovasi, perbaikan dengan
menghasilkan sesuatu tiap tahunya sehingga ada variasi dan peningkatan pada produk hasil
UMKM dan koperasi.
4. UU baru yang melarang adanya mengekspor mineral mentah.
5. Indonesia harus meningkatkan ekspornya dari mayoritas bahan mentah dari sumber daya alam
menjadi barang jadi, dengan membangun teknologi tinggi serta industri padat modal untuk
mengolah mineral tersebut.
6. Perhatian terhadap pengembangan SDM tetap perlu mendapat prioritas. Pengembangan SDM
khusus untuk ahli-ahli teknik dan eksakta perlu di prioritaskan.
7. Belanja infrastruktur perlu ditingkatkan. Jika pemerintah lewat APBN tidak sanggup maka
bisa memanfaatkan kerjasama swasta / memanfaatkan dana tanggung jawab sosial perusahaan
/ corporate social responsibility (CSR).

8. Peningkatan mutu tenaga kerja disektor jasa-jasa juga perlu mendapat perhatiam serius. Sebab
Indonesia kalah jauh dari tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainya.
Sumber: httm://m.kompasiana.com
Perlu Kerja keras untuk segera diantisipasi oleh pemerintah dalam menghadapi AFTA 2015,
yaitu: 1) Indonesia berpotensi sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrilasasi di
kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam mininal,
tetapi defisit neraca perdagangan barang Indonesia yang saat ini paling besar di antara negaranegara ASEAN semakin bertambah,
2) melebarkan defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang,
3) membebaskan aliran tenaga kerja sehingga Indonesia harus mengantisipasi dengan
menyiapkan strategi karena potensi membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA), dan
4) masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN.
Untuk menghadapi berlakunya AFTA 2015, Pemerintah Indonesia harus segera mengambil
langkah-langkah strategis,diantaranya :
1). Peningkatan Daya Saing Ekonomi,
2). Peningkatan Laju Ekspor,
3). Reformasi Regulasi,
4). Perbaikan Infrastruktur,
5). Reformasi Iklim,
6). Reformasi Kelembagaan,
7). Pemberdayaan UMKM,
8). Pengembangan Pusat UMKM Berbasis WebsiteTeknologi informasi, dan

9). Penguatan Ketahanan Ekonomi.

Peningkatan Kualitas Produk Ekspor


Pertarungan di kancah AFTA 2015 sangatlah keras. Sirkulasi produk yang berada di kawasan
ASEAN, menyebabkan Indonesia harus bekerja ekstra keras menjadi pelaku perdagangan.
Produk-produk yang dihasilkan perusahaan baik kategori besar atau Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) harus mampu berdayasaing di kawasan ASEAN. Oleh sebab itu, kualitas
produk dan jasa harus dinomorsatukan agar bisa diterima di pasar ASEAN. Hal ini bukan
masalah yang sepele buat Pemerintah dan pelaku industri. Menurut laporan tahunan dari World
Trade Organization (WTO), yang menyatakan bahwa berdasarkan sumbangannya terhadap nilai
total ekspor dunia, Indonesia hingga saat ini tidak termasuk negara-negara eksportir penting
untuk hampir semua barang dan jasa yang diperdagangkan secara internasional. Dalam
perdagangan dunia, Indonesia bukan penentu harga, melainkan price taker. Pemerintah Indonesia
hanya bisa mempengaruhi harga dalam mata uang asing dari produk-produk ekspor Indonesia
lewat perubahan kurs rupiah (devaluasi atau revaluasi).
Perlu adanya langkah cerdas dari kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para pelaku industri, seperti beban pajak yang tidak memberatkan, proses
pengurusan usaha yang tidak membutuhkan banyak meja (aturan berbelit), meniadakan aroma
korupsi birokrasi dalam pengurusan usaha. Masalah tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan
gairah kepada masyarakat Indonesia agar ikut andil dalam menciptakan ekonomi kreatif yang
berdayasaing tinggi dan meningkatkan laju ekspor. Dalam bidang jasa, peran pemerintah sangat
penting seperti program peningkatan kemampuan berbahasa asing agar tenaga kerja di Indonesia
mampu bersaing dengan tenaga kerja lokal di luar negeri. Pengurusan sertifikasi keahlian pun
jangan sampai memakan waktu lama (berbelit). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di
luar negeri harus memaksimalkan kemampuannya dengan mengikuti berbagai seminar atau
pelatihan keterampilan agar wawasan semakin luas. Kita tidak ingin tenaga kerja kita yang
bekerja di luar negeri menyandang stigma negatif, dalam arti tidak mempunyai keahlian dan
kecakapan dalam menghadapi arus globalisasi. Saat ini, kemampuan tenaga kerja kita yang

bekerja di luar negeri masih di bawah Philipina. Sebagai contoh, Kasus di Singapura yang
memberikan gambaran bahwa Tenaga Kerja Asing (TKA) dari Philipina yang bekerja di sektor
informal lebih dihargai dibandingkan dengan TKW dari Indonesia. Penyebabnya adalah masalah
kemampuan berbahasa Inggris para TKW yang kurang mahir. Perlu adanya kerjasama
Pemerintah dan stakeholders lainnya secara konsisten dalam mengatasi kualitas produk kita agar
bisa bersaing di kawasan ASEAN.
Kontribusi Pemerintah untuk mewujudkan produk dalam negeri yang berkualitas di pasaran
ASEAN sangatlah menentukan. Dalam perindustrian, masalah ketersedian modal yang cukup
para pelaku usaha, teknologi informasi yang memadai, dan tenaga kerja yang terampil di
bidangnya serta diimbangi dengan keahlian pengusaha, organisasi dan manajemem perusahaan,
pemakaian teknologi maju dan input lainnya akan memberikan andil yang besar dalam mencetak
produk dalam negeri bermutu tinggi di pasaran ASEAN. Disinilah kerja sama Pemerintah dan
pengusaha sangat dibutuhkan untuk menciptakan hasil produksi perusahaan yang bermutu.

Faktor-faktor yang menyebabkan daya saing


Pemerintah hendaknya membantu menciptakan hubungan industrial yang kondusif. Terpenting
adalah peranan untuk menekan biaya produksi dalam perusahaan, agar produk yang berkualitas
akan tetap terjaga. Bahan baku murah dan mudah didapat, pajak yang tidak memberatkan pelaku
usaha, dan peraturan perundang-undangan yang melindungi dunia usaha akan meningkatkan
ekspor secara berkesinambungan. Perlu dipahami, bahwa kapasitas daya saing pelaku usaha kita,
seperti Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih berada di urutan terbawah
dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Apalagi, jika dibandingkan dengan negaranegara yang tergabung dalam ekonomi APEC. Perlu kerja ekstra dari berbagai kalangan dalam
merespon hal tersebut.

Daya saing UMKM Indonesia terhadap negara-negara ASEAN dan APEC


Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa Singapura adalah negara di ASEAN yang paling hebat
dalam daya saing UMKM. Disusul dengan Malaysia, Thailand, Filipina dan terakhir Indonesia.
Kurangnya dayasaing UMKM Indonesia dikarenakan masalah ketersediaan modal, akses
informasi dan kurangnya mengikuti perkembangan teknologi.
Perbaikan Infrastruktur secara Menyeluruh
Kemampuan daya saing produk Indonesia di pasaran ASEAN menuntut ketersediannya
infrastruktur yang memadahi. Infrastruktur yang kurang maksimal akan memperlambat gerak
laju ekspor berbagai produk. Akibatnya kepercayaan permintaan luar negeri terhadap produk kita
mengalami penurunan. Bahkan produk yang berdiam lama selama di perjalanan akan mengalami
penyusutan kualitas. Sama halnya dalam permintaan jasa, seperti tenaga kerja kita ke luar negeri

juga membutuhkan sarana infrastruktur yang memadai, agar permintaan luar negeri terhadap
tenaga kerja kita bisa sesuai jadwal.
Perlu disadari, bahwa infrastruktur di negeri kita masih jauh dari apa yang diharapkan. Masalah
infrastruktur merupakan pekerjaan rumah Pemerintah yang harus diselesaikan sesegera mungkin
dalam menghadapi AFTA 2015, adalah:
1) Memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang berlubang dan
bergelombang (sebagian hancur karena tanah longsor dalam waktu singkat);
2) Membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas kapasitas pelabuhan
seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak dan lainnya yang selama ini menjadi pintu keluar masuk
barang dalam beberapa tahun ke depan;
3) Meningkatkan akselerasilistrik dalam dua tahun ke depan, dan banyak lagi. Sangatlah penting
untuk mempermudah aliran logistik yang merupakan urat nadi perdagangan pada khususnya,
seperti pengiriman hasil produksi dan logistik dari pabrik ke pelabuhan atau sebaliknya atau dari
pelabuhan ke pusat pemasaran. Memerlukan sarana transportasi yang memadai, seperti kondisi
jalan raya yang baik dan mencukupi, fasilitas pelabuhan yang memadahi dan lain-lain perlu
penanganan yang serius dan terkoordinir. Tercapainya infrastruktur yang memadahi akan
berpengaruh besar terhadap daya saing produk dalam negeri. Dengan demikian,daya saing sangat
ditentukan oleh kecepatan barang masuk dan keluar. Saking pentingnya infrastruktur dalam
mensukseskan AFTA 2015, Pemerintah seharusnya menjadikan sektor ini adalah sektor yang
paling diprioritaskan.
Pemerintah Pusat dan daerah hendaknya bersinergi secara harmonis dalam membuat berbagai
kebijakan, agar pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan pelabuhan, jalan raya dan sarana
transportasi lainnya bisa dilakukan secepatnya. Bahkan pembangunan sarana transportasi ini
mampu menjangkau sampai ke pedesaan, di mana terdapat UMKM atau home industryyang
menciptakan ekonomi kreatif agar bisa membantu negara dalam meningkatkan laju ekspor.
Akses insfrastruktur benar-benar merupakan faktor penentu dalam memperlancar sirkulasi
produk yang mempunyai daya saing tinggi. Apalagi, ketersediaan infrastruktur mampu

meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sudah saatnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi
AFTA 2015.

Referensi:
APEC. (2006a). A Research on the Innovation Promoting Policy for SMEs in APEC Survey and
Case Studies. APEC SME Innovation Center, Korea Technology and Information
Promotion Agency for SMEs, Seoul.
APEC.

(2006b). Economic

Impacts

of

Innovative

SMEs

and

Effective

Promotion

Strategie. Seoul: APEC SME Innovation Center .


Deplu ASEAN. (2007). ASEAN Selayang Pandang. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, hal. 29.
Kompas, 4 Januari 2014. Perdagangan ke ASEAN, Perlu Upaya Keras Mengatasi Defisit.

Sholeh. (2013). Persiapan Indonesia dalam Menghadapi AEC (ASEAN EconomicCommunity)


2015.eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 1 (2): 509-522
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/BukuMenujuASEAN
ECONOMIC COMMUNITY 2015
http://edupai.web.id/2013/04/asean-blogger-community-bersama.html
http://ekspor-impor.net/news-update/strategi-dalam-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean2015.html
http://www.beritasatu.com/ekonomi/147060-persiapan-indonesia-menghadapi-pasar-bebasasean-masih-belum-optimal.html
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/44310/AFTA-2015-Siapkah-SDM-Indonesia
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt526e4f67b3b6e/empat-hal-yang-harus-diantisipasidalam-aec-2015
www.kadin-indonesia.co.id

Anda mungkin juga menyukai