Anda di halaman 1dari 12

INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI DALAM SPELEOLOGY

I.

PETA TOPOGRAFI DAN SPELEOLOGY

Setiap Bentang alam (geomorfologi) suatu kawasan bersifat unik dengan


karakteristik tersendiri. Karakteristik suatu bentang alam akan tercermin dalam
pola-pola topografi di kawasan tersebut. Bahkan penentuaan batas suatu
kawasan bentang alam secara sederhana dapat dibedakan melalui perubahan
topografi yang ada dalam sebuah wilayah. Pada dasarnya informasi topografi
suatu wilayah telah terepresentasikan dalam bentuk peta topografi apabila
kawasan tersebut telah dipetakan. Kenapa demikian? Karena peta topogafi
adalah sebuah proyeksi kondisi, situasi dan detail dari roman muka bumi (4
dimensi) yang digambarkan dalam sebuah bidang datar (2 dimensi). Berangkat
dari prinsip dasar tersebut peta topografi dapat digunakan sebagai bahan acuan
awal untuk mengenali kondisi, situasi dan detail suatu kawasan, sebelum kita
terjun langsung ke lapangan melakukan survey untuk pembuktiannya sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan dari kegiatan yang kita lakukan dalam sebuah
kawasan.
Penelusuran gua adalah urat nadi dari Speleologi. Karena gua adalah
laboratorium alam yang kita gunakan sebagai media aplikasi kegiatan speleologi,
sudah tentu kita harus menemukan gua-gua untuk di telusuri. Lantas, dimanakah
keberadaan gua di planet bumi ini? Bagaimana metode pendekatan yang
dilakukan agar mempermudah kita melacak keberadaan gua-gua tersebut ?.
bagi penggiat atau aktifis speleologi pertanyaan ini menjadi titik tolak memulai
sebuah ekplorasi. Dalam eksplorasi inilah para penggiat atau aktifis speleologi
memerlukan beberapa ilmu pengetahuan untuk mempermudah kita
mengaplikasikan speleologi, melalui intergrasi berbagai latar belakang ilmu
pengetahuan yang ada. Karena tanpa pendekatan ilmu pengetahuan maka kita
akan mencari jarum dalam tumpukan jerami secara membabi buta. Sudah tentu
membuang tenaga, waktu dan biaya yang banyak.
Gua dalam konteks speleologi dominan terdapat pada kawasan Kars (baca:
Karstology dan Geomorfology Kars, sebagai referensi dasar). Meskipun banyak
juga gua dapat ditemukan di luar kawasan kars, seperti gua lava di kawasan
gunung api (vulkanik), Gua es di kawasan glacier, dan gua atau lorong bawah
tanah sisa peradaban kuno atau bekas tambang bawah tanah (underground
mining). Dalam materi kali ini kita mengkhususkan pembahasan pada gua-gua
yang berada di kawasan kars. Karena bentuk dan pola topografi yang unik pada
kawasan kars, tentu saja roman bumi kawasan kars saat di pindahkan kedalam
bentuk peta topografi akan memberikan pola-pola tersendiri yang mencerminkan
karakteristik kawasan kars pada peta topografi. Melalui pendekatan inilah para
penggiat dan aktifis speleologi bisa mengintergrasikan latar belakang ilmu
pengetahuan peta topografi dalam kegiatan speleologi, terutama pelacakan
mulut gua dan manajemen eksplorasi.
Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI UNTUK KEGIATAN SPELEOLOGY

I.

PETA TOPOGRAFI DAN SPELEOLOGY

Setiap Bentang alam (geomorfologi) suatu kawasan bersifat unik dengan


karakteristik tersendiri. Karakteristik suatu bentang alam akan tercermin dalam
pola-pola topografi di kawasan tersebut. Bahkan penentuaan batas suatu
kawasan bentang alam secara sederhana dapat dibedakan melalui perubahan
topografi yang ada dalam sebuah wilayah. Pada dasarnya informasi topografi
suatu wilayah telah terepresentasikan dalam bentuk peta topografi apabila
kawasan tersebut telah dipetakan. Kenapa demikian? Karena peta topogafi
adalah sebuah proyeksi kondisi, situasi dan detail dari roman muka bumi (4
dimensi) yang digambarkan dalam sebuah bidang datar (2 dimensi). Berangkat
dari prinsip dasar tersebut peta topografi dapat digunakan sebagai bahan acuan
awal untuk mengenali kondisi, situasi dan detail suatu kawasan, sebelum kita
terjun langsung ke lapangan melakukan survey untuk pembuktiannya sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan dari kegiatan yang kita lakukan dalam sebuah
kawasan.
Penelusuran gua adalah urat nadi dari Speleologi. Karena gua adalah
laboratorium alam yang kita gunakan sebagai media aplikasi kegiatan speleologi,
sudah tentu kita harus menemukan gua-gua untuk di telusuri. Lantas, dimanakah
keberadaan gua di planet bumi ini? Bagaimana metode pendekatan yang
dilakukan agar mempermudah kita melacak keberadaan gua-gua tersebut ?.
bagi penggiat atau aktifis speleologi pertanyaan ini menjadi titik tolak memulai
sebuah ekplorasi. Dalam eksplorasi inilah para penggiat atau aktifis speleologi
memerlukan beberapa ilmu pengetahuan untuk mempermudah kita
mengaplikasikan speleologi, melalui intergrasi berbagai latar belakang ilmu
pengetahuan yang ada. Karena tanpa pendekatan ilmu pengetahuan maka kita
akan mencari jarum dalam tumpukan jerami secara membabi buta. Sudah tentu
membuang tenaga, waktu dan biaya yang banyak.
Gua dalam konteks speleologi dominan terdapat pada kawasan Kars (baca:
Karstology dan Geomorfology Kars, sebagai referensi dasar). Meskipun banyak
juga gua dapat ditemukan di luar kawasan kars, seperti gua lava di kawasan
gunung api (vulkanik), Gua es di kawasan glacier, dan gua atau lorong bawah
tanah sisa peradaban kuno atau bekas tambang bawah tanah (underground
mining). Dalam materi kali ini kita mengkhususkan pembahasan pada gua-gua
yang berada di kawasan kars. Karena bentuk dan pola topografi yang unik pada
kawasan kars, tentu saja roman bumi kawasan kars saat di pindahkan kedalam
bentuk peta topografi akan memberikan pola-pola tersendiri yang mencerminkan
karakteristik kawasan kars pada peta topografi. Melalui pendekatan inilah para
penggiat dan aktifis speleologi bisa mengintergrasikan latar belakang ilmu
pengetahuan peta topografi dalam kegiatan speleologi, terutama pelacakan
mulut gua dan manajemen eksplorasi.
Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Jenis-jenis Peta

Jenis-jenis Peta

Secara umum dalam penggunaannya, peta dapat di bagi menjadi dua jenis
yaitu :
1. Peta Dasar : Peta-peta yang memuat informasi dasar. Biasanya
digunakan sebagai referensi awal dalam kegiatan survey.
Cth : Peta Topografi/Rupabumi dan Peta Batimetri (kedalaman Laut)
2. Peta Tematik : Peta-peta yang telah memuat informasi tambahan yang
bersifat tematik, tergantung dari konteks informasi yang ingin didapat
dan disajikan. Cth : Peta Geologi, Peta Geomorfologi, Peta
Seismotektonik, Peta Tata Guna Lahan, Peta Gua dan lain sebagainya.

Secara umum dalam penggunaannya, peta dapat di bagi menjadi dua jenis
yaitu :
1. Peta Dasar : Peta-peta yang memuat informasi dasar. Biasanya
digunakan sebagai referensi awal dalam kegiatan survey.
Cth : Peta Topografi/Rupabumi dan Peta Batimetri (kedalaman Laut)
2. Peta Tematik : Peta-peta yang telah memuat informasi tambahan yang
bersifat tematik, tergantung dari konteks informasi yang ingin didapat
dan disajikan. Cth : Peta Geologi, Peta Geomorfologi, Peta
Seismotektonik, Peta Tata Guna Lahan, Peta Gua dan lain sebagainya.

Pengertian Dasar peta :


gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan
kondisi, situasi dan detail diatas bidang 2 dimensi (bidang datar).
Gambaran tersebut dapat berupa garis terbuka (polyline), Garis tertutup
(polygon), titik dan teks.

Pengertian Dasar peta :


gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan
kondisi, situasi dan detail diatas bidang 2 dimensi (bidang datar).
Gambaran tersebut dapat berupa garis terbuka (polyline), Garis tertutup
(polygon), titik dan teks.

Pembahasan materi kali ini hanya akan membahas peta dasar yaitu : Peta
Topografi/Rupabumi. Pengkhususan pembahasan pada peta topografi karena
peta ini merupakan peta dasar yang umum digunakan hampir disemua jenis
kegiatan yang berhubungan dengan alam bebas. Dalam speleologi sendiri kita
selalu menggunakan peta topografi sebagai acuan dalam pelacakan mulut gua.

Pembahasan materi kali ini hanya akan membahas peta dasar yaitu : Peta
Topografi/Rupabumi. Pengkhususan pembahasan pada peta topografi karena
peta ini merupakan peta dasar yang umum digunakan hampir disemua jenis
kegiatan yang berhubungan dengan alam bebas. Dalam speleologi sendiri kita
selalu menggunakan peta topografi sebagai acuan dalam pelacakan mulut gua.

Peta Topografi/Rupabumi :
Peta yang menggambarkan kondisi, situasi, dan detail dari roman muka bumi
yang di proyeksikan dengan referensi geografis kedalam bidang datar.

Peta Topografi/Rupabumi :
Peta yang menggambarkan kondisi, situasi, dan detail dari roman muka bumi
yang di proyeksikan dengan referensi geografis kedalam bidang datar.

Unsur-unsur Peta Topografi / Rupabumi


Merupakan bagian-bagian yang terdapat didalam satu lembar peta topografi.
Unsur-unsur ini merupakan cerminan kelengkapan informasi yang diberikan dari
sebuah peta topografi.

Unsur-unsur Peta Topografi / Rupabumi


Merupakan bagian-bagian yang terdapat didalam satu lembar peta topografi.
Unsur-unsur ini merupakan cerminan kelengkapan informasi yang diberikan dari
sebuah peta topografi.

1. Garis Kontur :
Garis imajiner hasil proyeksi dari relief bumi yang dibuat berdasarkan
hubungan titik ketinggian (elevasi) yang sama.
Sifat-sifat garis kontur :
Merupakan garis yang tertutup. Satu lingkar garis mempunyai arti
ketinggian yang sama. Sehingga tidak akan berpotongan satu dengan
lainya, kecuali pada tebing overhang yang besar. Nilai ketingggian garis
kontur diambil dari hasil pengukuran geodesi berdasarkan tinggi muka air
laut rata-rata.

1. Garis Kontur :
Garis imajiner hasil proyeksi dari relief bumi yang dibuat berdasarkan
hubungan titik ketinggian (elevasi) yang sama.
Sifat-sifat garis kontur :
Merupakan garis yang tertutup. Satu lingkar garis mempunyai arti
ketinggian yang sama. Sehingga tidak akan berpotongan satu dengan
lainya, kecuali pada tebing overhang yang besar. Nilai ketingggian garis
kontur diambil dari hasil pengukuran geodesi berdasarkan tinggi muka air
laut rata-rata.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Kerapatan jarak antar garis kontur menunjukkan kemiringan lereng pada


lahan sebenarnya. Semakin rapat akan semakin curam, begitu pula
sebaliknya semakin renggang akan semakin landai
Bentuk kontur lancip menyerupai huruf V mencirikan lembah, Bentuk
kontur lonjong menyerupai huruf U mencirikan punggungan.
Apabila ada bentuk lahan cekungan atau depresi, garis kontur dicirikan
dengan gerigi pada garisnya
Garis kontur lebih tebal mencirikan indeks kontur sedangkan yang lebih
halus adalah interval konturnya. Notasi angka pada Indeks kontur selalu
bulat untuk mempermudah mengetahui nilai ketinggian.
Cara menghitung Interval Kontur :
IK = 1/2000 X Skala Ribuan Peta
Cth : Skala Peta 1 : 25.000, maka untuk menghitung interval konturnya :
Maka : IK = 1/2000 X 25.000
= 12,5 m
Artinya selang tiap interval kontur memiliki perbedaan 12,5 m

Kerapatan jarak antar garis kontur menunjukkan kemiringan lereng pada


lahan sebenarnya. Semakin rapat akan semakin curam, begitu pula
sebaliknya semakin renggang akan semakin landai
Bentuk kontur lancip menyerupai huruf V mencirikan lembah, Bentuk
kontur lonjong menyerupai huruf U mencirikan punggungan.
Apabila ada bentuk lahan cekungan atau depresi, garis kontur dicirikan
dengan gerigi pada garisnya
Garis kontur lebih tebal mencirikan indeks kontur sedangkan yang lebih
halus adalah interval konturnya. Notasi angka pada Indeks kontur selalu
bulat untuk mempermudah mengetahui nilai ketinggian.
Cara menghitung Interval Kontur :
IK = 1/2000 X Skala Ribuan Peta
Cth : Skala Peta 1 : 25.000, maka untuk menghitung interval konturnya :
Maka : IK = 1/2000 X 25.000
= 12,5 m
Artinya selang tiap interval kontur memiliki perbedaan 12,5 m

2. Skala
Perbandingan jarak horizontal sebenarnya terhadap jarak pada peta. Jenisjenis skala pada peta, yaitu :
a. Skala Fraksi
Skala yang menggunakan nilai angka sebagai perbandingan jarak
sebenarnya dengan jarak pada peta.
Cth : Skala 1 : 25.000
Maksudnya adalah 1 cm pada peta sama dengan 25.000 cm pada
kondisi sebenarnya. Ketika di verbalkan biasanya disebutkan dengan 1
cm = 250 m di lapangan. Skala peta yang umum dipakai di Indonesia
adalah 1 : 25.000 ; 1 : 50.000 ; 1 : 100.000 ; 1 : 250.000 dan 1 : 500.000.

2. Skala
Perbandingan jarak horizontal sebenarnya terhadap jarak pada peta. Jenisjenis skala pada peta, yaitu :
c. Skala Fraksi
Skala yang menggunakan nilai angka sebagai perbandingan jarak
sebenarnya dengan jarak pada peta.
Cth : Skala 1 : 25.000
Maksudnya adalah 1 cm pada peta sama dengan 25.000 cm pada
kondisi sebenarnya. Ketika di verbalkan biasanya disebutkan dengan 1
cm = 250 m di lapangan. Skala peta yang umum dipakai di Indonesia
adalah 1 : 25.000 ; 1 : 50.000 ; 1 : 100.000 ; 1 : 250.000 dan 1 : 500.000.

Skala fraksi memiliki kelemahan ketika peta tersebut diperbesar atau


mengalami pemuaian, maka skala peta tidak dapat digunakan lagi. Hal
tersebut karena nilai besaran akan berubah, sementara angka yang
tercantum tetap.

Skala fraksi memiliki kelemahan ketika peta tersebut diperbesar atau


mengalami pemuaian, maka skala peta tidak dapat digunakan lagi. Hal
tersebut karena nilai besaran akan berubah, sementara angka yang
tercantum tetap.

b. Skala Grafis
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya terhadap jarak di
peta yang ditunjukkan dengan diagram.

d. Skala Grafis
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya terhadap jarak di
peta yang ditunjukkan dengan diagram.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Diagram disini berfungsi sebagai patokan nilai dan tidak akan


terpengaruh saat di lakukan pembesaran peta. Dalam peta yang baik
biasanya memuat skala fraksi dan skala grafis.
3.

Drainase

Diagram disini berfungsi sebagai patokan nilai dan tidak akan


terpengaruh saat di lakukan pembesaran peta. Dalam peta yang baik
biasanya memuat skala fraksi dan skala grafis.
3. Drainase

Segala bentuk yang berhubungan dengan pengairan


(hidrologi) dalam peta. Seperti Sungai, telaga dan
Laut. Garis putus-putus pada garis sungai adalah
sungai bersifat periodik, sementara garis yang tidak
putus-putus adalah sungai utama permanen.

4. Kebudayaan

Segala bentuk yang berhubungan dengan pengairan


(hidrologi) dalam peta. Seperti Sungai, telaga dan
Laut. Garis putus-putus pada garis sungai adalah
sungai bersifat periodik, sementara garis yang tidak
putus-putus adalah sungai utama permanen.

4. Kebudayaan
Segala bentuk yang berhubungan dengan
buatan manusia yang di muat ke dalam
peta. Contohnya : Jalan dan bangunan.
Jalan dan bangunan inipun dapat terdiri
dari berapa tipe, tergantung kondisi
sebenarnya saat peta dibuat. Bangunan
biasanya dibuat dalam bentuk simbolsimbol.

5. Penggunaan Lahan

Segala bentuk yang berhubungan dengan


buatan manusia yang di muat ke dalam
peta. Contohnya : Jalan dan bangunan.
Jalan dan bangunan inipun dapat terdiri
dari berapa tipe, tergantung kondisi
sebenarnya saat peta dibuat. Bangunan
biasanya dibuat dalam bentuk simbolsimbol.

5. Penggunaan Lahan
Luasan areal atau lahan dalam satu
wilayah yang masuk kedalam peta. Dapat
berupa hasil aktifitas manusia maupun
alam. Contohnya : Pemukiman, sawah,
kebun dan hutan. Umumnya pada peta
merupakan poligon tertutup karena
bersifat luasan areal. Dan ditandai dengan
warna-warna yang berbeda di dalam peta.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Luasan areal atau lahan dalam satu


wilayah yang masuk kedalam peta. Dapat
berupa hasil aktifitas manusia maupun
alam. Contohnya : Pemukiman, sawah,
kebun dan hutan. Umumnya pada peta
merupakan poligon tertutup karena
bersifat luasan areal. Dan ditandai dengan
warna-warna yang berbeda di dalam peta.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

6. Toponimi

6. Toponimi
Teks dalam peta yang memberikan
informasi mengenai nama tempat.
Biasanya dalam peta berupa nama
Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Desa dan Dusun. Toponimi ini
berguna untuk mempermudah kita
mengenali nama suatu tempat atau
wilayah yang ada didalam peta.

7. Garis Koordinat

Teks dalam peta yang memberikan


informasi mengenai nama tempat.
Biasanya dalam peta berupa nama
Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Desa dan Dusun. Toponimi ini
berguna untuk mempermudah kita
mengenali nama suatu tempat atau
wilayah yang ada didalam peta.

7. Garis Koordinat
Garis imajiner pada peta yang
dibuat
berdasarkan
referensi
geografis. Terdapat dua sumbu
garis yaitu Garis yang menunjukkan
Sumbu Horisonzal (x) dan Sumbu
Tegak (Y). Standar dalam peta
topografi
yang
digunakan
di
Indonesia terdapat dua sistem
Koordinat, yaitu ; Sistem Koordinat
Geografis (satuan derajat) dan
Sistem
Koordinat
Universal
Transverse Mercator UTM (Satuan
Meter). Fungsi dari garis koordinat
untuk membantu kita mengetahui
posisi suatu titik atau wilayah secara
geografis dalam sebuah peta.

Garis imajiner pada peta yang


dibuat
berdasarkan
referensi
geografis. Terdapat dua sumbu
garis yaitu Garis yang menunjukkan
Sumbu Horisonzal (x) dan Sumbu
Tegak (Y). Standar dalam peta
topografi
yang
digunakan
di
Indonesia terdapat dua sistem
Koordinat, yaitu ; Sistem Koordinat
Geografis (satuan derajat) dan
Sistem
Koordinat
Universal
Transverse Mercator UTM (Satuan
Meter). Fungsi dari garis koordinat
untuk membantu kita mengetahui
posisi suatu titik atau wilayah secara
geografis dalam sebuah peta.

8. Keterangan
Segala keterangan tambahan dan penjelasan mengenai isi yang terdapat
dalam sebuah peta. Standar keterangan dalam sebuah peta topografi
memiliki beberapa bagian sebagai berikut :
a. Judul Peta

8. Keterangan
Segala keterangan tambahan dan penjelasan mengenai isi yang terdapat
dalam sebuah peta. Standar keterangan dalam sebuah peta topografi
memiliki beberapa bagian sebagai berikut :
a. Judul Peta

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

b. Indeks Sheet Peta

b. Indeks Sheet Peta

c.

c.

Sistem Proyeksi Peta

d. Penerbit dan Tahun Pembuatan Peta

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Sistem Proyeksi Peta

d. Penerbit dan Tahun Pembuatan Peta

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

e. Keterangan Detail, mengcakup : Gedung dan Bangunan, Pehubungan,


Tumbuh-tumbuhan, Relief dan titik Kontrol, Batas administrasi, dan
perairan

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

e. Keterangan Detail, mengcakup : Gedung dan Bangunan, Pehubungan,


Tumbuh-tumbuhan, Relief dan titik Kontrol, Batas administrasi, dan
perairan

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

f.

Petunjuk Pembacaan Koordinat Peta

g. Index Pembagian Administrasi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

f.

Petunjuk Pembacaan Koordinat Peta

g. Index Pembagian Administrasi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

h. Orientasi Peta

h. Orientasi Peta

II. INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI


Setelah mengenali dan memahami unsur-unsur peta dan apa saja yang
terkandung didalam sebuah peta, kemudian baru kita dapat melakukan sebuah
interpretasi peta topografi. Hasil dari interpretasi ini berguna sebagai bahan
acuan dalam pengambilan keputusan sebuah kegiatan survey lapangan.

II. INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI


Setelah mengenali dan memahami unsur-unsur peta dan apa saja yang
terkandung didalam sebuah peta, kemudian baru kita dapat melakukan sebuah
interpretasi peta topografi. Hasil dari interpretasi ini berguna sebagai bahan
acuan dalam pengambilan keputusan sebuah kegiatan survey lapangan.

Interpretasi Peta topografi adalah Ilmu membaca, menganalisa,


memprediksi dan menyimpulkan kondisi, situasi dan detail roman muka bumi di
studio dengan menggunakan data informasi peta dasar topografi. Kegiatan
Interpretasi dilakukan sebelum pengiat atau aktifis speleologi berangkat ke
lapangan.

Interpretasi Peta topografi adalah Ilmu membaca, menganalisa,


memprediksi dan menyimpulkan kondisi, situasi dan detail roman muka bumi di
studio dengan menggunakan data informasi peta dasar topografi. Kegiatan
Interpretasi dilakukan sebelum pengiat atau aktifis speleologi berangkat ke
lapangan.

Didalam kegiatan speleologi tujuan utama melakukan interpretasi peta


topografi adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi potensi penyebaran Kawasan Kars di wilayah rencana survey
2. Memprediksi wilayah yang memiliki potensi terbentuk dan terdapat mulut gua
3. Merancang sistem operasional survey dalam kawasan baru yang akan di
eksplorasi

Didalam kegiatan speleologi tujuan utama melakukan interpretasi peta


topografi adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi potensi penyebaran Kawasan Kars di wilayah rencana survey
2. Memprediksi wilayah yang memiliki potensi terbentuk dan terdapat mulut gua
3. Merancang sistem operasional survey dalam kawasan baru yang akan di
eksplorasi

Hal-hal dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan iterpretasi peta


topografi di kawasan kars adalah memahami bentuk topografi penciri sebuah
kawasan kars. Pemahaman bentuk topografi ini sangat mendasar dalam
interpretasi peta topografi karena dengan mengenali bentuk lahan yang umum
terdapat dalam kawasan kars kita akan mengetahui pola kontur kawasan kars
tersebut dalam peta topografi.

Hal-hal dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan iterpretasi peta


topografi di kawasan kars adalah memahami bentuk topografi penciri sebuah
kawasan kars. Pemahaman bentuk topografi ini sangat mendasar dalam
interpretasi peta topografi karena dengan mengenali bentuk lahan yang umum
terdapat dalam kawasan kars kita akan mengetahui pola kontur kawasan kars
tersebut dalam peta topografi.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

kawasan kars.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi peta
topografi dalam pelacakan mulut gua di kawasan kars :

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi peta


topografi dalam pelacakan mulut gua di kawasan kars :

1. Bukit Kerucut (Conical Hill)

1. Bukit Kerucut (Conical Hill)


Bukit Kerucut memiliki pola bulatbulat, relatif memiliki kemiringan
lereng yang sama. Biasanya terdapat
berkelompok-kelompok
dan
menyebar dengan jumlah yang
banyak sekali. Kenampakan topografi
ini adalah hal yang paling mudah di
kenali
sebagai
penciri
sebuah
kawasan kars.

2. Lembah diantara Bukit Kerucut (Doline)

Bukit Kerucut memiliki pola bulatbulat, relatif memiliki kemiringan


lereng yang sama. Biasanya terdapat
berkelompok-kelompok
dan
menyebar dengan jumlah yang
banyak sekali. Kenampakan topografi
ini adalah hal yang paling mudah di
kenali
sebagai
penciri
sebuah
kawasan kars.

2. Lembah diantara Bukit Kerucut (Doline)


Ciri kontur Ini biasanya bergerigi
karena
menunjukkan
depresi.
Terdapat
diantara
bukit-bukit
kerucut.
Pola
kontur
ini
menunjukkan aliran air akan
terakumulasi di dalam cekungan,
sehingga
kemungkinan
terbentuknya gua ada di daerah
cekungan tersebut.

3. Sungai Masuk (Sinking/Shallow Hole) dan Sungai Keluar (Resurgen)


Pola garis sungai yang tiba-tiba
hilang dan muncul pada peta adalah
penciri utama kawasan kars. Dalam
kasus ini biasanya ditemukan mulut
gua , Karena batuan mudah terlarut
air sehingga membentuk lorong
gua. Gua yang ditemukan umunya
merupakan sungai bawah tanah.
Pola aliran seperti ini dikenal
dengan
istilah
pola
aliran
multibasinal, pola aliran khas
Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Ciri kontur Ini biasanya bergerigi


karena
menunjukkan
depresi.
Terdapat
diantara
bukit-bukit
kerucut.
Pola
kontur
ini
menunjukkan aliran air akan
terakumulasi di dalam cekungan,
sehingga
kemungkinan
terbentuknya gua ada di daerah
cekungan tersebut.

3. Sungai Masuk (Sinking/Shallow Hole) dan Sungai Keluar (Resurgen)


Pola garis sungai yang tiba-tiba
hilang dan muncul pada peta adalah
penciri utama kawasan kars. Dalam
kasus ini biasanya ditemukan mulut
gua , Karena batuan mudah terlarut
air sehingga membentuk lorong
gua. Gua yang ditemukan umunya
merupakan sungai bawah tanah.
Pola aliran seperti ini dikenal
dengan
istilah
pola
aliran
multibasinal, pola aliran khas
Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

kawasan kars.
4. Jembatan Alam (Natural Bridge) dan Kars Window

Natural
Bridge
Kars
Window

Kedua topografi memiliki pola


kontur dalam peta topografi
berupa
doline-doline
yang
menjajar dan terdapat sungai
dibawahnya. Dalam pelacakan
mulut
gua
apabila
kita
menemukan pola kontur natural
bridge dan kars window, kita
dapat diindikasikan kemungkinan
terdapat lorong gua di dalam
doline tersebut.

5. Lembah Buta (Blind Valley)

4. Jembatan Alam (Natural Bridge) dan Kars Window

Natural
Bridge
Kars
Window

Kedua topografi memiliki pola


kontur dalam peta topografi
berupa
doline-doline
yang
menjajar dan terdapat sungai
dibawahnya. Dalam pelacakan
mulut
gua
apabila
kita
menemukan pola kontur natural
bridge dan kars window, kita
dapat diindikasikan kemungkinan
terdapat lorong gua di dalam
doline tersebut.

5. Lembah Buta (Blind Valley)


Pola kontur lembah buta juga sering
sekali di temukan di kawasan kars.
Lembah ini dikatakan buntu karena
tidak memiliki ujungnya, biasa ujung
dari lembah ini menjadi sistem gua.
Oleh karena hal tersebut mengenali
pola kontur ini dapat membantu dalam
menginterpretasikan
dimana
saja
kemungkinan terdapat mulut gua.

Pola kontur lembah buta juga sering


sekali di temukan di kawasan kars.
Lembah ini dikatakan buntu karena
tidak memiliki ujungnya, biasa ujung
dari lembah ini menjadi sistem gua.
Oleh karena hal tersebut mengenali
pola kontur ini dapat membantu dalam
menginterpretasikan
dimana
saja
kemungkinan terdapat mulut gua.

Referensi
Bakosurtanal, 2001. Peta Rupabumi Lembar Wonosari, Skala 1 : 25.000
ASC, 2004. Buku Materi Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi,
Acintyacunyata Speleological Club, Tidak Dipublikasikan.

Referensi
Bakosurtanal, 2001. Peta Rupabumi Lembar Wonosari, Skala 1 : 25.000
ASC, 2004. Buku Materi Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi,
Acintyacunyata Speleological Club, Tidak Dipublikasikan.

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Open Recruitment ASC 2010 Pendidikan dan Pelatihan Dasar Speleologi

Anda mungkin juga menyukai