Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pengangkutan air melalui membran sel dapat terjadi secara
pasif maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah
gradien konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju
larutan yang memilki konsentrasi rendah. Proses ini terjadi tanpa memerlukan
energi hasil metabolisme. Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif
memerlukan energi hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat) karena
prosesnya terjadi melawan arah gradient konsentrasi.
Proses difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutansecara
pasif. Proses osmosis merupakan proses difusi yang sifatnya khusus, yang
menunjukkan adanya perpindahan air melalui selaput membra yang bersifat
permeabel selektif ( permeabel deferensial) . Terjadinya proses omosis sangat
ditentukan oleh adanya perbedaan potensial kimia air atau potensial air (PA).
Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air, komponen
lain yang penting adalah potensial osmotik dan potensial tekanan, yang pada
tumbuhan timbul dalam bentuk tekanan turgor. Hubungan antara nilai potensial
air (PA), potensial osmotik (PO) dan potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan
dengan hubungan sebagai berikut :

PA = PO + PT
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat
digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara
menentukan pada konsentrasi sukrosa berada jumla sel yang mengalami
plasmolisis 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan
konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel terplasmolisasi diketaui, maka nilai tekanan osmosis sel
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

TO sel =

22,4.M .T
273

Dengan :
TO

: tekanan osmotik

: konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisasi.

: temperatur mutlak (273 + to C)

Tekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik bernilai negatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang mengalami plasmolisis pada sel Rhoeo discolor?
2. Bagaimana

mengidentifikasi

konsentrasi

larutan

sukrosa

yang

menyebabkan 50% dari jumlah sel Rhoeo discolor yang terplasmolisis?


3. Bagaimana menentukan tekanan osmotik cairan sel dengan metode
plasmolisis?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
prosentase sel yang mengalami plasmolisis pada sel Rhoeo discolor.
2. Untuk mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan
50% dari jumlah sel Rhoeo discolor yang terplasmolisis.
3. Untuk menghitung tekanan osmotik cairan sel dengan metode plasmolisis.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB II
LANDASAN TEORI
Sel tumbuhan hidup terdiri dari dinding sel yang kaku berisi plasma cair
dibungkus oleh membran. Dinding sel terdiri dari materi yang mati, sedang
plasma sel terdiri dari protoplasma yang hidup serta benda ergastik yang mati,
yang terlarut atau terendap didalamnya. Plasma menunjukan struktur sebagai
sistem koloid, meskipun ada komponen yang bersifat sebagai larutan dan emulsi.
Partikel koloid yang tersebar di dalam plasma terbungkus selubung air.
Kandungan air di dalam plasma dapat berfluktuasi karena adanya perubahan
senyawa organik maupun anorganik di dalamnya.
A. PERMEABILITAS
Masuk dan keluarnya senyawa atau ion ke dan dari sel hidup tergantung
kepada kemampuan membran sel untuk melakukannya yang disebut dengan
permeabilitas.
Tiga sifat dari membran yaitu :
1. Permeable, jika melekukan baik pelerut maupun zat terlarut. Sifat ini
dimiliki oleh dinding sel.
2. Semipermeable, jika melakukan sebagian zat dan menahan zat
lainnya. Sifat ini dimiliki oleh plasma sel.
3. Impermeable, jika tidak dapat melakukan semua zat. Sifat ini
dimiliki oleh kutikula.
Permeabilitas membran tergantung senyawa yang ada disekitar sel dan
perubahan yang terjadi di luar dan didalam sel. Keadaan menyebabkan terjadinya
permeabilitas selektif atau permeabilitasdiferensial. Kecepatan lewaynya melalui
membra ini tergantung kepada keadaan zatnya.
Tenaga yang mendorong masuknya air kedalam sel adalah aktifitas
molekul, tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik, sedang faktor yang
menentukan gerakan larutan melalui membra adala ukuran molekul, laju selisih
konsentrasi, muatan dan adanya transport aktif.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

B. DIFUSI
Difusi atau berbaur merupakan proses berpencarnya partikel suatu materi
dengan tenaga kinetiknya sendiri. Difusi terjadi sebagai respon terhadap
perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel per unit
volume. Suatu perbedaan terjadi , apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu
keadaan ke keadaan yang lain. Pada difusi arah gerakan partikel berasal dari
tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih rendah untuk
menyeimbangkan konsentrasi. Setelah keseimbangan tercapai, proses difusi tetap
berjalan (tetapi tidak dapat dikenal karena kecepatan ke dua arah sama). Bila
berbagai macam zat mengadakan difusi pada pelarut yang sama arah dan
kecepatan masing-masing zat tidak saling pengaruh mempengarui.
Contoh proses difusi yaitu pada proses pertukaran gas pada tumbuhan
yang terjadi pada daun. Di dalam proses ini gas CO2 dari atmosfer masuk ke
dalam rongga antar sel pada mesofil daun, yang selanjutnya digunakan untuk
proses fotosintesis. Karena pada siang hari CO2 yang masuk ke daun selalu
digunakan untuk fotosintesis, maka kadar CO2 di dalam rongga antar sel daun
akan selalu lebih rendah dari atmosfer, akibatnya pada siang hari akan terjadi
aliran difusi gas CO2 dari atmosfer ke daun. Bersamaan dengan itu terjadi pula
difusi gas O2 dari rongga antar sel daun menuju ke atmosfer.
C. OSMOSIS
Osmosis merupakan proses gerakan cairan suatu larutan menembus
membran semi permeable. Dalam hal sel tumbuhan, proses osmosis dapat
berlangsung dari luar masuk ke dalam sel (dinamakan endosmosis) atau dari
dalam sel keluar (dinamakan eksosmosis). Bila membra itu selektif permeable,
maka membran itu akan melakukan ion atau molekul tertentu sedang bahan
pelarutnya bebas melewatinya. Bila dua larutan berbeda konsentrasinya, sedang
membran yang memisahkannya hanya melakukan pelarut dan tidak melakukan zat
terlarut, maka akan terjadi gerakan molekul pelarut ke arah larutan yang lebih
pekat konsentrasi pelarutnya lebih rendah.
Osmosis ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Potensial

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat
terlarut yang difusi cenderung bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih
tinggi menuju daerah yang lebih kecil. Potensial air adalah sesuatu yang sama
dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial
kimia air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama. Potensial air akan
negatif apabila potensial kimia air di dalam sistem lebih rendah daripada air murni
dan akan positif apabila potensial kimia air dalam sistem lebih beasar dari air
murni.
Osmosis terjadi dari larutan yang hipertonis menuju larutan yang
hipotonis, asal saja potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada
larutan hipotonis. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam sistem ini
disebut potensial tekanan dan di didalam kehidupan tumbuhan potensial tekanan
dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Tekanan torgor yaitu tekanan yang
terjadi di dalam sel karena adanya osmosis melewati membran sel. Bila isi sel
menyerap larutan, terjadilah tekanan turgor yang menekan membran plasma ke
luar ke arah dinding sel. Karena dinding sel tumbuhan merupakan massa yang
sedikit. Nilai potensial tekanan dapat bernilai positif, nol, atau negatif. Di dalam
proses osmosis, disamping komponen potensial air dan potensial tekanan, terdapat
pula potensial osmotik. Hubungan antara potensial (PA), potensial osmotik (PO),
dan potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut :
PA = PO + PT

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik :


Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial
osmotiknya. Bila zat terlarut bukan zat terlarut dan molekulnya tidak
mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut pasti akan
sebanding dengan konsentrasi molalnya.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Ionisasi molekul zat terlarut


Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi
ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut. PO
lebih bergantung pada perbandingan antara jumlah pelarut dengan partikel
yang dikandung didalamnya yaitu ion, molekul, dan partikel koloida.
Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai
air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel
koloida. Dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan
larutan menjadi lebih pekat.
Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya
suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan
suhu absolutnya. Hasil pengukur terhadap 1 molal larutan sukrosa,
menunjukkan bahwa kenaikan suhu akan menurunkan nilai potensial
osmotik larutan tersebut.
Imbisisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat
lainya yang menyebabkan zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap
air tadi. Kemampuan zat tersebut untuk menyerap air disebut potensial
matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut hidrasi atau
imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin
pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui
kecepatan imbibisi.
Contoh dari osmosis yaitu plasmolisis. Bila sel tumbuhan diletakkan
didalam larutan yang hipertonik, yaitu larutan yang lebih tinggi konsentrasinya
dari pada konsentrasi isi sel, maka terjadilah eksosmosis yaitu keluarnya air dari

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

isi sel ke sebelah luar membran. Oleh karena itu volume sel berkurang. Dan
karena dinding sel sifatnya permeabel, maka ruang antara membran plasma dan
dinding sel itu akan diisi oleh larutan dari luar. Terlepasnya membran plasma dari
dinding sel karena plasma sel mengkerut disebut plasmolisis.
Bila sel yang telah mengalami plasmolisis ini diletakan dalam larutan
yang hipotonik yaitu larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada cairan sel,
akan berlangsung proses endosmosis sehingga plasma akan kembali ke keadaan
semula yang disebut dengan deplasmolisis.
Bila sel berada di dalam larutan yang hipotonik, turgor selnya akan naik.
Bila berada pada lingkungan yang isotonik, yaitu larutan

yang sama

konsentrasinya dengan konsentrasi isi sel, maka sebagian sel ada yang mengalami
plasmolisis, sebagian lainya tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan
tekanan osmotik yang dikenal dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh
dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel yang
mengalami plasmolisis 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama
dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TO sel = 22,4 x M x T
273
Dengan :
TO

: tekanan osmotik

: konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisasi.

: temperatur mutlak (273 + to C)

Tekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik bernilai negatif.

PO = - TO

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan
untuk menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam
penelitian yang dilakukan.

B. Variabel percobaan
Variabel yang digunakan dalam melekukan percobaan ini antara lain :
Variabel kontrol :
Waktu
Jenis bahan (Rhoeo discolor)
Variabel manipulasi :
Konsentrasi sukrosa
Variabel respon :
Prosentase sel Rhoeo discolor yang mengalami plasmolisis

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Mikroskop.
2. Kaca arloji atau cawan petri 8 buah.
3. Kaca benda dan kaca penutup.
4. Pisau atau silet.
5. Gelas beaker 100 mL.
6. Pipet.
Bahan
1. Daun Rhoeo discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan
sel yang berwarna.
2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ;
0,20 M ; 0,18 M ; 0,16 M dan 0,14 M.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

D. Prosedur Kerja
1. Menimbang. Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar
yaitu 0,28 M, dengan cara menimbang sebanyak 95,76 gram kristal
sukrosa dan melarutkannya dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1
liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan yang lebih rendah,
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
V1M1 = V2M2
Dengan : V1 = volume awal; M1 = konsentrasi awal;
V2 = volume akhir; M2 = konsentrasi akhir.
2. Mengukur. Menyiapkan 8 buah kaca arloji, mengisi masing-masing kaca
arloji berdasarkan konsentrasi larutan.
3. Mengambil daun Rhoeo discolor, kemudian menyayat lapisan epidermis
yang berwarna dengan pisau silet. Mengusahakan hanya menyayat selapis
sel.
4. Merendam sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang sudah
berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi
dengan jumlah sayatan yang sama. Mencatat waktu mulai perendamannya.
5. Mengamati. Setelah 30 menit, mengambil dan memeriksa sayatan dengan
menggunakan mikroskop.
6. Menghitung. Menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang,
jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel Rhoeo discolor
terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel
Tabel hubungan konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel Rhoeo
discolor yang terplasmolisis

No

Konsentrasi larutan

Jumlah sel

sukrosa (M)

Jumlah sel

Prosentase sel

terplasmolisis

terplasmolisis (%)

0,28

288

162

56,2

0,26

136

56

41,2

0,24

196

76

38,8

0,22

215

71

33,0

0,20

157

42

26,7

0,18

120

22

18,3

0,16

195

23

11,7

0,14

168

14

8,3

Dengan :
Suhu ruangan ( t )

= 270C

= 0,271 M

TO sel

= 6,67

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

10

2. Grafik

Prosentase Sel
Terplasmolisis (%)

Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap


Prosentase Sel yang Terplasmolisis

60
50
40
30
20
10
0
0,14 0,16 0,18 0,2 0,22 0,24 0,26 0,27 0,28
Konsentrasi Larutan Sukrosa (M)

B. Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh grafik seperti diatas dapat
diaalisis bahwa pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,14 M prosentase sel
yang terplasmolisis sebesar 8,3%, pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,16
M prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 11,7%, pada konsentrasi larutan
sukrosa sebesar 0,18 M prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 18,3%, pada
konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,20 M prosentase sel yang terplasmolisis
sebesar 26,7%, pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,22 M prosentase sel
yang terplasmolisis sebesar 33,0%, pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,24
M prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 38,8%, pada konsentrasi larutan
sukrosa sebesar 0,26 M prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 41,2%, dan
pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,28 M prosentase sel yang
terplasmolisis sebesar 56,2%. Sedangkan konsentrasi larutan sukrosa yang
menyebabkan 50% sel terplasmolisis adalah 0,271%, sehingga akan didapatkan
nilai TO sel sebesar 6,67 karena suhu ruangan sebesar 270C. Dari sini dapat
diketahui bahwa konsentrasi larutan sukrosa dapat mempengaruhi pada prosentase

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

11

sel yang mengalami plasmolisis. Yaitu semakin besar konsentrasi larutan sukrosa,
maka makin besar prosentase sel yang mengalami plasmolisis.

C. Pembahasan
Dari analisis data diperoleh bahwa dengan meletakkan sayatan lapisan
epidermis Rhoeo discolor yang berwarna ungu pada larutan sukrosa yang
konsentrasinya kecil (0,14 M) maka jumlah atau prosentase sel yang mengalami
plasmolisis sedikit, sedangkan sayatan lapisan epidermis bawang merah yang
berwarna pada larutan sukrosa yang konsentrasinya lebih tinggi (0,28) maka
jumlah atau prosentase sel yang mengalami plasmolisis sangat banyak.
Penyebab perbedaan jumlah atau prosentase sel yang mengalami
plasmolisis adalah perbedaan konsentrasi sukrosa. Bila sel tumbuhan (Rhoeo
discolor ) diletakkan di dalam larutan yang hipertonis yaitu larutan yang lebih
tinggi konsentrasinya daripada konsentrasi isi sel, maka terjadilah eksosmosis
yaitu keluarnya air dari isi sel ke sebelah luar membran. Karena itu volume isi sel
berkurang dan karena dinding sel sifatnya permeable, maka ruang antara membran
plasma dari dinding sel itu akan diisi oleh larutan dari luar. Terlepasnya membran
plasma dari dinding sel karena plasma sel mengerut inilah sehingga terjadilah
plasmolisis pada sel Rhoeo discolor, sehingga semakin besar konsentrasi sukrosa,
maka semakin besar prosentase sel yang mengalami plasmolisis pada sel Rhoeo
discolor.

D. Diskusi
1. Jelaskan mengapa terjadi peristiwa plasmolisis. Dukung dengan data yang
anda peroleh.
JAWAB :
Plasmolisis adalah lepasnya membran sel dari dinding sel karena
keluarnya cairan sel. Hal ini disebabkan karena konsentrasi di dalam sel
lebih besar dari pada konsentrasi di luar sel, begitu juga potensi cairan di
dalam sel lebih besar dari potensi cairan di luar sel.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

12

BAB V
SIMPULAN
Dari hasil uraian pembahasan diperoleh simpulan bahwa ada pengaruh
konsentrasi sukrosa terhadap prosentase sel yang mengalami plasmolisis pada
bawang merah, hal ini disebabkan bila sel tumbuhan diletakkan di dalam larutan
yang hipertonik, yaitu larutan yang lebih tinggi konsentrasinya daripada
konsentrasi isi sel, maka terjadilah eksosmosis yaitu keluarnya air dari isi sel ke
sebelah luar membran, karena itu volume isi sel berkurang dan karena dinding sel
sifatnya permeabel maka ruang antara membran plasma dan dinding sel itu akan
diisi oleh larutan dari luar. Terlepasnya membran plasma dari dinding sel karena
plasma sel mengkerur disebut plamolisis.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

13

DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi 5. Bogor : Airlangga.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.
Soerdikoesoemo, Wibisono, dkk. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

14

LAMPIRAN
Perhitungan menentukan prosentase sel yang terplasmolisis :
% sel terplasmolisis =

jumlah terplasmolisis
X 100%
jumlah sel

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M : 14/168 x 100%

= 8,3%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M : 23/196 x 100%

=1,7%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M : 22/180 x 100%

=18,3%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M : 42/157 x 100%

= 26,7%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M : 71/215 x 100%

= 33,0%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,24M :76/196 x 100%

= 38,8%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M : 56/136 x 100%

= 41,2%

o Konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M : 162/288 x 100%

= 56,2%

Perhitungan menentukan nilai Tekanan Osmotik (TO) sel :

22,4 x M x T
273
22,4 x 0,271 x 300
TO =
273
TO = 6,67
TO

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

15

Anda mungkin juga menyukai