Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas karunia Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
Farmakologi II yang berjudul Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ) .
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. kami mengucapkan terimakasih terutama kepada dosen pengampuh, karena
telah memberikan saya tugas makalah ini serta kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan dan lebih baik kedepannya. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pontianak, 13 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1

1.1

Latar Belakang................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah............................................................................1

1.3

Tujuan............................................................................................ 1

1.4

Manfaat.......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


2.1 Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ).................................................3
2.1.1 Pengertian Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ).............................3
2.1.2 Klasifikasi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ).............................3
2.1.3 Etiologi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH ).................................5
2.2 Patogenesis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )................................8
2.3 Gambaran Klinik Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )........................9
2.4 Test Diagnosis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )............................9
2.5 Treatment.......................................................................................... 13
2.6 Spesialite Obat................................................................................... 14
2.7 Mekanisme Kerja Obat PAH................................................................23
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi pulmonial (Pulmonary hipertension) atau yang disebut hipertensi
paru, barangkali belum familiar ditelinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal
yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya angka kejadian pada
perempuan dua setengah kali lipat dibanding laku-laki. Pada kasus hipertensi
pulmonial primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik. Meski
diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun
diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini.
Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis
penyakit ini masih minim ( wanita ) di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik,
hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor
kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita penyakit
hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar
bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang
dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yag lebih baik.
Kendala lain adalah banyak gejala yang dikaitkan denga hipertensi paru ternyata
tidak spesifik mengarah pada hipertensi paru, sehingga tak heran diagnosis
penyakit ini semakin sulit saja. Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut
mengenai hipertensi pulmonal yang kurang diketahui oleh masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari PAH ?
2. Apa saja spesialite obat dari PAH ?
3. Apa saja treatment yang dilakukan untuk PAH ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari PAH
2. Untuk mengetahui spesialite dari PAH

3. Untuk mengetahui treatment yang dilakukan pada PAH

1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan dan informasi tentang PAH ( Pulmonary Arteri
Hipertension ).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )

2.1.1 Pengertian Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


Hipertensi pulmonal adalah peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang
menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan
afterload ventrikel kanan (Diah et al, 2006). HTP sering terjadi pada pasien PGK
(Abdelwhab et al, 2009).
HTP dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, jika HTP tidak
diatasi maka dapat mengakibatkan menurunnya regangan vaskular, peningkatan
tekanan arteri pulmonalis yang progresif dan akhirnya menjadi gagal jantung
kanan dan kematian. Pasien dengan HTP berkepanjangan mempunyai morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada kondisi kausatif yang menyebabkan
HTP itu sendiri (Abdelwhab et al, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


Klasifikasi klinis PAH berdasarkan WHO dan Venice (2003), PAH
dikelompokkan dalam 5 kelompok.
Klasifikasi Hipertensi Pulmonal (Michael et al 2007; Diah et al 2006)
Hipertensi arteri pulmonal

Idiopatik atau primer

Familial

Hipertensi yang berhubungan dengan :


1. Penyakit kolagen pada pembuluh darah
2. Shunt kongenital sistemic-ke-pulmonal
3. Hipertensi portal
4. Infeksi HIV
5. Toxin dan obat-obatan
Yang berhubungan dengan keterlibatan vena atau kapiler
1. Penyakit oklusi vena pulmonal
2. Hemangiomatosis kapiler pulmonal

Hipertensi pulmonal dengan penyakit jantung kiri

Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung

Penyakit katup jantung kiri

Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit paru dan atau


hipoksia

Penyakit paru obstruksi kronik

Penyakit jaringan paru

Gangguan nafas saat tidur

Kelainan hipoventilasi alveolar

Tinggal lama ditemapt yang tinggi

Perkembangan abnormal

Hipertensi pulmonal oleh karena penyakit emboli dan trombitik kronik


-

Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis proksimal

Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal

Emboli pulmonal non trombotik ( tumor, parasit, benda asing )

Miscellaneous
Sarcoidosis, histiocytosis-X, lymphangiomatosis, penekanan pembuluh darah
paru (adenopati, tumor, fibrosis mediastinitis).

WHO juga mengusulkan klasifikasi fungsional HTP dengan memodifikasi


klasifikasi fungsional dari New York Heart Association (NYHA) sistem.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Fungsional WHO Penderita Hipertensi Pulmonal
(Diah et al 2006)
Pasien dengan hipertensi pulmonal tanpa keterbatasan dalam
Kelas I

melakukan aktifitas sehari hari.


Pasien dengan hipertensi pulmonal, dengan sedikit keterbatasan

Kelas II

dalam melakukan aktifitas sehari hari.


Pasien dengan hipertensi pulmonal, yang bila melakukan

Kelas III

Kelas IV

aktifitas ringan akan merasakan sesak dan rasa lelah yang


hilang bila istirahat.
Pasien dengan hipertensi pulmonal, yang tidak mampu

melakukan aktifitas apapun (aktifitas ringan akan merasakan


sesak), dengan tanda dan gejala gagal jantung kanan.

2.1.3 Etiologi Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


Etiologi pasti PAH pada pasien PGTA masih belum diketahui. Beberapa
proses etiologi yang berbeda telah ditetapkan sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Perubahan hormonal dan metabolik yang berkaitan dengan
PGK dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonalis dan meningkatkannya
resistensi vaskular pulmonal. Selanjutnya peningkatan tekanan arteri pulmonalis
juga disebabkan oleh peningkatan kardiak output akibat dari akses AV fistula itu
sendiri dan diperburuk oleh kondisi-kondisi umum yang terjadi pada PGK seperti
anemia dan overload cairan ( Abdlwhab et al, 2009 ).

Gambar 2.1 Lesi Flexiform arteri pulmonal pada hipertensi pulmonal (Diah et al
2006)
Meskipun masih kontroversial, adanya kalsifikasi yang berlebihan pada
pembuluh darah dapat diobservasi pada pasien-pasien usia muda yang menjalani
HD. Kalsifikasi vaskular merupakan tipe kalsifikasi ekstraosseous yang paling
sering terjadi pada pasien PGTA. Kalsifikasi jarang sekali dapat di identifikasi
dengan foto thoraks konvensional (Amin et al, 2003). Kemungkinan lain adalah
pada pasien PGK sering terjadi hiperparatiroidisme sekunder yang menyebabkan
kalsifikasi arteri pulmonalis (Yigla et al, 2003).
Berbagai studi menghubungkan terjadinya PAH sebagai ketidakseimbangan
antara vasodilator seperti prostacyclin dan nitric oxide (NO) dan vasokonstriktor
seperti thromboxane A2 dan endothelin-1 (Abdelwhab et al, 2009). NO dan ET-1
merupakan molekul yang dihasilkan oleh sel endotel berperan penting dalam

patogenesis HTP pada pasien PGTA dengan HD melalui AV fistula. Respon


vasodilatasi yang berkurang pada akses AV fistula menyebabkan peningkatan
cardiac output yang mungkin bisa menerangkan terjadinya peningkatan tekanan
arteri pulmonalis pada pasien-pasien uremik, menunjukkan bahwa 48% pasien
HTP mengalami peningkatan cardiac output yang signifikan. HTP pada pasien
HD merupakan bentuk HTP yang unik, dimana peningkatan cardiac output dan
kondisi uremik timbulnya disfungsi endotel yang menetap (Nakhoul et al, 2005).
Produksi NO meningkatkan tonus pembuluh darah paru, mengurangi kapasitas
sirkulasi pulmonal dalam mempertahankan akses AV fistula yang memediasi
peningkatan cardiac output dan akhirnya menyebabkan HTP (Said et al, 2006).
Peningkatan produksi NO pada pasien PGTA dengan HD melalui AV fistula
dihubungkan dengan biocompatibility dialiser. Mekanisme yang mempengaruhi
aktifitas NO pada pasien uremia masih belum jelas. Terjadinya disfungsi endotel
pada seluruh tingkatan PGK mendukung bahwa uremia berperan langsung
terhadap gangguan ini. Menurunnya bioavailibilitas NO terhadap substrat NO Larginine, berkurangnya ekspresi NO synthase pada organ yang bersangkutan,
interaksi NO dengan Reactive Oxygen Species (ROS) dan akumulasi endogen
inhibitor NO synthase seperti dimethyl arginine asimetrik dan homosistein
berperan dalam mekanisme ini (Nakhoul et al, 2005).
ET-1 merupakan vasokonstriktor yang poten dan mitogen yang sangat kuat
yang dihubungkan dengan hipertensi primer dan sekunder. Kadar ET-1 meningkat
pada penderita HTP. Aktivitas ET-1 juga meningkat pada pasien uremia (Albada et
al, 2005). Pendapat ini didukung oleh adanya penemuan BOSENTAN (antagonis
ET-1) yang menurunkan HTP pada PGTA secara signifikan (Abdelwhab et al,
2009).
Hipertensi pulmonal Tipe 2
HTP tipe 2 dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri lebih tinggi signifikan
pada HTP. Disfungsi diastolik berpengaruh terhadap perkembangan HTP dengan
menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri (Abdelwhab et al, 2009). Pada
studi yang lain kadar thromboxane B2 (TXB2) lebih tinggi signifikan pada pasien
PGTA dengan HTP (Harp et al, 2005). Vena pulmonalis merupakan tempat kerja

primer dari thromboxane. Meningkatnya sintesis zat zat vasoaktif ini dapat
menyebabkan

kontriksi

vena

pulmonalis

dan

meningkatkan

tekanan

mikrovaskular. Proses HD sendiri juga berkaitan dengan peningkatan produksi


thromboxane (Abdelwhab et al, 2009) .
Selain itu adanya korelasi positif yang signifikan diantara pro-brain
natriuretic peptide (pro-BNP) dan HTP pada pasien PGTA. Peranan BNP terhadap
HTP pada pasien PGTA masih belum jelas dan mungkin karena BNP adalah
prediktor penting adanya kongesti kardiovaskula dan disfungsi diastolik ventrikel
kiri yang dapat meningkatkan tekanan intravaskular pada vena pulmonalis (Wang
et al, 2007).
Efek lain uremik terhadap tekanan arteri pulmonal telah ditetapkan sebagai
faktor etiologi HTP pada HD melalui disfungsi endotel yang terjadi pada HTP dan
uremia. Penggunaan eritropoetin (EPO) pada pasien PGK menyebabkan
peningkatan resistensi vaskular pulmonal dimana kemungkinan tidak hanya
berhubungan dengan efek vasomotor tetapi juga remodeling vaskular disebabkan
karena stimulasi reseptor EPO (Abdelwhab et al, 2009).
Hipertensi pulmonal Tipe 3
HTP tipe 3 merupakan tipe hipertensi yang umum terjadi pada pasien PGK.
Selain hipoksemia yang terjadi selama dialisis, sleep apnea sindrome terjadi pada
3080% pasien dialisis, menyebabkan hipoventilasi alveolar. Selain itu resiko
obstruktif dan gangguan respiratori sentral meningkat pada pasien PGK dan terapi
dialisis. Sleep apnea sindrome dan gangguan tidur pada pasien PGTA disebabkan
oleh efek langsung uremik ensefalopati dan sitokin somnogenik hipoksia yang
berhubungan

dengan

gangguan

tidur

dan

dialisis

memicu

terjadinya

vasokonstriksi pulmonal dan remodelling vaskular yang dapat menyebabkan


peningkatan tekanan arteri pulmonal (Abdelwhab et al, 2009) .
Hipertensi pulmonal Tipe 4
Proses HD sendiri berpengaruh terhadap peningkatan tekanan arteri
pulmonalis, tetapi penyebab pasti masih belum diketahui, mungkin karena adanya
vasokonstriktor seperti endothelin. Penyebab lain adalah emboli microbubble.

Jejas paru dengan mikrobubble yang berulang dapat menerangkan terjadinya


peningkatan tekanan arteri pulmonalis pada pasien hemodialisis jangka panjang.
Selain itu, hemodialisis menyebabkan episode hipoksemia yang berulang
disebabkan karena blokade parsial capillary bed pulmonal oleh selsel putih atau
mikroemboli silikon. Hipoksia menyebabkan vasokonstriktor pulmonal aktif sama
seperti remodeling struktur vaskulatur arteri pulmonalis (Abdelwhab et al, 2009) .

2.2 Patogenesis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


Akses vaskular yang dibuat untuk terapi HD adalah artificial sering
menyebabkan terjadinya shunting yang besar dari kiri ke kanan dengan kapasitas
yang selalu meningkat seiring waktu. Pasien PGTA mempunyai sirkulasi
pulmonal yang abnormal secara fungsional. Peningkatan tekanan arteri
pulmonalis

yang

patologis

terjadi

pada

pasien

yang

tidak

mampu

mengkompensasi sirkulasi pulmonal terhadap akses AV fistula yang dihubungkan


dengan cardiac output yang tinggi (Abdelwhab et al, 2009) .

Gambar 2.2 Patogenesis Hipertensi Pulmonal (Diah et al 2006)

2.3 Gambaran Klinik Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


Gejala HTP yang paling sering adalah dispnu saat aktifitas, fatique dan
sinkop merupakan refleksi ketidakmampuan menaikkan curah jantung selama
aktifitas. Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal tetapi
nyeri dada disebabkan oleh karena peregangan arteri pulmonal atau iskemia

ventrikel kanan (Diah et al, 2006).


Tabel 2.3 Gejala dan Tanda Hipertensi Pulmonal (Diah et al, 2006)
Gejala
Dispnu saat aktifitas
Fatique
Sinkop
Nyeri dada angina
Hemoptisis
Fenomena Raynaulds

Tanda
Distensi vena jugularis
Impuls ventrikel kanan dominan
Komponen katup paru menguat ( P2 )
S3 jantung kanan
Murmur trikuspid
Hepatomegali
Edema perifer.

Pasien PAH dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan dengan


gambaran kongesti vena sistemik, efusi pleura dan asites. Hal inilah yang
menyebabkan menurunnya tekanan arteri sistemik dan hipotensi intradialisis
(Tarrass et al, 2005).

2.4 Test Diagnosis Pulmonary Arterial Hypertention ( PAH )


a. Ekokardiogarfi
Ekokardiografi merupakan skrining test noninvasive yang sangat baik
dilakukan untuk pasien yang dicurigai mengalami PAH (Schannwell et al, 2007).
Tekanan sistolik arteri pulmonal ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel
kanan tanpa adanya obstruksi outflow pulmonal. Untuk menilai tekanan sistolik
ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada trikuspid regurgitasi (TR)
(Noordegraaf et al, 2009).
Color Doppler
Perkembangan TR pada pasien PAH sering dihubungkan dengan adanya
dilatasi annular, perubahan ukuran ruang ventrikel kanan dan perubahan letak
katup trikuspidal bagian apical. Pemakaian aliran trikuspidal regurgitasi sistolik
(v) merupakan sebuah perhitungan pulmonary artery systolic pressure (PASP)
yang dapat ditentukan dengan ekokardiografi Doppler. Tanpa adanya pulmonary
outflow tract obstruction, PASP ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel
kanan, yang dapat dihitung dengan rumus Bernouilli yang sederhana :
RVSP = 4v2 + right atrial pressure ( RAP ), RVSP singkatan dari right

ventricular systolic pressure, v diukur dengan signal continuous wave Doppler


dan perhitungan nilai RAP menggunakan karakteristik vena cava inferior.
Kecepatan puncak early diastolik dan end diastolik regurgitasi pulmonal
berkorelasi signifikan dengan rerata dan tekanan arteri pulmonalis diastolik
(Daniels et al, 2004).
Waktu accelerasi (Acceleration time) right ventricular outflow tract
didefinisikan sebagai interval dari onset kecepatan maksimal aliran darah yang
dipulsasikan melalui signal yang dihasilkan gelombang Doppler, memiliki
korelasi negative dengan mean pulmonary artery pressure ( mPAP ). Waktu
accelerasi right ventricular outflow tract < 100 ms mencerminkan peningkatan
mPAP. Performan miokard ventrikel kanan (TEI Index) merupakan rasio interval
waktu isovolumetrik terhadap waktu ejeksi ventrikel, yang dapat dihitung dari
pulsasi gelombang Doppler yang dihasilkan dari lamanya inflow dan outflow.
Parameter ini telah menggambarkan sebagai indeks non geometrik global fungsi
ventrikel sistolik dan diastolik. Nilai normal index ini adalah 0,280,04 dan nilai
ini meningkat dengan adanya disfungsi ventrikel kanan (Jae et al, 2006).
Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan arteri pulmonalis sistolik (Daniels et al, 2004).
Kategori

Tekanan arteri pulmonalis

Ringan

36 50 mmHg

Sedang

51 69 mmHg

Berat

70 mmHg

Karakteristik disfungsi ventrikel kanan pada HTP dengan ekokardiografi


Doppler mencakup penurunan kecepatan dan integral waktu aliran darah melalui
katup pulmonal dan pemendekan acceleration time (AcT) yang diukur dari
permulaan aliran darah melalui katup pulmonal sampai kecepatan mencapai
puncaknya, satuannya milliseconds dapat digunakan untuk menghitung rerata
tekanan arteri pulmonal dengan rumus : mPAP = 79 0,45 (AcT) (Jae et al, 2006).

10

Gambar 2.4 Short axis menunjukkan gambaran TR yang terlihat pada


atrium kanan selama sistolik (Daniels et al, 2004)

b. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) juga harus dilakukan pada pasien yang dicurigai HTP,
meskipun tidak spesifik. Gambaran tipikal EKG pada HTP adalah :
Pergeseran axis ke kanan
Gelombang R>S dengan R/S rasio > 1 di V1
qR kompleks di lead V1
Pattern rSR di lead V1
Gelombang S besar dan R kecil dengan R/S rasio < 1 di lead V5 atau V6
Pattern S1, S2, S3
Gambaran gelombang ST depresi dan inversi sering muncul di lead precordial
kanan. Pembesaran atrium kiri ditandai dengan gelombang P yang tinggi (2,5mm)
di lead II, III, AVF dan axis P frontal 75 (Schannwell et al, 2007).

Gambar 2.4 Elektrokardiografi Hipertensi Pulmonal (Diah et al, 2006)

11

c. Foto Thoraks
Gambaran khas foto thoraks pada HTP ditemukan pembesaran hilar,
bayangan arteri pulmonalis dan pada foto thoraks lateral pembesaran ventrikel
kanan (Diah et al, 2006).

d. Pemeriksaan Angiografi
Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk diagnosis PAH.
Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti
penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk dugaan prognostik
pada pasien dengan PAH. Kateterisasi jantung dilakukan pada pasien dengan PAH
yang signifikan sesudah pemeriksaan klinis dan ekokardiografi terutama pada
yang direncanakan untuk pengobatan (Diah et al, 2006).
2.5 Treatment

12

Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi


jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti diuretic, beta-blocker, ACE
Inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantul mitral atau katup aorta
(pembuluh darah utama).
Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup,
diuretic, antikoagulan, dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim
dilakukan tetapi berdasarkan dari penelitian tersebut belum pernah dinyatakan
bermanfaat dalam mengatasi pernyakit tersebut.

Terapi bedah
Pembedahan sekar antar serambi jantung (Atrial Septostomi) yang dapat

menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan
pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen
dalam darah (hipoksia).
Transplantasi paru dapat menyenangkan hipertensi pulmonal namun
komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih 5
tahun.
Obat-obatan Vasoaktif
Obat-obat vasoaktif yang digunakan saat ini antara lain adalah Antagonis
Reseptor Endothelial, PDE-5 inhibitor dan Derivate Prostasiklin.

Obat-obat

tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru.


Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang dapat persetujuan dari FDA
pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal (Lee SH, Channick
RN.2005.Endothelin Antagonism Hypertension Pulmonary Arterial).

2.6 Spesialite Obat


Beberapa dari obat-obat yang paling umum digunakan yang diresepkan
untuk merawat pulmonary hypertension termasuk dalam tabel di bawah ini:
Generik
Nifedipin

Paten
Fedipin

Indikasi
Antihiertens
i, anti

13

Kontraindikasi
Kombinasi

Efek samping
Insiden efek

Posologi
Antihipertensi

nifedipin dengan samping

sediaan biasa

penyekat

tab. 10mg,

kurang lebih

angina
( membantu
menurunkan
tekanan
darah
tinggi)

adrenoseptor

20%, terutama

dosis awal 3x

beta dapat

disebabkan

10 mg,

menimbulkan

akibat

maksimal 60

hipotensi berat

vasodilatasi

mg/hr.

dan/gagal

berlebihan,

Sediaan lepas

jantung bila

berupa nyeri

lambat 20 mg,

diberi pada

kepala

dosis awal

penderita dgn

berdenyut,pusi

2x20 mg,

angina pektoris

ng,muka

maksimal 80

berat,

merah udem

mg/hr.

aterosklerosis pd perifer

Anti angina :

tiga pembuluh

hipotensi,

anginastabil

koroner,

refleks taki

kronik; 3x10-

gangguan fungsi

kardi dan

20mg,

jantung dan/atau

palpitasi .

anginaprinzme

riwayat infark
Adalat

Pengobatan
hipertensi,
pengobatan
penyakit
jantung
koroner

miokard.
Adalat OROS

Astenia,

mg.
Untuk

tidak boleh

edema, sakit

hipertensi - 1

diberikan pada

kepala,

tablet adalat

kasus

palpitasi,

OROS 20 satu

hipersensitifitas

vasodilatasi,

kali sehari (1x

terhadap

konstipasi,

20mg/hari)

nifedipine atau

pening.

-1 tablet adalat

penyekat kanal

OROS 30 satu

kalsium

kali sehari (1x

golongan

30mg/hari)

dihydmpyridine.

-1 tablet adalat

Nifedipine tidak

OROS 60 satu

boleh diberikan

kali sehari (1x

pada kasus syok

60mg/hari)

kardiovaskuler.
Adalat OROS
14

tal; 3-4 x 20-30

tidak boleh
diberikan
bersama
rifampicin
karena kadar
plasma
nifedipine yang
efisien tidak
akan tercapai
akibat induksi
enzim. Adalat
OROS tidak
boleh diberikan
pda pasien
dengan Kock
pouch
(ileostomi peace
Beta Adalat

Hipertensi,
dimana
pengobatan
tunggal dari
masingmasing obat
tidak
memberikan
penurunan
tekanan
darah yang
kuat

protokolektomi).
Blokade jantung Sakit kepala,

1 kapsul sekali

derajat 2 atau 3,

kemerahan,

sehari, dapat

syok

kelelahan,

dinaikkan

kardiogenik,

gangguan

sampai sampai

payah jantung

saluran cerna,

2 kali/hari;

berat, kehamilan

pusing, edema,

pada pasien

laktasi.

perubahan

lansia,

Pemberian

suasana hati,

maksimal 1

bersama

trombositopeni

kapsul/hari

antagonis

a, reaksi

kalsium yang

psoriasiform

mempunyai efek kulit,


inotropik negatif eksaserbasi
psoriasis,
gangguan

15

penglihatan,
psikosis,
perburukan
payah jantung,
halusinasi,
blokade
Beraprost
Dorner
(Pengobatan
PH Oral
(diminum/b
entuk pill)

jantung
meningkatkan

hipertensi paru

paru primer; kehamilan

risiko

primer: dosis

perbaikan

perdarahan

awal, 60 mcg

tukak, nyeri

pada kondisi

sehari dalam 3

dan rasa

menstruasi;

dosis terbagi,

dingin yang

pengobatan

sesudah

disebabkan

sebaiknya

makan, dapat

oleh oklusi

dihentikan jika

ditingkatkan

arteri

perdarahan,

hingga

kronik.

syok,

maksimum 180

pneumonia

mcg sehari

interstisial,

dalam 3-4

gangguan

dosis terbagi;

fungsi hati,

perbaikan

angina

tukak, nyeri

hipertensi

perdarahan;

pektoris, infark dan rasa dingin


miokard,

yang

reaksi

disebabkan

hipersensitivita oleh oklusi


s, sakit

arteri kronik:

kepala,pusing,

Dewasa, dosis

hot flushes,

lazim 120 mcg

diare, mual,

sehari dalam 3

nyeri

dosis terbagi.

abdomen,
anoreksia,
16

peningkatan
bilirubin, AST,
ALT, LDH,
trigliserida.

Inhaler
Iloprost

Ventavis

hipertensi

kehamilan dan

sangat umum:

melalui

paru primer

menyusui (lihat

sakit kepala,

inhalasi: 2,55

atau

lampiran 2),

vasodilatasi,

mcg, 69 kali

sekunder

kondisi yang

peningkatan

sehari, dapat

yang

akan

batuk, mual,

ditambah

disebabkan

meningkatkan

nyeri

tergantung

penyakit

resiko

rahang/trismus

respon dan

jaringan

pendarahan

; umum:

tolerabilitas.

ikat

(tukak lambung

pusing,

(connective

aktif, trauma,

hipotensi,

tissue

perdarahan

sinkop,

disease)

intrakranial),

dispnea, diare,

atau akibat

angina tidak

muntah, iritasi

obat, pada

stabil atau

mulut dan

tahap

penyakit jantung lidah, ruam

sedang

koroner berat,

kulit, nyeri

sampai

infark miokard

punggung;

berat.

dalam 6 bulan

frekuensi tidak

Sebagai

terakhir, gagal

diketahui:

tambahan,

jantung

hipersensitivita

pengobatan

dekompensasi

s,

hipertensi

(kecuali jika di

bronkospasme/

paru yang

bawah

wheezing,

disebabkan

pengawasan

disgeusia

tromboemb

dokter), aritmia

olisme paru

berat, kongesti

17

kronik yang

paru, kejadian

tidak bisa

serebrovaskular

dilakukan

dalam 3 bulan

pembedaha

terakhir

(serangan
iskemik transien
atau stroke),
hipertensi paru
akibat penyakit
oklusif vena,
kelainan katup
jantung.

Epoprostenol

Flolan

Untuk

Hindari pada

Efek

Sediaan infus

mengobati

pasien dengan

pembatasan

1-2

tekanan

gagal jantung

dosis : nyeri di

ng/kg/menit

darah tinggi

kongestif (CHF)

dada,gelisah,ke setiap 15 menit

dalam

karena disfungsi

peningan

atau lebih

pembuluh

sistolik

Perubahan

lama.

darah yang

ventrikuler kiri

detak

berhubunga

dan pada

jatung,sakit

n dengan

mereka yang

kepala,hipoten

paru-paru

mengembangka

si,kulit

n edema

kemerahan.

pulmonary

Nyeri otot,

selama

sakitt rahang.

pemberian
Treprostinil

Remodulin

Untuk

dosis.
Remodulin

infus

mengobati

harus digunakan

(vasodilasi,

1.25

tekanan

dengan hati-hati

edema,

ng/kg/menit

darah tinggi

pada pasien

hipotensi),

lanjutkan infus

18

1. Efek CV

1. Dosis awal:

dalam

dengan

Efek CNS

subcutaneous.

sistem

gangguan ginjal

(sakit kepala,

2. Jika hal ini

peredaran

atau hati.

kepeningan);

tidak bisa

PAH

Efek

diterima, dosis

(pulmonary

dermatologis

harus dibagi

arterial

(ruam,

dua.

hypertensio

pruritus); Efek

3. Jumlah infus

n).

GI (diare,

boleh ditambah

mual).

berdasarkan

2. Efek lokal:

respon pasien

sakit di titik

dengan

infus bisa

kenaikan

meningkat

hingga

selama

mencapai 1.25

beberapa bulan

ng/kg/menit

terapi; reaksi

setiap minggu

di titik infus.

untuk 4
minggu
pertama,
diikuti dengan
kenaikan
hingga 2.5
ng/kg/menit
setiap
minggunya.
4. Dosis
maksimum: 40

Tyvaso

Digunakan

Jika memiliki

Batuk , sakit

ng/kg/menit.
Tyvaso

inhaler

pada orang

tekanan darah

kepala , iritasi

inhalasi

dewasa

rendah , Tyvaso

tenggorokan

biasanya

untuk

dapat

dan nyeri ,

diberikan 4

mengobati

menyebabkan

mual ,

kali per hari

19

hipertensi

gejala hipotensi

kemerahan

pada interval

arteri paru

( tekanan darah

pada wajah

merata spasi

( PAH )

rendah )

dan leher

selama jam

( WHO

Karena Tyvaso

( flushing ) ,

bangun. Setiap

Grup 1 ) ,

mengurangi

dan pingsan

kali

yang

kemampuan

atau

menggunakan

merupakan

darah untuk

kehilangan

obat, maka

tekanan

membeku

kesadaran . Ini

akan

darah tinggi

( mengentalkan

tidak semua

menghirup

pada arteri

) , mungkin

kemungkinan

hingga 9 napas

paru-paru

meningkatkan

efek samping

obat. Ikuti

Anda .

risiko

dari Tyvaso .

petunjuk

Tyvaso

pendarahan jika

Katakan

dokter.

dapat

mengambil

kepada dokter

Jangan

meningkatk

pengencer darah

Anda tentang

mencampur

an

( antikoagulan )

efek samping

obat inhalasi

kemampuan

, seperti

yang

lain dengan

berolahraga

warfarin atau

mengganggu.

Tyvaso dalam

pada orang

heparin,

yang juga

Penggunaan

mengambil

Tyvaso dengan

bosentan

diuretik ( pil

( antagonis

air ) ,

reseptor

antihipertensi

endotelin )

( obat yang

atau

digunakan untuk

sildenafil

mengobati

( phosphodi

tekanan darah

esterase - 5

tinggi atau

inhibitor )

penyakit jantung
) , atau
vasodilator

20

sistem inhalasi.

lainnya ( obat
yang
menurunkan
tekanan darah )
dapat
meningkatkan
risiko untuk
hipotensi
( tekanan darah
rendah )

Sildenafil
citrate

Viagra

Dapat

Viagra

Efek samping

Viagra 50 mg

digunakan

dikontraindikasi

mengkonsumsi

mengandung

untuk

kan pada pasien

Viagra dapat

sildenafil 50

merelaksasi

atau pada orang

berupa nyeri

mg dalam

kan

dengan

kepala, rasa

setiap

pembuluh

gangguan

hangat pada

tabletnya.

darah kecil

jantung, tidak

tubuh,

Penggunaan

paru-paru

boleh digunakan

gangguan

sildenafil

pada pasien

pada keangguan

ulkus lambung, untuk

dengan

ginjal berat,

gangguan

mengobati

hipertensi

gangguan hati

penglihatan

hipertensi

arteri

berat, pasien

seperti

arteri pulmonal

pulmonal

dengan sakit

penglihatan

adalah

(HAP), dan

lambung kronis.

kabur atau

sebanyak tiga

secara tidak

Viagra dapat

fotofobia. Efek

kali per hari,

langsung

menurunkan

samping

dosis dapat

meningkatk

aliran darah ke

lainnya adalah

disesuaikan

an

serabut saraf

hipotensi berat, dengan tingkat

kemampuan

optik, hal ini

gangguan

keparahan.

napas orang

dapat

irama jantung,

Terapi dapat

21

saat

menyebabkan

berolahraga. kehilangan
penglihatan

serangan

dimulai dengan

jantung akut,

dosis rendah

maupun stroke. 25 mg, 50 mg,

sesaat secara

kemudian 100

tiba tiba,

mg setiap

keadaan ini

minumnya.

terjadi pada
beberapa orang
yang sebagian
besar menderita
penyakit
jantung,
diabetes
mellitus,
tekanan darah
tinggi, perokok
berat, pasien
dengan usia di
atas 50 tahun.
Bila hal ini
terjadi, segera
hentikan
penggunaan dan
segera hubungi
Revatio

22

dokter.
Bila mengambil

Dosis untuk

donor oksida

hipertensi

nitrat, nitrit

arteri paru

organik dan

(Revatio)

nitrat, seperti

adalah salah

trinitrate gliseril

satu 20 mg

(nitrogliserin),

tablet tiga kali

natrium

sehari. Revatio

nitroprusside ,

pil berwarna

amyl nitrit ("

putih, bulat,

popper ");

berlapis film
tablet dicetak
dengan "RVT
20" timbul di
satu sisi

2.7 Mekanisme Kerja Obat PAH


Nifedipin
Antagonis kalsium yang bekerja terutama dengan cara menghambat

masuknya ion Ca ( calsium ) ke dalam sel. Nifedipin adalah antagonis kalsium


yang paling kuat dalam menimbulkan vasodilatasi arteriol perifer sehingga
menyebabkan penurunan tekanan darah dan resistensi perifer. Nifedipin juga
merupakan vasodilator koroner yang paling poten dan akibat vasodilatasi perifer
terjadilah penurunan after load jantung, sehingga menyebabkan peningkatan
curah jantung, terutama pada penderita gagal jantung kiri.

Beraprost
Beraprost adalah analog prostasiklin yang diberikan secara oral. Beraprost

digunakan untuk HP ringan. Beraprost dapat meningkatkan fleksibilitas sel darah


merah, menurunkan viskositas darah, mengahambat agregrasi trombosit dan
vasodilatasi pembuluh darah paru.
Mekanisme kerja beraprost yaitu serupa dengan prostasiklin, natrium
beraprost menunjukkan tindakan misalnya, antiplatelet dan vasodilatasi tindakan
dengan mengikat reseptor PGI2 trombosit dan sel-sel otot polos pembuluh darah,
yang menginduksi aktivasi adenilat siklase, meningkatkan konsentrasi intraselular
cAMP, menghambat Ca+2 masuknya dan sintesis tromboksan A2 atau model
lainnya.

Sildenafil Sitrat
Sildenavfil sitrat merupakan salah satu jenis obat baru yang masih

dipasarkan sebagai produk patennya yaitu viagra dan revatio. Sildenafil


merupakan salah satu senyawa yang di gunakan dalam terapi disfungsi ereksi atau

23

lebih dikenal dengan istilah antiimpotensi golongan inhibitor fosfodiesterase.


Selain digunakan dalam terapi disfungsi ereksi, sildenafil juga digunakan dalam
pulmonary arterial hypertention (PAH).
Pada Pulmonary Arterial Hypertention (PAH) sildenafil bekerja dengan
merelaksasi dinding arteri sehingga menyebabkan penurunan resistensi dan
tekanan arteri. Pada akhirnya akan mengurangi beban kerja dari ventrikel kanan
jantung dan memperbaiki gejala gagal jantung karena, PDE-5 terutama tersebar
pada otot halus dinding arteri pada paru dan penis, sildenafil bertindak selektif
pada kedua daerah tersebut tanpa menvasodilatasi daerah lain di tubuh.

Epoprostenol
Epoprostenol adalah obat kelompok prostaglandin. Obat ini bekerja

dengan cara memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan darah ke paru-paru,


sehingga mengurangi beban kerja jantung.

Treprostinil
Treprostinil adalaha sebuah prostaglandin. Obat ini bekerja dengan cara

mengendurkan pembuluh darah dan meningkatkan pasokan darah ke paru-paru


pada pasien dengan penyakit PAH (pulmonary arterial hypertension).

Inhaler Iloprost
Inhaler merupakan sejenis alat untuk menyedot obat digunakan dalam

rawatan penyakit asma atau penyakit berkaitan saluran pernafasan. Terdapat


beberapa jenis inhaler yang sering digunakan.
Inhalasi analog prostasiklin yang stabil,

iloprost,

pernah

diteliti

penggunaannya untuk hipertensi pulmonal. Sildenafil merupakan penghambat


selektif phosphodiesterase type 5 (PDE5). PDE5 terdapat di seluruh tubuh dan di
dalam paru terdapat dalam konsentrasi yang tinggi. Penghambatan pada PDE5
akan meningkatkan efek vasodilatasi dari nitric oxide pada hipertensi pulmonal
dengan mencegah pemecahan dari cyclic guanosine monophosphate (cGMP),
yang mencetuskan relaksasi otot halus vaskular dan meningkatkan aliran darah.
Pada hewan coba dan penelitian pada manusia, sildenafil diketahui menghasilkan
penurunan selektif pada tekanan arteri pulmonal secara relatif tanpa meningkatkan

24

efek samping sistemik. Penghambatan PDE5 juga meningkatkan aktivitas antiagregrasi trombosit nitric oxide dan menghambat pembentukan trombus.
Cara penggunaan inhaler:
1. Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.
2. Buka tutup inhaler dan kocok inhaler dengan teratur.
3. Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka
untuk penggunaan pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara
untuk mengecek apakah inhaler berfungsi dengan baik.
4. Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan, lalu letakan bagian mulut inhaler
pada mulut ( diantara gigi atas dan bawah ), kemudian tuutp mulut dengan
merapatkan bibir ( jangan digigit ).
5. Mulai dengan bernafas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil
bernafas secara berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan
obatnya. Satu kali tekan merupakan satu kali semprotan obat.
6. Lanjutkan untuk bernafas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paruparu.
7. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik ( atau selama kondisi senyaman yang
terasa) lalu buang nafas perlahan.
8. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok
kembali inhaler, ulangi langkah 4-7.
9. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.
10.Setelah selesai, berkumur kumur dan catat dosi s yang sudah terpakai.

25

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hipertensi pulmonal adalah peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang
menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan
afterload ventrikel kanan (Diah et al, 2006).
2. Beberapa dari obat-obat yang paling umum digunakan yang diresepkan untuk
merawat pulmonary hypertension antara lain:
Nifedipin ( Fedipin, Adalat, Beta Adalat )
Beraprost ( Dorner )
Treprostinil ( Remodulin infus, Tyvaso inhaler )
Sildenafil citrate ( Viagra, Revatio )
Inhaler iloprost ( Ventavis )
Epoprostenol ( Flolan )
3. Treatment untuk PAH bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri
dengan menggunakan obat-obatan seperti diuretic, beta-blocker, ACE Inhibitor
atau dengan cara memperbaiki katup jantul mitral atau katup aorta (pembuluh
darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola
hidup, diuretic, antikoagulan, dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang
lazim dilakukan tetapi berdasarkan dari penelitian tersebut belum pernah
dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi pernyakit tersebut.

26

DAFTAR PUSTAKA
Abdelwhab S, Abdelwhab M (2009). Pulmonary hypertension in renal failure
patients. Kidney.
Hardjasputra SL, dkk. Data Obat di Indonesia(DOI). edisi 10. Jakarta: Grafidian
Medipress, 2002.
H.A Steven, D.D. Ivy. Recent progress in understanding pediatric pulmonary
hypertension, Curr Opin Pediatr, 2011 June, 23(3) : 298-304.
H. Marc, S. Gerald. Pulmonary arterial hypertension, Orphanet encyclopedia,
November 2004 : 1-7.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). ISO. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri Abadi,
2007.
Mi H.M., Sun Y.K., Yeon J.K., Su J.K., Jae B.L., Yong C.B., et al., 2006, Human
adipose tissue-derived mesenchymal stem cells improve postnatal
neovascularization in a mouse model of hindlimb ischemia. Cell Physiol
Biochem 2006, 17: 279-290.
O Teddy. Hipertensi Pulmonal Pada Penyakit Jantung Bawaan, Jurnal Kardiologi
Indonesia, 1996, vol.XXI(3) : 168-171.
R.J. Barst, S.I. Ertel, M.Beghetti, and D.D. Ivy. Pulmonary arterial hypertension :
a comparison between children and adults, Eur Respir J, 2011 March;
37(3) : 665-677.
Schannwell CM, Steiner S, et al (2007). Diagnostics in pulmonary hypertension.
Journal of Physiology and Pharmacology, 58:591-602.

27

Anda mungkin juga menyukai