BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
sakit pendidikan tipe A di kota Denpasar (Permenkes 1636 Tahun 2005 Tanggal
12 Desember 2005). Saat ini RSUP Sanglah Denpasar berstatus Badan Layanan
Umum (BLU) milik Departemen Kesehatan RI dan merupakan rujukan untuk
provinsi NTT, NTB dan Bali. Fasilitas di RSUP Sanglah Denpasar mencakup
empat sub pelayanan umum yaitu instalasi dibawah Direktorat Pelayanan Medik
dan Keperawatan, instalasi dibawah Direktorat SDM dan Pendidikan dan instalasi
di bawah Direktorat Umum dan Operasional serta Direktorat Keuangan. Instalasi
di bawah Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan yang meliputi: Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Inap
Intensif (ICU, ICCU dan Burn Unit), Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Wing
Internasional, Instalasi Geriatri, dan Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu. RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2009 memiliki jumlah ketenagaan sebanyak 2495
orang yang terdiri dari tenaga medis, non medis, paramedis perawatan, paramedis
non perawatan, apoteker, honorer dan tenaga kontrak.
RSUP Sanglah Denpasar melayani rawat jalan melalui poliklinik.
Poliklinik yang ada antara lain: poliklinik Bedah, Penyakit Dalam, Kebidanan,
Umum (Filter), Kardio, Paliatif, Anastesi, Jiwa, Saraf, Anak, Kulit Kelamin, Mata,
36
37
5.1.2
38
minggu tanggal 18 Juli 2010. Responden yang diperoleh pada minggu pertama
kunjungan endokrin yang berjumlah 21 orang diberikan penjelasan tentang
pelaksanaan penelitian. Setalah responden benar-benar menyanggupi pelaksanaan
penelitian dan mendatangani surat persetujuan menjadi responden, data responden
seperti tinggi badan, berat badan diminta untuk dimasukkan kedalam master tabel
serta nomor telepon dan alamat untuk keperluan penunjang penelitian. Responden
kemudian diberikan CD (compact disk) senam diabetes serta leaflet untuk
dipelajari terlebih dahulu. Pada minggu kedua penelitian, responden yang
diperoleh berjumlah 11 orang. Data reponden juga dikaji, diberikan CD
senamdiabetes serta leaflet seperti yang telah dilaksanakan kepada 21 responden
sebelumnya. Terakhir, pada minggu ketiga responden yang diperoleh berjumlah
empat orang dan diberikan CD senam diabetes, leaflet serta dikaji pula seperti
responden sebelumnya.
Pada saat pelaksanaan senam diabetes pada hari minggu responden diukur
gula darah dan kadar kolesterol darah responden. Responden diarahkan keruangan
khusus untuk pelaksanaan senam diabetes. Responden diberikan kesempatan
untuk mempelajari senam yang dibimbing oleh instruktur senam diabetes
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan senam diabetes yang sesungguhnya.
Seusai pelaksanaan senam diabetes responden diberikan penjelasan tentang
pelaksanaan senam berikutnya, diet yang harus dijaga serta pelaksanaan
pengukuran kadar kolesterol akhir atau post test.
Pelaksanaan senam berikutnya dilakukan di rumah-rumah responden.
Karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk mengontrol senam diabetes di
39
40
5.1.3
5.1.3.1
41
5.1.3.2
42
5.1.3.3
45%
33%
22%
43
5.1.3.4
42%
36%
14%
5%
3%
44
5.1.3.5
Massa Tubuh)
Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT
45
5.1.4
pengumpulan yaitu kolesterol meter Nesco. Setelah seluruh data terkumpul maka
data disajikan dalam tabel distribusi.
Tabel 5.1 Kadar Kolesterol Darah Sebelum dan Setelah Melakukan Senam Diabetes
Valid
Missing
36
36
Mean
265.6
224.3
Median
260.5
220.0
Mode
257
204
Minimum
145
105
Maximum
364
310
Berdasarkan tabel 5.1 ditemukan kadar kolesterol darah terendah responden pretest adalah 145 mg/dl, tertinggi adalah 364 mg/dl, rata-ratanya kadar kolesterol
darah adalah 265,6 mg/dl. Nilai tengah kadar kolesterol sebelum perlakuan adalah
260,5 mg/dl serta kadar kolesterol yang tersering muncul pada saat pengukuran
pre-test adalah 257 mg/dl. Kolesterol darah terendah responden post-test adalah
105 mg/dl, tertinggi adalah 310 mg/dl, rata-ratanya kadar kolesterol darah dari
keseluruhan responden adalah 224,3 mg/dl. Nilai tengah kadar kolesterol setelah
perlakuan adalah 220 mg/dl serta kadar kolesterol yang tersering muncul pada saat
pengukuran post-test adalah 257 mg/dl.
46
5.1.5
36
36
Mean
265.58
224.25
Std. Deviation
48.798
55.697
.096
.088
Absolute
Positive
.069
.062
Negative
-.096
-.088
Kolmogorov-Smirnov Z
.576
.531
.895
.941
47
kolesterol darah setelah tiga kali senam diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 untuk kedua metode berarti data telah
berdistribusi normal.
41.3
26.6
4.4
32.3
50.3
df
Sig. (2tailed)
9.3
35
.000
Berdasarkan tabel 5.4 nilai p (Sig.(2-tailed)) sebesar 0,000 yang berarti p<0,05
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan senam diabetes
terhadap penurunan kadar kolesterol darah pasien Diabetes Melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar dengan rata-rata penurunan kadar
kolesterol sebesar 41,3 mg/dl.
48
Correlation
Sig.
36
.879
.000
Berdasarkan tabel 5.5 nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,897 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara senam
diabetes dengan penurunan kadar kolesterol darah pasien Diabetes Melitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar
5.2
5.2.1
49
tahun dan tertua adalah 59 tahun. Hal ini sesuai dengan teori faktor risiko kejadian
Diabetes Melitus berdasarkan usia yang menyebut kasus Diabetes Melitus muncul
seiring dengan bertambahnya usia, dimana keadaan fisik mulai menurun
(Anonim, 2009).
5.2.2
50
cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang lebih sehingga
banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor. Akibatnya, banyak timbunan
glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan
kolesterol (Dalimartha, 2006). Namun banyak faktor lain seperti aktivitas yang
kurang aktif atau kurangnya melakukan olahraga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah karena jumlah kolesterol yang disintesa tubuh tidak dipergunakan
secara optimal sehingga terjadi penumpukan kolesterol dalam darah. Diet yang
kaya lemak juga dapat menyebabkan kadar kolesterol darah responden tinggi. Hal
ini disebabkan oleh karena tubuh sendiri mensintesis kolesterol yang akan
dipergunakan oleh tubuh serta kolesterol yang disintesis dari makanan yang
dikonsumsi. Jadi semakin banyak pasien mengkonsumsi lemak maka kadar
kolesterol darahnya secara progresif akan meningkat (Dalimartha, 2006).
5.2.3
kadar
51
dalam tubuh akan optimal. Hal ini dikarenakan reseptor insulin yang berada pada
otot-otot tubuh akan semakin peka, sehingga penggunaan insulin tidak terbuang
percuma. Ketiga enzim lipase (HSL, HL dan LPL) tidak terlalu teraktivasi
sehingga sintesa lipoprotein yang akan membentuk kolesterol darah tidak terlalu
aktif (Adam, 2005).
5.2.4
lipid terutama kolesterol karena sekresi dan kerja insulin penderita diabetes
mellitus tidak optimal. Insulin sendiri sangat mempengaruhi kerja enzim
trigliserid lipase yang bertugas mensintesa glukosa menjadi lipid. Tiga jenis enzim
trigliserid lipase yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat pada endothelium
vaskular, hormone sensitive lipase (HSL) di sel adiposa, dan hepatic lipase (HL)
di hati. Makin rendah kadar insulin makin aktif kerja enzim tersebut (Adam,
2005). Mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes
melitus adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari
makanan tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor
yang seharusnya cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang
lebih sehingga banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor. Akibatnya, banyak
timbunan glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kolesterol (Dalimartha, 2006).
Setelah dilakukan uji statistik Paired Samples t-Tes untuk mempelajari
pengaruh senam diabetes terhadap kadar kolesterol darah pada 36 pasien Diabetes
52
pengangkutan
glukosa.
Itu
artinya
akan
mengefisienkan
Beberapa penelitian yang sejenis juga menyatakan hal yang serupa. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan Agustiningsih (2001) juga menyebutkan
bahwa dengan berolahraga aerobik selama tiga kali seminggu dengan beban satu
kp selama enam menit (metode Astrand) dalam kurun waktu delapan minggu akan
menurunkan kadar kolesterol total 25,64 mg/dl, dan berolahraga aerobik selama
satu kali seminggu dengan beban 0,5 kp lalu dinaikkan 0,5 kp setiap menitnya
(metode Zauner) dalam kurun waktu delapan minggu dapat menurunkan kadar
kolesterol total 18,95 mg/dl. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moll (2009)
menyatakan dengan 30 menit latihan aerobik dapat meningkatkan kadar HDL tiga
53
sampai enam mg/dl dan dapat bertahan hingga lima belas hari setelah berolahraga.
Dengan peningkatan jumlah HDL tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kolesterol LDL dapat lebih banyak dibuang dari tubuh. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih sejalan dengan teori yang
berkembang hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa penderita diabetes
melitus sebenarnya mampu mengontrol kondisinya dengan berolahraga yang
sesuai secara rutin, menjalankan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan
yang sehat serta rajin mengontrolkan dirinya ke pelayanan kesehatan.
54
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan khusus penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Nilai p sebesar 0,000 dengan nilai =0,05 ini menunjukan ada pengaruh yang
signifikan senam diabetes terhadap penurunan kadar kolesterol darah pasien
Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar.
Rata-rata kadar kolesterol darah responden yaitu 41,3 mg/dl, ini berarti bahwa
kadar kolesterol darah dapat diturunkan dengan melakukan senam diabetes.
54
55
6.2
Saran