Anda di halaman 1dari 20

36

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Penelitian

5.1.1

Kondisi Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan rumah

sakit pendidikan tipe A di kota Denpasar (Permenkes 1636 Tahun 2005 Tanggal
12 Desember 2005). Saat ini RSUP Sanglah Denpasar berstatus Badan Layanan
Umum (BLU) milik Departemen Kesehatan RI dan merupakan rujukan untuk
provinsi NTT, NTB dan Bali. Fasilitas di RSUP Sanglah Denpasar mencakup
empat sub pelayanan umum yaitu instalasi dibawah Direktorat Pelayanan Medik
dan Keperawatan, instalasi dibawah Direktorat SDM dan Pendidikan dan instalasi
di bawah Direktorat Umum dan Operasional serta Direktorat Keuangan. Instalasi
di bawah Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan yang meliputi: Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Inap
Intensif (ICU, ICCU dan Burn Unit), Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Wing
Internasional, Instalasi Geriatri, dan Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu. RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2009 memiliki jumlah ketenagaan sebanyak 2495
orang yang terdiri dari tenaga medis, non medis, paramedis perawatan, paramedis
non perawatan, apoteker, honorer dan tenaga kontrak.
RSUP Sanglah Denpasar melayani rawat jalan melalui poliklinik.
Poliklinik yang ada antara lain: poliklinik Bedah, Penyakit Dalam, Kebidanan,
Umum (Filter), Kardio, Paliatif, Anastesi, Jiwa, Saraf, Anak, Kulit Kelamin, Mata,
36

37

THT, Gigi dan Mulut, Andrologi, Geriatri, Methadon, Gizi, Akupuntur,


Hemodialisa, dan Hiperbarik. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
Poliklinik Penyakit Dalam yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.
Poliklinik Penyakit Dalam digunakan sebagai klinik yang melayani pasien rawat
jalan yang mengalami permasalahan kesehatan. Poliklinik Penyakit Dalam
memiliki Sub klinik yaitu Poli Umum, Endokrin, Nefro, Gastro atau Hepato,
Hemato, Tropik, Imuno, Remato, Paru atau TB.
Instalasi Rawat Jalan dipimpin oleh seorang dokter sebagai kepala
instalasi, satu orang Ka. UPP untuk melayani pelayanan keperawatan, sedangkan
ruang Poliklinik Penyakit Dalam dipimpin oleh satu orang kepala ruangan yang
membawahi tujuh orang perawat pelaksana, satu orang inventaris, satu orang
administrasi, dan satu orang cleaning service.

5.1.2

Gambaran Pelaksanaan Penelitian


Satu minggu sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti datang ke Poliklinik

Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar untuk pembahasan pelaksanaan


penelitian serta pembahasan surat menyurat yang harus dilengkapi oleh peneliti
bersama Ka. Ur Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar. Setelah
memperoleh kesepakatan akhirnya pada hari senin minggu pertama 12 Juli 2010
peneliti datang untuk mencari responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Sanglah Denpasar. Setelah mendapatkan responden ternyata karena berbagai hal
responden tidak dapat mengikuti pelaksanaan senam diabetes. Akhirnya untuk
keseragaman disepakati pelaksanaan senam diabetes pertama dilakukan pada hari

38

minggu tanggal 18 Juli 2010. Responden yang diperoleh pada minggu pertama
kunjungan endokrin yang berjumlah 21 orang diberikan penjelasan tentang
pelaksanaan penelitian. Setalah responden benar-benar menyanggupi pelaksanaan
penelitian dan mendatangani surat persetujuan menjadi responden, data responden
seperti tinggi badan, berat badan diminta untuk dimasukkan kedalam master tabel
serta nomor telepon dan alamat untuk keperluan penunjang penelitian. Responden
kemudian diberikan CD (compact disk) senam diabetes serta leaflet untuk
dipelajari terlebih dahulu. Pada minggu kedua penelitian, responden yang
diperoleh berjumlah 11 orang. Data reponden juga dikaji, diberikan CD
senamdiabetes serta leaflet seperti yang telah dilaksanakan kepada 21 responden
sebelumnya. Terakhir, pada minggu ketiga responden yang diperoleh berjumlah
empat orang dan diberikan CD senam diabetes, leaflet serta dikaji pula seperti
responden sebelumnya.
Pada saat pelaksanaan senam diabetes pada hari minggu responden diukur
gula darah dan kadar kolesterol darah responden. Responden diarahkan keruangan
khusus untuk pelaksanaan senam diabetes. Responden diberikan kesempatan
untuk mempelajari senam yang dibimbing oleh instruktur senam diabetes
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan senam diabetes yang sesungguhnya.
Seusai pelaksanaan senam diabetes responden diberikan penjelasan tentang
pelaksanaan senam berikutnya, diet yang harus dijaga serta pelaksanaan
pengukuran kadar kolesterol akhir atau post test.
Pelaksanaan senam berikutnya dilakukan di rumah-rumah responden.
Karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk mengontrol senam diabetes di

39

rumah-rumah responden, peneliti memohon bantuan kepada teman sejawat


peneliti (field worker) yang berjumlah tujuh orang dan sebelumnya telah diberikan
penjelasan tentang senam diabetes serta pelaksanaan penelitian untuk pemantauan
senam diabetes yang dilakukan oleh responden. Responden yang diperoleh pada
minggu pertama yang bejumlah 21 orang dilakukan senam diabetes selang sehari
setelah pelaksanaan senam diabetes yang pertama. Untuk menghemat waktu,
peneliti mencari responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar
pada saat kunjungan endokrin. Jadi hari senin dilakukan pencarian responden
kemudian selasa kunjungan rumah dilanjutkan rabu kembali mencari responden,
lalu kamis kunjungan rumah dan pengukuran pos-test lalu pada hari jumat
kembali mencari responden. Begitu selanjutnya untuk minggu kedua dan ketiga
penelitian. Pelaksanaan pengukuran dilaksanakan setelah responden melakukan
tiga kali senam diabetes. Hasil dari pengukuran post test kemudian dimasukkan
kadalam master tabel penelitian. Jadwal pencarian responden dan pelaksanaan
senam untuk yang kedua dan ketiga dapat dilihat pada lampiran jadwal kunjungan
ke rumah-rumah responden.

40

5.1.3

Karakteristik Subyek Penelitian


Dari proses pengumpulan data didapatkan sebanyak 36 responden. Adapun

karakteristik responden yang telah diteliti dan didistribusikan ke dalam tabel


distribusi adalah sebagai berikut:

5.1.3.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Gambar 5.1 didapatkan sebagaian besar responden berjenis kelamin


laki-laki yaitu 20 responden dengan (56%) dari persentase jenis kelamin
keseluruhan responden.

41

5.1.3.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan Gambar 5.2 ditemukan usia responden terbanyak yaitu berusia


antara 50-59 tahun dengan (56%) dari persentase umur keseluruhan
responden.

42

5.1.3.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tinggi Badan

45%
33%
22%

Berdasarkan Gambar 5.3 ditemukan tinggi badan responden terbanyak adalah


antara 160 cm-169 cm yaitu 16 responden dengan (45%) dari persentase tinggi
badan keseluruhan responden.

43

5.1.3.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan

42%
36%

14%
5%

3%

Berdasarkan Gambar 5.4 ditemukan berat badan responden terbanyak adalah


antara 80 kg-89 kg yaitu 15 responden dengan (42%) dari persentase berat badan
keseluruhan responden.

44

5.1.3.5

Karakteristik Responden Berdasarkan IMT (Indeks

Massa Tubuh)
Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT

Berdasarkan Gambar 5.5 ditemukan bahwa sebagian besar responden obesitas


yaitu 19 responden dengan (53%) dari persentase IMT keseluruhan responden.

45

5.1.4

Hasil Pengamatan Kadar Kolesterol Sebelum dan Setelah Melakukan


Senam Diabetes
Hasil pengamatan berdasarkan variabel penelitian menggunakan instrumen

pengumpulan yaitu kolesterol meter Nesco. Setelah seluruh data terkumpul maka
data disajikan dalam tabel distribusi.

Tabel 5.1 Kadar Kolesterol Darah Sebelum dan Setelah Melakukan Senam Diabetes

Valid
Missing

Chol pre test Senam Diabetes

Chol post test Senam Diabetes

36

36

Mean

265.6

224.3

Median

260.5

220.0

Mode

257

204

Minimum

145

105

Maximum

364

310

Berdasarkan tabel 5.1 ditemukan kadar kolesterol darah terendah responden pretest adalah 145 mg/dl, tertinggi adalah 364 mg/dl, rata-ratanya kadar kolesterol
darah adalah 265,6 mg/dl. Nilai tengah kadar kolesterol sebelum perlakuan adalah
260,5 mg/dl serta kadar kolesterol yang tersering muncul pada saat pengukuran
pre-test adalah 257 mg/dl. Kolesterol darah terendah responden post-test adalah
105 mg/dl, tertinggi adalah 310 mg/dl, rata-ratanya kadar kolesterol darah dari
keseluruhan responden adalah 224,3 mg/dl. Nilai tengah kadar kolesterol setelah
perlakuan adalah 220 mg/dl serta kadar kolesterol yang tersering muncul pada saat
pengukuran post-test adalah 257 mg/dl.

46

5.1.5

Hasil Analisa Data


Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu Paired Samples t-Test untuk


mempelajari pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar kolesterol darah
pada 36 pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah
Denpasar. Oleh karena itu sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji
normalitas data. Pada penelitian ini digunakan uji normalitas one sample
kolmogorov-smirnov. Untuk mempermudah pengolahan data maka peneliti
melaksanakan uji normalitas one sample kolmogorov-smirnov uji Paired Samples
t-Test diolah dengan bantuan komputer yaitu sebagai berikut :

5.1.5.1 Hasil Uji Normalitas Data


Tabel 5.2 Uji Normalitas Data Kolesterol Darah Responden Sebelum Dan Setelah Senam
Diabetes
Chol pre test Senam
Diabetes
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences

Chol post test


Senam Diabetes

36

36

Mean

265.58

224.25

Std. Deviation

48.798

55.697

.096

.088

Absolute
Positive

.069

.062

Negative

-.096

-.088

Kolmogorov-Smirnov Z

.576

.531

Asymp. Sig. (2-tailed)

.895

.941

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang


diperoleh dapat mewakili populasi yang diteliti (Riwidikdo, 2008) Berdasarkan
hasil uji dengan one sample kolmogorov-smirnov, nilai signifikansi adalah 0,895
untuk kadar kolesterol darah sebelum senam diabetes, dan 0,941 untuk kadar

47

kolesterol darah setelah tiga kali senam diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 untuk kedua metode berarti data telah
berdistribusi normal.

5.1.5.2 Uji Hipotesa


Hasil uji hipotesa diperoleh dengan menggunakan Uji Paired Sample tTest. Berdasarkan hasil uji normalitas data, diketahui bahwa data berdistribusi
normal, sehingga untuk menguji hipotesis digunakan Uji Paired Sample t-Test.
Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah ada pengaruh senam diabetes
terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada pasien diabetes mellitus.
Tabel 5.3 Nilai Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Pasien
Diabetes Mellitus
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std.
Error
Mean Deviation Mean Lower
Upper
Pair 1 Chol pre test Senam
Diabetes - Chol post
test Senam Diabetes

41.3

26.6

4.4

32.3

50.3

df

Sig. (2tailed)

9.3

35

.000

Berdasarkan tabel 5.4 nilai p (Sig.(2-tailed)) sebesar 0,000 yang berarti p<0,05
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan senam diabetes
terhadap penurunan kadar kolesterol darah pasien Diabetes Melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar dengan rata-rata penurunan kadar
kolesterol sebesar 41,3 mg/dl.

48

5.1.5.3 Korelasi Antara Kedua Variabel


Untuk melihat korelasi antara kedua variabel yaitu kadar kolesterol darah
sebelum dan setelah melakukan senam diabetes dapat dilakukan uji Paired
Samples Correlation.
Tabel 5.4 Nilai korelasi kedua variabel
Paired Samples Correlations
Pair 1

Chol pre test Senam Diabetes


& Chol post test Senam
Diabetes

Correlation

Sig.

36

.879

.000

Berdasarkan tabel 5.5 nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,897 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara senam
diabetes dengan penurunan kadar kolesterol darah pasien Diabetes Melitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar

5.2
5.2.1

Pembahasan Hasil Penelitian


Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, sampel diambil dari pasien Diabetes Melitus yang

melakukan kunjungan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar


pada tanggal 12 Juli 2010 sampai 5 Agustus 2010 dengan pemilihan sampel
secara consecutive sampling. Dari hasil pengamatan karakteristik responden
ditemukan jika sebagian besar pasien Diabetes Melitus yaitu 20 responden
(55,6%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini belum dapat memastikan jika jenis
kelamin laki-laki lebih berisiko mengalami penyakit Diabetes Melitus.
Beradasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa usia responden termuda adalah 42

49

tahun dan tertua adalah 59 tahun. Hal ini sesuai dengan teori faktor risiko kejadian
Diabetes Melitus berdasarkan usia yang menyebut kasus Diabetes Melitus muncul
seiring dengan bertambahnya usia, dimana keadaan fisik mulai menurun
(Anonim, 2009).

Hasil pengukuran IMT (Indeks Masa Tubuh) responden ditemukan


sebagian besar responden mengalami obesitas yaitu 19 responden (58,2%) dari
total 36 jumlah sampel. Hal ini juga sesuai dengan teori faktor risiko kejadian
Diabetes Melitus salah satunya adalah karena obesitas (Anonim, 2009). Pada
penderita diabetes melitus yang obesitas terjadi insulin resistance, dimana
jaringan lemak yang menumpuk akan menghambat kerja insulin. Selain itu
didapatkan juga gangguan pemecahan lemak serta keadaan dimana otot bergaris
tidak dapat memakai asam lemak (fatty acids) yang beredar, maka terjadilah
penumpukan lemak yang berlanjut pada gangguan cardio vaskular (Tandra, 2008)

5.2.2

Kadar Kolesterol Darah Sebelum Melakukan Senam Diabetes


Hasil pengamatan berdasarkan variabel penelitian ditemukan bahwa rata-

rata kadar kolesterol darah keseluruhan responden sebelum melakukan senam


diabetes adalah 265,6 mg/dl. Ini menunjukan bahwa rata-rata kadar kolesterol
responden tinggi atau diatas normal dengan nilai ideal kolesterol menurut Adam
tahun 2005 adalah 160-200 mg/dl atau kurang. Hal ini dapat diakibatkan karena
mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes melitus
adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari makanan tidak
dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor yang seharusnya

50

cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang lebih sehingga
banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor. Akibatnya, banyak timbunan
glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan
kolesterol (Dalimartha, 2006). Namun banyak faktor lain seperti aktivitas yang
kurang aktif atau kurangnya melakukan olahraga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah karena jumlah kolesterol yang disintesa tubuh tidak dipergunakan
secara optimal sehingga terjadi penumpukan kolesterol dalam darah. Diet yang
kaya lemak juga dapat menyebabkan kadar kolesterol darah responden tinggi. Hal
ini disebabkan oleh karena tubuh sendiri mensintesis kolesterol yang akan
dipergunakan oleh tubuh serta kolesterol yang disintesis dari makanan yang
dikonsumsi. Jadi semakin banyak pasien mengkonsumsi lemak maka kadar
kolesterol darahnya secara progresif akan meningkat (Dalimartha, 2006).

5.2.3

Kadar Kolesterol Darah Setelah Melakukan Senam Diabetes


Hasil pengamatan berdasarkan variabel penelitian dapat ditemukan rata-

rata kadar kolesterol darah keseluruhan responden setelah melakukan senam


diabetes adalah 224,3 mg/dl. Ini menunjukan bahwa rata-rata kadar kolesterol
darah responden setelah melakukan tiga kali senam diabetes selama seminggu
menurun. Dalam penelitian ini senam diabetes memberikan perbedaan rata-rata
kadar kolesterol darah responden yaitu 41,3 mg/dl, ini berarti bahwa

kadar

kolesterol darah dapat diturunkan dengan melakukan senam diabetes.


Kadar kolesterol darah responden yang menurun disebabkan oleh
penggunaan kolesterol yang optimal oleh tubuh. Selain itu, penggunaan insulin

51

dalam tubuh akan optimal. Hal ini dikarenakan reseptor insulin yang berada pada
otot-otot tubuh akan semakin peka, sehingga penggunaan insulin tidak terbuang
percuma. Ketiga enzim lipase (HSL, HL dan LPL) tidak terlalu teraktivasi
sehingga sintesa lipoprotein yang akan membentuk kolesterol darah tidak terlalu
aktif (Adam, 2005).

5.2.4

Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar


Kolesterol Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Penderita diabetes melitus cenderung mengalami masalah metabolisme

lipid terutama kolesterol karena sekresi dan kerja insulin penderita diabetes
mellitus tidak optimal. Insulin sendiri sangat mempengaruhi kerja enzim
trigliserid lipase yang bertugas mensintesa glukosa menjadi lipid. Tiga jenis enzim
trigliserid lipase yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat pada endothelium
vaskular, hormone sensitive lipase (HSL) di sel adiposa, dan hepatic lipase (HL)
di hati. Makin rendah kadar insulin makin aktif kerja enzim tersebut (Adam,
2005). Mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes
melitus adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari
makanan tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor
yang seharusnya cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang
lebih sehingga banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor. Akibatnya, banyak
timbunan glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kolesterol (Dalimartha, 2006).
Setelah dilakukan uji statistik Paired Samples t-Tes untuk mempelajari
pengaruh senam diabetes terhadap kadar kolesterol darah pada 36 pasien Diabetes

52

Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar, ditemukan nilai p


sebesar 0,000 ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan senam diabetes
terhadap penurunan kadar kolesterol darah pasien Diabetes Melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar.
Menurut Ivy dalam Lanny tahun 2006 yang menyatakan bahwa perubahan
metabolisme tubuh saat melakukan senam diabetes mengoptimalkan sensitivitas
reseptor insulin pada otot sehingga penggunaan insulin menjadi optimal dan
memperlancar

pengangkutan

glukosa.

Itu

artinya

akan

mengefisienkan

penggunaan insulin sehingga akan menghambat kerja hormone sensitive lipase


untuk meningkatkan kadar kolesterol plasma. Sama halnya dengan pendapat
Santoso (2002) yang menyatakan bahwa senam diabetes dapat memperbaiki
metabolisme tubuh penderita diabetes melitus

karena dapat mengatur dan

mengendalikan gula darah, lemak darah (kolesterol) serta dapat memperbaiki


sensitivitas otot terhadap insulin.

Beberapa penelitian yang sejenis juga menyatakan hal yang serupa. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan Agustiningsih (2001) juga menyebutkan
bahwa dengan berolahraga aerobik selama tiga kali seminggu dengan beban satu
kp selama enam menit (metode Astrand) dalam kurun waktu delapan minggu akan
menurunkan kadar kolesterol total 25,64 mg/dl, dan berolahraga aerobik selama
satu kali seminggu dengan beban 0,5 kp lalu dinaikkan 0,5 kp setiap menitnya
(metode Zauner) dalam kurun waktu delapan minggu dapat menurunkan kadar
kolesterol total 18,95 mg/dl. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moll (2009)
menyatakan dengan 30 menit latihan aerobik dapat meningkatkan kadar HDL tiga

53

sampai enam mg/dl dan dapat bertahan hingga lima belas hari setelah berolahraga.
Dengan peningkatan jumlah HDL tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kolesterol LDL dapat lebih banyak dibuang dari tubuh. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih sejalan dengan teori yang
berkembang hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa penderita diabetes
melitus sebenarnya mampu mengontrol kondisinya dengan berolahraga yang
sesuai secara rutin, menjalankan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan
yang sehat serta rajin mengontrolkan dirinya ke pelayanan kesehatan.

54

BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan khusus penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1.

Responden ditemukan sebagaian besar pasien Diabetes Melitus yang


melakukan kunjungan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar
berjenis kelamin laki-laki yaitu 20 responden (55,6%), umur terbanyak
responden adalah antara 50-59 tahun dengan (56%) serta ditemukan bahwa
sebagian besar responden obesitas yaitu 19 responden (58,2%)

2.

Rata-rata kadar kolesterol darah keseluruhan responden sebelum melakukan


senam diabetes adalah 265,6 mg/dl dan setelah melakukan senam diabetes
adalah 224,3 mg/dl.

3.

Nilai p sebesar 0,000 dengan nilai =0,05 ini menunjukan ada pengaruh yang
signifikan senam diabetes terhadap penurunan kadar kolesterol darah pasien
Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar.
Rata-rata kadar kolesterol darah responden yaitu 41,3 mg/dl, ini berarti bahwa
kadar kolesterol darah dapat diturunkan dengan melakukan senam diabetes.

54

55

6.2

Saran

6.2.1 Kepada Peneliti Selanjutnya


Agar melaksanakan penelitian yang lebih mendalam tentang berapa
frekuensi latihan senam diabetes yang lebih tepat dilaksanakan pada pasien
diabetes melitus sehingga mampu mengontrol kadar kolesterol darah pasien
diabetes melitus. Peneliti juga menyarankan agar peneliti selanjutnya lebih dapat
mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol darah seperti diet
serta aktivitas sehari-hari responden.

6.2.2 Kepada Perawat Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar


Dengan mengetahui pengaruh senam diabetes yang sangat baik bagi
kesehatan terutama untuk mengontrol gula darah serta kolesterol darah penderita
diabetes melitus. Penulis menyarankan kepada perawat untuk dapat merencanakan
sebuah intervensi yang bersifat promotif dan preventif berupa penyuluhan serta
pelatihan senam diabetes pada institusi tempat penelitian yaitu Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Sanglah Denpasar, sehingga diharapkan dengan melaksanakan
senam diabetes serta memeriksakan diri secara rutin penderita diabetes melitus
dapat mengontrol kadar kolesterol dan gula darahnya sehingga memperkecil
kemungkinan untuk menderita penyakit komplikasi pada diabetes melitus parah
seperti retinopati, neuropati, jantung coroner, nefropati. Untuk itu diharapkan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar dibuatkan suatu jadwal
khusus untuk pelatihan senam diabetes.

Anda mungkin juga menyukai