Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lata Belakang


Pengembangan ekonomi mengalami kenaikan dan standar kehidupan telah
meningkat di seluruh dunia, kebutuhan energi dan akibatnya penggunaan batubara
meningkat. Dalam proses pembakaran batubara untuk pembangkit listrik, produk
limbah yang utama adalah fly ash. Menurut Ferraiolo et al. (1990) dan Singh
et al. (1993), persentase berat abu batubara di seluruh dunia hampir 10-15%
dimana 10% adalah bottom ash dan sisanya adalah fly ash.
Pembakaran batubara menghasilkan banyak residu anorganik dalam
batubara pembangkit listrik yang menyebabkan sejumlah besar pembakaran oleh
produk terutama fly ash. Hanya sejumlah kecil abu terbang yang digunakan
sebagai bahan tambahan untuk semen. Namun, sebagian besar telah dibuang
dengan dumping, yang menimbulkan pencemaran lingkungan yang serius (Jiang
dan Roy, 1992). Akibatnya, pengembangan metode pemanfaatan dan produksi
senyawa yang bernilai tinggi dari abu limbah menjadi lebih besar sebagai objek
penelitian baru-baru ini.
Salah satu penggunaan utama dari fly ash adalah untuk menghilangkan
zat-zat seperti fenol (Singh dan Rawat, 1994) asam oksalat, dan senyawa organik
lainnya (Teuney dan Echelberger, 1970; Jain et al, 1978 ; Hung, 1983) dari larutan
dengan adsorpsi. Banerjee et al. (1995) meneliti perilaku dinamis dari fly ash
dalam percobaan batch dan menemukan bahwa fly ash menunjukkan sifat adsorpsi
yang baik untuk senyawa organik yang terlarut dalam air. Beberapa aplikasi lain
yang terkait dengan penyerapan logam berat (Panday et al., 1985; Yadara et al.,
1987; Kapoor dan Viraraghaven, 1992; Viraraghavan dan Dronamraju, 1993).
Sebuah pendekatan baru untuk aplikasi fly ash adalah dengan
mengubahnya menjadi zeolit. Zeolit adalah kristal mikro terhidrasi aluminosilikat
ditandai dengan jaringan tiga dimensi tetrahedral (Si, Al, O4) unit yang
membentuk sistem pori-pori yang saling berhubungan. Sebagaimana komposisi

kimia fly ash sama dengan zeolit, banyak penelitian yang telah memfokuskan
pada sintesis berbagai zeolit dengan perlakuan alkali dari abu (Amrhein et al.,
1996; Shigemoto et al., 1995; Lin, 1995). Konstituen fly ash adalah
aluminosilikat, mullite dan kuarsa, dengan sejumlah kecil mineral sisa batubara
dan bijih; aluminosilikat merupakan sumber yang tersedia dari Si dan Al untuk
sintesis zeolit. Namun, penelitian sebelumnya yang telah dilakukan mengenai
konversi fly ash untuk zeolit pada suhu tertentu (80-100C). Mereka hanya
mencakup klasifikasi dan adsorpsi tingkat zeolit yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini metode untuk pemanfaatan fly ash yang sintesis dari
berbagai zeolit, dan mengevaluasi potensinya untuk menghilangkan logam berat.
Kondisi yang diperlukan untuk sintesis zeolit, sifat adsorpsi, isoterm adsorpsi dan
tingkat adsorpsi zeolit yang disintesis untuk logam berat dan dibandingkan dengan
fly ash dan zeolit alam. Adanya logam berat dalam lingkungan air telah menjadi
perhatian besar karena toksisitas mereka dan alam non-biodegradable. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa logam berat sangat beracun dan dapat
menyebabkan kanker karena tubuh manusia tidak memiliki kontrol homeostasis
untuk logam ini.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pembuatan zeolit dari fly ash?
b. Bagaimana cara mengkarakterisasi zeolit dari fly ash agar dapat menyerap
logam berat?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pembuatan zeolit dari fly ash
b. Mengetahui cara mengkarakterisasi zeolit dari fly ash agar dapat menyerap
logam berat
1.4 Manfaat
Untuk membuat zeolit dari fly ash batubara sehingga memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan dapat digunakan sebagai penyerap logam berat.

Anda mungkin juga menyukai