Anda di halaman 1dari 44

Bioteknologi Pangan

Berbagai jenis mikroorganisme bersifat menguntungkan dan berguna untuk produksi bahan
pangan manusia. Kamu tentu mengenal makanan seperti yoghurt, acar, sosis, roti, keju, tempe,
oncom, kecap, dan tapai. Semua makanan tersebut memanfaatkan mikroorganisme dalam
pembuatannya.
Mikroorganisme juga dimanfaatkan sebagai penghasil bahan pangan yang berprotein tinggi, atau
dikenal sebagai protein sel tunggal (PST). Kelebihan mikroorganisme sebagai penghasil protein
adalah mudah dibudidayakan, pertumbuhannya sangat cepat, dan kadar proteinnya sangat tinggi
yaitu dapat mencapai 80%. Bandingkan dengan protein pada biji kedelai yang kadarnya sekitar
45%. Contoh organisme penghasil PST adalah ganggang Chlorella dan Spirulina.
Aneka produk makanan memanfaatkan jasa mikroorganisme dalam pengolahannya. Peranan
mikroorganisme dalam pengolahan makanan ini adalah mengubah bahan makanan menjadi
bentuk lain, sehingga nilai gizinya lebih tinggi, zat gizi lebih mudah diserap dan dimanfaatkan,
serta mempunyai cita rasa yang lebih menarik. Perhatikan beberapa contoh jenis makanan dan
mikroorganisme yang berperan dalam pengolahannya pada tabelberikut ini.
Tabel produk makanan dan mikroorganisme yang berperan dalam pengolahannya.
Produk
Makanan

Bahan Mentah

Mikroorganisme Pengolah

Berbagai jenis
Tepung gandum
kue

Saccharomyces cerevisiae

Kopi

Biji kopi

Erwinia dissolvens

Kecap

Kedelai

Aspergillus wentii

Yoghurt

Susu

Lactobacillus bulgaricus dan L.


acidophilus

Keju

Susu

Lactobacillus casei

Nata de coco

Air kelapa

Acetobacter xylinum

Oncom

Kacang tanah

Neurospora crassa

Tape

Umbi ketela pohon atau


Saccharomyces cerevisiae
beras ketan

Tempe

Kedelai

Rhizopus oryzae

Sayur asin

Sawi hijau

Bakteri asam laktat.

Pemanfaatan mikroorganisme sebagai pengolah bahan makanan telah lama dikenal dan
dilakukan oleh banyak orang. Misalnya, digunakan untuk membuat tape, tempe, kecap, dan
sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh peran mikroorganisme sebagai pengolah
makanan.

a. Pemanfaatan Mikroorganisme untuk Membuat Kue/Roti


Dalam pembuatan kue, pada adonan tepung ditambahkan ragi ke dalam adonan tersebut dan
dibiarkan beberapa saat. Di dalam ragi terdapat jamur Saccharomyces cereviceae. Jamur ini akan
berkembang biak dengan cepat dalam substrat tepung dan memfermentasi adonan gula (glukosa).
Dalam proses fermentasi ini dihasilkan gelembung-gelembung gas karbon dioksida. Keluarnya
gas inilah yang menyebabkan adonan kue atau roti dapat mengembang.
b. Mikroorganisme untuk Membuat Asinan
Asinan atau acar merupakan hasil fermentasi bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus) yang
memberi rasa masam dan sedikit asin pada bahan-bahan seperti kubis, mentimun, dan lobak.
Pada umumnya, pembuatan acar dilakukan secara terbuka sehingga memungkinkan bakteri aerob
mengubah rasa menjadi masam.
c. Mikroorganisme untuk Membuat Minuman dan Alkohol
Mikroorganisme yang banyak digunakan untuk membuat minuman dan alkohol adalah kelompok
jamur anaerob. Substrat yang digunakan jamur berupa zat tepung atau karbohidrat. Jamur akan
menghasilkan semacam enzim sehingga dapat memfermentasi tepung menjadi glukosa dan
karbon dioksida. Dalam proses fermentasi ini dihasilkan alkohol yang dapat memberi citarasa
tersendiri pada produk yang dihasilkan, contohnya pada pembuatan tuak, brem, dan sake.
Minuman ini dihasilkan dari fermentasi beras ketan oleh Aspergillus orizae. Tuak merupakan
minuman beralkohol tradisional Jawa. Brem adalah minuman beralkohol tradisional Bali.
Sedangkan Sake adalah minuman beralkohol tradisional Jepang.
Contoh lainnya adalah proses pembuatan anggur (wine) dan bir. Anggur dibuat dari buah anggur
atau buah yang lain dengan memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces
bayanus melalui proses fermentasi. Bir dibuat dari biji padi yang sebelumnya diubah menjadi
malt yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase mengubah zat tepung menjadi glukosa
sehingga bisa difermentasi oleh khamir jenis tertentu. Hasil fermentasi berupa etanol dan karbon
dioksida. Alkohol juga dapat dibuat dari fermentasi tetes tebu yang disuling untuk mendapatkan
alkohol berkadar tinggi. Umumnya, proses pembuatan minuman beralkohol melalui dua tahap,
yaitu tahap fermentasi dan tahap destilasi (penyulingan). Tahap destilasi diperlukan untuk
meningkatkan kadar alkohol dalam minuman.
d. Mikroorganisme untuk Membuat Yogurt
Yogurt adalah sejenis minuman yang berasal dari susu yang diproses dengan dimanfaatkan
mikroorganisme tertentu. Dalam pembuatan yogurt, susu diuapkan agar lebih kental dan kadar
lemaknya berkurang. Susu kental ini kemudian difermentasikan pada suhu 45 dengan
menggunakan campuran bakteri Streptococcus thermophillus dan bakteri Lactobacillus
bulgaricus. Bakteri Streptococcus thermophillus pada pembuatan yogurt berfungsi memberi rasa
masam, sedangkan bakteri Lactobacillus bulgaricus memberi aroma dan rasa yang berbeda. Jadi,
kombinasi antara kedua bakteri itulah yang memberi cita rasa dan aroma pada yogurt.

e. Mikroorganisme untuk Membuat Mentega dan Keju


Mentega dibuat dari susu krim atau susu skim. Cita rasa dan aroma mentega berasal dari hasil
fermentasi bakteri yang sama seperti bakteri yang digunakan untuk membuat yogurt yaitu bakteri
asam laktat (Lactobacillus bulgaricus). Sedangkan keju juga dibuat dari susu yang
difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Pembuatan keju memerlukan air dadih yang dibuat dari
protein susu yang disebut kasein. Beberapa jenis keju difermentasikan oleh bakteri
Propionibacterium. Jamur lain juga dapat digunakan untuk membuat keju, misalnya beberapa
spesies dari genus Penicillium untuk membuat keju yang berwarna hijau kebiruan.

Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Bahan


Makanan
Biologi Kelas 9 SMP: Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Bahan
Makanan
By Wawang Armansyah
Penerapan bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan makanan
diantaranya pengolahan produk susu yang dapat diolah menjadi bentuk-bentuk
baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega. Serta pengolahan produk nonsusu seperti
kecap dan tempe.

1.

Pengolahan produk susu

Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.

Yoghurt

Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian
besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri

tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya


disimpan selama 5 jam pada temperatur 45 oC.
Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari
kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita
rasa.

Keju

Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu
menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu
dengan suhu 90 oC atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30 oC.
Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan.
Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan
whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim rennin dari lambung sapi
muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim rennin dewasa ini telah digantikan
dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan
pada temperature 32oC 420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk
membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas
lalu digunakan untuk makanan sapi.

Mentega

Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan.
Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
2.

Produk makanan nonsusu

Kecap

Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam
laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran
gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya
akan dihasilkan produk kecap.

Tempe

Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan
menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe
sebgai salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya
bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam
maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada
bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai.
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa
khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses
penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat menurunkan kadar
kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah anemia,
menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko jantung koroner, penyakit
gula, dan kanker.
Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi.
Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam
proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus
Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan
Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji
kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan
karbohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai
sembilan kali lipat.

Tape

Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa
gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan
pengalaman.
Bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan makanan pada
umumnya diterapkan di lingkungan pedesaan.
Baca juga materi biologi tentang apa itu bioteknologi? dan sistem pencernaan
manusia.

BIOTEKNOLOGI FARMASI/KEDOKTERAN
Oleh tanri alim
29 Januari 2014
Bagikan :

Bioteknologi juga membuka cakrawala baru dalam bidang farmasi dan kedokteran, misalnya
dalam pembuatan vaksin, antibiotik, antibodi monoklonal, dan insulin.
Pembuatan Antibodi Monoklonal
Proses pembuatan antibodi monoklonal telah diuraikan di depan. Lihat kembali Teknik
Hibridoma pada Subab Rekayasa Genetika.
Pembutan Vaksin
Belum lama ini, para ilmuwan telah berhasil mengkultur berbagai sel vertebrata. Prosesnya
dimulai dengan memberi perlakuan terhadap jaringan yang sesuai dengan enzim proteolitik,
misalnya tripsin, untuk memisahkan sel-sel. Sel-sel tersebut akan membelah secara mitosis
membentuk satu lapis sel. Supaya sel-sel kultur ini terus membelah, maka ditambahkan virus
yang mendorong pembentukan sel-sel kanker. Sel-sel tersebut disebut neoplastik.

Prinsip-prinsip dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut:


a. Mengisolasi (memisahkan) gen-gen dari organisme penyebab penyakit
b. Menyisipkan gen-gen yang telah diisolasi tersebut ke tubuh organisme yang kurang patogen
c. Mengkulturkan organisme hasil rekayasa sehingga menghasilkan antigen dalam jumlah
banyak
d. Mengekstrasikan antigen yang kemudian digunkan sebagai vaksin.
Pembuatan Antibiotik
Mikroorganisme tertentu dapat menghasilkan obat untuk menyembuhkan penyakit yang
disebabkan mikroorganisme lainnya.

Produk metabolisme yang dihasilkan mikroorganisme tententu dan bersifat menghambat


pertumbuhan atau merusak mikroorganisme lain, disebut antibiotik. Antibiotik pertama yang
dipakai untuk mengobati penyakit pada manusia disebut tirotrisin.

Pembuatan antibiotik melalui beberapa tahap sebagai berikut:


a. Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangbiakkan
b. Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi agar cepat berkembangbiak
c. Dari cairan biakan itu, antibiotik diekstrasi dan dimurnikan, selanjutnya diuji:

Zat diuji dalam tabung reaksi

Kemudian diujikan pada hewan percobaan

Jika ternyata aman, obat ini dapat diujikan pada manusia dengan pengawasan ketat

Jika berhasil barulah diujikan pada orang sakit dan dipasarkan.

Insulin
Insulin adalah protein yang bertugas mengontrol metabolisme gula dalam tubuh manusia. Gen
insulin terletak pada daerah dalam DNA manusia yang memiliki informasi untuk menghasilkan
insulin. Contoh, penderita diabetes tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah banyak.
Untuk menyediakan insulin secara cepat dapat dilakukan pemanfaatan sel bakteri melalui
pencangkokan gen (rekombinasi gen).

Demikian posting hari ini mengenai bioteknologi farmasi dan kedokteran. Semoga bermanfaat
dan besok blog biologi akan membahas tentang bioteknologi pertanian.
Bioteknologi Kedokteran dan Farmasi

Bioteknologi Farmasi
Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme hidup,
atau turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk
penggunaan khusus. Bioteknologi digunakan di berbagai bidang termasuk
pertanian,
ilmu
makanan,
dan
Pharmaceutical,
Perusahaan
farmasi
menggunakan bioteknologi untuk obat manufaktur, pharmacogenomics, terapi
gen, dan pengujian genetik. Bioteknologi perusahaan membuat produk
bioteknologi (lebih spesifik kata produk farmasi biotek) dengan memanipulasi dan
memodifikasi organisme, biasanya pada tingkat molekul. Bioteknologi farmasi
perusahaan menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang memerlukan
manipulasi genetik sel, atau antibodi monoklonal untuk membuat produk

bioteknologi mereka. Produk-produk farmasi biotek yang dibuat oleh


perusahaan-perusahaan biotek yang banyak digunakan dalam pencegahan,
diagnosis atau pengobatan berbagai jenis penyakit tentunya agar kita selalu
menerapkan healthy lifestyle kita agar menjadi lebih baik lagi.

Boitech Obat Farmasi


Formulasi farmasi konvensional adalah molekul relatif sederhana diproduksi
terutama melalui teknik trial and error untuk mengobati gejala-gejala penyakit atau
penyakit. Di sisi lain, biopharmaceuticals adalah molekul biologis yang kompleks,
yang umum dikenal sebagai protein, yang biasanya bertujuan menghilangkan
mekanisme yang mendasari untuk mengobati penyakit. Namun, hal ini tidak benar
dalam semua kasus seperti dalam kasus diabetes mellitus tipe 1 di mana insulin
hanya digunakan untuk mengobati gejala-gejala penyakitnya dan bukan penyebab
utama. Bioteknologi farmasi, pada dasarnya, adalah digunakan untuk membuat
molekul yang lebih besar yang kompleks dengan bantuan sel-sel hidup (seperti
yang ditemukan dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan atau
tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui
tablet, molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Bioteknologi Farmasi dan Keuntungan Kombinasinya

Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-sama,


mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal
ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics (berasal dari 'farmakologi' dan
'genomics') yang merujuk kepada studi tentang bagaimana warisan genetik
mempengaruhi respon tubuh manusia individu untuk obat. biofarmasi obat
bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat-obatan yang disesuaikan
dengan genetik masing-masing orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi
farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang
maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien
dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana
proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi
farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang lebih baik. Biotek perusahaan desain
dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi
melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi.

Bioteknologi Farmasi Produk

Produk bioteknologi farmasi umum yang dibuat oleh perusahaan farmasi


biotek mencakup, Antibodi, Protein, dan DNA rekombinan Produk.

Antibodi- Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sel darah putih dan
digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi bakteri, virus,
dan zat asing lain dan untuk melawan mereka. Dalam beberapa tahun
terakhir, antibodi monoklonal merupakan salah satu perkembangan yang
paling menarik dalam obat-obatan bioteknologi.

Protein- Protein dibuat dari asam amino yang besar, molekul kompleks
yang sebagian besar bekerja di sel dan diperlukan untuk struktur, fungsi, dan
regulasi dari jaringan tubuh dan organ. Protein bioteknologi yang muncul
sebagai salah satu teknologi kunci dari masa depan untuk memahami
perkembangan banyak penyakit seperti kanker atau formasi amiloid untuk
intervensi terapeutik yang lebih baik.

DNA rekombinan Produk- Rekombinan deoxyribonucleic Acid adalah rekayasa


genetika DNA diciptakan oleh penggabungan fragmen DNA dari organisme
yang berbeda. Beberapa DNA rekombinan Produk termasuk

Vaksin DNA rekombinan


DNA rekombinan Obat
Enzim DNA rekombinan
DNA rekombinan Hormon Pertumbuhan
DNA rekombinan insulin
Protein DNA rekombinan
DNA rekombinan Yeast

Bioteknologi Dalam Kedokteran Dan Produksi Obat

154
1. Antibodi Monoklonal
adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel sejenis. Antibodi
ini dibuat oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel Limpa dan
sel mieloma) yang dikultur.
Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodi adalah limpa. Fungsi
antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan
2. Terapi Gen
adalah pengobatan penyakit atau kelainan genetik dengan menyisipkan gen normal
3. Antibiotik
Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan penisilin dari Penicillium
notatum.
- Penicillium chrysogenum memperbaiki penisilin yang sudah ada.
.......................................Dilakukan dengan mutasi secara
.......................................iradiasi ultra violet dan sinar X.
- Cephalospurium penisilin N.
- Cephalosporium sefalospurin C.
- Streptomyces streptomisin, untuk pengobatan TBC
4. Interferon
Adalah antibodi terhadap virus. Secara alami hanya dibuat oleh tubuh manusia. Proses
pembentukan di dalam, tubuh memerlukan waktu cukup lama (dibanding kecepatan
replikasi virus), karena itu dilakukan rekayasa genetika.
5. Vaksin
Contoh: Vaksin Hepatitis B dan malaria.
Secara konvensional pelemahan kuman dilakukan dengan pemanasan atau pemberian
bahan kimia.
Dengan bioteknologi dilakukan fusi atau transplantasi gen.

Bioteknologi dalam Pertanian

Bioteknologi banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pembuatan kompos dan biogas
merupakan contoh yang
sederhana. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil pertanian pada masa sekarang
ini dilakukan secara modern, misalnya pada pemuliaan tanaman dengan menciptakan tanaman

transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi), kultur jaringan, biopestisida, dan
sebagainya. Berikut ini beberapa contoh bioteknologi dalam bidang pertanian.
1. Hidroponik dan Aeroponik
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan dalam bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tumbuhnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air
yang digunakan dilarutkan campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari
buatan sendiri atau
pupuk buatan yang siap pakai. Adapun keuntungan dengan cara hidroponik adalah sebagai
berikut.
a. Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit.
b. Produksi tanaman lebih tinggi.
c. Tumbuh lebih cepat.
d. Pemakaian pupuk lebih efisien.
e. Mudah pengerjaannya.
f. Tidak tergantung pada kondisi alam.
g. Tidak membutuhkan lahan luas.
Selain hidroponik, saat ini teknik yang sedang dikembangkan adalah teknik aeroponik. Jika
hidroponik media yang
digunakan untuk tumbuh akar adalah air dan media lain misalnya kerikil atau pasir. Tapi pada
aeroponik tidak
menggunakan media sama sekali. Akar tanaman di letakkan menggantung dalam suatu wadah
yang dijaga kelembapannya
dari air yang biasanya berasal dari pompa bertekanan sehingga timbul uap air. Zat makanan
diperoleh melalui larutan nutrien yang disemprotkan ke bagian akar tanaman.
Sistem aeroponik memiliki kelebihan dibandingkan sistem hidroponik. Pada sistem aeroponik,
akar yang menggantung
akan lebih banyak menyerap oksigen sehingga meningkatkan metabolisme dan kecepatan
pertumbuhan tanaman.

2. Kultur Jaringan Tumbuhan


Mungkin kamu sering mendengar kultur jaringan tumbuhan. Tahukah kamu apakah kultur
jaringan tumbuhan
itu? Teknik kultur jaringan banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tumbuhan dalam jumlah
besar dan seragam sifat
genetiknya dalam waktu relatif singkat, misalnya bibit jati, anggrek, dan kelapa sawit.
Kultur jaringan memanfaatkan sifat totipotensi sel, yaitu setiap sel membawa informasi genetik
yang lengkap sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi individu baru yang lengkap.
Kultur jaringan mula-mula dilakukan oleh Frederick C. Steward. Steward mengkultur sel-sel
akar tanaman wortel dalam suatu media buatan. Dari sel-sel akar itu berhasil tumbuh tanaman
wortel yang lengkap. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sel mengandung semua informasi
genetik yang lengkap. Bagian yang akan ditumbuhkan melalui kultur jaringan disebut eksplan.
Eksplan yang digunakan biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda, misalnya ujung
akar, tunas, dan daun muda. Berdasarkan jenis eksplannya, kultur jaringan dapat dibedakan
menjadi kultur meristem, kultur antera, kultur embrio, kultur protoplas, kultur kloroplas, kultur
polen, dan lain-lain. Eksplan yang telah disterilkan ditumbuhan pada media
steril yang mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh.
Selama kultur berlangsung, faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembapan, dan pH
diatur pada kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan eksplan. Jika nutrisi, zat pengatur
tumbuh, dan keadaan lingkungan sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi massa sel yang belum
mengalami diferensiasi yang disebut kalus. Kalus kemudian tumbuh menjadi tanaman kecil yang
telah lengkap yang disebut plantlet. Sebelum dapat ditanam, plantlet harus diaklimatisasi selama
beberapa waktu sehingga kondisi dan ukurannya sesuai untuk ditanam.
Teknik kultur jaringan sangat menguntungkan dalam perbanyakan tumbuhan bernilai tinggi.
Selain itu tanaman

langka yang terancam punah dapat dilestarikan dengan memanfaatkan kultur jaringan. Dengan
demikian kemajuan industri agrobisnis dapat terwujud dan ketahanan pangan akan meningkat.

3. Bioteknologi dalam Pembentukan Varietas Tanaman


Teknik-teknik bioteknologi juga dimanfaatkan untuk membuat jenis tanaman tanaman unggul
yang baru. Hal ini
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat, sedangkan luas lahan
pertanian cenderung
menurun. Tanaman unggul ini diharapkan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Selain itu,
peningkatan hasil, juga
dilakukan upaya perbaikan pada kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, usia panen, dan
berbagai nilai tambah yang lain.
Sebagai contoh, nilai tambah pada beberapa tanaman unggul yang telah dikembangkan adalah
sebagai berikut.
a. Peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman pisang, cabe, stroberi, dan ubi jalar.
b. Peningkatan rasa, misalnya pada tanaman tomat, cabe, buncis, dan kedelai.
c. Peningkatan kualitas produk, misalnya pada pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran
dan tekstur yang lebih baik.
d. Mengurangi reaksi alergi, misalnya pada tanaman polongpolongan dengan kandungan protein
penyebab alergi yang
lebih rendah
e. Kandungan bahan berkhasiat obat, misalnya pada tomat dengan kandungan lycopene yang
tinggi yang berguna
sebagai antioksidan untuk mengurangi kanker, bawang dengan kandungan allicin untuk
menurunkan kolesterol,
serta pada padi dengan kandungan vitamin A dan zat besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan.
f. Tanaman yang mampu memproduksi vaksin dan obatobatan untuk mengobati penyakit
manusia, misalnya pada
tanaman tembakau yang telah direkayasa sehingga dapat menghasilkan vaksin untuk penyakit

kanker.
g. Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak.
Penerapan bioteknologi tanaman juga dapat memudahkan petani dalam proses budidaya
tanaman. Misalkan dalam
pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap
jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh adalah tanaman berlabel Roundup Ready yang terdiri
dari kedelai, canola (sejenis tanaman penghasil minyak), dan jagung yang tahan terhadap
herbisida Roundup. Di dunia saat ini telah banyak dilepas berbagai tanaman jenis baru hasil
penerapan bioteknologi. Misalnya di China pada tahun 2006 telah telah dikembangkan sekitar 30
spesies tanaman transgenik, antara lain padi, jagung, kapas, kentang, kedelai, tomat tahan virus,
petunia dengan warna bunga bary, paprika tahan virus, dan kapas tahan hama) yang telah dilepas
untuk produksi. Indonesia sebagai negara agraris sangat membutuhkan tanaman jenis ungul
untuk meningkatkan produksi pangan.
Nah, kamu sebagai generasi muda berperan besar dalam proses alih teknologi, khususnya
bioteknologi. Dengan belajar tekun, banyak mencari pengetahuan baru, dan meningkatkan daya
kreativitas, kamu dapat menjadi ahli bioteknologi dan berkarya seperti ahli bioteknologi di luar
negeri! Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi
adalah sebagai berikut.
a. Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas utama
dalam bioteknologi.
Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang.
Penerapan
bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah
pari jenis golden rice
yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang
mengalami kebutaan
dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk
penglihatan, respon
kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan
embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas
karena mengandung
karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice.
Hal ini disebabkan
karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.

b. Kentang Russet Burbank


Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam teknik
penyediaan bibit,
pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat-sifat unggul kentang.
Dalam hal
penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan
me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya.
Contoh varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati
yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik
kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.
c. Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai contoh
yang cukup terkenal
adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk.
Hal ini sangat
berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat
FlavrSavr ini sangat
berguna dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
d. Tembakau Rendah Nikotin
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar
nikotin yang tinggi.
Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit
tanaman tembakau
yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi
resiko serangan
kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk
tanaman tembakau
misalnya dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu
yang telah berhasil adalah
mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pembuatan kompos dan biogas
merupakan contoh yang sederhana. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil
pertanian pada masa sekarang ini dilakukan secara modern, misalnya pada pemuliaan tanaman
dengan menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi), kultur
jaringan, biopestisida, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh bioteknologi dalam bidang
pertanian.

a. Hidroponik dan Aeroponik


Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan dalam bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tumbuhnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran
pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari buatan sendiri atau pupuk buatan yang
siap pakai. Adapun keuntungan dengan cara hidroponik adalah sebagai berikut.
a. Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit.
b. Produksi tanaman lebih tinggi.
c. Tumbuh lebih cepat.
d. Pemakaian pupuk lebih efisien.
e. Mudah pengerjaannya.
f. Tidak tergantung pada kondisi alam.
g. Tidak membutuhkan lahan luas.
Selain hidroponik, saat ini teknik yang sedang dikembangkan adalah teknik aeroponik. Jika
hidroponik media yang digunakan untuk tumbuh akar adalah air dan media lain misalnya kerikil
atau pasir. Tapi pada aeroponik tidak menggunakan media sama sekali. Akar tanaman di letakkan
menggantung dalam suatu wadah yang dijaga kelembapannya dari air yang biasanya berasal dari
pompa bertekanan sehingga timbul uap air. Zat makanan diperoleh melalui larutan nutrien yang
disemprotkan ke bagian akar tanaman.
Sistem aeroponik memiliki kelebihan dibandingkan sistem hidroponik. Pada sistem aeroponik,
akar yang menggantung akan lebih banyak menyerap oksigen sehingga meningkatkan
metabolisme dan kecepatan pertumbuhan tanaman.
b. Kultur Jaringan Tumbuhan
Teknik kultur jaringan banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tumbuhan dalam jumlah
besar dan seragam sifat genetiknya dalam waktu relatif singkat, misalnya bibit jati, anggrek, dan
kelapa sawit.
Kultur jaringan memanfaatkan sifat totipotensi sel, yaitu setiap sel membawa informasi genetik
yang lengkap sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi individu baru yang lengkap.
Kultur jaringan mula-mula dilakukan oleh Frederick C. Steward. Steward mengkultur sel-sel
akar tanaman wortel dalam suatu media buatan. Dari sel-sel akar itu berhasil tumbuh tanaman
wortel yang lengkap. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sel mengandung semua informasi
genetik yang lengkap.
Bagian yang akan ditumbuhkan melalui kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan yang digunakan
biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda, misalnya ujung akar, tunas, dan daun muda.
Berdasarkan jenis eksplannya, kultur jaringan dapat dibedakan menjadi kultur meristem, kultur
antera, kultur embrio, kultur protoplas, kultur kloroplas, kultur polen, dan lain-lain. Eksplan yang
telah disterilkan ditumbuhan pada media steril yang mengandung nutrisi dan zat pengatur
tumbuh.

Selama kultur berlangsung, faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembapan, dan pH
diatur pada kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan eksplan. Jika nutrisi, zat pengatur
tumbuh, dan keadaan lingkungan sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi massa sel yang belum
mengalami diferensiasi yang disebut kalus. Kalus kemudian tumbuh menjadi tanaman kecil yang
telah lengkap yang disebut plantlet. Sebelum dapat ditanam, plantlet harus diaklimatisasi selama
beberapa waktu sehingga kondisi dan ukurannya sesuai untuk ditanam.
Teknik kultur jaringan sangat menguntungkan dalam perbanyakan tumbuhan bernilai tinggi.
Selain itu tanaman langka yang terancam punah dapat dilestarikan dengan memanfaatkan kultur
jaringan. Dengan demikian kemajuan industri agrobisnis dapat terwujud dan ketahanan pangan
akan meningkat.
c. Tanaman yang Dapat Menfiksasi Nitrogen
Serealia atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan tumbuhan yang menyuplai 50%
makanan pokok penduduk dunia. Namun, serealia tidak memiliki simbion bakteri akar-akarnya
untuk memfiksasi nitrogen, sehingga kebutuhan nitrogen (N2) diperoleh dari penambahan pupuk
buatan. Kelebihan pupuk buatan yang diberikan dapat terbilas air dan menyemari air minum
yang dikonsumsi manusia di lingkungan sekitar.
Dengan bioteknologi, para ilmuwan mengembangkan tumbuhan yang akar-akarnya dapat
bersimbiosis dengan Rhizobium. Ide ini melibatkan gen nif yang dapat mengontrol fiksasi
nitrogen. Para ilmuwan menyisipkan gen nif ini pada :
1) Tumbuhan serealia
2) Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
3) Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian menginfeksikannya ke
tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah direkayasa.
d. Teknologi Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai pembawa sifat
yang diinginkan. DNA tersebut dapat berasal dari tumbuhan yang beda jenis. Untuk
menghasilkan tanaman transgenik dibutuhkan teknik rekayasa genetika dan vector sebagai
pembawa gen sifat yang diinginkan. Sebagai vector digunakanlah DNA yang berasal dari bakteri
Agrobacterium tumefaciens yang lebih dikenal dengan nama Ti plasmid (tumor-inducing
plasmid). Ti plasmid memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sel tumbuhan selama proses
infeksi.
Tahapan untuk memperoleh tanaman transgenik, adalah sebagai berikut:
1) Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri
2) Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
3) DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang sama
agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen tanaman yang membawa sifat yang diinginkan
dipisahkan dari DNA-nya.
4) Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA
rekombinan.

5) Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel tanaman yang dikultur.
Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari tanaman lain.
6) Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan hingga menjadi satu
individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki sifat baru yang diinginkan dan merupakan
tanaman transgenik.
Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti jagung, kapas,
tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa gen yang
menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Pada tanaman jagung telah dimasukkan gen cry dari
Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang menyebabkan jagung menghasilkan
protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu.
Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan hama dan
penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa endotoksin ( senyawa
racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama dengan senyawa racun yang
dikandungnya.
e. Penggunaan Teknologi Nuklir
Teknologi nuklir menggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar radioaktif,
antara lain sinar gama ( ), sinar alfa ( ) dan sinar beta ().
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama ( ) berguna untuk pemuliaan tanaman, yaitu dengan
meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah
kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki
keturunan dengan bibit unggul.
Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di
antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi,
tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam
pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil
mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal)
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih
besar, dan tidak berbiji.
f. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman tingkat rendah
sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas dengan
protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi
tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan
sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama
(intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu
famili (inter genus).

Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh pada tempat yang
dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan
akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram
menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman,
sel-sel callus dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang
menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan dinding
selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat
digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat
tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas.
Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau
mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksusal, yaitu:

Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi
somatik dapat mengatasi hal tersebut.

Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses
pembuahan, ganet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya
pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua
diadakan fusi antara sitoplasma.

Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur
tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya
masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:

Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual
tidak kompatibel

Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal hanya
dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.

Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan
memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome
elimination).

Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke
galur atau spesies lain

Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:

Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)

Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami
fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya hilang.

Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda.
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh ketelitan yang
lebih.
g. Bioteknologi dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru
Teknik-teknik bioteknologi juga dimanfaatkan untuk membuat jenis tanaman tanaman unggul
yang baru. Hal ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat,
sedangkan luas lahan pertanian cenderung menurun. Tanaman unggul ini diharapkan mempunyai
produktivitas yang lebih baik. Selain itu, peningkatan hasil, juga dilakukan upaya perbaikan pada
kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, usia panen, dan berbagai nilai tambah yang lain.
Sebagai contoh, nilai tambah pada beberapa tanaman unggul yang telah dikembangkan adalah
sebagai berikut.

Peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman pisang, cabe, stroberi, dan ubi jalar.

Peningkatan rasa, misalnya pada tanaman tomat, cabe, buncis, dan kedelai.

Peningkatan kualitas produk, misalnya pada pisang, cabe, stroberi dengan tingkat
kesegaran dan tekstur yang lebih baik.

Mengurangi reaksi alergi, misalnya pada tanaman polongpolongan dengan kandungan


protein penyebab alergi yang lebih rendah

Kandungan bahan berkhasiat obat, misalnya pada tomat dengan kandungan lycopene
yang tinggi yang berguna sebagai antioksidan untuk mengurangi kanker, bawang dengan
kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, serta pada padi dengan kandungan
vitamin A dan zat besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan.

Tanaman yang mampu memproduksi vaksin dan obatobatan untuk mengobati penyakit
manusia, misalnya pada tanaman tembakau yang telah direkayasa sehingga dapat
menghasilkan vaksin untuk penyakit kanker.

Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak

Penerapan bioteknologi tanaman juga dapat memudahkan petani dalam proses budidaya
tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang
memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh adalah tanaman berlabel
Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola (sejenis tanaman penghasil minyak), dan jagung
yang tahan terhadap herbisida Roundup. Di dunia saat ini telahbanyak dilepas berbagai tanaman
jenis baru hasil penerapan bioteknologi. Misalnya di China pada tahun 2006 telah telah
dikembangkan sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antaralain padi, jagung, kapas, kentang,

kedelai, tomat tahan virus, petunia dengan warna bunga bary, paprika tahan virus, dan kapas
tahan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah
sebagai berikut.
1) Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas utama
dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan
bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama
dilakukan. Salah satu produknya adalah pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001.
Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian
dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon
kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan
embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas
karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk
produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu
untuk mensintesis karotenoid.
2) Kentang Russet Burbank
Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam teknik
penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat-sifat
unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah banyak
digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar
yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank
yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik
kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.
3) Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai contoh
yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas
rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang
cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat
yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
4) Tembakau Rendah Nikotin
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar
nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu
dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis
tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas

nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan
meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil
adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

Bioteknologi Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan vaksin, antibodi,
pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak yaitu vaksin untuk
penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin NCD untuk mengobati penyakit tetelo pada
unggas, dan vaksin untuk penyakit flu burung.
Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan produksi daging, susu, atau
telur. Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada sapi perah dapat
meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan hormon untuk
memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena berpotensi meningkatkan penyakit
masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan lainnya adalah membuat hewan transgenik
(hewan yang gennya telah dimodifikasi) dan teknologi induk buatan. Teknologi induk buatan
sering dilakukan pada hewan langka yang sulit bereproduksi secara alami. Embrio hewan ini
ditransplantasikan pada rahim spesies lain yang masih berkerabat. Dengan cara ini diharapkan
hewan langka tersebut terhindar dari ancaman kepunahan.
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:
a. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil
dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal
dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan
transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah;
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik khusus
sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel
2) Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur dalam
teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan
lebih lanjut.
3) Pengambilan nukleus dari sel telur
4) Penggabungan nukleus dengan sel telur

Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang
telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus identik dengan
domba pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang
mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan
domba pendonor nukleus
b. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
insemination gun. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Memperbaiki mutu genetika ternak
2. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu
yang lebih lama
3. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
4. Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.
c. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya
potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus
tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril
(tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina
dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat
dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer
pada waktu lain.
d. Teknologi Transgenik

Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan
hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara
penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan.
Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu,
dan telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA domba ini
disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah).
Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang
dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang
sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini
disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper punah di Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun
meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi
ditransplantasi.
e. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini mengontrol
laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika
hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu
akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga pengawasan
obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST
aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang
diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat
ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST.
Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan
hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.
ioteknologi peternakan Sebagaimana kita ketahui, bioteknologi dapat diterapkan di semua
bidang, baik dalam dunia manusia, dunia tumbuhan, maupun dunia hewan.

Dalam dunia hewan, penerapan bioteknologi biasanya di lakukan dalam bidang peternakan. Hal
ini sudah terjadi di banyak tempat dan telah menghasilkan beberapa jenis hewan baru yang dapat
diambil manfaatnya.
Berikut ini adalah penerapan bioteknologi di bidang peternakan, yang meliputi teknik
inseminasi buatan, teknologi transgenik, dan transplantasi nukleus.
Teknik Inseminasi Buatan

Teknik inseminasi buatan merupakan proses memasukkan sel spermatozoa ke dalam tubuh induk
betina yang dilakukan dengan bantuan alat suntik. Oleh karena itu, inseminasi buatan ini sering
juga disebut dengan kawin suntik. inseminasi buatan biasa dilakukan pada hewan ternak, seperti
sapi. Inseminasi buatan sangat praktis karena saat penyuntikan disesuaikan dengan waktu
pemasakan sel telur pada hewan betina.
Teknologi Transgenik

Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara mengisolasi gen unggul,
memanipulasinya, kemudian memindahkan gen tersebut dari satu organisme ke organisme
lainnya sehingga diperoleh ternak unggul yang diinginkan. Misalnya, sapi transgenik yang diatur
secara genetik agar menghasilkan laktoferin dalam air susunya. Laktoferin adalah protein yang
secara normal ditemukan pada air susu ibu (ASI). Hewan transgenik lainnya yang telah berhasil
dibuat adalah monyet, tikus, babi, dan ikan salmon.
Transplantasi Nukleus

Teknologi reproduksi ini dilakukan dengan memindahkan nukleus dari sebuah sel telur yang
tidak dibuahi dan diganti dengan nukleus yang ditransplantasikan ke dalam setiap sel yang
menghasilkan embrio termasuk germ-plasm, yaitu sel-sel yang menumbuhkan sel telur dan sel
sperma. Gen-gen yang ditransplantasikan ini akan diteruskan pada generasi berikutnya.
Transplantasi nukleus disebut juga kloning. kloning adalah upaya untuk memproduksi sejumlah
individu yang secara genetik identik atau suara cara untuk mendapatkan individu yang sama
persis dengan induknya tanpa melalui proses pembuahan. Melalui kloning hewan, beberapa
organ manusia untuk keperluan transplantasi berhasil dibentuk. Pembentukan organ ini dilakukan
dengan cara menempatkan gen manusia pada setiap sel hewan.
Nah, itulah pengertian dan contoh-contoh penerapan bioteknologi di bidang peternakan.
Bagaimana menurut Anda? Ada masukan atau pendapat mengenai bioteknologi peternakan ini?
Kata kunci: bioteknologi peternakan, bioteknologi pada hewan, bioteknologi di bidang
peternakan, penerapan bioteknologi pada hewan ternak
BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN

Oleh tanri alim


31 Januari 2014
Bagikan :

Penerapan bioteknologi di bidang peternakan contohnya adalah hewan transgenik dan hormon
bovin somatotropin.
Hewan Transgenik
Hewan yang diberi perlakuan rekayasa genetik disebut hewan transgenik.
Pada hewan-hewan tersebut disisipkan gen-gen tertentu yang dibutuhkan manusia. Sebagai
contohnya adalah domba transgenik. DNA domba tersebut telah disisipkan dengan gen
manusia yang disebut faktor VIII (merupakan protein pembeku darah). Berkat penyisipan gen
tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung faktor VIII yang dapat dimurnikan untuk
menolong penderita hemofilia.

Rekayasa genetika hewan juga dapat membantu melestarikan spesies langka. Sebagai contoh,
sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang
dipinjam rahimnya ini disebut surrogate.
Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika juga dapat diproduksi hormon pertumbuhan hewan, yaitu hormon
BST (bovin somatotropin).

Caranya adalah sebagai berikut:


a. Plasmid bakteri E. coli dipotong dengan enzim endonuklease.
b. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi.
c. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri.

d. Plasmid dimasukan lagi ke sel bakteri.


e. Bakteri yang dihasilkan bovin somtotropin ditumbuhkan dalam tangki fermentasi.
f. Bovin somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.(Raven et al. 2005)

Sekian posting hari ini mengenai bioteknologi pertanian, pada posting selanjutnya blog biologi
akan membahas tentang bioteknologi pengelolaan limbah. Semoga bermanfaat.
BIOTEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH
Oleh tanri alim
1 Februari 2014
Bagikan :

Bahan berupa benda padat, cair atau gas yang dibuang dan tak dikehendaki lagi disebut
sebagai sampah atau limbah. Misalnya, bahan dari kaca, kaleng, kertas, sisa makanan, sisa
akivitas pertanian, rumah tangga atau industri. Sampah atau limbah merupakan bahan cemar
lingkungan yang mengancam kehidupan.

Penanggulangan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya ditimbun, dibakar,
dan didaur ulang. Diantara semua cara itu, yang terbaik adalah dengan didaur ulang.

Salah satu contoh proses daur ulang sampah yang telah diuji pada beberapa sampah
tumbuhan adalah proses pirolisis, yaitu proses dekomposisi sampah dengan suhu tinggi pada
kondisi tanpa oksigen (anaerob). Dengan cara ini, sampah dapat diubah menjadi arang, gas
(misalnya metana), dan bahan anorganik dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan
bakar.

Bahan hasil perombakan makroorganik (dari hewan, tumbuhan, manusia) dengan bantuan
mikroorganisme (misalnya bakteri dan jamur) dan dengan bantuan hewan-hewan kecil, disebut
kompos.

Pengelolaan Air Limbah


Limbah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin lama semakin banyak dan beragam. Limbah
yang mencemari sungai, tanah, dan lautan akan berdampak buruk bagi organisme
penghuninya. Jalan keluar dari masalah ini adalah mengolah limbah dan mengubahnya menjadi
kurang beracun atau bahkan menjadi bahan yang berguna.
Dengan bioteknologi, pengelolaan limbah menjadi lebih terkontrol dan efektif.

Prinsip kerja dalam pengelolaan limbah melibatkan berbagai fasilitas, dan prosesnya secara
umum adalah sebagai berikut:
Pengumpulan
Limbah dari rumah, industri, dan dari aktivitas lainnya disalurkan ke jaringan saluran bawah
tanah, lalu dikumpulkan ke pusat pengelolaan.
Pemilahan
Limbah yang masuk ke tempat pengelolaan dilewatkan pada lempengan metal yang berfungsi
memisahkan antara potongan kayu, kertas dll. Agar bahan yang besar tidak merusak mesin.
Pengaliran Limbah
Limbah dialirkan lewat lubang-lubang kecil. Kerikil dan pasir disaring, dicuci, lalu digunakan
untuk mengisi lubang-lubang di tanah.
Pengendapan
Limbah dialirkan ke tangki-tangki yang lebih besar di mana bahan-bahan padat mengendap di
dasar tangki membentuk sludge (endapan) kasar.
Proses Aerob
Cairan dikeluarkan dari tangki penempatan primer dimasukan ke alat pengelolaan sekunder. Di
dalam alat tersebut, mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protista memecah materi
organik menjadi mineral, gas, dan air.
Proses aerob terbagi menjadi dua yaitu:
1). Pengaktifan sludge
Pada proses ini, gelembung-gelembung udara didifusikan pada efluen primer. Efluen adalah
cairan limbah yang belum atau sudah diolah.
2). Penyaringan

Efluen primer disemprotkan dari lengan-lengan horizontal yang berputar secara perlahan ke
dasar saringan yang terbuat dari kerak besi (tahi arang), kerikil atau wadah plastik dalam tangki
beton.
Kucuran Air
Air dari tangki-tangki penempatan cukup bersih dibuang ke sungai. Supaya air lebih bersih dan
dapat digunakan.
Proses Anaerob
Sludge dari tangki penempatan pertama dan dari proses anaerob didiamkan 2 sampai 3 minggu
dalam tangki tanpa oksigen dengan suhu 30 C 40 C.
Sember Energi
Gas yang diproduksi selama proses anaerob, yaitu metana, dapat digunakan untuk membakar
atau memanaskan tangki pencerna dan menyalakan listrik yang di gunakan untuk menggerakan
mesin dan menyuplai kebutuhan energi.
Pembuangan Sampah
Sludge yang telah dibuang dilaut atau disemprotkan ke tanah sebagai penyubur tanah.

Penanganan air limbah:


1. Menampung air limbah dalam bak tertutup
2. Menyaring air limbah
3. Mengalirkan air limbah ke bak penampungan
4. Air diendapkan selama 15 hari
5. Air siap di alirkan ke lingkungan.

Pengolahan Limbah Minyak


Pencermaran air oleh minyak sangat sering terjadi di laut, sungai, dan perairan lainnya. Minyak
sangat resisten terhadap degradasi oleh mikroba. Kini, dengan bioteknologi telah ditemukan
cara untuk menguraikan minyak, yaitu dengan menggunakan jamur Cladosporium resinae.
Jamur ini dapt mendegradasi plastik dan parafin dengan efektif. Sedangkan mikroba lain adalah
Pseudomonas, hasil rekayasa genetika oleh Dr. Chakrabarty, yang dapat memecah ikatan
hidrokarbon minyak.

Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi
yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada
makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu
mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian
secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana
pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun
dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses
biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang
juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena
memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak
di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan
slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di
atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi
peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi,
sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
5. Biodegradasi Plastik

Pada umumnya, plastik yang lebih lentur lebih mudah didegradasi, misalnya plastik untuk
kemasan.

Tetapi telah ada penelitian yang berhasil menemukan bentuk plastik baru yang biodegradable
untuk industri pengemasan. Plastik ini tidak hanya dapat terurai, tetapi juga dapat dibuat oleh
mikroba Alxaligenes eutrophus

Demikian posting kali ini mengenai bioteknologi pengelolaan limbah, untuk posting selanjutnya
blog biologi akan membahas mengenai bioteknologi bahan bakar mentah.
Home Biologi Kelas 9 SMP Bioteknologi Pengolahan Limbah
Biologi Kelas 9 SMP

Bioteknologi Pengolahan Limbah


Biologi Kelas 9 SMP: Bioteknologi Pengolahan Limbah

by Wawang Armansyah

Kaleng, kertas bekas, dan sisa makanan, sisa aktivitas pertanian atau industri
merupakan bahan yang biasanya sudah tak dikehendaki oleh manusia. Bahanbahan tersebut dinamakan limbah atau sampah. Keberadaan limbah sangat
mengancam lingkungan. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menanganinya.
Penanganan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
ditimbun, dibakar, atau didaur ulang. Di antara semua cara tersebut yang paling
baik adalah dengan daur ulang.

Proses pirolisis
Salah satu contoh proses daur ulang sampah yang telah diuji pada beberapa
sampah tumbuhan adalah proses pirolisis. Proses pirolisis yaitu proses dekomposisi
bahan-bahan sampah dengan suhu tinggi pada kondisi tanpa oksigen. Dengan cara
ini sampah dapat diubah menjadi arang, gas (misal: metana) dan bahan anorganik.
Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar.

Kelebihan bahan bakar hasil proses ini adalah rendahnya kandungan sulfur,
sehingga cukup mengurangi tingkat pencemaran. Bahan hasil perombakan zat-zat
makroorganik (dari hewan, tumbuhan, manusia ataupun gabungannya) secara
biologiskimiawi dengan bantuan mikroorganisme (misalnya bakteri, jamur) serta
oleh hewan-hewan kecil disebut kompos.

Dalam pembuatan kompos, sangat diperlukan mikroorganisme. Jenis


mikroorganisme yang diperlukan dalam pembuatan kompos bergantung pada
bahan organik yang digunakan serta proses yang berlangsung (misalnya proses itu
secara aerob atau anaerob). Selama proses pengomposan terjadilah penguraian,
misalnya selulosa, pembentukan asam organik terutama asam humat yang penting
dalam pembuatan humus. Hasil pengomposan bermanfaat sebagai pupuk.

Bioteknologi dapat diterapkan dalam pengolahan limbah, misalnya


menguraikan minyak, air limbah, dan plastik. Cara lain dalam mengatasi polusi
minyak, yaitu dengan menggunakan pengemulsi yang menyebabkan minyak
bercampur dengan air sehingga dapat dipecah oleh mikroba. Salah satu zat
pengemulsi, yaitu polisakarida yang disebut emulsan, diproduksi oleh bakteri
Acinetobacter calcoaceticus. Dengan bioteknologi pengolahan limbah, limbah
menjadi terkontrol dan efektif. Pengolahan limbah secara bioteknologi melibatkan
kerja bakteri-bakteri aerob dan anaerob.

Bioteknologi Bahan Bakar Alternatif


Baca

juga

Bioteknologi

Penanggulangan

Pencemaran

Bioteknologi

Pengolahan

Limbah

A.Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas
antara lain sebagai berikut : 60 % CH4 (metana), 38 % CO2 (karbon dioksida)
dan 2 % N2, O2, H2, & H2S.
Biogas dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak, karena itu dapat
mengurangi

pencemaran

dimanfaatkan untuk pupuk

oleh

kotoran

ternak,

dan

sisa-sisa

biogas

dapat

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara


anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon
dioksida,

gas

inilah

yang

disebut

biogas.

Bakteri yang membantu pembentukan biogas :

Bakteri

fermentatif

Streptococci,

Bacterioides,

dan

beberapa

jenis

Enterobacteriaceae
Bakteri asetogenik : Kethanobacillus dan Desulfovibrio
Bakteri metana : Methanobacterium, Methanobacillus, dan Methanococcus

B. Gasohol
Gasohol merupakan bahan bakar untuk otomotif yang ramah lingkungan dan dapat
diperbaharui dan tidak menimbulkan polusi. Bahan baku yang paling banyak
digunakan adalah tebu. Gasohol dihasilkan dari fermentasi khamir pada gula .
Setelah tebu diambil gulanya, maka tersisa limbah yang berserat yang disebut
bagasse. Bagasse dapat dikeringkan dan dibakar sebagai sumber energi untuk
proses destilasi pembuatan gasohol.
Proses pembuatan gasohol :
a. Penanaman tebu
b. Ekstrasi gula dengan memecah dan menggilas tebu
c. Pengkristalan sukrosa, yang menyisakan sirup glukosa yang disebut molase
d. Fermentasi molase oleh khamir Saccharomyces cerevisiae menjadi alcohol pekat
e. Destilasi (penyulingan) alcohol pekat menjadi alcohol murni (gasohol), memakai
sumber tenaga dari bagasse.
Ada juga gasohol yang bahan bakunya berasal dari singkong atau ubi kayu yang
banyak dijumpai di kebun. Tanaman ini dipilih karena selain menanamnya mudah,
kadar pati singkong cukup tinggi, 28 sampai 30 persen. Di panen setelah mencapai
usia tanam 9 bulan. Lalu singkong-singkong tersebut diproses menjadi ethanol,
hingga kadar alkoholnya mencapai angka 99,5 % atau bioetanol fuel grade.

Selanjutnya dicampur dengan bensin biasa atau premium, dengan perbandingan


bensin 90 persen, etanol 10 persen.
Hasil campuran bensin dengan bio-etanol inilah yang kemudian diberi nama dengan
gasohol bio-etanol 10% atau disingkat Gasohol Be-10 atau cukup disebut dengan
gasohol. Sebagai aditif atau substitusi bahan bakar otomotif, campuran etanol fuel
grade dengan bensin ini, bisa mencapai angka 20 %, tanpa harus mengubah mesin
yang sudah ada. Dari uji coba yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
keunggulan. Gasohol mengandung oksigen yang membuat pembakaran lebih
sempurna dan lebih ramah lingkungan karena asap pembuangan tidak hitam.

C.Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters
dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan
biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang,
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak, minyak goreng bekas.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel
dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi. Biodiesel digunakan untuk bahan bakar
alternative pengganti BBM untuk motor diesel. Produk biodiesel tergantung pada
minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan
dari bahan baku tersebut.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol,
namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu
diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila. Hasil biodiesel juga
dipengaruhi

oleh

tingginya

suhu

operasi

proses

produksi,

kandungan

air

(kandungan air tinggi menyebabkan hasil biodiesel kualitas rendah), lamanya waktu
pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi
berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau
KOH atau natrium metoksida. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis

dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan
alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik
sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di
netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses
netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat
dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan
menghasil pupuk phosphat (K3PO4)

D. Pure Plant Oil (PPO)


Pure Plant Oil (PPO) adalah minyak yang diperoleh secara langsung baik dari
pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah dimurnikan,
maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi secara kimia. PPO biasa disebut
juga sebagai unmodiefied oil atau SVO (straight vegetable oil). PPO dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung minyak baik yang berasal dari hewan maupun
tumbuh-yumbuhan melalui proses pemerahan. Pengembangan PPO ini bertujuan
sebagai solusi terhadap kelangkaan BBM dan isu lingkungan yang ditimbulkan
akibat penggunaan BBM. Dalam aplikasinya, PPO tidak dapat digunakan secara
langsung pada mesin diesel, karena membutuhkan modifikasi atau tambahan
peralatan khusus untuk mesin.
Proses Produksi PPO :
a) Proses Ekstrasi Mekanis
Proses Ekstrasi mekanis bertujuan untuk memperoleh minyak dari biji yang
mengandung minyak. Proses yang sering digunakan adalah pengepresan hidrolik
(hydraulic presssing) dan pengepresan berulir (screw press). Ekstrasi mekanis
dipandang lebih ekonomis, terutama untuk bahan-bahan yang mengandung minyak
lebih besar dari 10%.
1.
Pengepresan Hidrolik (Hydraulic Presssing)
Metode hydraulic presssing merupakan proses ekstrasi dengan memanfaatkan
tekanan. Banyaknya minyak terekstrasi tergantung dari besarnya tekanan, lama
pengepresan, dan kandungan minyak dalam bahan asal. Tekanan yang umum
digunakan pada hydraulic presssing sekitar 140,6 kg/cm (136 atm) dan digunakan
untuk bahan-bahan yang mengandung minyak lebih besar dari 20%.

Biji yang mengandung minyak dimasak dahulu sebelum dipres dengan tujuan
menggumpalkan protein, mematikan enzim-enzim terutama enzim lipase, dan
untuk membuka sel-sel pembungkus minyak di dalam daging biji. Biji kemudian
dipres hingga menghasilkan minyak. Kemudian dilanjutkan dengan penyaringan
(filtrasi) untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung dalam minyak.
2. Pengepresan Berulir (Screw Pressing)
Pengepresan berulir memiliki beberapa kelebihan dibanding pengepresan hidrilic
yaitu :
a. Biji dapat langsung dipres sehingga menghemat waktu proses.
b. Kapasitas produksi lebih besar karena proses dapat berjalan kontinu.
c. Menghasilkan rendemen yang besar.
Sebagai contoh, biji jarak yang dipres berulir menghasilkan minyak 27-30% dan dari
jumlah biji.
Minyak yang diproses melalui metode tersebut diproses lebih lanjut untuk
menghilangkan fosfor dan asam-asam lemak bebas dalam minyak. Proses
penghilangan fosfor disebut degumming, yaitu menambahkan asa, (umumnya asam
fospat) pada konsentrasi 0,01-0,2%. Penghilangan asam-asam lemak bebas dalam
minyak melalui proses netralisasi dengan menambahkan larutan alkalin. Minyak
yang telah mengalami proses degumming dan netralisasi disebut dengan PPO.
b) Proses Ekstrasi dengan Pelarut
Metode ekstrasi dengan pelarut menghasilkan minyak dengan rendemen
tinggi. Namun, metode ini tidak banyak digunakan karena memerlukan biaya
investasi yang besar. Bahan yang akan diekstrak minyaknya, dikecilkan ukurannya
terlebih dahulu. Umumnya proses ekstraksi berlangsung 6 jam. Biasanya, minyak
yang dihasilkan tidak perlu dimurnikan lebih lanjut.
E. Biobriket
Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
rumah tangga. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Biobriket
didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa
bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan tekan tertentu.
Harga biobriket relatif murah dan terjangkau masyarakat.
Proses

pembuatan

biobriket

meliputi

tahap,

yaitu

pengeringan,

penggerusan, pencampuran, dan pembentukan campuran menjadi biobriket.

Pembuatan biobriket bisa menggunakan sekam, bungkil jarak pagar, dan


tempurung kelapa sebagai bahan bakunya. Pembuatan biobriket menggunakan
sekam, sekam yang telah kering diarangkan terlebih dahulu dengan tujuan
memperbaiki sifat fisik sekam. Pengarangan dilakukan dengan memanaskan sekam
dalam drum. Proses berakhir jika sekam terlihat berwarna gelap seperti terbakar.

F. Bio-oil
Bio-oil adalah sejenis minyak seperti halnya minyak jarak, minyak sawit atau
minyak kelapa yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan yang mengandung minyak.
Bio-oil juga merupakan bahan bakar cair berwarna gelap, beraroma, seperti asap,
dan diproduksi dari biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya
melalui teknologi pirolisa. Bahan baku bio-oil dapat berupa bagas (ampas tebu),
limbah pertanian jagung(klobot dan tongkol jagung), limbah industry pulp dan
kertas, serbuk kayu gergaji, tandan kosong kelapa sawit.
Proses pembuatan Bio-oil :
Fast pyrolysis adalah dekomposisi termal dari komponen organic tanpa
kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan, gas, dan arang.
Cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita kenal sebagai bio-oil. Produk yang
dihasilkan dalam proses fast pyrolisis tergantung dari komposisi biomassa yang
digunakan sebagai bahan baku, kecepatan, serta lama pemanasan. Rendemen
cairan tertinggi yang dapat dihasilkan dari proses fast pyrolysis berkisar 78%
dengan lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600C, dan proses pemadaman yang
cepat

pada

akhir

proses.

Pemadaman

yang

cepat

sangat

penting

untuk

memperoleh produk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi


menjadi senyawa gas yang memiliki berat molekul rendah.
Proses produksi bio-oil dimulai dengan persiapan bahan baku lignoselulosa seperti
kayu atau limbah agroindustri menjadi partikel-partikel yang lebih kecil hingga
berdiameter kurang dari 1mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat
reaksi pirolisis. Selanjutnya, bahan dimasukkan ke dalam reactor yang dipanaskan
pada suhu 450-500C tanpa kehadiran oksigen. Di dalam reactor pirolisis, partikel
akan dikonversi menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang tidak dapat

dikondensasi, dan padatan arang. Kemudian, produk ditransportasikan ke dalam


cyclone. Di dalam cyclone, gas yang dapat dikondensasi akan dikondensasikan
(selanjutnya disebut sebagai bio-oil) dan arang yang terbentuk dipisahkan.
Sementara itu, gas yang tidak dapat terkondensasi (termasuk didalamnya CO 2, H2,
CH4,) akan dibakar dibakar dan dikembalikan ke reactor untuk menjaga panas
proses.
Dalam reaksi produksi bio-oil tidak dihasilkan limbah. 100% bahan baku dikonversi
menjadi bio-oil dan arang, sedangkan gas yang tidak dapat dikondensasi
dikembalikan ke dalam proses sebagai sumber energy. Tiga produk akhir

yang

dihasilkan dalam proses pirolisis yaitu (60-75wt%), arang (15-20wt%), dan gas tidak
terkondensasi (10-20wt%).
Arang merupakan by product dalam pembuatan bio-oil, berwujud padatan
berbentuk granular. Seperti halnya bio-oil , arang termasuk bahan bakar ramah
lingkungan. Arang dapat digunakan sebagai bahan bakar karbon aktif dan setelah
dimurnikan dapat digunakan sebagai bahan pensubstitusi anthracite coal yang
umumnya dimanfaatkan dalam pembuatan baja .
Bioteknologi dalam bidang pertambangan
Pada tahun 1957, diketahui bahwa bakteri Thiobacillus feroxidans yang sangat
banyak terdapat di pertambangan batubara di Virginia Selatan, Amerika Serikat.
Bakteri ini digunakan untuk mengekstrak tembaga dari bijihnya. Penemuan ini telah
meningkatkan mutu logam yang selama ini bermutu rendah akibat diekstrak
dengan cara leaching (pelepasan secara manual).
Proses pemisahan tembaga dari bijihnya dengan menggunakan bakteri
Thioobacillus Feroxidans adalah sebagai berikut. Bakteri ini akan mengoksidasi
senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan melepaskan energi asam sulfat
(H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan menghancurkan bebatuan
disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan kata lain, bakteri ini
akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dengan demikian, apabila air
dialirkan di bebatuan yersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul
di dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam bewarna biru
cemerlang. Larutan biru cemerlang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan
mengikat sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni
dengan konsentrasi sekitar 99%.
Penggunaan bakteri Thiobacillus feroxidans tidak hanya digunakan untuk pencucian
tembaga, tetapi juga untuk uranium, nikel, emas, dan timah. Penggunaan bakteri

dalam proses pencucian logam ini, selain dapat meningkatkan kemurnian logam
juga dapat memperkecil resiko pencemaran terhadap lingkungan.

IMPLIKASI BIOTEKNOLOGI Secara ringkas, berikut ini beberapa implikasi bioteknologi bagi
perkembangan sains dan teknologi serta perubahan lingkungan masyarakat. Bioteknologi
dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana molekuler. Ilmu-ilmu dasar
merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi maupun industri bioteknologi
Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi baru untuk
menghasilkan produk yang tidak terbatas. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan
produk biogas, kompos, dan lumpur aktif. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat
menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin , antibiotik, antibodi monoklat, dan intrferon
Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan, fiksasi
nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan. Bioteknologi dapat
menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa menjadi etanol (cair) dan metana
(gas) Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara lain
pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan anggur. RESIKO
POTENSIAL Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau
imunogenik untuk manusia dan hewan. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom
bermutasi dan bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang
disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik. Virus di dalam sekumpulan genom yang
menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik. Penyebaran gen tahan
antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi.
Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit. DNA
rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter sintetik yang
dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker). Tanaman
rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan residu
herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman. Dampak Bioteknologi
1. Dampak Negatif Bioteknologi Bioteknologi, seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak
negatif. Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh
potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan
manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis
maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu di
cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag dapat menimbulkan interaksi
anatar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam
perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju Kesenjangan
teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal
sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa
dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten
yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju.
Dampak Positif Bioteknologi Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen
untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi.
Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut,
tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk
yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis
bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi

tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang
berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusia Kegiatan tersebut disebut sebagai
bioprespecting. Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi
keanekaragaman Hayati, ( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi
negara-negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi
tersebut, Indonesia telah meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui,
Negara Amerika Serikat tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena
Protocol on Biosafety ( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut
menyinggung tentang prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk mencegah
bahaya yang timbul akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan
kesehatan manusia. Pengertian klon bioteknologi modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel
(jaringan), molekul bibit tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada tanaman perenial,
antara lain kopi, teh, karet, dan mangga. Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan, kultur
organ, dan embiogenesis somatik dapat pula diterapkan pada jaringan hewan dan manusia. Tidak
seperti pada tumbuhan, kultur pada hewan dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi
individu baru. Dampak Bioteknologi Bagi Masyarakat dan Lingkungan Setelah 30 tahun
Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO), lebih
dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan ISP. Di antaranya:
Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20 persen
dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100
persen. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman
rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat. Tanaman
rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.
Bacillus Thuringiensis tahan pestisida , tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa
genetik terbesar praktis tidak bermanfaat. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa
genetik di Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi
karena adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi
100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu
setahun. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di
lapangan dan di dalam tes laboratorium. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta
manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa
genetik yang ditanam di seluruh dunia. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan
menemukan penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21
kilometer. Pemahaman Keaneka ragaman Mahkluk Hidup Cerita ini mendasari berbagai hal yang
dilakukan oleh keputusan manusia yang kurang bijaksana sehingga selalu yang dikejar kejar
Transgenic Product All Accept akibatnya ya Erosi Plasma Nutfah dan lain lain Keanekaragaman
Genetik Keanekaragaman genetik (genetic diversity) adalah suatu tingkatan biodiversitas yang
merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami sebagian
atau seluruh permukaan bumi yang dapat didiami. Ia berbeda dari variabilitas genetik, yang
menjelaskan kecenderungan kemampuan suatu karakter/sifat untuk bervariasi yang dikendalikan
secara genetik. Pada bidang akademik genetika populasi, terdapat beberapa hipotesis dan teori
mengenai keanekaragaman genetik. Teori netral evolusi mengajukan bahwa keanekaragaman
adalah akibat dari akumulasi substitusi netral. Seleksi pemutus adalah hipotesis bahwa dua
subpopulasi suatu spesies yang tinggal di lingkungan yang berbeda akan menyeleksi alel-alel
pada lokus tertentu yang berbeda pula. Hal ini dapat terjadi, jika suatu spesies memiliki

jangkauan yang luas relatif terhadap mobilitas individu dalam populasi tersebut. Hipotesis
seleksi gayut frekuensi menyatakan bahwa semakin umum suatu alel, semakin tidak bugar alel
tersebut. Hal ini dapada terlihat pada interaksi inang dengan patogen, di mana frekuensi alel
pertahanan yang tinggi pada inang dapat mengakibatkan penyebaran patogen yang luas jika
patogen dapat mengatasi alel pertahanan tersebut. Pentingnya keanekaragaman genetik Terdapat
beberapa cara untuk mengukur keanekaragaman genetika. Sebab-sebab hilangnya
keanekaragaman genetika pada hewan juga telah dikaji dan diidentifikasi.Kajian tahun 2007
yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan bahwa keanekaragaman genetik
dan keanekaragaman hayati bergantung satu sama lainnya, bahwa keanekaragaman dalam suatu
spesies diperlukan untuk menjaga keanekaragaman antar spesies Sintasan dan adaptasi
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan dan adaptabilitas
suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan
agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat
keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel
yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit variasi cendering memiliki risiko
lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin
sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui pada penangkaran sanak.
Relevansi agrikultural Ketika manusia mulai bercocok tanaman, terdapat usaha penangkaran
selektif untuk menurunkan sifat-sifat yang menguntungkan pada tanaman, dan menghilangkan
sifat-sifat yang merugikan. Penangkaran selektif ini mengakibatkan monokultur, yakni
keseluruhan tumbuhan pada ladang memiliki gen yang hampir identik satu sama lainnya.
Keanekaragaman genetik yang rendah tersebut mengakibatkan tanaman sangat rentan terkena
serangan pada suatu variasi genetik tertentu dan menghancurkan keseluruhan spesies Wabah
Kelaparan Kentang di Irlandia merupakan contoh akibat dari rendahnya keanekaragaman genetik
pada kentang. Karena tanaman kentang yang baru tidak dihasilkan dari reproduksi, melainkan
dari bagian tumbuhan induk, tidak ada keanekagraman genetik yang berkembang, dan
keseluruhan tanaman kentang dapat dikatakan merupakan hasil kloning dari satu tanaman
kentang, sehingga sangat rentan terhadap epidemik. Pada tahun 1840-an, populasi Irlandia
kebanyakan bergantung pada kentang sebagai sumber makanan utama. Masyarakat Irlandia pada
saat itu menanam varietas kentang yang bernama lumper, yang rentan terhadap serangan
Phytophthora infestans.Plasmodiophorid ini menghancurkan mayoritas tanaman kentang, dan
menyebabkan puluhan ribu orang mati kelaparan. Mengatasi keanekaragaman genetik yang
rendah Alam memiliki beberapa cara untuk menjaga dan meningkatkan keanekaragaman genetik.
Pada plankton, virus membantu proses hanyutan genetik. Virus samudera yang menginfeksi
plankton, membawa gen organisme lain selain gen virus itu sendiri. Ketika suatu virus yang
mengandung gen lain menginfeksi plankton, tampilan genetik plankton yang terinfeksi akan
berubah. Hanyutan secara konstan ini membantu menjaga populasi plankton yang sehat. Cheetah
adalah spesies genting. Keanekaragaman genetik yang sangat rendah dan kualitas sperma yang
rendah menyebabkan penangkaran dan keberlangsungan hidup cheetah sangat sulit. Hanya 5%
cheetah yang dapat bertahan hidup sampai dewasa. Sekitar 10.000 tahun yang lalu, hampir
semua terkeculai spesies jubatus cheetah mati. Spesies ini menghadapi populasi leher botol dan
sanah keluarga yang dekat dipaksa untuk saling kawin, ataupun penangkaran sanak. Namun,
baru-baru ini ditemukan bahwa cheetah betina dapat kawin dengan lebih dari satu pejantang per
satu kelompok anak cheetah. Cheetah betina mengalami induksi ovulsi, yang artinya bahwa
ovum baru diproduksi setiap kali cheetah berkawin. Dengan berkawin dengan banyak pejantan,
cheetah betina ini akan meningkatkan diversitas genetika dalam suatu kelompok anak cheetah.

Pengukuran keanekaragaman genetik Keanekaragaman genetika suatu populasi dapat


diperkirakan dengan menggunakan beberapa pengukuran sederhana. Keanekaragaman gen,
adalah proporsi lokus polimorfik diseluruh genom. Heterozigositas, adalah jumlah rata-rata
individu dengan lokus polimorfik. Alel per lokus, juga digunakan untuk mendemonstrasikan
variabilitas.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Anda mungkin juga menyukai