PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia mempunyai hubungan timbal-balik dengan lingkungannya. Aktivitasnya
mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.
Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau kelompok
atau masyarakat dan lingkungan alamnya. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar,
meluas, dan serius. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar.
Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi juga internasional. Dampakdampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu masalah saja, tetapi
masih banyak masalah lainnya. Pada mulanya masalah lingkungan merupakan masalah alami,
yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural akan tetapi sekarang
masalah lingkungan juga disebabkan oleh faktor manusia yang sangat signifikan secara
variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan1.
Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat
yang ada sekarang namun juga akan mengancam kelangsungan hidupnya kelak. Oleh karena
itu baik masyarakat, maupun pemerintah berhak dan wajib untuk melindungi lingkungan
hidup. Masyarakat diharapkan secara aktif dapat berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah hendaknya berupaya terus memberikan
perlindungan bagi lingkungan hidup negaranya melalui berbagai program yang sesuai dengan
koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku2.
1 N.H.T. Siahaan, Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan ( Edisi Kedua ), hal 1.
2 Dr. Suparto Wijoyo, pengkajian hukum Tentang perlindungan kepada masyarakat Dalam sengketa lingkungan
hidup, hal 6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah-masalah lingkungan hidup
Dalam lingkungan hidup yang baik, interaksi antara berbagai komponen akan selalu
terdapat keseimbangan. Keseimbangan demikian boleh disebut tergantung pada kepentingan
manusia, karena pada hakekatnya lingkungan hidup adalah bersifat antrophocentris artinya,
lingkungan hidup dipelihara, dibangun atau dikelola dengan sebaik-baiknya tidak lain demi
kepentingan kelangsungan kehidupan dan generasi-generasi dari umat manusia saja3.
Prof. Emil salim mengamati masalah lingkungan yang kini tampil sebagai dua hal utama4:
1. Dengan adanya perkembangan teknologi
2. Ledakan penduduk
Dua hal diatas menyebabkan semakin meningkatnya perubahan-perubahan terhadap
lingkungan, sehingga menyebabkan ketimpangan atau ketidakseimbangan karena manusia
terpaksa menyerbu sumber-sumber kebutuhan yang ada di bumi tanpa memikirkan dampak
yang akan terjadi kedepannya.
B. Peranan Hukum dalam Pengaturan Hukum tata ruang Indonesia
Tata ruang berarti susunan ruang yang teratur. Karena itu, pada tata ruang yang ditata
adalah tempat berbagai kegiatan serta sarana dan prasarananya. Oleh karena itu dalam
mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang baik maka diperlukan pengendalian tata
ruang yakni setiap kegiatan yang ditujukan untuk menjaga agar kegiatan pemanfaatan ruang,
dengan atau tanpa bangunan, dilaksanakan sesuai dengan rencana
umumnya, suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagai alternatif kegiatan, seperti
3 Nommy H.T. Siahaan, Pencemaran dan pertanggungjawabannya supaya dirumuskan jelas, kompas
5 juni 1982
4 Emil salim, Lingkungan hidup dan pembangunan, cetakan ke-3.
3
pemukiman, perindustrian, pertanian dan sebagainya namun dalam mewujudkan tata guna
yang baik harus mengacu pada Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang
serta Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menjadi dasar dikeluarkannya peraturan tata ruang.
Dilihat dari segi peranan hukum dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sudah dapat kita lihat bahwa hukum sudah sangat berperan dalam mewujudkan keteraturan
misalnya saja didalam UU No. 11 tahun 1967 ditetapkan bahwa untuk dapat menjalankan
pertambangan maka diperlukan izin dari instansi yang berwenang terkait penguasaan hak
atas tanah, dengan demikian tidak semua orang dapat melakukan pertambangan, karena
pertambangan yang salah akan memicu masalah yang lebih besar kedepannya, yakni
rusaknya lingkungan hidup. Meskipun dalam prakteknya kita lihat masih banyak pihak-pihak
tertentu yang melanggar ketentuan tanpa menghiraukan konsekuensi yang ada, namun aturan
hukum sudah secara tegas menerangkan bahwa dalam pengaturan tata ruang harus sesuai
dengan UU yang berlaku.
C. Sistem perizinan dalam pengelolaan Lingkungan hidup
UU No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup di indonesia, yang diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1997 (UULH - 1982/97)
dikatakan bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan serta harus dikeluarkan izin oleh instansi yang
berwenang. Dengan adanya kewajiban diatas maka salah satu syarat pemberian izin adalah
dengan melakukan pelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan
yang berkesinambungan.
5 Prof. Dr. M. Daud silalahi, S.H., Hukum lingkungan dalam sistem penegakan hukum lingkungan
indonesia, hal 81
4
Penjelasan diatas hanyalah sebagian kecil dari pemberian izin mengenai pengelolaan
lingkungan hidup yang melibatkan peranan hukum didalamnya. Untuk itu guna menciptakan
keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya dalam melakukan berbagai tindakan
sangat diperlukan hukum yang akan mengatur, sehingga berdampak positif terhadap
masyarakat dan juga lingkungan hidup yang ada dengan melakukan penyelamatan dan
pencegahan serta penanggulangan terhadap perbuatan yang menyebabkan ketidakstabilan
bagi lingkungan hidup.
D. Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) sebagaimana diatur dalam PP No.
29/86 (Amandemen Tahun 1993-1999).
Amdal merupakan hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan(pasal 1
butir 10 UULH-82 Jo. Pasal 1 butir 21 UULH-97)6. Dalam hal melakukan pemberian izin
terhadap pengelolaan lingkungan hidup maka harus mengacu pada pasal 3 ayat (2) PP-29/86
mengenai dampak penting suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup yang ditentukan oleh :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Dampak yang akan terjadi berdasarkan penjelasan diatas misalnya saja meliputi pengubahan
bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam serta proses dan kegiatan yang akan
menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya. Kemudian Amdal ini juga telah menjadi instrumen
6 Prof. Dr. M. Daud silalahi, S.H., Hukum lingkungan dalam sistem penegakan hukum lingkungan
indonesia, hal 50
5
penting dalam perizinan bagi para pengambil keputusan dan para pengusaha serta masyarakat
umumnya. Proses amdal ini sangat membantu upaya pelestarian kemampuan lingkungan
hidup dalam pembangunan yang berkelanjutan.
E. Peran serta masyarakat dan lembaga swadaya Masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup
Berdasarkan pasal 6 UULH-1982 dikatakan bahwa :
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka
pengelolaan lingkungan(ayat 1).
Kemudian dalam pasal 19 dikatakan bahwa :
Lembaga swadaya masyarakat berperan sebagai penunjang bagi pengelolaan
lingkungan hidup.
Dalam hal Berdasarkan pasal 6 dan pasal 19 maka masyarakat dan LSM yang ada
didalam masyarakat juga sangat berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yakni dengan
mengemukakan saran dan pemikiran secara lisan atau tulisan kepada komisi pusat maupun
komisi daerah sehingga melahirkan ketentuan-ketentuan yang akan mengutamakan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik7.
F. Gugatan melalui Badan peradilan administrasi negara sebagai bentuk peranan
hukum terhadap pencemar lingkungan hidup
UU PERATUN merupakan dasar hukum pengajuan gugatan administrasi atas KTUN
perizinan lingkungan yang desawa ini diatur dalam Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Perizinan Lingkungan. Dalam prakteknya terdapat beragam jenis izin yang
7 Prof. Dr. M. Daud silalahi, S.H., Hukum lingkungan dalam sistem penegakan hukum lingkungan
indonesia, hal 54
6
dikategorisasikan sebagai jenis izin dengan aspek lingkungan, misalnya: Izin HO, Izin Usaha
Industri, IPLM, Izin Lokasi, Izin Usaha Angkutan, Izin Trayek, Izin Operasi Angkutan
maupun Surat Izin Mengemudi, dan lain-lain jenis izin yang berdampak lingkungan, yang
dianggap "onrechtmatig" dan dapat menimbulkan terjadinya pencemaran udara. Bertolak dari
Pasal 53 ayat (1) dan Pasal 1 angka 4 UU PERATUN: izin lingkungan dapat digugat di
lembaga Peradilan Administrasi yang berisi tuntutan (petitum) agar KTUN (izin lingkungan)
yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah dengan tujuan untuk menghentikan
pencemaran udara atas dasar prinsip abatement at the source8.
Agar pencemaranperusakan lingkungan memunculkan gugatan lingkungan harus pula
menimbulkan kerugian pada orang atau lingkungan sehingga yang dikualifikasikan sebagai
korban pencemaran-perusakan lingkungan adalah orang maupun lingkungan. Dengan
demikian, gugatan lingkungan berdasarkan ketentuan Pasal 87 ayat (1) UU PPLH
mengandung unsur-unsur berikut:
1. Perbuatan melanggar hukum;
2. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
3. Kerugian pada orang lain atau lingkungan;
4. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan; dan
5. Membayar ganti rugi dan atau melakukan tindakan tertentu
Mekanisme Gugatan Lingkungan
Pasal 84 UU PPLH mengatur : Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat
ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Pilihan penyelesaian sengketa
lingkungan hidup dilakukan secara suka rela oleh para pihak yang bersengketa. Gugatan
melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.
8 Dr. Suparto Wijoyo, pengkajian hukum Tentang perlindungan kepada masyarakat Dalam sengketa lingkungan
hidup, hal 28.
Dari ketentuan diatas, Hukum sangatlah berperan bagi perlindungan lingkungan hidup
karena setiap orang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab yang ingin melakukan
pencemaran maka harus berpikir panjang untuk melakukannya karena akan ada prosedur
didepannya yang akan mereka hadapi yakni berupa gugatan baik dari Lembaga swadaya
masyarakat dan badan hukum yang mengkaji lingkungan hidup lainnya.
G. Landasan Hukum baku mutu lingkungan
a. Pengendalian pencemaran air
Di bidang sumber daya air, pada tahun 1990 dikeluarkan PP No. 20 tahun 1990
tentang pengendalian pencemaran air. Dalam PP ini disebutkan bahwa baku mutu air
merupakan batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau
harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air pada sumber air
tertentu sesuai dengan peruntukkannya. Jadi daya dukung sumber air sangat dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas air9. Dengan dikeluarkan PP dalam hal pengendalian pencemaran air,
hal ini sangat membantu dalam hal pengelolaan dengan mencegah terjadinya pencemaran air.
b. Regulasi Sektoral dan Daerah
Sangat banyak peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian, Pemerintah pusat maupun
daerah mengenai pengendalian dan perlindungan lingkungan hidup yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam menjaga kestabilan lingkungan yang ada, diantaranya10 :
1. SK Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/I/1978 tanggal 26 januari 1978 tentang
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang berasal/bersumber dari
kegiatan perindustrian. Ketentuan ini memuat sanksi-sanksi berupa penghentian
9 N.H.T. Siahaan, Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan ( Edisi Kedua ), hal 296.
10 N.H.T. Siahaan, Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan ( Edisi Kedua ), hal 297-300.
secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
b. Prinsip Stricht Liability dan Absolute Liability
Asas stricht Liability yang dimuat dalam pasal 35 UUPLH 1997 telah diaplikasikan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Asas itu antara lain :
1. UU No.5 tahun 1983 tentang zona eksklusif Indonesia(ZEEI). Perbuatan pencemaran
atau perusakan sumber daya alam di ZEEI, memikul tanggung jaawab mutlak dan
biaya rehabilitasi lingkungan (pasal 11).
2. UU No. 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran. Dalam UU ini ditentukan mengenai
tanggung jawab pengusaha instalasi nuklir, yakni dalam pasal 28, yang mewajibkan
bertanggung jawab atas kerugian nuklir pihak ketiga akibat kecelakaan nuklir dari
instalasi nuklir . Dll...
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya Peranan Hukum
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sangatlah penting, bahkan begitu
banyak peraturan-peraturan baru mengenai lingkungan hidup dikeluarkan demi menjaga
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi kesinambungan sumber daya alam
kedepannya. Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya berdampak buruk bagi kehidupan
masyarakat yang ada sekarang namun juga akan mengancam kelangsungan hidupnya kelak.
Oleh karena itu baik masyarakat, maupun pemerintah berhak dan wajib untuk melindungi
lingkungan hidup.
10
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam menanggulangi tindakan terhadap
perusakan lingkungan, diantaranya :
1. Menganalisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) ;
2. Membuat rancangan tata ruang agar dapat mencegah terjadinya perusakan dan
pencemaran lingkungan;
3. Harus mengetahui landasan hukum mengenai baku mutu lingkungan dll..
B. SARAN
Peranan pemerintah dan masyarakat sangatlah diperlukan dalam hal menjaga
kelestarian Lingkungan hidup, oleh karena itu pemerintah dan masyarakat haruslah
membangun kesadaran dalam menjaga lingkungan hidup dari segala permasalahan yang
terjadi. Sehingga dapat menciptakan lingkungan hidup yang baik dan berkesinambungan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti, Siti Sundari, Inovasi Hukum Lingkungan: Dari Ius Constitutum Ke Ius
Constituendum, Pidato Pengukuhan, Airlangga University Press, Surabaya, 1991.
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan ekologi pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Silalahi, M.D. 2001. Hukum lingkungan dalam sistem penegakan hukum lingkungan
Indonesia. Bandung: Alumni.
Wijoyo, Suparto. 2013. Pengkajian hukum Tentang perlindungan kepada masyarakat
Dalam sengketa lingkungan hidup. Jakarta: BPHN.
Wijoyo,
Suparto.
11