Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanggungjawaban merupakan ciri dari paham demokrasi konstitusional, tidak ada

ruang dan celah bagi penguasa tanpa pertanggung jawaban meski sekecil apapun kekuasaan

itu, terlebih lagi terhadap presiden yang memiliki kekuasaan yang cukup besar. Meskipun

UUD NRI Tahun 1945 telah dilakukan amandemen sebanyak empat kali, namun tidak ada

aturan jelas yang mengatur mengenai pertanggungjawaban dari tugas dan wewenang

presiden secara eksplisit.

Berdasarkan pasal 6A ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 “presiden dan wakil presiden

dipilih secara langsung oleh rakyat”, hal itu pulalah yang menjadi acuan dan titik awal dari

pertanggungjawabannya terhadap rakyat, oleh karena itu dalam melakukan segala

kekuasaannya ada pembatasan-pembatasan yang telah ditentukan oleh UUD NRI Tahun

1945.

Melvin I. Urofsky, berpendapat bahwa sebaik apapun sebuah pemerintahan dirancang,

ia tak bisa dianggap demokratis kecuali para pejabat yang memimpin pemerintahan itu

dipilih secara bebas oleh warga negara dalam cara yang terbuka dan jujur untuk semuanya 1.

Plato dalam bukunya Republik juga berpendapat bahwa penyelenggaraan negara yang baik

1
Melvin I. Urofsky, prinsip-prinsip dasar demokrasi, kumpulan naskah demokrasi, united states, office of
International information programs, 2001, halaman 2

1
adalah berdasarkan atas hukum yang baik, dan untuk mewujudkan hukum yang baik ini maka

presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan haruslah tunduk dan patuh pada

peraturan yang ada agar presiden tentunya dapat mempertanggungjawabkan atas segala

kewenangan yang ia miliki sebagaimana yang tertera didalam UUD NRI Tahun 1945.

Menurut J.J Rousseau kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat lalu dengan melalui

mekanisme perjanjian kekuasaan itu diserahkan kepada Raja dalam hal ini yaitu presiden oleh

karena itu sudah seharusnya Presiden mempertanggungjawabkan segala kekuasaaan yang

telah diberikan kepercayaan oleh rakyat2.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana prinsip pembatasan kekuasaan presiden di Indonesia

b. Apa tugas dan wewenang presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan

c. Apa pendapat para ahli hukum mengenai sistem pertanggungjawaban presiden di

Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui apa saja tugas dan wewenang presiden sebagai kepala

pemerintahan dan kepala negara

b. Untuk menganalisa sistem pertanggungjawaban presiden di Indonesia dalam hal ini

dilihat dari pembatasan kekuasaan yang dimiliki oleh presiden.

2
Soehino, Ilmu negara, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 1986, halaman 121

2
c. Mengetahui pendapat para ahli mengenai sistem ketatanegaraan Indonesia apakah

termasuk sistem presidensiil mutlak atau terdapat sistem campuran didalam

prakteknya

Manfaat dari penulisan ini adalah :

a. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai prinsip pembatasan kekuasaan presiden di

Indonesia

b. Untuk mengetahui mengenai pendapat para ahli hukum mengenai sistem

ketatanegaraan di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Presiden

Menurut tata bahasa, kata presiden adalah derivative dari to preside(verbum) yang

artinya memimpin atau tampil di depan dan dicermati dari bahasa latin, yaitu prae yang

artinya di depan dan sedere yang berarti menduduki. Lembaga kepresidenan adalah bagian

dari lembaga negara. Lembaga negara secara definitif bermakna alat kelengkapan negara atau

lazimnya disebut sebagai lembaga negara yaitu institusi-Institusi yang dibentuk guna

melaksanakan fungsi negara3.

Menurut A. Hamid S. Attamimi, kata presiden adalah gelar bagi kepala negara. Selain

sebagai kepala negara presiden di Indonesia juga mencakup sebagai kepala pemerintahan.

Posisi presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan secara otomatis didapatkan

oleh seorang presiden di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensiil4. Negara

dalam sistem presidensiil yang berbentuk republik seperti indonesia dengan presiden sebagai

kepala negara merupakan pemimpin dari perangkat negara pada kementerian-kementerian

negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan yang direpresentasi pada bagian dari

kementerian-kementerian yang ada kabinet. Disini presiden mempunyai hak yang lebih luas

3
M. Kusnardi dan Bintan siragih, ..., 2000 halaman 24
4
A. Hamid S. Attamimi, ..., 1990 halaman 139-140

4
sebagai kepala birokrasi/aparatur negara, mewakili negara keluar negeri sebagai kepala

negara dan kepala pemerintahan sebagaimana diatur didalam UUD Negara RI Tahun 1945.

B. Prinsip sistem presidensiil di Indonesia

Lima prinsip sistem presidensial di Indonesia menurut jimly Asshiddiqie5:

a. Berdasarkan pasal 4 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 dapat dlihat bahwa presiden dan

wakil presiden merupakan institusi penyelenggaraan kekuasaan eksekutif negara, hal ini

dikarenakan apabila presiden berhalangan dalam menjalankan kekuasaannya maka

kekuasaan presiden dijalankan oleh wakil presiden.

b. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung melalui pemilu oleh rakyat menurut

Jimly hal ini sesuai dengan prinsip presidensil, hal ini telah dipertegas lagi didalam pasal

6A UUD NRI tahun 1945.

c. Berdasarkan pasal 7A UUD NRI tahun 1945 Presiden dan wakil presiden dapat

diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik apabila terbukti

telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi,

penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti

tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.

5
Jimly Asshiddiqie, Hubungan antar lembaga negara dalam perspektif perubahan UUD1945, Badan pembinaan
hukum Nasional departemen hukum dan ham, jakarta, 2006, halaman 60

5
d. Para menteri merupakan pembantu presiden, menteri diangkat dan diberhentikan oleh

presiden, oleh karena itu menteri bertanggung jawab kepada presiden bukan bertanggung

jawab kepada parlement.

e. Ditentukannya masa jabatan presiden selama lima tahun, dan tidak boleh dijabat oleh

orang yang sama lebih dari dua masa jabatan. Dengan demikian sistem pemerintahan

indonesia dikatakan sistem presidensiil.

Menurut Jimly asshidiqie ada dua belas prinsip negara hukum, salah satunya yaitu

berupa pembatasan kekuasaan, sebagai presiden yang diberikan kekuasaan oleh rakyat yang

dipilih melalui pemilu yang termuat didalam pasal 6A UUD NRI Tahun 1945 maka sudah

seharusnya presiden menjalankan kekuasaan sesuai yang telah ditetapkan. Supaya kekuasaan

yang didapatkan oleh presiden tidak diselewengkan dan agar presiden tidak melakukan

perbuatan semena-mena maka diperlukan pembatasan kekuasaan, tugas dan wewenang

presiden sendiri telah tercantum didalam UUD Negara RI Tahun 1945.

Sistem presidensiil yang dianut oleh indonesia sendiri memiliki kelebihan yakni

menurut Arend Lijphard adalah akan terjadi stabilitas eksekutif yang didasarkan pada masa

jabatan presiden, Pemilihan kepala pemerintahan oleh rakyat dapat dipandang lebih

demokratis dari pemilihan tak langsung dari sistem parlementer. Sementara itu kelemahan

6
dalam sistem presidensiil adalah sistem presidensiil akan mudah terjadi kemandekan dalam

hubungan eksekutif dan legislatif6.

Tentu saja hal itu tidak akan terjadi jika terciptanya check and balances dari kedua

lembaga negara tersebut, tentu saja caranya adalah dengan diterapkannya pemisahan

kekuasaan misalnya presiden hanya mempunyai hak untuk dapat merancang Undang-undang

sedangkan yang berhak untuk membentuk undang-undang tetap berada di tangan DPR.

Meskipun dalam praktek yang terjadi sistem check and balances antar lembaga tersebut

sangat sulit untuk diterapkan.

C. Kekuasaan yang dimiliki oleh presiden sesudah amandemen UUD NRI tahun 1945

a. Kekuasaan di bidang eksekutif

Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menjadi dasar presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan. Dalam bidang pemerintahan Bagir Manan berpendapat

bahwa yang dimaksud kekuasaan pemerintahan adalah kekuasaan eksekutif. Penyelenggaraan

yang dilaksanakan presiden dapat dibedakan antara kekuasaan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersifat umum dan kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang

bersifat khusus.

6
Abdul Ghoffar, perbandingan kekuasaan presiden Indonesia setelah perubahan UUD 1945 dengan delapan
negara maju, jakarta, predana media group, 2009, halaman 53

7
Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum adalah kekuasaan

menyelenggarakan administrasi negara, tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan

administrasi negara tersebut meliputi7:

1. Tugas dan wewenang administrasi di bidang keamanan dan ketertiban umum.

2. Tugas dan wewenang menyelenggarakan pemerintahan mulai dari surat-menyurat sampai

dengan dokumentasi.

3. Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang pelayanan umum.

4. Tugas dan wewenang pemerintahan di bidang kesejahteraan umum.

Sedangkan kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat khusus adalah

penyelenggaraan tugas dan wewenang pemerintahan secara konstitusional berada ditangan

presiden yang memiliki sifat prerogatif ( dibidang pemerintahan), yaitu presiden sebagai

pimpinan tertinggi angkatan bersenjata, dalam hubungan dengan luar negeri dan hak memberi

gelar dan tanda jasa. Meskipun kekuasaan tersebut bersifat prerogatif, tetapi karena berada

dalam lingkungan pemerintahan maka menjadi bagian dari objek administrasi negara8.

b. Kekuasaan di bidang legislasi

Berdasarkan pasal 5 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 “ presiden berhak mengajukan

rancangan Undang-undang kepada dewan perwakilan”. Namun hak untuk membentuk

Undang-undang tetap berada di tangan DPR, kekuasaan lain yang dimiliki oleh presiden

7
Bagir manan, Teori dan politik Konstitusi, Yogyakarta, FH UII Pres, 2003, halaman 122
8
Ibid, halaman 127

8
adalah terdapat didalam pasal 22 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan “ Dalam

hal ihwal kepentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai

pengganti undang-undang”9.

c. Kekuasaan di bidang yudisial

Mengenai kekuasaan yudisial yang dimiliki presiden pasal 14 UUD NRI tahun 1945

ayat 1 menyatakan “ Presiden memberi Grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung”. Menurut bagir manan untuk grasi diperlukan

pertimbangan dari Mahkamah agung karena grasi menyangkut putusan hakim, tetapi kalau

rehabilitasi tidak selalu terkait dengan putusan hakim10.

D. Pertanggungjawaban secara umum dalam konteks kenegaraan

Dalam konteks kenegaraan, menurut Suwoto Mulyosudarmo , timbulnya

pertanggungjawaban tergantung bagaimana kekuasaan itu dibentuk dan diperoleh. Pemikiran

tersebut menunjukkan bahwa pertanggungjawaban merupakan suatu formasi yang disusun

dari sistem pembentukan kekuasaan negara. Telaahnya berakar pada konstitusi sebagai

landasan pembentukan kekuasaan lembaga negara-negara11.

9
Jimly Asshiddiqie, hubungan antar lembaga negara dalam perspektif perubahan UUD 1945, 2006, hal 17
10
Bagir manan, op.cit , halaman 164.
11
Firdaus, pertanggungjawaban presiden dalam negara hukum demokratis, Bandung, Yrama widya, 2007,
halaman 76

9
Berdasarkan hukum administrasi perancis, ada dua prinsip yang menjadi landasan

teori tanggung jawab politis, yaitu12:

1. Faute personelle, karena kesalahan individu, yaitu tabiat seseorang dengan kelemahan-

kelemahan pribadinya

2. Faute de service, memanifestasikan seorang pejabat “Impersonal” dengan asumsi

siapapun dalam posisi jabatan tersebut cenderung untuk melakukan kesalahan, kesalahan

mana timbul akibat dimungkinkan oleh struktur dan sistem organisasi.

E. Sistem pertanggungjawaban dilihat dari segi sistem pemerintahan

Sri Soemantri berpendapat bahwa ditinjau dari pertanggungjawaban para menteri

kepada menteri maka sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD NRI Tahun 1945 adalah

sistem presidensiil. Akan tetapi melihat pertanggungjawaban presiden kepada MPR, berarti

ada segi parlementer. Berdasarkan atas uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem yang

dianut di Indonesia adalah sistem campuran.13

Kemudian Jimly Assiddiqie juga mengutarakan bahwa indonesia memang menganut

sistem presidensiil namun masih banyak terdapat kesesuaian dengan ciri parlementer dan ada

ketentuan yang bersifat overlapping antara sistem presidensiil dengan elemen sistem

parlementer tersebut.

12
Ibid, halaman 78
13
Sri soemantri, Tentang lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945, Bandung, Citra Aditya Bakti,1989,
halaman 116

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Pertanggungjawaban merupakan ciri dari paham demokrasi konstitusional, tidak ada

ruang dan celah bagi penguasa tanpa pertanggung jawaban meski sekecil apapun

kekuasaan itu, terlebih lagi terhadap presiden yang memiliki kekuasaan yang cukup

besar.

b. kata presiden adalah gelar bagi kepala negara. Selain sebagai kepala negara presiden di

Indonesia juga mencakup sebagai kepala pemerintahan. Posisi presiden sebagai kepala

negara dan kepala pemerintahan secara otomatis didapatkan oleh seorang presiden di

negara yang menganut sistem pemerintahan presidensiil

c. timbulnya pertanggungjawaban tergantung bagaimana kekuasaan itu dibentuk dan

diperoleh. Pemikiran tersebut menunjukkan bahwa pertanggungjawaban merupakan suatu

formasi yang disusun dari sistem pembentukan kekuasaan negara.

B. Saran

Sebagai rangkaian paling akhir dari tulisan ini, maka ada beberapa saran yang yang

hendak disampaikan, yaitu sebagai berikut :

11
a. Sebagai seorang presiden yang telah diberikan kekuasaan oleh rakyat melalui pemilu

sudah seharusnya presiden melakukan segala wewenang dan tugas sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan dalam UUD NRI tahun 1945 sehingga tidak terjadi

penyalahgunaan kekuasaan

b. Sistem pemerintahan di indonesia seharusnya lebih jelas apakah menganut sistem

presidensiil ataupun parlementer bukannya yang terjadi saat ini berupa sistem campuran.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Praktek Perdata
    Praktek Perdata
    Dokumen3 halaman
    Praktek Perdata
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Lampiran II
    Lampiran II
    Dokumen1 halaman
    Lampiran II
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Tata Cara Melangsungkan Perkawinan
    Tata Cara Melangsungkan Perkawinan
    Dokumen5 halaman
    Tata Cara Melangsungkan Perkawinan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Untuk Penelitian
    Kuesioner Untuk Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Untuk Penelitian
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen2 halaman
    Surat Kuasa
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Hatah
    Hatah
    Dokumen6 halaman
    Hatah
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Usulan Rancangan Penelitian Untuk
    Usulan Rancangan Penelitian Untuk
    Dokumen14 halaman
    Usulan Rancangan Penelitian Untuk
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Nota Pembelaan
    Nota Pembelaan
    Dokumen4 halaman
    Nota Pembelaan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Kewenangan Legislasi DPR
    Kewenangan Legislasi DPR
    Dokumen1 halaman
    Kewenangan Legislasi DPR
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Nota Pembelaan
    Nota Pembelaan
    Dokumen4 halaman
    Nota Pembelaan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • PUTUSAN
    PUTUSAN
    Dokumen10 halaman
    PUTUSAN
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • PUTUSAN
    PUTUSAN
    Dokumen10 halaman
    PUTUSAN
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • PUTUSAN
    PUTUSAN
    Dokumen10 halaman
    PUTUSAN
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen16 halaman
    Presentation 1
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Surat Perjanjian Kontrak
    Surat Perjanjian Kontrak
    Dokumen8 halaman
    Surat Perjanjian Kontrak
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Belum Menikah
    Surat Pernyataan Belum Menikah
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Belum Menikah
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Praktek Perdata
    Praktek Perdata
    Dokumen4 halaman
    Praktek Perdata
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Dak Waan
    Dak Waan
    Dokumen2 halaman
    Dak Waan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Hukum Lingkungan
    Hukum Lingkungan
    Dokumen1 halaman
    Hukum Lingkungan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Dak Waan
    Dak Waan
    Dokumen2 halaman
    Dak Waan
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen23 halaman
    Chapter II
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Hukum
    Hukum
    Dokumen8 halaman
    Hukum
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Sri Saranghae CiebieberMaurerloverholic
    Belum ada peringkat