Bab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan sehingga diperoleh masa kental atau
serbuk.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu
bahan simplisia sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut. Didalam satu simplisia ada
senyawa yang dapat larut dalam cairan penyari dana ada yang tidak larut seperti serat,
karbohidrat, protein dan lain-lain. Ekstrak yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
ekstrak daun jambu biji.
1. Jambu biji
Tanaman jambu biji tumbuh alami di daerah tropis Amerika, dan saat ini dijumpai
diseluruh daerah tropis dan sub tropis. Seringkali ditanam di pekarangan rumah. Tanaman
ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Terlalu banyak hujan selama
musim pembuahan dapat menyebabkan buah pecah dan busuk, sering ditanam sebagai
tanaman buah, sangat sering hidup alamiah ditepi hutan dan padang rumput (Sudarsono
dkk, 2002).
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji antara lain : asam psidiloat,
asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam guaiavolat, quercetin dan minyak atsiri
(Sudarsono dkk., 2002).Flavonoid adalah salah satu kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan
sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Flavonoid
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan
C6-C3-C6. Susunan inid apat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid. Ketiga
struktur tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 1. Struktur (a) flavonoid (b) isoflavonoid (c) neoflavonoid.
Flavonoid ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987; Anonim, 1979).
Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai
relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak menyebabkan
pembengkakan membran sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan
juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Voigt, 1994).
2. Pola Kromatogram
Pola/ profil kromatogram bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi
kandungan kimia berdasar pola kromatogram(KLT, KCKT, KG). Prinsip penentuan pola
kromatogram adalah dengan menyari ekstrak menggunakan pelarut tertentu, kemudian
dianalisis dengan kromatografi.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang
berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang
terpisah pada fase diam di bawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak.
Kromatografi sendiri bertujuan untuk pemisahan komponen dari matriks sampel dan
tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk analisis. Dalam konteks
pekerjaan ini kromatografi dipakai sebagai salah satu metode analisis. Disamping itu
kromatografi dipakai pula untuk tujuan produksi atau preparatif, dalam hal ini komponen
yang ingin dipisahkan dari matriks sampel harus dikeluarkan dari dalam fase diam, sehingga
didapatkan bentuk komponen murni (isolasi).
Pada umumnya, semua teknik pemisahan kromatografi akan dapat dipakai untuk
analisis sedangkan untuk preparatif atau produksi lebih terbatas pada kromatografi kolom,
lapis tipis atau filtrasigel.
2.1 Keuntungan Metode Kromatografi
Sampai saat ini setelah mengalami perkembangan dengan pesat ternyata metode
kromatografi sudah merupakan metode yang rutin dilakukan di laboratorium-laboratorium
a.
b.
c.
d.
e.
2.2
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
analisis. Kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, dan kromatografi kertas dapat
dilaksanakn hampir disemua laboratorium karena mudah sekali pelaksaannya.
Metode kromatografi kegunaan dan frekuensi pemakaiannya menempati urutan
kedua sesudah spektrofotometri, hal ini disebabkan ada beberapa aspek kegunaan metode
kromatografi yang menguntungkan antara lain :
kromatografi merupakan suatu proses berlipat ganda, artinya selama proses kromatografi
terjadi banyak terulang kali kontak adsorbsi dan partisi komponen yang dipakai
jangkauan analisis untuk analisis kualitatif sangat luas dari rentang kadar yang sangat tinggi
bahkan untuk preparatif, sampai kadar yang sangat rendah.
dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat, untuk hal ini diperlukan operator yang
memiliki keterampilan yang baik, berpengalaman dan memiliki dasar pengetahuan teori
yang memadai.
biaya relatif murah dengan bahan yang mudah didapat bahkan pelarut pengembangannya
dapat dipakai beberapa kali.
ketelitian dan ketepatan yang memadai
Kromatografi Lapis Tipis
Ada tiga macam metode pemisahan kromatografi planar yaitu:
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi kertas dan
Elektro Kromatografi (elektro foresa)
Berbeda dengan kromatografi kolom yang fase diamnya diisikan atau terpaking
didalam kolom, kromatografi planar fase diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar
yang didukung oleh pelat kaca, pelat alumunium, pelat plastik atau pelat sellulose pada
kromatografi kertas.boleh dikatakan kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari
kromatografi kolom. Sehinggakromatogarfi planar ini pelaksanaannya lebih mudah dan
lebih murah dibandingkan kromatografi kolom.
Dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi(KCKT), dan kromatografi
gas(KG), KLT memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.
Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan 2 dimensi,
pengembangan bertingkat, dan pembaceman penjerap dapat dilakukan pada KLT.
Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.
Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi
Pada identifikasi atau analisis lebih spesifik beberapa golongan kandungan kimia
yang ditetapkan diantaranya adalah minyak atsiri, steroid, tanin, flavonoid, triterpenoid,
alkaloid, dan antrakuinon dengan menggunakan metode spektrofotometri, titrimetri,
volumetri, gravimetri, atau lainnya. Namun metode analisis harus sudah diuji validitasnya,
terutama linearitas dan selektivitas. Tujuan dari penetapan kandungan kimia tertentu adalah
memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau senyawa
yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi.
3. Analisis Kualitatif dengan Metode KLT
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji kandungan kimia ekstrak menggunakan
pola kromatogram dan analisis kualitatif, dimana ekstrak yang kami gunakan adalah ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava folium). Penentuan pola/profil kromatogram bertujuan
untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram (KLT). Prinsip penentuan pola kromatrogram adalah dengan menyari ekstrak
menggunakan pelarut tertentu kemudian dilakukan analisis kromatogram.
Ekstrak yang kami gunakan dalan praktikum kali ini diperoleh dengan cara
perkolasi. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang dilakukan pada temperatur ruangan.
Sedangkan pada sampel yang telah dihidrolisis, puncak memiliki Rf yang hampir sama
dengan Rf standar kuersetin. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
puncak tersebut merupakan puncak kuersetin. Sampel yang telah dihidrolisis memiliki Rf
yang hampir sama dengan Rf standar kuersetin karena proses hidrolisis menyebabkan
ikatan glikosida pada glikodisa kuersetin terputus sehingga menjadi kuersetin.
Langkah kedua adalah melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan sampel
yang telah dipreparasi sebelumya dan larutan standar quersetin. Sampel yang telah
dipreparasi sebelumnya dan standar quercetin ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 10 l
untuk sampel dan 2l untuk standar quercetin. Dari hasil KLT diamati warna noda dengan
lampu UV dan ditandai noda-noda yang terlihat baik sampel maupun standar, kemudian
hitung harga Rf secara manual. Rf merupakan suatu nilai yang diperoleh dari jarak yang
ditempuh oleh eluen terhadap jarak yang ditempuh oleh zat. Lempeng kemudian discan menggunakan densitometer pada panjang gelombang 200-500 nm. Hal ini dilakukan
untuk menentukan panjang gelombang maksimum kuersetin yang digunakan untuk
menghitung
kadar
kuersetin
dalam
sampel.
Berikut
adalah
spectra
hasil scaning menggunakan densitometer.
Dari hasil di atas, panjang gelombang maksimum dipilih pada track nomor 5 karenatrack
tersebut merupakan miliki kuersetin sehingga panjang gelombang maksimum yang terpilih
adalah panjang gelombang maksimum kuersetin.
Nilai Rf yang diperoleh dari perhitungan manual:
Sampel terhidrolisis
: 0,568
Sampel non-hidrolisis
:0
Standar
: 0,557
Rf Peak 1 : 0,575
Rf Peak 2 : 0,699
Track 5 (standar quercetin 254 nm)
Rf Peak 1 : 0,688
Track 7 (sampel non hidrolisis 254 nm)
Rf Peak 1 : 0,675
Rf Peak 2 : 0,069
Track 2 (sampel hidrolisis 365 nm)
Rf Peak 1 : 0,643
Rf Peak 2 : 0, 700
Track 5 (standar quercetin 365 nm)
Rf Peak 1 : 0,699
Track 7 (sampel non hidrolisis 365 nm)
Rf Peak 1 : 0,712
Rf Peak 2 : 0,663
Rf digunakan untuk mengetahui apakah kandungan kimia sampel yang kami
gunakan sama atau tidak dengan standar (kuersetin). Dari nilai Rf yang diperoleh
BAB V KESIMPULAN
1) Penentuan pola/profil kromatogram bertujuan untuk memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram (KLT).
2) Dengan penentuan pola kromatogram, maka dapat diketahui gambaran awal komposisi
kandungan kimia suatu ekstrak. Dalam praktikum ini, yaitu kandungan senyawa quercetin
dalam ekstrak Psidii Folium. Sampel mengandung quercetin berdasarkan nilai Rf yang
mendekati dengan Rf standar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I. Jakrta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipients. USA: the American Pharmaceutical
Assoociation.
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta; Depkes RI
Direktorat Jendaral Pengawasan Obat dan Makanan dan Direktorat Jendaral Pengawasan
Obat Tradisional.
Harborne, J.B, dkk. 1994. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bandung: Penerbit ITB.
Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
sesuai.
Kromatogram
Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat
bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah
campuran sederhana dari beberapa pewarna.
garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk
komponen berwarna merah menjadi:
Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama,
nilai Rfyang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai
contoh, nilai Rfuntuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat
perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan
berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin
mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana
menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian
selanjutnya.
Bagaimana halnya jika substansi yang ingin anda analisis tidak
berwarna?
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna.
Menggunakan pendarflour
Mungkin anda masih ingat yang telah disebutkan bahwa fase diam pada
sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya
dengan sinar UV, akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram
berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat
dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada
lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi
bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus
-OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai
disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipoldipol..
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa
yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk
alumina.
Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada
garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan
kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada
lempengan, tergantung pada:
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal
ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel
silika.
Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut
tidak berkerja dengan baik, coba pelarut lainnya.
*** Pipa PVC
Polivinil adalah salah satu jenis plastik yang dibuat secara
termoplastic. Salah satu contohnya yang paling banyak digunakan
adalah Polivinilclorida (PVC). Sifat PVC adalah keras, kaku, dan sedikit
rapuh, dapat melunak pada pemanasan
80oC tanpa titik lebir yang
tajam. Jika suhu diturunkan, maka PVC akan menjadi rapuh dan jika
massanya dinaikkan maka sifat liatnya semakin besar. PVC murni sangat
stabil terhdap minyak tumbuhan, minyak mineral, alkohol, dan senyawa
anorganik. Bahan yang bersifat basa kuat dan bersifat mengoksidasi dapat
mempengaruhi PVC.
PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama, yaitu minyak bumi
dan garam dapur (NaCl). Bahan baku minyak bumi diolah melalui proses
pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat
termasuk etilena. Garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi
natrium hidroksida dan gas klor. Etilena direakikan dengan gas klor
menghasilkan etilena diklorida. Prosescracking atau pemecahan molekul
etilen diklorida tersebut menghasilkan suatu gas vinil klorida (CHCl=CH 2)
dan asam klorida (HCl). Melalui proses polimerisasi (penggabungan
molekul monomer) dihasilkan molekul besar dengan rantai panjang
(polimer) polivinil klorida yang berupa bubuk halus berwarna putih.
Polimerisasi:
Diposkan oleh Setiawati di 08.21
PEMBAHASAN
Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah dikembangkan diukur
langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual atau menggunakan alatalat yang disebut
densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan
noda senyawa standar yang telah diketahui konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok
atau diisap dengan suatu alat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan
spectrometer UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat
dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar pembanding
Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis (aluminium) yang
berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan.
Hal inilah yang membedakan antara kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT
menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya
lebih lama (kirakira 1020 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut
adalah pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan
noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens berupa selulosa yang dapat
mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda yang dihasilkan
mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase
diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam
KLT adsorbens yang digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang
tercipta lebih terfokus dan tajam.
Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan adalah aseton-HCl. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebab lainnya disebut
dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben, ketebalan lapisan, kejenuhan
ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu, dan kualitas pelarut. Fase gerak adalah campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga
pemisahan dapat terjadi secara optimal. Pada percobaan kali ini digunakan campuran aseton-HCl. Digunakan
HCl karena HCl dapat mengikat zat sampel dan membawanya menuju garis akhir plat dengan bantuan aseton
yang merupakan zat organic yang mudah menguap.
Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan nilai Rf dalam KK,
dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari migrasi solvent/ pelarutnya
dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK
mapun KLT), dimana jika nilai Rf-nya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum
sedangkan jika nilai Rf-nya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak
munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi nilai Rf
seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak, sehingga untuk
menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk
membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan
koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan
dengan beberapa cara misalnya; planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing
masing alat tersebut memeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit
karena dihubungkan dengan proses penggunaanya.
Pada percobaan ini, didapatkan nilai Rf yang berbeda-beda dari tiap analit. Pada penentuan nilai Rf pada ion
logam, secara berturut-turut nilai Rf dari Ni2+, Mn2+, Co2+, dan Zn2+ adalah 0,43 , 0,46 , 0,46 , dan 0,52.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik pemisahan kromatografi planar
dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi solute/ zat terlarut antara dua fase (fase
gerak dan fase diamnya). Dimana fase diamnya/ adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium)
sebagai penunjang adsorbennya.
nilai Rf yang didapatkan adalah nilai Rf dari Ni2+, Mn2+, Co2+, dan Zn2+ adalah 0,43 , 0,46 , 0,46 , dan 0,52.
DAFTAR PUSTAKA
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Kedokteran EGC.
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum
cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida. FMIPA. Semarang.
Khopkar, S,M. 2009. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas Haluoleo.
Shevla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine
Shrimp. Sumatera Utara: USU Repository.
Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta : Kanisius
Underwood, AL dan JR. Day R.A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga.