Anda di halaman 1dari 27

Adakah manusia yang mampu mengubah kekufuran menjadi keimanan,

kemusyrikan menjadi ketauhidan, dan kemaksiatan menjadi ketaatan dalam


suatu negara besar hanya dalam waktu 23 tahun? Ya, Rasulullah SAW telah
membuktikannya. Beliau mampu melakukan itu dengan kepemimpinan yang
luar biasa. Berikut adalah ciri kepemimpinan Rasulullah SAW yang luar biasa:
1.

Beliau memiliki sifat-sifat yang mulia sejak usia dini. Baca Sifat
Rasulullah SAW

2.

Beliau selalu menjadi teladan hidup bagi orang-orang di sekitarnya


sejak masih kecil

3.

Beliau selalu bertindak sesuai perintah Allah SWT

4.

Dalam hal-hal yang tidak diatur Allah SWT secara langsung, beliau
selalu bermusyawarah dengan para sahabat

5.

Beliau mampu menyelesaikan segala perbedaan pendapat dengan


bijaksana

6.

Beliau selalu menghormati semua pendapat yang disampaikan


kepadanya

7.

Beliau selalu bersama rakyatnya dan sangat memahami perasaan


rakyatnya

8.

Jika rakyatnya menderita, beliaulah yang paling merasakan


penderitaan itu

9.

Beliau sangat menginginkan rakyatnya sejahtera dan bahagia

10.

Beliau pengasih dan penyayang pada rakyatnya.

11.

Beliau tidak hanya memberi arahan atau membimbing dari balik meja,

namun juga terjun langsung ke lapangan


12.

Beliau aktif mengatur strategi dan taktik perjuangan, baik dalam

peperangan maupun ketika damai


13.

Kata-kata beliau selalu konsisten. Tidak ada perbedaan antara kata dan

perbuatan
14.

Sebelum mengajarkan sesuatu, beliau melakukannya lebih dahulu

15.

Beliau tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tapi juga dengan

perbuatan dan keteladanan


16.

Beliau disiplin dan adil dalam menegakkan hukum, tanpa pandang bulu

17.

Beliau sangat tegas pada orang yang melanggar hukum Allah, namun

sangat lembut dan memaafkan bila ada kesalahan yang menyangkut


dirinya sendiri
18.

Keagungan sifat beliau membuat orang lain siap mengorbankan semua

milik mereka untuk beliau


19.

Beliau sangat gagah dan pemberani

20.

Beliau memiliki kontrol diri yang penuh atas dirinya sendiri dalam

segala situasi
21.

Beliau selalu tenang, percaya diri, dan tidak pernah panik

22.

Beliau tidak pernah menggerutu atau mengeluh dalam kondisi tertekan

sekalipun
23.

Beliau selalu memperlakukan lawannya dengan tingkah laku yang

terbaik
24.

Beliau selalu memperlakukan orang dengan adil dan jujur

Seorang pemimpin dinilai bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam


kepemimpinannya. Salah satu yang terpenting adalah kemampuan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, efektifitas
sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan tersebut.
Sebuah keputusan lahir dari sebuah proses berpikir. Bermula dari cara
pandang seseorang dalam menilai sesuatu yang kemudian berpengaruh
terhadap cara berpikirnya. Cara berpikir yang dilandasi cara pandang tadi
akan menjadi penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang pemimpin
dalam mengambil kebijakan.
Kebijakan seorang pemimpin seringkali berpengaruh terhadap banyak orang
dan ruang lingkup serta waktu yang lebih luas. Kesalahan dalam mengambil
sebuah keputusan dalam memilih sebuah kebijakan akan berujung pada

kegagalan suatu program atau bahkan kehancuran sebuah negara dan


bangsa.
Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW berpikir?
Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan
seorang Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat
derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan
keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak
bangsa di dunia. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya
merasakan kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang
pemimpin bernama Muhammad.
Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang
juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi
menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua
pihak.
Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut :
1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang
atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya
Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar
Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah
gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat fungsi. Keempat
sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam era kepemimpinan
Muhammad saw, yaitu :
- Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad
saw, adalah sahabat utama. Ini bermakna kepercayaan dari orang lain
adalah modal utama seorang pemimpin.
- Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam
menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila
ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh

keberanian dan ditunjang kekuatan yang memadai.


- Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela
menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad
saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah
kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik
dan keuangan yang lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus
dari pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.
- Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh
ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada
bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada
regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu
menyiapkan penerus agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa
dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang
menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu
kambing dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh
adalah salah satu contohnya. Bagaimana sukanya Muhammad terhadap
orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak
dan kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan
orang lain adalah contoh yang lain.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau
meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan
menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri

Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah,
Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin
Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan
dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih
lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin
meminta perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah,
beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang
mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan
kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan
Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di
mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik
Yahudi.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada
mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul. Begitu pun
dengan Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang
termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur,
makan dan shalat sampai bengkak kakinya.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk
mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta
mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan
tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel
di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau
sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas
pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada
sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata

bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil batu dan
mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan
bagi kita. Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini. Karena pandangannya
yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup
menggoyahkan keyakinannya untuk menegakkan kebenaran.
Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah
ini. Demikian Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy
yang mencoba menyuap Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan
kedudukan tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan
wanita-wanita cantik asalkan Muhammad Saw mau menghentikan
dakwahnya di kalangan mereka.

Pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan
sampai akhir zaman. Inilah dasar yang telah diletakkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam membangun peradaban baru, yang sesuai dengan
fitrah manusia.
Dengan jelas tersimpul dalam cerita yang diambil dari Ali bin Abi Thalib r.a.
ketika ia bertanya kepada Rasulullah dan dijawab :
Marifat adalah modalku,
Akal pikiran adalah sumber agamaku,
Rindu kendaraanku,
Berzikir kepada Allah kawan dekatku,

Keteguhan perbendaharaanku,
Duka adalah kawanku,
Ilmu adalah senjataku,
Ketabahan adalah pakaianku,
Kerelaan sasaranku,
Faqr adalah kebanggaanku,
Menahan diri adalah pekerjaanku,
Keyakinan makananku,

Kejujuran perantaraku,
Ketaatan adalah ukuranku,
Berjihad perangaiku,
Dan hiburanku adalah dalam sembahyang.
Itulah kunci dari kepemimpinan rasulullah. Beliau berhasil memimpin
dunia dengan suara hatinya, dan diikuti pula oleh suara hati pengikutnya.
Dia bukan hanya seorang pemimpin manusia, namun dia adalahpemimpin
segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin abadi.
Pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi
perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang
kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan
mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan
yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah.

Rahasia Rasulullah dalam Memimpin Umat


OPINI | 24 January 2013 | 16:35

Dibaca: 1102

Komentar: 0

Ketika membangunkan masyarakat Islam selepas peristiwa hijrah, Rasulullah


SAW memulakannya dengan membina akhlak mulia sesama saudara

seagama. kita kita tahun bukan mudah menyatupadukan banyak hati, tetapi
ia dilakukan Rasulullah SAW meskipun ada caranya.
Akhlak ditonjolkan Baginda SAW menjadi pengajaran paling berkesan.
Sejarah membuktikan keperibadian mulia membentuk masyarakat yang
cemerlang tamadunnya tidak akan dimusnahkan oleh tipu daya dan hasad
dengki sesama manusia.
Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagi kamu
Surah al-Ahzab (ayat 21)
Rahasia kejayaan Rasulullah SAW sehingga mampu membentuk barisan
sahabat yang kukuh dan mantap dari segi sahsiah serta keperibadiannya
sejajar dengan keperibadian Muslim sebenar yang dipaparkan dalam alQuran.
Tanpa apa-apa kepentingan di dunia, Baginda memimpin orang kanannya
dengan keluhuran Islam, ada wahyu Baginda sampaikan, ada kebuntuan
Baginda bawa bermusyawarah. Laba dari inilah yang menjayakan sebuah
kepemimpinan yang akhirnya dikagumi kerana integriti bukan kepentingan
diri.
Ia juga karena Baginda tahu bahawa akhlak adalah asas pembinaan diri yang
akan menentukan jatuh bangunnya bangsa serta faktor pembinaan
sesebuah tamadun. Bahkan inilah sebab utama diutuskan Rasulullah SAW ke
dunia.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagi
kamu. (Surah Al-Ahzab, ayat 21)
Salah satu cara terbaik untuk membentuk akhlak mulia ialah melalui
pendidikan berasaskan contoh teladan yang baik. Setiap individu haruslah

memiliki sifat amanah, dedikasi, komited pada tugas, ikhlas, sanggup


berkorban masa dan tenaga, suka membantu, membimbing dan menjadi
role model.
Antara aspek terpenting yang harus diambil perhatian ialah penampilan
setiap individu Muslim, peribadi yang seimbang dalam pemikiran, tindakan
dan sikap terhadap konsep berilmu, beramal serta berakhlak yang sebenar.
Rasulullah SAW menunjukkan kepada sahabat supaya bersifat benar dalam
perbuatan, perkataan dan gerak hati. Tidak ada sekelumit pun dendam, niat
jahat, bicara untuk menyakiti hati orang lain atau melakukan perbuatan
mengundang kemurkaan Allah SWT.
Hari ini, banyak YANG TIDAK SEJALAN.Selain itu, sabar dalam semua keadaan
perkara paling mudah tetapi sukar dilakukan sekiranya hati kita tidak reda
terhadap qada dan qadar Allah. Sifat sabar dibentuk oleh Rasulullah SAW
sehingga dikagumi sahabat dan musuh yang bersama Baginda semasa
hayatnya.
Kesabaran Rasulullah SAW menyelamatkan agama dan usaha syiar Baginda
hingga dapat dinikmati seluruh Muslim hari ini. Baginda juga bersedia
berADADI BARISAN TERDEPAN, fitnah dan ancaman musuh yang datang dari
segenap CACI.
Satu sifat yang mulia yang ditonjolkan Rasulullah ialah pemaaf terhadap
kesilapan yang dilakukan sahabat atau musuh serta mudah bertolak ansur
selain tidak pernah marah melainkan kesalahan itu dilakukan kepada Allah
SWT.
Rasulullah SAW tidak pernah melemahkan diri Baginda dengan menghukum
orang lain ataupun tenggelam oleh rasa marah yang mengawal akal.

Ketenangan Baginda juga menggambarkan pribadi yang baik dan


menunjukkan personaliti disukai.
Rasulullah SAW mendidik sahabat menurut tata cara akhlak yang ditentukan
Allah dan itulah yang membentuk sebuah masyarakat Islam begitu unggul
sifatnya, beriman dan bertakwa serta cenderung mencintai kebaikan.
Kegagalan membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini seperti
firman Allah SWT:
Telah timbul Berbagai kerusakan dan bala bencana di darat dan di laut
dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia. (Timbulnya
yang demikian) karena Allah hendak merusakkan mereka sebahagian dari
balasan perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali
(insaf dan bertaubat). (Surah Al-Rumi, ayat 41)

Cermin Teladan Kepemimpinan Rasulullah


Meskipun Beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu, tetapi pengaruhnya
tetap abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman dan tidak lekang
dimakan usia. Kepemimpinan adalah pengaruh. Makin kuat kepemimpinan
seseorang, akan makin kuat pula pengaruhnya. Begitu pula dengan
Rasulullah.
Lalu, pemimpin seperti apakah Rasulullah saw. sehingga pengaruhnya bisa
menembus relung hati kita? Siang malam kita merindukan berjumpa dengan
Beliau sehingga rela berdesak-desakan di raudhah (sebuah ruang dekat
mimbar Masjid Nabawi di Madinah) sekalipun. Jawaban dari semua itu
ternyata, pertama, sebelum memimpin orang lain, Rasulullah saw. selalu
mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya

sehingga tidak melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah
memimpin tutur katanya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata
benar, indah, dan padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya,
keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga
Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula.
Sayang, kita sangat banyak menginginkan kedudukan, jabatan, dan
kepemimpinan. Padahal, untuk memimpin diri sendiri saja kita sudah tidak
sanggup. Itulah yang menyebabkan seorang pemimpin tersungkur menjadi
hina. Tidak pernah ada seorang pemimpin jatuh karena orang lain.
Seseorang hanya jatuh karena dirinya sendiri. Kedua, Rasulullah saw.
memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak menyuruh atau
melarang. Beliau memimpin dengan suri teladan yang baik. Pantaslah kalau
keteladannya diabadikan dalam Alquran, "Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah" (Q.S. Alahzab: 21).
Dalam kehidupannya, Rasulullah saw. senantiasa melakukan terlebih dahulu
apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting
karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali kalau
perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang
lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum
melarang dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap katakata diyakini kebenarannya. Efeknya, dakwah Beliau punya kekuatan ruhiah
yang sangat dahsyat. Dalam Alquran Allah Azza wa Jalla berfirman, "Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan" (QS Ashshaf: 3).
Ketiga, kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik,
tetapi Beliau memimpin dengan kalbunya. Hati tidak akan pernah bisa
disentuh kecuali dengan hati lagi. Dengan demikian, yang paling dibutuhkan
oleh manusia adalah hati nurani, karena itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap

orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur


katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang amat menawan.
Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan,
keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya.
Sabda Rasulullah saw. "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian
mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendoakan kebaikan kalian dan
kalian mendoakannya kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang
kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuknya dan ia
mengutuk kalian." Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa
berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk
kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa
itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain.
Alangkah indah jika yang kita pikirkan adalah bagaimana berusaha menjadi
jalan bagi kebaikan orang lain dan berkhidmat pada orang lain, sehingga tiap
hari kita berusaha meraup ilmu agar dapat menjadi jalan hidayah. Pemimpin
budiman tidak berpikir apa yang akan dia dapatkan dari umat, tetapi apa
yang bisa dia berikan kepada umat. Bayangkan andaikata kita bisa menjadi
seorang pemimpin yang menjadi suri teladan yang baik di rumah, di kantor,
ataupun di lingkungan sekitar.
Terbayang jikalau meninggal, anak-anak dan saudara-saudara kita menabur
doa setiap waktu karena terkenang akan keindahan pribadi kita. Bila kita
seorang pemimpin di keluarga, tidak cukup hanya bisa memberi harta dan
materi pada anak istri kita, karena penjahat pun bisa memberi harta. Yang
mereka butuhkan adalah perhatian yang tulus, ucapan yang terjaga, perilaku
yang budiman, dan keteladanan yang baik. Mungkin terlalu besar kalau kita
berpikir bagaimana mengubah bangsa. Untuk itu, marilah kita berpikir
bagaimana kita bisa memimpin diri kita sendiri. Minimal, jangan biarkan diri
kita menjadi hina karena mata yang tidak terjaga atau karena tutur kata
yang penuh kesombongan.
Marilah kita tundukkan hati dan maknai hidup dengan berkhidmat kepada
orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak

manfaatnya. Inilah "cermin" yang bisa kita raup dari kepemimpinan


Rasulullah Muhammad saw. pribadi agung, yang teladan-teladannya terus
hidup dalam dada kita, kaum Muslimin hingga akhir zaman.

Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi


oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah
memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan
Makkah.
Rasulullah telah wafat ribuan tahun yang lalu, tetapi pengaruhnya tetap
abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman dan tidak lekang
dimakan usia. Rasulullah adalah contoh teladan pemimpin yang baik.
Rasulullah saw. memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.
Rasulullah memimpin penglihatannya, tutur katanya, nafsunya,
keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga
Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula.
Penyebab seorang pemimpin tersungkur menjadi hina karena banyak
menginginkan kedudukan dan jabatan tetapi tidak mampu memimpin dirinya
sendiri. Seorang pemimpin jatuh karena kesalahannya sendiri dan bukan
karena orang lain.
Rasulullah memimpin dengan suri teladan yang baik karena tidak banyak
menyuruh atau melarang tapi dengan menjadi contoh yang baik.
Keteladanan sangat penting karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak
akan berharga kecuali kalau perbuatan kita seimbang dengan kata-kata.
Rasulullah tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri.
Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya. Kata dan perbuatannya
amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya.

Kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi


Beliau memimpin dengan kalbunya karena hati tidak akan pernah bisa
disentuh kecuali dengan hati. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya
sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih
sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang
amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu
merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus
dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban
dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi
pemimpin, bukan mengorbankan orang lain. Pemimpin budiman tidak
berpikir apa yang akan dia dapatkan dari umat, tetapi apa yang bisa dia
berikan kepada umat.
Hal penting yang bisa kita lakukan adalah memimpin diri sendiri. Jangan
biarkan diri kita menjadi hina karena mata yang tidak terjaga atau karena
tutur kata yang penuh kesombongan. Marilah kita tundukkan hati dan
maknai hidup dengan berkhidmat kepada orang lain, karena sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Rasulullah Muhammad
saw. Adalah pribadi yang agung, yang teladan-teladannya terus hidup dalam
dada kita, kaum Muslimin hingga akhir zaman.
Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin yang hingga hari ini diakuai
dan dihormati banyak manusia. Bahkan kepempinan manusia sempurkan ini
telah banyak diakui para peneliti Barat. Sebut saja Will Durant, Gustav
Lebon, La Martin, Thomas Carlyle dan masih banyak yang lain.

La Martin yang setelah meneliti kehidupan Nabi menyatakan, Muhammad


adalah manusia di atas manusia dan di bawah Tuhan. Tak dapat diragukan
bahwa ia adalah utusan Tuhan.

Bahkan Thomas Carlyle, cendekiawan Inggris, mengritik orang Barat yang


begitu saja meyakini kampanye buruk terhadap nama besar Muhammad.
Diantara aib terbesar yang ada hari ini ialah bahwa seorang cendekiawan
menerima begitu saja ucapan seseorang yang mengatakan bahwa Islam
adalah bohong dan Muhammad adalah penipu.

Pandangan yang kokoh, pemikiran-pemikiran yang lurus, kecerdasan,


kecermatan, dan pengetahuannya akan kemaslahatan umum, merupakan
bukti-bukti nyata kepandaiannya. Kebutahurufannya justru memberikan nilai
positif yang sangat mengagumkan. Ia tidak pernah menukil pandangan
orang lain, dan ia tak pernah memperoleh setetes pun informasi dari selainNya. Allah-lah yang telah mencurahkan pengetahuan dan hikmah kepada
manusia agung ini. Sejak-sejak hari-hari pertamanya, ia sudah dikenal
sebagai seorang pemuda yang cerdas, terpercaya dan jujur. Tak akan keluar
dari mulutnya suatu ucapan kecuali memberikan manfaat dan hikmah yang
amat luas, katanya.

Sementara itu Gustav Lebon, cendekiawan Prancis, dalam bukunya


Peradaban Islam dan Arab, menulis, Jika kita ingin kita ingin mengukur
kehebatan tokoh-tokoh besar dengan karya-karya dan hasil kerjanya, maka
harus kita katakan bahwa diantara seluruh tokoh sejarah, Nabi Islam adalah
manusia yang sangat agung dan ternama. Meskipun selama 20 tahun,
penduduk Makkah memusuhi Nabi sedemikian kerasnya, dan tak pernah
berhenti mengganggu dan menyakiti beliau, namun pada saat Fathu Makkah

(penaklukan kota Makkah), beliau menunjukkan puncak nilai kemanusiaan


dan kepahlawanan dalam memperlakukan warga Makkah. Beliau hanya
memerintahkan agar patung-patung di sekitar dan di dalam Kabah
dibersihkan. Hal yang patut diperhatikan dalam kepribadian beliau ialah
bahwa sebagaimana tidak pernah takut menghadapi kegagalan, ketika
memperoleh kemenangan pun beliau tidak pernah menyombong dan tetap
menunjukkan sikapnya yang lurus.

Bahkan Allah Subhanahu Wataala sendiri secara langsung memuji dan


mengatakan dalam Surah Al Ahzab ayat 21 yang artinya, Sungguh telah
ada pada diri Rasulullah teladan yang baik

Sayangnya, kita lebih sosok Rasululah dari aspek ruhaniyaah dan spiritual
belum menyentuh sosok beliau sebagai pengelola pemerintahan dan suatu
negara hingga akhirnya beliau berhasil membangun bangunan negara yang
baldatun tayyibatun wa rabbun ghafuur. Surat Al Ahzab ayat 21 membuat
kita kembali teringat betapa keteladanan beliau meliputi semua aspek
kehidupan. Semua tindak tanduk dan tutur kata beliau merupakan teladan
dan warisan yang teramat berharga.

Rahasia keteladan Nabi dalam memimpin tentu saja karena ditopang oleh
empat sifat yang sudah tidak asing lagi:

Pertama, shidiq yang artinya jujur. Kejujuran merupakan sikap utama dan
harus mendapat tempat semestinya pada diri seorang pemimpin. Dan Nabi

Muhammad SAW dikenal oleh masyarakatnya sebagai sosok yang jujur, jauh
dari dusta. Kejujuran membawa kepada kebaikan, kebaikan dalam segala
hal, utamanya dalam memimpin suatu bangsa dan masyarakat.

Kedua, amanah yang artinya mampu menjalankan kepercayaan yang


diemban di pundak secara profesional tanpa mencederai kepercayaan yang
sudah diberikan. Sikap amanah telah mengakar kuat pada diri Rasululah
bahkan semenjak di usia belia. Tidak ada yang menyangsikan kejujuran
seorang Muhammad kecil. Gelar amin (orang yang layak dipercaya)
disandingkan di belakang nama beliau, Muhammad Al-Amin.

Ketiga, tabligh yang berarti menyampaikan kebenaran dan berani


mengungkap kebatilan. Kepemimpinan beliau ditopang oleh sikap
transaparansi, keterbukaan, dan selalu bersuara dengan tuntunan Ilahi. Tak
ayal sikap terang-terangan beliau dalam mendakwahkan ajaran kebenaran
dan memberangus kemunkaran mengundang murka pentolan-pentolan
Kaum Quraish.

Sebuah delegasi datang menemui paman Nabi, Abu Thalib, untuk memberi
tawaran menggiurkan khusus untuk Nabi asal beliau menghentikan
dakwahnya. Mereka, pentolan Qurasih ini dicekam rasa ketakutan bahwa
kedudukan, kewibawaan, dan kekuasaannya akan tamat seiring laju
perkembangan dakwah sang Nabi.

Jika keponakanmu menginginkan kerajaan, kami siap mengangkatnya


menjadi raja; jika menginginkan harta, kami siap mengumpulkan harta
sehingga tidak ada yang terkaya kecuali Nabi; jika ia terkena gangguan jin,

kami siap mencarikan obat untuk menyembuhkanya; asalkan ia berhenti


mendakwahkan Islam, demikian pernyataan tawaran itu.

Aspirasi delegasi Quraish disampikan oleh Abu Thalib kepada Nabi. Nabi
menyampaikan sebuah pernyataan tegas sembari memberi ilustrasi indah
yang memupuskan mimpi delegasi Quraish, Demi Allah, jika mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku
tidak akan meninggalkan (dakwah) ini, sampai Allah memenangkannya atau
aku hancur karenanya.

Sifat Nabi berikutnya yang menjadi penopang kepemimpinan beliau adalah


fathanah. Fathanah adalah cerdas. Kecerdasan atau berilmu mutlak dimiliki
oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus tahu bahwa setiap keputusan dan
arahannya sesuai sasaran yang dituju. Karenanya, dalam berdialog,
berdiskusi, menyampaikan ajaran Allah, beliau selalu mendasarkannya pada
ilmu.

Tiga Nilai Moral

Empat penopang kepemimpinan Nabi di atas melahirkan nilai-nilai moral


yang adiluhung. Pijakan moral sangat penting diunggah sebelum
memutuskan suatu perkara. Dr. A. Ilyas Ismail dalam sebuah tulisannya
menyebutkan ada Tiga Sifat Moral yang harus ada pada diri seorang
pemimpin, seperti yang telah diajarakan sendiri oleh Rasul.
Sumber sifat moral itu merupakan intisari dari firman Allah Surah At-Taubah
128, Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orangorang mukmin.

Kata Ilyas Ismail, ayat tersebut mengandung tiga ajaran moral bagi
seseorang dalam memimpin yaitu, memiliki sense of crisis, sense of
achievement, dan kasih sayang.
sense of crisis merupakan penjabaran dari ayat di atas, a`zizun a`laihi ma
a`nittum. Seorang pemimpin harus tahu apa yang dirasakan oleh
rakyatnya. Rasa sakit seorang warganya menjadi rasa sakit bagi diri sosok
pemimpin yang punya sifat empati.

Kebahagiaan rakyatnya menjadi kebahagiaan bagi dirinya. Empati, bisa


mengetahui keadaan masyarakat yang dipimpin menjadi idaman setiap
penduduk di negeri ini.
Akan tetapi, empati itu sering mampir pada momen tertentu: Pilkada, Pileg,
Pilpres. Setelah semuanya berakhir, rakyat hanya terhibur oleh mimpi dan
angan kosong belaka. Himpitan ekonomi, perut yang keroncongan, biaya
sekolah yang melangit tak terjangkau, orang miskin yang dilarang sakit,
menjadi pemandangan yang dengan mudah kita saksikan.

Suatu saat Sayidina Umar bin Khaththab pernah berujar yang ditujukan
kepada semua orang yang diberi amanah sebuah jabatan, Jika rakyatku
kelaparan, Umar orang yang harus pertama kali merasakannya; jika rakyatku
merasa kenyang, Umar orang yang harus terakhir merasakannya. Sosok
umar merupakan penerus sikap moral seorang pemimpin sejati, Nabi
Muhammad.

Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin yang manakala ada bahaya


mengancam atau segala hal yang tidak nyaman, beliau siap pasang badan
dan berdiri di garis terdepan. Misalnya, setiap kali peperangan beliau selalu
maju lebih dulu ketimbang sahabat-sahabat yang lain.

Tetapi, bila ada kenikmatan beliau mendahulukan orang lain. Contohnya,


suatu kali beliau diundang oleh salah seorang sahabat untuk makan
bersama. Yang diundang hanya beliau seorang karena si pengundang
melihat Nabi dalam keadaan sangat lapar. Namun Nabi mengajak sahabatsahabat yang duduk bersama beliau.

Tiba di rumah pengundang, Nabi mempersilakan para sahabat makan


terlebih dahulu. Satu per satu sahabat melahap hidangan yang tersaji.
Setelah itu barulah beliau yang makan. Berkat mukjizat beliau, makanan
yang seharusnya hanya cukup satu orang bisa mencukupi banyak perut
orang lain.

Sementara sifat moral berikutnya adalah sense of achievement. Menurut


Ilyas Ismail, sifat ini merupakan penjabaran dari bunyi ayat Allah dalam surat
yang sama, harisyun a`laikum. Artinya seorang pemimpin dalam
mengemban ide dan gagasan harus benar-benar bertujuan memajukan
masyarakat dan warga negaranya.

Pemimpin yang harisyun a`laikum adalah pemimpin yang mendahulukan


kepentingan orang banyak jauh mengalahkan kepentingan pribadi, partai,

dan kelompoknya. Salah satu potret indahnya ada pada seorang sahabat,
sepupu sekaligus menantu Nabi, Imam Ali bin Abi Thalib.

Suatu hari, Aqil, saudara Ali, meminta harta lebih dari haknya karena anakanaknya sedang menderita. Kata Ali, Datanglah nanti malam, engkau akan
kuberi sesuatu. Malam itu Aqil datang. Lalu Ali berkata: Hanya ini saja
untukmu. Aqil segera mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian
Ali. Tiba-tiba ia menjerit. Ternyata ia sedang memegang besi yang menyala.
Dengan tenang Ali berkata, Itu besi yang dibakar api dunia, bagaimana
kelak aku dan engkau dibelenggu dengan rantai jahannam?
Sayangnya, di negeri berharap adanya pemimpin berjiwa sense of
achievement belum menjelma menjadi sebuah kenyataan. Tengok saja
kasus busung lapar, bunuh diri karena kemiskinan, memakan nasi aking,
padahal negeri kita kaya akan sumber daya alam. Dalam UU pasal 34
disebutkan bahwa orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara.
Mungkinkah hal itu terjadi karena bunyi pasalnya telah berubah menjadi
Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran segelintir orang?

Keberpihakan pada masyarakat dari pemimpin negeri ini laksana jauh


panggang dari api. Sumber daya alam diekslploitasi sedemikian rupa,
perusahaan-perusahaan menjadi tuan di negeri kita sementara kita menjadi
pelayan di negeri sendiri. Akibatnya, angka kemiskinan merangkak naik,
rakyat menjerit, sementara pejabatanya asyik dengan tingkah pola yang
menjijikkan: biaya dinas yang dimanipulasi, korupsi yang merajai bumi
pertiwi, arah pembangunan yang tidak jelas juntrungannya.

Ketiga, masih kata Ilyas, adalah pengasih dan penyayang yang merupakan
penjabaran dari ra`ufun rahiim. Kasih sayang perlu dimiliki oleh semua
orang, dalam hal ini, seorang pemimpin. Dengan kasih sayangnya, pemimpin
mampu bersimpati dan memberikan empati, dan mengulurkan tangan.

Dengan kasih sayang, seorang pemimpin akan berkeliling untuk melihat satu
per satu keadaan rakyatnya. Adakah di antara mereka yang kekurangan gizi,
sakit tapi tak mampu berobat, terlilit hutan yang tak sanggup dibayar,
sehingga pemimpin itu menjadi orang pertama yang selalu merasakan apa
yang dirasakan oleh rakyatnya.

Seorang pemimpin hendaknya menjadi pengembala yang melayani


rakyatnya untuk mencapai tujuan mereka dan memenuhi kebutuhannya. Dia
harus bisa melayani bukan minta dilayani. Mari kita simak kata-kata seorang
penyair tentang junjungan kita, Nabi Muhammad SAW:

Jika engkau menyayang, maka engkau (laksana) ibu dan ayah.

Dengan melihat sejarah dan cacatan masa lalu Nabiullah Muhammad,


pempin seperti SBY tentunya tidak perlu memasang iklan besar-besar di
pelbagai media untuk meningkatkan elaktibilitas, popularitas, dan
memperbaiki citranya yang belakangan sangat terpuruk karena hantaman
kasus korupsi di tubuh partai yang telah mengantarkannya menjadi RI 1 dua
kali berturut-turut. Cukuplah beliau meneladani ajaran moral Nabi dalam
memimpin, rakyat dan kita semua akan mencintai dan mendukungnya.
Akankah sejarah berulang dengan SBY bertindak layaknya Umar bin

Khathtab, Ali bin Abi Thalib, atau pemimpin yang malah tumbang di tangan
rakyatnya sendiri? Sejarah akan menjawab.

Keteladanan Rasulullah Muhammad menjadi referensi yang sejalan dengan


ruang dan waktu, dimanapun seseorang berada pada sebuah zaman. Uswah,
keteladanan beliau adalah sebuah jalan yang terang, bersih dari dusta,
pengkhianatan, kebodohan, jauh dari sikap hiprokit. Siapa saja yang
memimpin suatu negeri tanpa bersendikan teladan nabi, pasti jauh dari
kebaikan dan kesejahteraan.

Cara Memimpin Nabi Muhammad SAW


Seorang pemimpin dinilai bagaimana dia bersikap, dan bertindak dalam
kepemimpinannya. Salah satu yang penting adalah kemampuan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, efektifitas
sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan tersebut.
Sebuah keputusan lahir dari sebuah proses berfikir. Bermula dari cara
pandang seseorang dalam menilai sesuatu kemudian berpengaruh terhadap
cara berfikirnya. Cara berfikir yang dilandasi cara pandang tadi akan jadi
penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang pemimpin dalam
mengambil kebijakan. Kebijakan seorang pemimpin sering kali berpengaruh
terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta waktu yang lebih luas.
Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan dalam memilih sebuah
kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu program atau bahkan
kehancuran sebuah negara dan bangsa. Bagaimana cara Nabi Muhammad
SAW berfikir? Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang
kepemimpinan seorang Nabi Muhammad SAW dalam masa 22 tahun, beliau
sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliyah yang diliputi

kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil


memimpin banyak bangsa di dunia.
Orangorang yang berada dibawah kepemimpinannya merasakan
kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang pemimpin
bernama Nabi Muhammad SAW . Cara berfikir Nabi Muhammad SAWyang
lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan
kehidupan ini.Cara berfikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan
yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak, inilah cara berfikir Nabi
Muhammad SAW:
1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih
orang atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor- faktor luar
lainnya.
keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan beliau yakni, Abu Bakar
As-Sidiq, Umar Ibnu Khotob, Utsman Ibnu Affan, dan Ali Ibnu Abi Tholib
adalah gambaran jelas kemampuan Nabi Muhammad SAW dalam melihat
fungsi. Keempat sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam era
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu:
a)

Abu Bakar As-Sidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Nabi

Muhammad SAW, adalah sahabat utama. Ini bermakana kepercayaan dari


orang lain adalah modal utama seorang pemimpin.

b)

Umar Ibnu Khotob bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam

menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila


ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh
keberanian dan ditunjang kekuatan yang memadai.

c)Utsman Ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela
menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Nabi Muhammad
SAW. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan, sebuah
kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik
dan keuangan yang lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus
dari pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.

d)

Ali Ibnu Abi Tholib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas,

penuh ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja daripada bicara.
Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada
pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar
rencana- rencana yang belum terlaksana bisa di lanjutkan oleh generasi
berikutnya.

1. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan dari pada kesia-siaan.


Tidak ada perkataan, perbuatan, bahkan diamnya seorang Nabi
Muhammad SAW yang menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan
terhadap kurma, madu, susu kambing dan air putih sebagai
makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu
contohnya. Bagaimana sukanya NabiMuhammad SAW. terhadap
orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang
banyak, serta kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan
dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.
2. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa
ditunda. Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus
dipilih apakah menyelamatkan seorang anak yang sedang
menghadapi bahaya atau meneruskan sholat? maka beliau

menyuruh untuk membatalkan sholat dan menyelamatkan anak


yang sedang menghadapi bahaya.
3. Beliau lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke
Madinah Nabi Muhammad SAW baru berangkat ke Madinah setelah
semua kaum muslimin Makkah berangkat terlebih dahulu. Padahal
saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap mengutamakan
keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada didalam kekuasaan kaum muslimin meminta
perlindungan padanya dari gangguan orang islam di Madinah, beliau sampai
mengeluarkan pernyataan:
Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi
yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan
perang kepada Alloh dan Rosulnya.
Padahal tindakan demikian dapat menjatuhkan kredibilitas beliau
dimata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik
Yahudi.
1. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dunia dan termudah untuk
umatnya, apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit dirinya
sendiri daripada mempersulit orang lain, maka dia adalah para nabi
dan rosul. Begitupun dengan Nabi Muhammad SAW ketika orang lain
di suruh mencari jalan termudah dalam beragama, maka beliau
memilih mengurangi tidur, makan dan sholat sampai bengkak
kakinya. Ketika beliau menyampaikan perintah Alloh SWT kepada
umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar dua
setengah bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan
seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya

dan keluarganya. Kecuali rumah yang menempel disamping masjid,


satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma, atau sepotong
roti kering untuk sarapan, sampai-sampai tidurnya hanya diatas
pelepah kurma. Seperti beliau pernah bertanya kepada Aisyah RA
istrinya, apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji kurma
untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu,
maka Nabi Muhammad SAW mengambil batu dan
mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.

1. Beliau lebih medahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi.


Para nabi dan rosul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi
kita. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya. Karena pandangannya
yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup
menggoyah kan keyakinanya untuk menegakkan kebenaran, beliau
bersabda:
Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku, maka aku tidak akan berhenti menyampaikan risalah ini.
Demikian Nabi Muhammad SAW berrsabda kepada para pemimpin Quraisy
yang mencoba menyuap Nabi Muhammad SAW dengan harta benda,
menjanjikan kedudukan tertinggi dikalangan suku-suku Arab dan juga
menyediakan wanita-wanita cantik, asalkan Nabi Muhammad SAW mau
menghentikan dakwahnya dikalangan mereka.
Demikian semoga bermanfaat atas semuanya dalam kita berpuasa untuk
membentuk karakter seorang pemimpin yang berhasil dan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai