Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karuniaNyalah yang telah memberikan inspirasi dalam penulisan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar sebagai
syarat untuk mengikuti mata kuliah Perpindahan Panas. Dalam makalah ini berisi
tentang alat perpindahan panas dan mekanisme kerja alat Heat Exchanger.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Tak dapat dipungkiri jika pada makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, namun penulis tetap berusaha memberikan yang terbaik yang bisa
penulis berikan, dan penulis sangat berharap nantinya makalah ini dapat berguna
bagi siapapun yang membacanya. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...1


Daftar Isi.2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang... 3
1.2 Rumusan Masalah.... 3
1.3 Tujuan.... 3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Perpindahan Panas..... 4
2.2 Jenis-jenis alat Heat Exchanger... 9
2.3 Klasifikasi alat Penukar Kalor...... 13
2.4 Mekanisme Perpindahan Panas Jenis HE. 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.... 27
DAFTAR PUSTAKA,.. 28

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu
suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas
dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
pemisah.
Perpindahan panas terjadi pada beberapa alat perpindahan panas atau
penukar kalor. Pada makalah ini akan dibahas mengenai perpindahan panas yang
terjadi salah satunya pada alat penukar kalor yang disebut Heat Exchanger (HE).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis alat perpindahan kalor/panas?
2. Bagaimana mekanisme alat perpindahan panas jenis Heat Exchanger?
1.3 Tujuan
Dari makalah yang telah dibuat diharapkan pembaca dapat mengerti dan
memahami apa saja jenis alat perpindahan panas dan mekanismenya terutama alat
Heat Exchanger dan jenisnya.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Perpindahan Panas


Perpindahan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda
panas dan benda dingin, yang masing-masing disebut source and receiver
(sumber dan penerima).
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah,
contohnya hukum kekekalan massa dan momentum, ini artinya kalor tidak hilang.
Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke bentuk yang kedua.
Kalor dapat berpindah dengan 3 macam cara yaitu :
1. Pancaran (Radiasi)
Pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat
ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru
terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor
radiasi

terjadi

dengan

perantaraan

foton

dan

juga

gelombang

elektromagnetik. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan,


sebagian akan dipantulkan sebagian akan diserap ke dalam bahan dan
sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari
perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan. Ciri-ciri
radiasi yaitu :

Kalor radiasi merambat lurus

Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat cair atau
gas).

2. Hantaran, sering juga disebut konduksi.


Hantaran ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. sehingga
perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses dalam
karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah
aliran energi kalor adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.
4

Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik digunakan konduktor.


Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk
menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor
ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka
bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk
bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil.
3. Aliran, sering juga disebut konveksi.
Aliran ialah perpindahan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses
perpindahan kalor secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalan
proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan
dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah utama.
Lazimnya, keadaan kesetimbangan termodinamik di dalam bahan akibat
proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu
sekelilingnya. Dalam hal ini terdapat keadaan suhu tidak setimbang diantara
bahan dengan sekeliilingnya.
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas
yang terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.
Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible
(tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

Banyak sekali jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah


timbulnya kesalah pahaman maka alat penukar kalor dikelompokan
berdasarkan fungsinya :
a.

Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida


sampai pada temperature yang rendah. Temperatur fluida hasil
pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air atau
cooler. Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak
atau Freon.

b.

Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap


atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media
pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap
akan melepaskan panas laten kepada pendingin, misalnya pada
pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing
turbin, maka

uap bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam

kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.


c.

Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau
gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak
terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka
pendingin cooler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan
bantuan fan (kipas).

d.

Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan


menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan)
suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah
panas latent dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.

e.

Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil)


serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media
pemanas yang sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang
diproses itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada
gambar 2.1,diperlihatkan sebuah reboiler dengan mempergunakan

0
minyak (665 F) sebagai media penguap, minyak tersebut akan keluar
dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar. 2.1. Thermosiphon Reboiler (Anonim, 2011)

f.

Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan


panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi
sekaligus, yaitu:

Memanaskan fluida

Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar 2.2 diperlihatkan sebuah heat exchanger,
dimana fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari
tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada
didalam shell.

Gambar. 2.2. Konstruksi Heat Exchanger (Anonim, 2011)

Stabilitas fasa fluida alat Heat Exchanger pada suhu rendah sangat penting
mengingat aliran panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viskositas
optimal). Pengaruh suhu, tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan
efektivitas pertukaran panas yang terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang
dibutuhkan untuk penggunaan pada suhu rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan
efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan
kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas dan dingin harus juga memperhatikan
pengaruh suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan
menurunnya suhu fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet & outlet
harus ditambah dari harga minimal beda suhu aliran.

2.2 Jenis-jenis alat Heat Exchanger (HE)


Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang
banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak
mempunyai jenis-jenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology
yang telah distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut
yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan
Turbular Exchanger Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut
bertujuan untuk melindungi para pemakai dari bahaya kerusakan atau
kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada temperature dan tekanan
yang tinggi.
Didalam standar mekanik TEMA (Standard of Turbular Excahnger
Manufactures Association) , berdasarkan pemakaian dari heat exchanger menjadi
3 kelompok, yaiitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada
segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk

proses-proses umum

industri.
3. Kelas B, yang umumnya dipergunakan pada proses kimia.
Ketiga kelompok tersebut adalah alat penukar kalor yang tidak dibakar
(unfired shell and tubes), tidak sama dengan dapur atau ketel uap.
Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri perminyakan
dapat dibedakan atas :

a.

Double Pipe Heat Exchanger

Gambar. 2.3 Double Pipe Heat Exchanger (Ike Yulia, 2011)

b.

Plate and Frame Heat Exchanger

Gambar 2.4 Plate and Frame Heat Exchanger

c.

Shell and Tube Heat Exchanger

10

Gambar 2.5 Shell and Tube Heat Exchanger

d.

Adiabatic wheel Heat Exchanger

Gambar 2.6 Adiabatic Wheel Heat Exchanger

11

e.

Pillow plate Heat Exchanger

Gambar 2.7 Pillow Plate Heat Exchanger

f.

Dynamic scraped surface Heat Exchanger

Gambar 2.8 Dynamic Scraped Surface Heat Exchanger

12

g.

Phase-change Heat Exchanger

Gambar 2.9 Phase Change Heat Exchanger

2.3 Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka
dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung

Tipe dari satu fase

Tipe dari banyak fase

Tipe yang ditimbun (storage type)

Tipe fluidized bed

b. Tipe kontak langsung

13

1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida
c. N Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m
b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya
terdapat cara konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran
masingmasing
d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
a. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube o Sekat plat (plate baffle) o Sekat batang (rod
baffle) o Konstruksi tube spiral
b. Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil

14

c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)


1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)

Heat pipe wall

Ordinary separating wall

d. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan

4) Aliran parallel

2) Aliran melintang

5) Aliran split

3) Aliran yang dibagi (divided)


b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)

Aliran counter menyilang

Aliran paralel menyilang

Aliran compound

Shell and tube

Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada
tube)

Aliran split

Aliran dibagi (devided)

2) Multipass plat

N paralel plat multipass

15

2.4 Mekanisme Perpindahan Panas Jenis HE


2.4.1 Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relatif
kecil. Satu jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida
lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Aliran dalam HE jenis Shell and Tube

Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel
pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat
merancang tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:

16

a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar


panas baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat
exchanger untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil
membuat mekanik membersihkan fouling yang sulit. Untuk menang atas
masalah fouling dan pembersihan, diameter tabung yang lebih besar dapat
digunakan. Jadi untuk menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia,
biaya dan sifat fouling dari cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk
memastikan:

Ada ruang yang cukup untuk korosi

Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

Axial kekuatan

Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan


maksimum di dinding.
c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka
memiliki diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang.
Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas
selama mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini, termasuk
ruang yang tersedia di situs mana akan digunakan dan kebutuhan untuk
memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali
panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti).
Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk
mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch : ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan
bahwa tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang
dari 1,25 kali diameter luar tabung '
Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari
tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua
berjalan lebih dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga
17

dapat menyediakan panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung
disebut berkas tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip
longitudinal dll Shell dan penukar panas tabung biasanya digunakan untuk
aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih
besar dari 260 C. Hal ini karena shell dan penukar panas tabung yang kuat
karena bentuknya.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida
dalam shell side dan tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :
a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka pembersihan
sisi shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan di
sebelah shell dan fluida yang kotor melalui Tube.
b.

Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida
dialirkan melalui Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena
kerusakan shell. Jika terjadi kebocoran pada Tube, heat exchanger masih
dapat difungsikan kembali. Hal ini disebabkan karena Tube mempunyai
ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan kekuatan dari small diameter
Tube melebihi shell.

c.

Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan
dinding yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal. Untuk
mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan
melalui Tube.

d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih tinggi
pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah permukaan
18

luar Tube atau ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya oleh fluida
yang mengalir di shell. Jika fluida dengan temperatur lebih tinggi dialirkan
pada shell side, maka transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah Tube,
tapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke
lingkungan).
e.

Sediment/ Suspended Solid / Fouling


Fluida

yang

mengandung

sediment/suspended

solid

atau

yang

menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube


dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment
dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada
stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi
tidak mungkin dilakukan tanpa mencabut Tube bundle. f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate dilewatkan
melalui shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien heat transfer yang
lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan fluida yang lebih viscous
pada shell side sebagai hasil dari peningkatan turbulensi akibat aliran
crossflow (terutama karena pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan
viskositas > 2 cSt dialirkan di shell side untuk mengurangi luas permukaan
perpindahan panas yang diminta. Koefisien perpindahan panas yang lebih
tinggi terdapat pada shell side, karena aliran turbulen akan terjadi melintang
melalui sisi luar Tube dan baffle.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger)
terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas,
hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas
berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
19

4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell


sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak
baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang.
5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas
alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien
perpindahan panas.
6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell,
efektifitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian
berkurang.
7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung
konsentris, efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin
meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara
meningkat.
8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak
baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang.
Penentuan fluida dalam shell atau tube:
1.

Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar


cukup kuat menahan tekanan yang tinggi.

2.

Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih


mudah dilakukan.

3.

Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell


membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.

4.

Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan


panasnya dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas
dapat dihindarkan.

20

5.

Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube


karena pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang
alir yang kecil membutuhkan energi yang lebih besar.

6.

Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat


digunakan baffle utnuk menambah laju perpindahan.

7.

Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube
yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida masih cukup tinggi
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.

8.

Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena


adanya cukup ruangan.

Keuntungan shell and tube exchanger:


1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih
besar.
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik
untuk operasi bertekanan.
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi.
4. Prosedur pengoperasian lebih mudah.
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia.
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah.
2.4.2 Double Pipe (Pipa Ganda)
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan
cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
21

tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas
jenis selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendirisendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini
dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan
memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang
memanjang, melingkar dan sebagainya.
Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang
tinggi, dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat
kecil. Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil,
Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri
ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop
dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas
permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat Sedangkan
kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal,
terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2),
dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
Prinsip kerja double pipe
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah
(fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu
yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar
kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam
susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari
fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting adalah
jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa ganda biasanya

22

akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya
tidak bekerja untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas panas
yang dibutuhkan pertukaran memungkinkan perhitungan log mean perbedaan
suhu. Yang bersama-sama dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan
koefisien memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan. Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat
ditentukan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan dengan
temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur lebih rendah.
Dalam percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa
konsentris sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini
(bagian anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada pengotor
didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi terganggu.
Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan
oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida
yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran
pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.
Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur
fluida, Temperatur dinding tube dan Kecepatan aliran fluida.
2.4.3 Plate and Frame
Plate and Frame Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar
panas yang terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan
profil lain, yang dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak.
Pelat-pelat ini dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelatpelat ditentukan oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang
berbentuk empat persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubanglubang

ini media yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi,

23

sedangkan media yang lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara
disebelahnya. Dalam hal itu hubungan ruang yang satu dan yang lainnya
dimungkinkan. pelat-pelat yang dibentuk sesuai kebutuhan dan umumnya terbuat
dari baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan
oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi
empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang
kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan
adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya.
Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk
dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan

dialiri oleh

komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas
melintas diantara setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak
head dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium
pemanas di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara
berlawanan. Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran

atas dan

mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada
dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk melalui

saluran yang

berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke
atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada
diatas. Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan
dapat lebih cepat berlangsung.

24

Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam
tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel.
Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar akan melewati ports pada
bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan
medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu
masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada
bagian belakangnya.
Prinsip Alat Ukur PHE
1. Alat ukur laju alir
2. Alat ukur tekanan
3. Alat ukur suhu
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat
yang kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi

25

Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and
Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30
bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.

26

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Heat Exchanger adalah alat yang difungsikan untuk mengakomodasikan
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan adanya
perbedaan temperatur.
2. Dari jenis-jenis Heat Exchanger, komponen-komponen peralatan
tergantung dari jenisnya. Setiap komponen memiliki peranan masingmasing yang semuanya saling bergantungan yang apabila salah satu tidak
berfungsi maka akan mengganggu kinerja dari peralatan tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Alat Heat Exchanger. Tersedia di:


http://www.iklimnet.com/expert_hvac/heat_exchangers_PHE.html
(diunduh tanggal 10 Mei 2015)
Anonim. Makalah Heat Exchanger Alat Penukar Panas. Tersedia di:
https://www.academia.edu/8315459/ (diunduh tanggal 10 Mei 2015)
Anonim. Shell and Tube Exchanger. Tersedia di:
http://www.southwestthermal.com/shell-tube-exchanger.html (diunduh
tanggal 10 Mei 2015)
Anonim. Shell and Tube Exchanger. Tersedia di:
http://www.niro.com/niro/cmsdoc.nsf/webdoc/ndkw5y7g8v (diunduh
tanggal 10 Mei 2015)
Anonim. Shell and Tube Exchanger. Tersedia di:
http://www.kamui.co.jp/english/products/shell_and_tube/ (diunduh
tanggal 10 Mei 2015)
Anonim. Shell and Tube Exchanger. Tersedia di:
http://hezrif.uitm.edu.my/ese652/51%20Heat%20Exchanger%20090907d.pdf
(diunduh tanggal 10 Mei 2015)
Tim Penyusun. 2013. Perancangan Alat Proses 1. Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda

28

Anda mungkin juga menyukai