TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batubara
Batubara adalah bahan bakar fosil yang dapat terbakar dan terbentuk dari
tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah
menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Kemudian perubahan yang terjadi
dalam kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang
kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam
jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan
mengeras. Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh tumbuhan
paling tinggi adalah antrasit, sedang tingkatan yang lebih rendah dari antrasit akan
lebih banyak mengandung hidrogen dan oksigen (Yunita, 2000 dalam Billah, 2010).
Kandungan lain yang terdapat dalam batubara adalah belerang (S), nitrogen
(N), dan kandungan mineral lainnya seperti silica, aluminium, besi, kalsium serta
4
magnesium dimana pada saat pembakaran batubara akan tertinggal sebagai abu.
Batubara merupakan bahan galian fosil padat yang sangat heterogen, maka batubara
mempunyai sifat yang berbeda beda apabila diperoleh dari lapisan yang berbeda.
Bahkan untuk satu lapisan dapat menunjukkan sifat yang berbeda pada lokasi yang
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu
yang lama ( puluhan hingga jutaan tahun ) dibawah pengaruh fisika, kimia, ataupun
A. Lignit
tingkat klasifikasi batubara berada pada daerah transisi dari jenis gambut ke batubara.
Lignit adalah batubara yang berwarna hitam dan memiliki tekstur seperti kayu dengan
kandungan air yang tinggi, banyak mengandung abu, kandungan sulfur yang banyak,
B. Sub-bituminus
Batubara jenis ini merupakan peralihan antara jenis lignit dan bituminus.
Batubara jenis ini memiliki warna hitam yang mempunyai kandungan air yang
rendah, sedikit zat terbang, dan oksigen yang tinggi serta memiliki kandungan karbon
5
yang rendah. Sifat-sifat tersebut menunjukkan bahwa batubara jenis sub-bituminus ini
C. Bituminus
dengan tekstur ikatan yang baik. Batubara ini memiliki kandungan air yang rendah
dengan sedikit kandungan abu dan sulfur serta memiliki nilai kalor yang tinggi.
D. Antrasit
kandungan karbon lebih dari 93%, kandungan zat terbang kurang dari 10% dan
kandungan sulfur yang sangat rendah serta memiliki nilai kalor yang sangat tinggi.
Antrasit umumnya lebih keras, kuat dan seringkali berwarna hitam mengkilat seperti
(Kcal/kg)
I. Antracite Meta- Ma >98 >2 7740
anthracite
Anthracite An 92-98 2.0-8.0 8000
Semianthracite Sa 86-92 8.0-15 8300
II. Bituminous Low-volatile Lvb 78-86 14-22 8741
6
Medium Mvb 89-78 22-31 8640
Volatile
high-volatile A HvAb <69 >31 8160
high-volatile B HvBb 57 57 6750-8160
high-volatile C HvCb 54 54 7410-8375
6765-7410
III. Subbitumino subbituminous sub A 55 55 6880-7540
us A
subbituminous sub B 56 56 6540-6860
B
subbituminous sub C 53 53 5990-6360
C
IV. Lignite lignite A lig A 52 52 4830-6360
lignite B lig B 52 52 <5250
Sumber: Othmer, Volume 5, 2007
7
Menurut Koester, dkk (1997) dalam Tanti (2008) komponen batubara secara
a. Batubara murni (pure coal), yaitu zat-zat organik yang merupakan jaringan karbon
dan hidogen (hidrokarbon) serta sejumlah kecil nitrogen, sulfur dan oksigen yang
akan menjadi abu bila batubara dibakar, seperti lempung, batu pasir dan zat-zat
a. Heating Value
dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat. Dikenal nilai kalor net (net calorific value
atau low heating calorific value), yaitu nilai kalor hasil pembakaran di mana semua
air dihitung dalam keadaan gas. Dan nilai kalor gross (grisses calorific value atau
high heating value), yaitu nilai kalor hasil pembakaran di mana semua air dihitung
dalam keadan cair. Semakin tinggi Heating Value maka aliran batubara setiap jamnya
semakin rendah, sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan agar panas yang
b. Moisture Content
8
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara primer pada
proses pembakaran. Pada batubara dengan moisture tinggi akan membutuhkan udara
primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut pada temperatur tertentu.
Selain itu kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada pengangkutan,
Apabila batubara dipergunakan sebagai bahan bakar, sebagian panas yang dihasilkan
digunakan untuk menguapkan air yang terdapat pada batubara. Akibatnya, panas yang
dihasilkan berkurang.
c. Ash Content
udara apabila abu sampai terlepas ke atmosfer, dapat pula menyebabkan keausan dan
(slagging), dan gangguan pada blower. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara
d. Kandungan Sulfur
Sulfur yang ada secara alamiah akan membentuk asam sulfat yang akan
mempercepat terjadinya korosi pada alat angkut yang terbuat dari besi, roda-roda
pada belt conveyor, alat penggiling batubara, dan alat penyortir ukuran batubara.
9
Uap sulfur yang terlepas ke udara sekitar daerah industri yang menggunakan
batubara, akan berakibat tidak baik terhadap manusia, juga pada tingkat korosi
e. Volatile Matter
Kandungan volatile matter sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut.
Semakin tinggi nilai volatile matter semakin rendah kelasnya. Pada pembakaran
batubara, maka kandungan volatile matter yang tinggi akan lebih mempercepat
ditentukan oleh :
Carbon
Fuel ratio= (2.1)
Volatile matter
Semakin tinggi Fuel ratio maka karbon yang tidak terbakar semakin banyak.
f. Fixed Carbon
moisture, volatile matter, dan ash. Semakin rendah kandungan moisture maka nilai
fixed carbon semakin tinggi. Semakin tinggi nilai fixed carbon, maka semakin tinggi
10
dengan ukuran seragam. Hal ini dilakukan dengan menggiling. Hardgrove
digiling. Makin kecil nilai HGI, makin keras keadaan batubara, dan makin mudah
rumus :
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh.
pori juga bervariasi dengan meningkatnya kandungan karbon (rank) ; sebagai contoh,
batubara dengan kandungan karbon yang paling rendah, sedangkan batubara dengan
(microspore).
11
1. Batubara sebagai energi alternatif yang dapat menggantikan sebagian besar
peranan yang diambil oleh minyak. Batubara merupakan bahan bakar murah
bahkan kemungkinan besar yang termurah dihitung persatuan energi. Batubara ini
memiliki nilai yang strategis dan potensial untuk memenuhi sebagian besar energi
dalam negeri. Batubara sebagai bahan bakar digunakan pada industri kereta api,
kapal laut, pembangkit tenaga listrik, dan industri semen. (Sukandarrumidi, 1995
tangga dan industri kecil. Batubara dalam bentuk briket ini merupakan bahan yang
sangat potensial untuk menggantikan minyak tanah maupun kayu bakar yang
membakar kayu bakar ke briket batubara masalah ekologi air tanah akan mendapat
dengan penurunan kadar air. Dibandingkan dengan proses upgrading lainnya, proses
Air yang terkandung dalam batubara terdiri atas air bebas (free moisture) dan
air bawaan (inherent moisture). Kandungan air dalam batubara, baik air bebas
maupun air bawaan, merupakan faktor yang merugikan karena memberikan pengaruh
yang negatif terhadap proses pembakarannya. Penurunan kadar air dalam batubara
12
dapat dilakukan dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara
mekanik efektif untuk untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah,
sedangkan penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan.
Salah satu proses dengan cara ini adalah UBC (Upgraded brown coal) yang
diperkenalkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC (Kobelco, Ltd.,
minyak residu dan minyak tanah. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada
temperature 80-180C dengan tekanan 100-350 kPa. Dengan temperatur dan tekanan
tersebut, air bebas (surface moisture) dan juga air lembab (inherent moisture) yang
diperlukan untuk menutup pori-pori batubara sehingga kestabilan kadar air bawaan
pasca proses dapat terjaga (Gambar 2.2). Sedangkan minyak tanah diperlukan sebagai
13
Sumber: Kobelco, Ltd., 2000 dalam Umar, 2012
Gambar 2.1 Diagram alir proses UBC yang selama ini berkembang
2.3 Benzena
Benzena merupakan produk minyak bumi yang memiliki rumus kimia C 6H6,
keenam atom karbon dalam senyawa benzena membentuk rantai dengan iktan
14
rangkap secara bergantian. Senyawa benzena termasuk salah satu golongan senyawa
hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap dan memiliki bilangan oktan
yang tinggi, sehingga benzena dapat digunakan sebagai zat aditif untuk meningkatkan
angka oktan pada bensin. selain itu benzena memiliki sifat pembakaran yang baik
serta mudah menguap sehingga pada saat pembakaran di mesin tidak meninggalkan
Sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh benzena (Hasibuan, 2011) :
15
Berat molekul (BM) : 78,1121 g/mol
Titik didih : 80,1 oC
Titik lebur : 5,5 oC
Densitas : 0,905 g/cm3 ( -47 oC )
Kelarutan : 1 -5 mg/ml air
: 100 mg/ml aceton
Flash point : -11 oC ( 12 oF )
Autoignation temperature : 562 oC
Critical temperature : 289,1 oC
Critical pressure : 48,9 atm
Fase : Cair ( 30 oC, 1 atm )
pembersih cat dan pembersih karburator. Benzena juga digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan senyawa turunan benzena, bahan pembuatan plastik, bahan peledak,
(residue crude distilling unit), gas oil (HGO/HVGO), dan short residue (residue high
vacuum unit), yang diperoleh dari bagian bottom kolom fraksinasi hydrocracker.
LSWR mengandung bitumen yang meliputi cakupan produk yang dihasilkan dari
crude oil dan terdiri atas molekul bertipe hidrokarbon dan bersifat lebih termoplastik.
Bitumen dapat didefinisikan liquid yang viskos atau sebuah fase solid yang
kandungan utamanya adalah hidrokarbon dan turunannya, yang dapat larut dalam
16
karbon disulfida. Pada dasarnya unsur bitumen bersifat non volatil dan melembut
secara bertahap saat dipanaskan. Bitumen berwarna hitam atau hitam kecokelatan dan
memiliki sifat tahan air dan lengket seperti lem (adhesive). Bitumen diperoleh dari
penyulingan crude oil dan zat ini juga ditemukan sebagai deposit alami atau sebagai
komponen alami yang terdapat di dalam aspal, dimana bitumen ini terasosiasi dengan
mineral matter.
campuran bahan kimia yang relatif memiliki berat molekular tinggi. Secara rata-rata,
bitumen mengandung 82-85% karbon gabungan, 1215% hidrogen dan sulfur dengan
oksigen yang jumlahnya sedikit. Panas spesifik bitumen bervariasi dari 1.7 sampai
2.5 kJ/(kg.K) untuk range temperatur 0 sampai 300C dan konduktivitas thermal
17
*) By convertion from ASTMD 445
Sumber : Pertamina UP 4
Sifat kedap air yang sangat baik dari bitumen dan sifatnya yang lengket
bangunan, dan industri. Aplikasi utama ditemukan pada pelapisan jalan dan lapangan
yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat
dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter),
karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat
dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon,
18
Proksimat adalah rangkaian analisa awal dalam pengujian suatu contoh
batubara. Analisa proksimat adalah pengujian batubara yang terdiri dari kandungan
(Muchjidin, 2006) :
mm atau 200 m. Cara penentuan moisture dalan sampel yang dianalisis termasuk
kering udara (atau residual moisture) terletak dalam ukuran fraksi sampel. Penentuan
moisture dalam sampel kering udara memerlukan sampel batubara 3mm, sedangkan
penentuan moisture dalam sampel yang dianalisis memerlukan sampel batubara 0,2
mm. Dalam standar ASTM, penentuan moisture dalam sampel yang dianalisis
dilakukan dengan memanaskan sampel dalam oven dengan temperatur 1040C 1100C
selama 2 jam.
m2m3
Moisture= x 100 ..(Pers. 2.3)
m2m1
Keterangan :
19
m3 = massa cawan + sampel setelah pemanasan
sampel batubara dibakar dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang tetap.
banyaknya ash umumnya lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral
yang semula ada di dalam batubara. Hal ini disebakan antara lain karena menguapnya
air konstitusi (hidratasi) dari lempung, karbon dioksida dari karbonat, teroksidasinya
pirit menjadi besi oksida, serta terjadinya fiksasi belerang oksida. Ash batubara, di
(komposisi) kimianya dalam analisis ash dan suhu lelehnya dalam penentuan suhu
m3m4
Ash= X 100 (Pers. 2.4)
m2m1
Keterangan :
m1 = massa cawan sebelum pemanasan
m2 = massa cawan + sampel sebelum pemanasan
m3 = massa cawan + sampel setelah pemanasan
m4 = massa cawan setelah pemanasan
2.5.1.3 Penentuan Zat Terbang (Vollatile Matter)
Volatile matter ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel batubara
dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar
moisture). Suhunya adalah range antara 9000C 9500C, dengan waktu pemanasan
tujuh menit tepat. Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar gas-gas yang
20
mudah terbakar, seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, serta sebagian kecil
uap yang dapat mengembun seperti tar, hasil pemecahan termis seperti karbon
dioksida dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung. Moisture berpengaruh
pada hasil penentuan volatile matter sehingga sampel yang dikeringkan dengan oven
akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang dikering-udarakan. Faktor
faktor lain yang mempengaruhi hasil penentuan volatile matter ini ialah suhu,
waktu, kecepatan pemanasan, penyebaran butir, dan ukuran partikel. Penentuan kadar
( m2m3 )
VM = 100 (Pers. 2.5)
( m2m1 )
Keterangan :
m1 = massa cawan sebelum pemanasan
m2 = massa cawan + sampel sebelum pemanasan
m3 = massa cawan + sampel setelah pemanasan
material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Fixed carbon ini mewakili sisa
belerang, hidrogen dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi.
Kandungan fixed carbon digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada
waktu dikarbonisasikan atau sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar
21
didalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat terbang (VM) dihilangkan.
Keterangan :
% M = Kadar Moisture
yang dapat dihasilkan oleh suatu batubara dan dipengaruhi oleh kandungan sulfur
dalam batubara yang dianalisa. Pembakaran dilakukan pada kondisi standar, yaitu
pada volume tetap dan dalam ruangan yang berisi gas oksigen (O 2) dengan tekanan
25 atm. Selama proses pembakaran yang sebenarnya pada ketel, nilai gross calorific
value ini tidak dapat tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama air,
kalori yang dapat dicapai selama proses ini adalah net calorific value.
Kalorimeter bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit
pertama ialah unit pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam bejana dan
dibakar dengan pasokan udara/oksigen pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin
(kondensor).
22
Calorific value dikenal juga dengan istilah specific energy gross dan net
calorific value dikenal juga dengan istilah higher dan lower heating value. Satuan
Masalah yang sering tejadi pada caloric value adalah tidak terbakarnya kawat
dengan sempurna karena tersentuh dinding bomb calorimeter, karena tekanan gasnya
belum stabil.
Keterangan: CV = CaloricValue
23