PENDAHULUAN
jumlah produksi pada tahun 2011 sebanyak 208.006.479 ton, pada tahun 2012
naik menjadi 216.669.424 ton, dan pada tahun 2013 produksinya mencapai
memiliki nilai kalor pembakaran yang rendah, kadar sulfur serta kandungan air
yang tergolong tinggi. Selain itu batubara ini juga umumnya mudah terbakar pada
Akibatnya batubara jenis lignit ini tidak dapat dijual atau harus dijual dengan
harga yang sangat murah (Aswati, 2011). Batubara lignit biasanya hanya
digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket dan sedikit digunakan sebagai
1
Setelah dilakukannya proses UBC maka kualitas batubara akan meningkat
Proses Upgrading Brow Coal (UBC) telah banyak dilakukan salah satunya
oleh Putra (2013) dengan judul upaya peningkatan kualitas batubara peringkat
rendah dengan menggunakan minyak pelumas bekas dan minyak tanah sebagai
zat aditif dalam proses upgrading. Bahan baku yang digunakan adalah batubara
lignit dengan variasi komposisi bahan campuran dan waktu pemanasan diperoleh
nilai kalor sebesar 6.466 kal/g (kenaikan nilai kalor sebesar 88,13%), dengan
kandungan vollatile matter 58,84%, ash content 11,85%, fixed carbon 24,59%,
dan inherent moisture 4,75% pada waktu 60 menit dan kompisisi campuran 1 : 0,5
: 0,5. Penelitian yang sama dilakukan oleh Wana (2011) yaitu pengaruh
temperatur pemanasan pada proses peningkatan nilai kalor batubara lignit. Dalam
penelitiannya menggunakan bahan baku yang sama yaitu batubara lignit dengan
memanfaatkan Low Sulfur Wax Residu (LSWR) dan kerosin sebagai zat aditif
kalor sebesar 5.482 kal/g (kenaikan nilai kalor sebesar 52,40%), dengan
kandungan vollatile matter 66,288%, ash content 6,009%, fixed carbon 24,565%,
Pada penelitian ini proses UBC akan menggunakan zat aditif berupa
2
rantai karbon lurus adan mudah terputus dengan pemanasan pada suhu tinggi,
memiliki struktur hidrokarbon yang berbentuk siklik, dimana struktur siklik lebih
sulit terputus terhadap pemanasan pada suhu tinggi, sehingga vollatile matter
batubara, dimana nilai vollatile matter yang tinggi akan menurunkan kualitas dari
batubara.
Dengan perbedaan zat aditif yang digunakan maka pada penelitian ini juga
upgrading, karena kerosin dan larutan benzena memiliki titik didih yang berbeda.
proses Upgrading Brown Coal yang dilakukan pada tekanan atmosferik dengan
menggunakan larutan benzena dan Low Sulfur Wax Residu (LSWR), sehingga
dapat meningkatkan nilai kalor batubara lignit minimal 50% dengan penurunan
dibawah 66,288%.
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan
larutan benzena dan LSWR dapat meningkatkan kualitas dari batubara lignit