Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi batubara di Kalimantan Timur terus meningkat, ini terlihat dari

jumlah produksi pada tahun 2011 sebanyak 208.006.479 ton, pada tahun 2012

naik menjadi 216.669.424 ton, dan pada tahun 2013 produksinya mencapai

299.109.603,05 ton (BPS Kaltim, 2014). Berdasarkan data BP Statistical Review

of World Energy (2014) cadangan batubara lignit dan sub-bituminus mencapai

100% dari jumlah total cadangan batubara di Indonesia.


Penggunaan batubara lignit (brown coal) masih terbatas dibandingkan

dengan jenis batubara bituminus atau antrasit dikarenakan batubara lignit

memiliki nilai kalor pembakaran yang rendah, kadar sulfur serta kandungan air

yang tergolong tinggi. Selain itu batubara ini juga umumnya mudah terbakar pada

saat pengangkutan maupun di stock-pile, sehingga tidak mudah menanganinya.

Akibatnya batubara jenis lignit ini tidak dapat dijual atau harus dijual dengan

harga yang sangat murah (Aswati, 2011). Batubara lignit biasanya hanya

digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket dan sedikit digunakan sebagai

bahan baku pembuatan kokas.


Batubara lignit memiliki nilai kalor kurang dari 5250 kkal/kg, dengan

kandungan moisture berkisar antara 35-45%, kandungan fixed carbon 25-30%,

kandungan ash 3-15%, dan kandungan volatile matter antara 24-30%

(Putranto,2012). Untuk meningkatkan kualitas batubara lignit tersebut dapat

digunakan teknologi Upgrading Brown Coal (UBC).

1
Setelah dilakukannya proses UBC maka kualitas batubara akan meningkat

setara dengan kelas batubara sub-bituminus sehingga dapat meningkatkan nilai

jual batubara lignit tersebut


.
1.2 Rumusan Masalah

Proses Upgrading Brow Coal (UBC) telah banyak dilakukan salah satunya

oleh Putra (2013) dengan judul upaya peningkatan kualitas batubara peringkat

rendah dengan menggunakan minyak pelumas bekas dan minyak tanah sebagai

zat aditif dalam proses upgrading. Bahan baku yang digunakan adalah batubara

lignit dengan variasi komposisi bahan campuran dan waktu pemanasan diperoleh

nilai kalor sebesar 6.466 kal/g (kenaikan nilai kalor sebesar 88,13%), dengan

kandungan vollatile matter 58,84%, ash content 11,85%, fixed carbon 24,59%,

dan inherent moisture 4,75% pada waktu 60 menit dan kompisisi campuran 1 : 0,5

: 0,5. Penelitian yang sama dilakukan oleh Wana (2011) yaitu pengaruh

temperatur pemanasan pada proses peningkatan nilai kalor batubara lignit. Dalam

penelitiannya menggunakan bahan baku yang sama yaitu batubara lignit dengan

memanfaatkan Low Sulfur Wax Residu (LSWR) dan kerosin sebagai zat aditif

dalam proses upgrading dengan variasi temperatur pemanasan diperoleh nilai

kalor sebesar 5.482 kal/g (kenaikan nilai kalor sebesar 52,40%), dengan

kandungan vollatile matter 66,288%, ash content 6,009%, fixed carbon 24,565%,

dan inherent moisture sebesar 3,138% pada temperatur optimum 175oC.

Pada penelitian ini proses UBC akan menggunakan zat aditif berupa

larutan benzena dan LSWR. Larutan benzena digunakan sebagai pengganti

kerosin, dimana kerosin banyak mengandung hidrokarbon parafin yang memiliki

2
rantai karbon lurus adan mudah terputus dengan pemanasan pada suhu tinggi,

sehingga dapat meningkatkan nilai vollatile matter. Sedangkan Larutan benzena

memiliki struktur hidrokarbon yang berbentuk siklik, dimana struktur siklik lebih

sulit terputus terhadap pemanasan pada suhu tinggi, sehingga vollatile matter

yang terbentuk sedikit. Nilai vollatile matter mengindikasikan kualitas dari

batubara, dimana nilai vollatile matter yang tinggi akan menurunkan kualitas dari

batubara.

Dengan perbedaan zat aditif yang digunakan maka pada penelitian ini juga

perlu mengetahui pengaruh temperatur pada tekanan atmosferik terhadap proses

upgrading, karena kerosin dan larutan benzena memiliki titik didih yang berbeda.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur pada

proses Upgrading Brown Coal yang dilakukan pada tekanan atmosferik dengan

menggunakan larutan benzena dan Low Sulfur Wax Residu (LSWR), sehingga

dapat meningkatkan nilai kalor batubara lignit minimal 50% dengan penurunan

inherent moisture minimal 5% serta menurunkan nilai vollatile matter hingga

dibawah 66,288%.
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan

larutan benzena dan LSWR dapat meningkatkan kualitas dari batubara lignit

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai