Anda di halaman 1dari 19

ISBD

( Ilmu Sosial dan Budaya )


Manusia dan Lingkungan

Oleh:
1. Retno Aliansyah

(123174037)

2. Indah Wahyu Utami

3. Nila Faizatur Rahmah (123174039)


4. Hanief Abdur Rahman (123174059)
5. Violita Devi

(123174065)

6. Hetri Nur Fajarwati

(123174244)

7. Nur Maulidiah

(123174260)

8. Duva Wanda P

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


2013

A. Manusia sebagai Objek dan Subjek Lingkungan


Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang tidak berdiri sebagai subjek
karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya
dibanding makhluk-makhluk hidup lainnya. Hal ini dikarenakan manusia secara
kodrati diberi akal budi yang memungkinkan adanya kebudayaan.
Hidup sesuai dengan hukum alam. Namun, perkembangan manusia
ternyata lebih cepat dan melampaui perkembangan dibanding makhluk-makhluk
lain, melalui proses intervensi itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk
budaya.
Sejak manusia dilahirkan ke dunia sudah membawa insting (akal).
Manusia hidup dan berkembang di lingkungan masing-masing baik secara
alamiah maupun sosial. Dengan akal pikirannya, manusia dalam menjalani
kehidupan melalui proses belajar. Perkembangan akal pikiran manusia semakin
komplek dengan ditemukannya alat komunikasi yaitu bahasa. Dengan bahasa
inilah, manusia akan lebih mudah memahami dan melakukan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan masing-masing.
Manusia disamping berakal budi ternyata mempunyai kebutuhan,
dorongan dan kemauan yang pemenuhan serta perwujudannya menimbulkan
variasi budaya. Variasi budaya manusia akan dapat berkembang bila manusia
semakin komplek dengan lingkungan masing-masing.
Berbicara tentang lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan biotik,
abiotik, dan lingkungan buatan. Diantara ketiga jenis jenis lingkungan ini harus
ada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian satu dengan yang lainnya. Bila
tidak akan terjadi gangguan yang memungkinkan munculnya masalah-masalah
lingkungan.
Manusia menjadi objek dan sekaligus subjek dan lingkungan karena
manusia hidup dan berkembang di lingkungan masing-masing, mengolah sumbersumber alam dan sosial yang ada dilingkungan tersebut serta memanfaatkannya
sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Mengelola dan memanfaatkan lingkungan tidak terbatas pada lingkungan
fisik saja tetapi lingkungan sosial tidak kalah pentingnya karena dengan
lingkungan sosial yang baik maka manusia akan menjadi baik, begitu pula

sebaliknya. Oleh karena itu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dalam pengelolaan dan pemanfaatannya memerlukan perilaku yang manusiawi;
yaitu perilaku yang didasarkan pada akal budi manusia yang sesuai dengan
budaya dan etika sebagai manusia.
Berbeda dengan makhluk hidup lain, manusia tidak cukup hanya hidup
secara hayati (butuh udara(O2) untuk bernafas, butuh air untuk minum, dan butuh
pangan untuk pangan), tetapi perilaku manusia dalam memanfaatkan kebutuhan
itulah yang berbeda dengan makhuk hidup lain, misalnya hewan. Contoh:
Manusia membutuhkan makan dan minum, namun perlu dimasak terlebih dahulu,
disjikan dalam rasa, warna, dan bentuk yang menarik. Bagi manusia memakan
daging yang mentah sebenarnya untuk memertahankan hidup bisa,tetapi tidak
manusiawi. Jadi sangat berbeda dengan hewan. Selain butuh makan dan minum,
manusia butuh tempat tinggal yang layak bila tidak berarti tidak manusiawi, butuh
pendidikan butuh pakaian dan butuh berfilsafat tentang hakekat dirinya sebagai
pribadi dalam hubungannya dengan manusia lain dan martabatnya alam dan
Tuhan sang Pencipta segalanya yang ada di Jagad Raya yang termuat dalam ajaran
agama. Dari filsafat pula, manusia dapat menciptakan ilmu seni dan budaya.
Dengan beragama sesuai dengan kepercayaan masing-masing, berilmu,
dan berbudaya maka hidup manusia dikatakan manusiawi. Disinilah perbedaan
kehidupan manusia dengan hewan.
Kehidupan yang manusiawi tentunya dapat memengaruhi dan dipengaruhi
oleh perilaku. Perilaku manusia satu dengan yang lain tidak dapat disamakan. Hal
yang cukup memengaruhi perilaku manusia tersebut kaena faktor lingkungan
dimana dia tinggal. Dengan demikian, manusia menjadi objek sekaligus subjek
dari lingkungan.
1. Manusia, Lingkungan, dan Lingkungan Sosial Budaya.
Manusia hidup di bumi tidak sendiri melainkan bersama makhluk hidup
lainnya, contohnya hewan dan tumbuhan. Tanpa mereka manusia tidak dapat
hidup. Disamping makhluk hidup juga terdapat benda tak hidup antara lain
udara yang terdiri dari bermacam gas, air, tanah, batuan, dll. Ruang yang
ditempati oleh makhluk hidup bersama benda tak hidup ini disebut

Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua


benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya,

yang

mempengaruhi

kelangsungan

perikehidupan

dan

kesejahteraan makhluk hidup lainnya (Undang-Undang No. 4 tahun 1982).


Mengingat penyebab dan penanggung jawab baik kerusakan maupun
penyelamatan lingkungan hidup titik pusatnya terletak pada manusia, maka
pendekatan atau jalan keluar dari masalah lingkungan hidup harus datang dari
manusia juga. Harus diusahakan lewat pendidikan dan penyuluhan agar
masyarakat menyadari sepenuhnya apa itu masalah lingkungan hidup dan apa
artinya bagi diri sendiri, lingkungan, dan keturunannya. Langkah kongkritnya
antara lain : (1) Menciptakan peraturan standar yang mengatur segala seluk
beluk persyaratan pendirian pabrik atau industri; (2) Adanya perencanaan
lokasi industri yang tepat; (3) Memilih proses industri yang minim polusi; (4)
Pengelolaan sumber air secara berencana; (5) Pembuatan system pengelolaan
air limbah secara kolektif; (6) Penanaman pohon secara merata dan berencana
di seluruh kota; (7) Peraturan dan penataan penggunaan tanah dasar rencana
induk pembangunan kota sesuai dengan peruntukannya secara seimbang; (8)
Perbaikan lingkungan social ekonomi masyarakat (B.N. Marbun, 1994).
Berbicara tentang manusia dengan lingkungan tidak sekedar terbatas
pada lingkungan fisis saja, melainkan juga bagaimana hubungan manusia
dengan lingkungan social budayanya. Lingkungan social yang dimaksud
adalah hubungan interaksi antara manusia dengan manusia lain yang terjalin
harmonis. Sebagai makhluk social, manusia tidak dapat berkembang utuh
tanpa manusia lain.
Manusia mengalami proses belajar melalui interaksi sosialnya. Melalui
interaksi sosialnya manusia dapat memenuhi berbagai kebutuhannya,
meningkatkan dirinya dan juga mempertahankan dirinya.
Sebagai makhluk social, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya, sehingga mempelajari perilaku manusia juga harus mempelajari
perilaku manusia lain dimana manusia tersebut hidup. Berbicara tentang
perilaku manusia tidak dapat terlepas dari factor lingkungan dan pada
gilirannya akan membawa perubahan social budaya. Sebagai makhluk social

dan budaya manusia beradaptasi, berintegrasi serta memanfaatkan alam


sekitarnya dan mempergunakan kebudayaan. Manusia dengan akal pikirannya
menciptakan kebudayaan dan dengan kebudayaan itu dia turunkan serta
meningkatkan taraf hidupnya baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat.
Dengan demikian hubungan antara manusia, lingkungan alam dan
lingkungan social budaya saling kait mengkait karena tinggi rendahnya
kualitas lingkungan bergantung kepada manusia sendiri. Oleh karena itu
sepatutnya manusia dapat menjaga lingkungan alam dan lingkungan social
budaya tersebut tetap berkembang sesuai kodratnya, harkat, dan martabat
manusia sebagai makhluk social budaya.
Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan
kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka
secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan
rakyat.

Mempertimbangkan

bahwa

pembangunan

bidang

kesehatan

merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM


penduduk Indonesia, maka program kesehatan telah dimulai atau bahkan
lebih diprioritaskan pada calon generasi penerus, khusus calon bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita).
Perumahan
Perumahan yang baik adalah apabila memenuhi syarat sebagai rumah sehat,
antara lain:
-

Mempunyai tempat pembuangan air yang baik (ada parit)


Tidak ada air yang tergenang dekat rumah
Mempunyai tempat pembuangan sampah yang baik
Memiliki ventilasi sebagai tempat pergantian udara
Memiliki pekarangan kiri/kanan dan depan
Ada WC yang memenuhi syarat hygiene sanitasi
Apabila akan didirikan rumah yang akan memenuhi syarat-syarat

kesehatan, maka ini hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang tergolong
mampu.

Dan

sebagian

besar

bagi

golongan

yang

tidak

mampu

(berpenghasilan rendah) terpaksa menempati rumah-rumah yang tidak


memenuhi rumah sehat, sebagai perumahan yang layak biasanya mahal.
Masalah Transportasi
Seiring dengan bertambahnya jumlah masyarakat disertai dengan
maraknya produk kendaraan bermotor yang menawarkan spesifikasi canggih,
modern, dan kenyamanan, menyebabkan semakin bertambah pula jumlah
kendaraan pribadi yang dimiliki oleh masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan
berbagai masalah transportasi, polusi dan kemacetan misalnya. Transportasi
umum, sebagai solusi mengatasi kemacetan juga tersandung masalah pada
aspek penyelenggaraannya, yaitu berupa kelangkaan. Paradoksnya adalah,
kendaraan pribadi semakin bertambah pesat, namun keberadaan angkutan
umum tidak terlalu memberi signifikasi terhadap pilihan masyarakat.
Sering kali penyedia jasa angkutan umum kurang memperhatikan aspek
kenyamanan pengguna sebagai satu hal yang diprioritaskan. Mereka
cenderung lebih mengafirmasi keuntungan semata sehingga tidak sedikit
angkutan umum yang sering terlihat lusuh, terbengkalai dan kurang
perawatan.
Selain itu, masalah kenyamanan dan keamanan pun masih sering terjadi
di angkutan umum. Misalnya, kondektur yang lebih mencari terisinya kuota
ketimbang

memperhatikan

kenyamanan

penumpang

yang

terpaksa

berdesakan. Kasus pelecehan juga seringkali terjadi di kendaraan umum. Hal


tersebut mencerminkan aspek keamanan yang juga kurang menjadi perhatian
bagi penyedia jasa. Penjambretan, perampokan, bahkan pemerkosaan sampai
tindakan pembunuhan menjadi masalah yang mencuat (kembali) belakangan
ini menjadi bukti buruknya aspek pelayanan yang seharusnya diutamakan
oleh penyedia jasa angkutan umum di negeri ini.
Penyedia air bersih dan pembuangan sampah
Demikian pentingnya fungsi dan peranan air bagi masyarakat tertentu,
sehingga air kemungkinan dapat merupakan salah satu sebab terjadinya
perkelahian dan atau pembunuhan. Demikian pula dalam hal pembuangan
sampah menjadi masalah yang harus segera ditanggulangi. Pembuangan
sampah yang tidak teratur, dan mengakibatkan terganggunya lingkungan

social disamping lingkungan fisik. Satu keluarga yang membuang sampah di


sekitar atau dekat rumah tetangganya akan mengundang suatu konflik.
Konflik-konflik kecil akan berakumulasi dengan perasaan-perasaan tidak
senang lainnya, sehingga lingkungan social menjadi tidak serasi.
Ketegangan yang timbul antara keluarga karena masalah air, sampah dan
sebagainya akan merugikan kehidupan mental suatu masyarakat. Oleh karena
itu patut didukung usaha-usaha pemerintah untuk memperbaiki lingkungan
kampong, perumahan, jalan dan gang-gang yang tidak memenuhi syarat
kehidupan yang layak.
2. Pengaruh Timbal Balik antara Lingkungan Alam dan Sosial budaya
Studi Lingkungan merupakan suatu studi yang mengkaji tentang gejala
dan masalah kehidupan manusia yang ditinjau antar hubungannya dengan
lingkungan. Studi ini menerapkan konsep dan prinsip ekologi serta prinsip dan
konsep ilmu sosial, sehingga bisa dikatakan juga sebagai ekologi manusia
yang diterapkan.
Pada hakekatnya, pengertia lingkungan secara garis besarnya meliputi,
tanah, udara, organism, dan sebagainya. Karena hal itu, maka lingkungan
dapat didefinisikan sebagai semua kondisi di sekitar makhluk hidup, yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakternya. Untuk studi lingkungan,
konsep yang digunakanharus konsep ekologi manusia dan lingkungannya juga
harus lingkungan hidup manusia.
Penekanan studi ekologi manusia terletak pada hubungan populasi
manusia dengan lingkungannya di suatu tempat tertentu sepanjang adanya
jalinan hidup diantara keduanya yang saling berpengaruh. Jalinan hidup di
suatu tempat ini yang disebut ekosistem. Lingkungan jika di tinjau dari segi
biologis, dibedakan antara lingkungan biotic dan lingkungan abiotik.
Sedangkan jika ditinjau dari ekologi manusia, lingkungan dibedakan antara
lingkungan alam dengan liingkungan sosial dan lingkungan budaya.
Berdasrkan tinjauan ekologi:
1. Lingkungan biotik terdiri dari organism-organisme makro dan mikro.
Sedangkan lingkungan abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti udara,
tanah, air, dll.

2. Lingkungan alam (natural environment) yang ditinjau dari ekologi


manusia yaitu segala kondisi alamiah yang terdiri dari alam organic
(biotik) maupun alam anorganik (abiotik). Sedangkan lingkungan budaya
yaitu segala hasil cipta-karya manusia baik yang berupa benda-materi,
maupun yang tidak berupa benda seperti undang-undang.
Dalam hubungan manusia dengan lingkungan, Patrick Geddes
mengemukakan bahwa kelompok manusia dalam lingkungannya dibantu oleh
tiga kaki dari suatu tripod yaitu tempat (karakter fisik dari lahan), orang
banyak (keadaan rasial dengan karakternya yang turun temurun), dan kerja
(keadaan mode aktivitas ekonomi dengan jaminan yang menunjang). Konsep
ini dikenal dengan trilogy Geddes, yang kemudian dingkapkan sebagai
Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. Hubungan dari ketiga hal ini merupakan
interaksi mutualis dalam terbentuknya pola keruangan pada suatu lingkungan.
A. J. Herbertson, asisten Geddes mentransformasikan ketiga hal itu sebagai
lingkungan (environment), organisme (organism), dan fungsi (function).
Konsep ini menjadi mode pendekatan dalam melakukan survey kelompok
masyarakat di suatu wilayah. Pada studi geografi, pendekatan tersebut disebut
pendekatan ekologi terhadap konsep regional. Ternyata dalam hal ini, studi
lingkungan erat hubungasnnya dengan studi geografi.
Masalah lingkungan yang mengancam umat manusia, sebagia besar
disebabkan oleh manusia juga. Hal ini disebabkan kerena ketidakmampuan
manusia mengatur keseimbangan antara kebutuhan hidupnya dengan
kemampuan lingkungan. Sebagai contohnya: Kemiskinan, keterbelakangan,
keserakahan, penerapan teknologi yang tidak tepat, dll.
Kemajuan dan penerapan teknologi yang telah menghasilkan bermacammacam mesin untuk perindustrian, pesawat, kendaraan bermotor, dan mesinmesin yang menggunakan bahan bakar minyak bumi, telah mencemari
lingkungan sekitar dengan karbon dioksida. Semakin banyaknya kadar karbon
dioksida di udara dan tidak diimbangi oleh penanaman pohon, akan
berdampak buruk bagi lingkungan. Menurut Dr. Arrhenius, meningkatnya
kadar CO2 di atmosfir akan mengakibatkan iklim di dunia menjadi bertambah

panas. Akibatnya akan merubah ekologi di permukaan bumi, dan akan


mempengaruhi kehidupan.
Perubahan-perubahan global sering terjadi pada kehidupan kita,
misalnya terjadi bencana banjir, tanah longsor saat musim hujan yang banyak
merengut nyawa manusia. Di Indonesia, banjir sering melanda Jakarta. Hal ini
semestinya menjadi pelajaran bagi kita, betapa pentingnya menjaga kelestarian
dan keseimbangan lingkungan dengan perilaku hidup yang baik.
Untuk mengungkapkan faktor-faktor terjadinya masalah lingkungan, dan
untuk membangun lingkungan yang berkualitas tinggi, kita harus melakukan
studi lingkungan. Studi lingkungan ini bukanlah merupakan pekerjaan yang
sederhana, melainkan merupakan pekerjaan yang melibatkan segala aspek
kehidupan. Studi lingkungan harus menggunakan pendekatan interdisipliner
atau pendekatan system.
B. Demografi dan Problematikanya dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Hidup Manusia
1. Pengertian Demografi
Demografi adalah suatu kata pindahan dari bahasa Yunani yang terdiri atas
dua kata , demos yang artinya penduduk, dan graphein artinya menulis. Jadi
demografi menurut kata-kata asalnya berarti tulisan-tulisan atau karanangkarangan tentang penduduk suatu negara atau suatu wilayah.
Definisi Demografi seperti yang disebutkan di atas masih belum jelas
arahnya, sulit dibedakan dengan ilmu social-soial yang lain misalnya:
sosiologi,anthropologi social , geografi social, yang juga berorientasi pada
studi penduduk ( man-oriented ). Agar mudah dibedakan dengan ilmu socialsosial yang lain, maka Philip M. Hauser dan Dudley Duncan ( 1959,2)
mengusulkan definisi untuk demografi sebagai berikut : Demography is the
study of the size, territorial distribution and composition of population,
changes there in and the components of such changes wich may be
indentified as natality, morality, territorial movement(migration) and social
mobility (change of status).

Dari definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari


struktur dan proses penduduk suatu wilayah. Ahli Demografi mempelajari
struktur penduduk untuk dapat lebih memahami proses demografi. Misalnya
dalam menganalisis fasilitas penduduk disuatu daerah, ahli demografi perlu
mengetahui jumlah pasangan usia subur yang ada di daerah tersebut.
Demografi bersifat analisis-mathematis,dan karena sifatnya yang
demikian ini. Demografi formal menghasilkan berbagai teknik-teknik baru
untuk penghitung angka-angka pembanding demografi dan memperdalam
pengertian tentang data-data yang telah dikumpulkan oleh statistik penduduk.
Studi

kependudukan

lebih

luas

dari

demografi,karena

didalam

memahami karakteristik penduduk disuatu wilayah. Factor-faktor nondemografis pun ikut dipertimbangkan. Misalnya, didalam memahami trend
fertilitas, tidak hanya ditinjau jumlah wanita dalam usia subur, tetapi factorfaktor budaya juga ikut dipertimbangkan. Pada masyarakat dimana
penduduknya menginginkan anak yang lengkap ( perempuan dan laki-laki )
maka besarnya jumlah anak ditentukan oleh kelengkapan jenis kelamin dari
jumlah anak yang telah dipunyainya. Ada juga beberapa ahli membedakan
membedakan kedua ddisiplin ilmu diatas demografi formal ( formal
demography) untuk ilmu demografi, dan demografi social (

social

demography) untuk studi kependudukan (Bogue,1964,4).


Study kependudukan dapat dibagi pula menjadi dua tipe. Tipe pertama
mengambil variable non demografi sebagai variable pengaruh dan variable
demografi sebagai varibel terpengaruh,

sedang sebaliknya tipe kedua

mengambil variable demografi sebagai variable pengaruh (lihat skema 1 dan


table 1, mempelajari keterkaitan antara variable demografi dan variable
nondemografi).

Skema 1 : Studi Kependudukan

Variabel Demografi
Struktur

Proses

Variabel Non Demografi


- Sosiologi
- Antropologi
- Ekonomi

Tabel 1

Tipe Studi

Variable Pengaruh

Variabel
Demografi Formal
(contoh)

Variable Terpengaruh

Demografis Variable demografis

Komposisi umur

Tingkat kelahiran

Tingkat Kelahiran

Komposisi umur

Komposisi

umur

migran Tingkat

masuk
Variabel non demografis
Studi Kependudukan
(contoh tipe I)

kelahiran

seluruh

penduduk

Faktor sosiologis (misal, klas Variable demografis


social)
Faktor

Tingkat kelahiran
ekonomi

(misal, Migrasi keluar

kesempatan ekonomi)
Variabel demografis

Variable non demografis

Studi Kependudukan

Tingkat Kelahiran

Kebutuhan pangan

(contoh tipe II)

Migrasi masuk

Kemiskinan

Tingkat kelahiran

pertumbuhan ekonomi

Di Indonesia data mengenai unsur-unsur demografi hakiki tidak lengkap,


dan andaikanada realibilitasnya sangat rendah. Untuk mengatasi kekurangan ini,
ahli demografi membuat perkiraan-perkiraan (estimasi) mengenai unsur-unsur
demografi tersebut berdasarkan data yang tidak lengkap.
Dalam masa pembangunan ini, data demografi sangat dibutuhkan dalam
berbagai jenis pembangunan. Misalnya dalam perencanaan pendidikan, demografi
( dengan proyeksi penduduk dalam usia sekolah) dapat memberi informasi
mengenai kebutuhan jumlah sekolah dan fasilitas-fasilitas dalam dalam bidang
pendidikan pada masa mendatang).
2. Problematika dalam Kesejahteraan Hidup Manusia
Ketika era globalisasi dan informasi belum sepenuhnya di antisipasi,
Indonesia harus menghadapi krisis ekonomi dan reformasi yang berlanjut dengan
berbagai tuntutan seperti ekonomi, demokratisasi, dan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Masalah-masalah besar seperti itu tidak bisa dipecahkan segera dan
serempak, bahkan fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa satu permasalahan
pun seringkali tidak dapat dipecahkan dengan memuaskan. Karenanya, masalah
yang dihadapi Indonesia sekarang menjadi sangat kompleks dan berlarut-larut.
Apakah kaitan perubahan-perubahan itu dengan kebijakankependudukan ?
Menurut Faturochman dan Agus Dwiyanto (2001), permasalahan itu berputar
pada masalah pokok demografis, yaitu fertilitas(kelahiran), morbiditas(kesakitan),
mortalitas(kematian),dan mobilitas(migrasi). Masalah kependudukan bisa melebar
ke berbagai permasalahan social ekonomi lain. Ketenagakerjaan dan kemiskinan
sering dianggap sebagai bagian dari permasalahan kependudukan.
Lebih dari itu, perubahan lingkungan kebijakan seperti meluasnya tuntutan
pemberdayaan perempuan, perlindungan HAM, dan otonomi luas membuat
kebijakan dan program program kependudukan yang ada perlu ditinjau Kembali
relevansinya.
Suatu kebijakan selalu melibatkan pemerintah, bisa lebih dari satu, baik
sebagai perumus maupun berbagai aspek kehidupanmenyebabkan masalah
kependudukan seolah-olah menjadi tanggung jawab dan monopoli lembaga-

lembaga Negara semata-mata. Ketidak kehidupan bernegara mengalami


perubahan seperti sekarang ini, dimana peran lembaga-lembaga di luar birokrasi
pemerintah seperti DPR/D, lembaga swadaya masyarakat, dan partai-partai politik
menjadi semakin besar, mau tidak mau peran dan orientasi lembaga-lemabaga
pemerintah yan selama ini mendominasi proses dan arah kebijakan kependudukan
akan menjadi berubah pula. Peran dari masyarakat dan DPRD dalam proses
kebijakan kependudukan yang selama ini cenderung mengabaikan kepentingan
dan aspirasi masyarakat dan kelompok sasaran tidak dapat dipertahankan.
Perubahan indicator-indikator kependudukan yang terjadi seperti dalam
waktu sekitar tiga dasawarsa terakhir, pertumbuhan penduduk Indonesia
mengalami penurunan yang sangat bermakna. Pada periode 1971-1980 angka
pertumbuhan penduduk adalah 2,32 persen per tahu, sedangakan pada periode
1995-2000 diperkirakan BPS(1998) sekitar 1,50 persen per tahun. Penurunan
yang cukup besar ini disumbang oleh penurunan fertilitas (TFR) dari 5,20 pada
sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan menjadi 2,78 pada pertengahan tahun
Sembilan puluhan. Angka kematian, khususnya angka kematian bayi, mengalami
penurunan yang tajam juga. Apabila pada hasil snsus penduduk 1971 angka
kematian bayi adalah 145, hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia 1997
menunjukkan 51. Penduduk miskin yang masih banyak dan meningkatnya
pengangguran akibat krisis adalah dua masalah penting yang harus diperhatikan.
Sementara itu daya tamuing dan daya dukung lingkungan makin lakin
mengkhawatirkan. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian ulang tentang
kebijakan kebijakan kependudukan untuk mengubahnya kearah yang lebih
respondif dengan keadaan dimasa mendatang.
Masalah-masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia di masa depan
dan perubahan lingkungan kebijakan kependudukan cenderung menuntut
perubahan yang bersifat visioner. Misalnya dalam pengendalian kebijakan
Keluarga Berencana. Juga, dalam bidang mobilitas pendudukan dan transmigrasi,
perubahan yang mendasar sangat diperlukan. Sementara ini dilain pihak
pemerintah menghadapi masalah baru yang tidak kalah peliknya, yaitu semakin
banyak jumlah pengungsi. Melihat rendahnya kemampuan pemerintah dalam

menyelesaikan konflik-konflik social yang ada dan besarnya potensi konflik yang
sekarang ini maka jumlah pengungsi akan semakin besar.
Problematika dalam Kesejahteraan Hidup Manusia
Ketika era globalisasi dan informasi belum sepenuhnya di antisipasi,
Indonesia harus menghadapi krisis ekonomi dan reformasi yang berlanjut dengan
berbagai tuntutan seperti ekonomi, demokratisasi, dan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Masalah-masalah besar seperti itu tidak bisa dipecahkan segera dan
serempak, bahkan fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa satu permasalahan
pun seringkali tidak dapat dipecahkan dengan memuaskan. Karenanya, masalah
yang dihadapi Indonesia sekarang menjadi sangat kompleks dan berlarut-larut.
Apakah kaitan perubahan-perubahan itu dengan kebijakankependudukan ?
Menurut Faturochman dan Agus Dwiyanto (2001), permasalahan itu berputar
pada masalah pokok demografis, yaitu fertilitas(kelahiran), morbiditas(kesakitan),
mortalitas(kematian),dan mobilitas(migrasi). Masalah kependudukan bisa melebar
ke berbagai permasalahan social ekonomi lain. Ketenagakerjaan dan kemiskinan
sering dianggap sebagai bagian dari permasalahan kependudukan.
Lebih dari itu, perubahan lingkungan kebijakan seperti meluasnya tuntutan
pemberdayaan perempuan, perlindungan HAM, dan otonomi luas membuat
kebijakan dan program program kependudukan yang ada perlu ditinjau Kembali
relevansinya.
Suatu kebijakan selalu melibatkan pemerintah, bisa lebih dari satu, baik
sebagai perumus maupun berbagai aspek kehidupanmenyebabkan masalah
kependudukan seolah-olah menjadi tanggung jawab dan monopoli lembagalembaga Negara semata-mata. Ketidak kehidupan bernegara mengalami
perubahan seperti sekarang ini, dimana peran lembaga-lembaga di luar birokrasi
pemerintah seperti DPR/D, lembaga swadaya masyarakat, dan partai-partai politik
menjadi semakin besar, mau tidak mau peran dan orientasi lembaga-lemabaga
pemerintah yan selama ini mendominasi proses dan arah kebijakan kependudukan
akan menjadi berubah pula. Peran dari masyarakat dan DPRD dalam proses
kebijakan kependudukan yang selama ini cenderung mengabaikan kepentingan
dan aspirasi masyarakat dan kelompok sasaran tidak dapat dipertahankan.

Perubahan indicator-indikator kependudukan yang terjadi seperti dalam


waktu sekitar tiga dasawarsa terakhir, pertumbuhan penduduk Indonesia
mengalami penurunan yang sangat bermakna. Pada periode 1971-1980 angka
pertumbuhan penduduk adalah 2,32 persen per tahu, sedangakan pada periode
1995-2000 diperkirakan BPS(1998) sekitar 1,50 persen per tahun. Penurunan
yang cukup besar ini disumbang oleh penurunan fertilitas (TFR) dari 5,20 pada
sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan menjadi 2,78 pada pertengahan tahun
Sembilan puluhan. Angka kematian, khususnya angka kematian bayi, mengalami
penurunan yang tajam juga. Apabila pada hasil snsus penduduk 1971 angka
kematian bayi adalah 145, hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia 1997
menunjukkan 51. Penduduk miskin yang masih banyak dan meningkatnya
pengangguran akibat krisis adalah dua masalah penting yang harus diperhatikan.
Sementara itu daya tamuing dan daya dukung lingkungan makin lakin
mengkhawatirkan. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian ulang tentang
kebijakan kebijakan kependudukan untuk mengubahnya kearah yang lebih
respondif dengan keadaan dimasa mendatang.
Masalah-masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia di masa depan
dan perubahan lingkungan kebijakan kependudukan cenderung menuntut
perubahan yang bersifat visioner. Misalnya dalam pengendalian kebijakan
Keluarga Berencana. Juga, dalam bidang mobilitas pendudukan dan transmigrasi,
perubahan yang mendasar sangat diperlukan. Sementara ini dilain pihak
pemerintah menghadapi masalah baru yang tidak kalah peliknya, yaitu semakin
banyak jumlah pengungsi. Melihat rendahnya kemampuan pemerintah dalam
menyelesaikan konflik-konflik social yang ada dan besarnya potensi konflik yang
sekarang ini maka jumlah pengungsi akan semakin besar.
Dalam menunjang gerak dinamika perubahan sekarang ini masyarakat
harus dibawa ke suatu titik atau situasi yang mendukung, agar masyarakat mau
menerima perubahan. Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan nilai
social dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan. Untuk itu perlu
dikembangkan ide pembangunan kedalam kehidupan seluruh masyarakat.
Dalam pembangunan perlu dikembangkan mekanisme social kultural,
sehingga masyarakat sudah mencapai titik yang siap untuk menerima

pembangunan. Pembangunan yang tidak merubah tingkat kehidupan yang lebih


baik akan sulit untuk mendapatkan partisipasi masyarakat. Yang menjadi
persoalan saat ini adalah bagaimanapun hebatnya pembangunan kalau laju
pertumbuhan penduduk tetap tinggi maka hasil dari pembangunan itu sendiri
hanya cukup untuk menutupi kebutuhan dasarnya penduduk.
Permasalahan kependudukan yang berkaitan dengan pembahasan antara lain:
1. Perubahan social dalam aspek kependudukan.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan yang lain lagi dan perubahan ini
berjalan terus menerus. Perubahan masyarakat tersebut merupakan proses
perubahan yang luas. Di dalam perubahan yang luas terdapat beberapa faktor
antara lain: biologis, geografis, teknologis, dan social budaya. Perubahan ini
saling berpengaruh dan membawa pengaruh pada masalah kependudukan.
2. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat.
Revolusi teknologi, pertanian, industry dan revolusi di bidang ilmu
pengetahuan dan penemuan obat obatan baru serta pemberantasan penyakit
yang terjadi di dunia barat menyebabkan selamatnya berjuta juta bayi dari
bahaya kematian. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka jumlah penduduk
dunia bertambah dengan pesat.
Pada Pelita II diperhitungkan angka kelahiran kasar kurang lebih 36 per
1000 penduduk, angka kematian kasar 16 per 1000 penduduk. Karena
perbedaaan yang besar antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian tersebut,
penduduk Indonesia meningkat dengan cepatnya.
3. Persebaran penduduk yang tidak merata.
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan Indonesia mengalami
masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Berdasarkan data BPS
Jakarta, 2006 bahwa lebih dari 58% jumlah penduduk Indonesia tinggal di
Pulau Jawab yang luas dan memiliki wilayah yang lebih kecil diantara pulaupulau lain. Sebaliknya Kalimantan yang memiliki wilayah yang paling besar
jumlah penduduknya sangat sedikit. Dengan adanya persebaran yang tidak
merata maka terjadi perbedaan dalam pembangunan daerah masing masing
karena tenaga kerja terpusat di pulau Jawa.

4. Pendidikan.
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara
adalah tersedianya cukup Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang
pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk yang
buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan sebaliknya makin
tinggi persentase penduduk yang buta huruf mengindikasi kurang berhasilnya
program pendidikan. Hasil susensus 2005 menunjukkan bahwa persentase
penduduk berusia 10 tahun keatas yang buta huruf mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2004.

Kondisi

ini terjadi baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan, dan pada setiap kelompok umur.


Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan
sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah dengan
tenaga pendidik dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Atas (SMA/SMK) yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas).
5. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan baik maka secara langsung atau tidak
langsung

akan

terjadi

peningkatan

kesejahteraan

rakyat.

Pentingnya

pembangunan kesehatan ini paling tidak tercermin dari deklarasi Millenium


Goals (MDGs) yang mana lebih sertiga indikatornya menyangkut bidang
kesehatan.

6. Perumahan
Perumahan yang baik adalah apabila memenuhi syarat sebagai rumah sehat,
antara lain:
-

Mempunyai tempat pembuangan air yang baik (ada parit).

Tidak ada air yang tergenang dekat rumah.

Mempunyai tempat pembuangan sampah yang baik.

Memiliki ventilasi sebagai tempat pergantian udara.

Memiliki pekarangan kiri/ kanan dan depan.

Ada WC yang memenuhi syarat hygieni sanitasi.

Apabila akan didirikan rumah yang akan memenuhi syarat syarat kesehatan,
maka ini hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang tergolong mampu. Dan
sebagian besar bagi golongan yang tidak mampu (berpenghasilan rendah)
terpaksa menempati rumah rumah yang tidak memenuhi rumah sehat.
Bagi para pendatang dari desa, yang sudah tidak memperoleh tempat lagi di
kota, terpaksa mendirikan gubug gubug yang tersebar di sembarang tempat
tanpa memperhitungkan estetika dan segi keselamatan jiwanya (dekat sungai
yang sering kebanjiran).
Ditinjau dari segi kehidupan sosial kenyataan ini tidaklah baik. Karena di kota
kota besar sebagian penduduknya tergolong keluarga yang miskin, maka
norma norma ketimuran adab sopan santun yang tadinya dijunjung tinggi
mulai berkurang bersamaan dengan timbulnya kesulitan memperoleh
perumahan yang memadai.
7. Masalah transportasi.
Yang dimaksud dengan alat pengangkut adalah baik untuk orang maupun
barang yang sejak sepuluh tahun terakhir ini semakin meningkat. Hal ini
bukan saja karena kebutuhan disektor ekonomi tetapi juga dibidang sosial.

Jika pertumbuhan penduduk yang cepat ini tidak diimbangi dengan


penyediaan sarana angkutan yang mencukupi, maka dimensi sosial dari
masalah angkutan tersebut semakin menonjol. Sebaliknya kalau pertumbuhan
penduduk tetap seperti saat ini maka transportasi tetap merupakan masalah.
8. Penyediaan air bersih dan pembuangan sampah.
Kekurangan air bersih terjadi karena pertumbuhan penduduk kota yang luar
biasa. Tetapi kekurangan air bukan saja menimpa masyarakat kota tetapi juga
dialami penduduk desa. Penyebab utama dalam hal ini adalah kemarau yang
panjang dan tandusnya alam sekitar.
Demikian pentingnya fungsi dan peranan air bagi masyarakat, sehingga air
kemungkinan dapat merupakan salah satu sebab renggangnya hubungan
sesama anggota masyarakat. Demikian pula dalam hal pembuangan sampah.
Pada bagian kota yang padat penduduknya, pembuangan samapah menjadi
masalah yang harus segera ditanggulangi. Pembuangan sampah yang tidak
teratur mengakibatkan terganggunya lingkungan sosial disamping lingkungan
fisik.
Ketegangan yang timbul karena masalah air, sampah dan sebagainya akan
merugikan kehidupan mental suatu masyarakat. Oleh karena itu kita harus
mendukung usaha pemerintah untuk memperbaiki lingkungan kampung,
perumahan, jalan dan gang-gang yang tidak memenuhi syarat kehidupan yang
layak.

Anda mungkin juga menyukai