Anda di halaman 1dari 3

a.

Memahami bisnis klien


Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri
yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas
beroperasi. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan
dengan yang dimiliki oleh manajemen.
Pemerolehan Pengetahuan
Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan pendahuluan tentang industri
dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah
tingkat pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.
Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan diperoleh. Pemerolehan
pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam
pengumpulan dan penentuan informasi dan pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta
informasi di setiap tahap audit.
Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi kembali informasi yang
dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan
prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.
Penggunaan Pengetahuan
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan oleh
auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi
tersebut secara semestinya membantu auditor dalam Penaksiran risiko dan identifikasi masalah. Perencanaan dan
pelaksanaan audit secara efektif dan efisien, Evaluasi bukti audit, Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus mempertimbangkan
bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan apakah asersi dalam
laporan keuangan konsisten dengan pengetahuan auditor tentang bisnis.
A. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga yang mengakibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Factor risiko kecurangan adalah
peristiwa atau kondisi yang menunjukan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau
memberikan peluang untuk melakukan kecurangan.
Respon terhadap Hasil Risiko Salah Saji Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan
Respon keseluruhan

Pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan

skeptisme professional.
auditor harus :
1. Menugasi dan mengawasi personel dengan mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan
kemampuan individual mereka untuk diberi tanggung jawab perikatan signifikan dan penilaian
auditor atas risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan untuk perikatan tersebut.
2. Mengevaluasi apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, terutamayang
berkaitan dengan pengukuran transaksi yang subjektif dan transaksi yang kompleks, dapat

mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan sebagai akibat dari usaha
manajemen untuk mengelola laba
3. Memasukan unsur yang tidak dapat dipridiksi dalam pemilihan sifat, waktu, dan luas prosedur audit.
Prosedur audit yang responsif terhadap penilaian resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan
pada tingkat asersi
Sesuai dengan SPA 330, auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit lanjutan yang sifat,
waktu, dan luasnya responsive terhadap penilaian risisko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan
pada tingkat asersi.
Prosedur audit yang responsif terhadap risiko yang terkait dengan pengabaian pengendalian oleh manajemen

Manajemen berada pada posisi yang unik untuk melakukan kecurangan karena kemampuan manajemen
untuk memanipulasi catatan akuntansi dan menyusun laporan keuangan yang mengandung kecurangan

melalui pengabaian pengendalian yang seharusnya berjalan secara efektif.


Tanpa memperhatikan penilaian auditor atas risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen, auditor
harus merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk :
a. Menguji ketepatan entri jurnal yang tercatat dalam buku besar dan penyesuaian lain dalam
penyusunan laporan keuangan.
b. Menelaah estimasi akuntansi untuk menemukan hal bias dan mengevaluasi apakah kondisi yang
menyebabkan hal bias tersebut. .
c. auditor harus mengevaluasi apakah dasar bisnis yang ada atas transaksi tersebut menunjukan bahwa
transaksi tersebut telah dilakukan dengan tujuan untuk melakukan kecurangan dalam pelaporan

keuangan atau untuk menyembunyikan terjadinya penyalahgunaan asset.


Auditor harus menenetukan apakah, dalam mereson risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen
yang didentifikasi, auditor perlu melaksanakan prosedur audit lain sebagai tambahan atas prosedur
spesifik yang di rujuk.

Pelanggaran Hukum
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran terhadap hukum atau
perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak
termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan
dengan kegiatan bisnis entitas.
Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai hal yang dimiliki
pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.
Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsure tindakan pelanggaran hukum, maka ia harus
berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran, dan informasi lain
yang cukup untuk mengevaluasi dampak unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan,
auditor harus memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen
pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil memberikan informasi dan keterangan
yang memuaskan tentang terjadinya atau tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus :
a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang penerapan hukum dan peraturan
relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi dampaknya terhadap laporan keuangan.
b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang sifat
pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai