201
4
BAB 3
KONSEP DAN STRATEGI PENATAAN BWP
3.1. KONSEP PENATAAN BWP
3.1.1
Dasar Pertimbangan
A. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan Kecamatan Tukak Sadai ditinjau dari beberapa aspek yaitu: Berdasarkan hasil
analisis kemampuan lahan ditinjau dari :
a. Ketinggian, Wilayah Kecamatan Tukak Sadai memiliki ketinggian variatif antara 2 10 meter,
ketinggian wilayah tersebut menunjukan kemampuan wilayah untuk berkembang sebagai
kegiatan perkotaan.
b. Iklim, Secara menyeluruh Kecamatan Tukak Sadai dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim
trofis basah (humid trofikal climate) karena termasuk tipe AF sampai Am dari klasifikasi iklim
Koppen, yaitu dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu: pola sirkulasi angin musiman (monsoonal
circulation pattern). Kondisi iklim di wilayah Kecamatan Tukak Sadai memiliki iklim tropis dan
basah, hal ini dikarenakan wilayah perencanaan yang dibatasi oleh laut.
c. Hidrologi, Wilayah perencanaan termasuk ke dalam DAS Bantel dimana arah aliran sungainya
bermuara di Laut Selat Pulau Lempar. Ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kecamatan Tukak
Sadai bersumber dari air permukaan dan air tanah serta juga memanfaat air yang tertampung di
kolong- kolong eks tambang Timah yang sudah lama sehingga membentuk danau atau embung.
d. Penggunaan lahan kawasan permukiman, yaitu dengan meminimalisasikan adanya besaran
peralihan fungsi lahan yang ada, dengan mengupayakan tidak merabah lahan lahan yang
masih produktif.
Dari hasil Analisis Kemampuan Lahan tersebut dapat ditentukan wilayah kecamatan Tukak Sadai
dalam pengembangannya terbagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu pengembangan effektif dan
pengembangan bersyarat serta kawasan yang tidak bisa dikembangkan sama skali berupa kawasan
bergambut yang termasuk dalam kawasan lindung. (lihat tabel III.1 dan Gambar 3.1)
3-1
201
4
Tabel III.1
Luas kemampuan Lahan Kecamatan Tukak Sadai
No
Desa
1
2
3
4
5
Sadai
Tukak
Pasir Putih
Tiram
Bukit Terap
Kemampuan Lahan
Effektif
1.520,95
2.337,30
2.300,00
2.210,62
2.303,50
Bersyarat
479,05
762,70
-
10.672,37
1.241,75
JUMLAH
Total
Lindung
389,38
296,50
2.000,00
3.100,00
2.300,00
2.600,00
2.600,00
685,88
12.600,00
B. Kesesuaian Lahan
Kajian Kesesuaian di Kecamatan Tukak Sadai dibagi dalam 2 (dua) katagori yaitu kesesuaian
kawasan budidaya dan kesesuaian kawasan lindung. Untuk penetapan kawasan lindung telah
digariskan berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990. Kawasan lindung yang terdapat di wilayah
perencanaan berdasarkan ketentuan Keppres tersebut secara garis besar adalah kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat dan kawasan
suaka alam. Sementara kawasan budidaya meliputi kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian dan
budidaya non pertanian.
Berdasarkan analisis ini Kecamatan Tukak Sadai memiliki 9,62 % dari luas seluruh Kecamatan.
Kawasan lindung di sini berupa kawasan rawa/bergambut. Pembagian kesesuaian lahan tersebut
dapat dilihat dalam Tabel III.2 dan Gambar 3.2, berikut ini:
Tabel III.2
Luas Kesesuaian Lahan Kecamatan Tukak Sadai
No
Desa
1
2
3
4
5
Sadai
Tukak
Pasir Putih
Tiram
Bukit Terap
Kesesuain lahan
Budidaya
Lindung
2.600,00
2.000,00
3.100,00
1.673,01
626,99
2.120,82
479,18
JUMLAH
11.493,83
1.106,17
TOTAL
2.600,00
2.000,00
3.100,00
2.300,00
2.600,00
12.600,00
3-2
201
4
3-3
201
4
Jenis Penggunaan
HL
HP
Perkeb
Pertanian
Permukiman
Industri
Jumlah
Luas (Ha)
457,26
7.131,86
2.102,88
1.655,08
575,59
677,34
12.600,00
(%)
3,63
56,60
16,69
13,14
4,57
5,38
100,00
201
4
Ada dua aspek penting dalam penetapan konsepsi penataan ruang kawasan di wilayah
Kecamatan Tukak Sadai ini, yaitu pola spasial kegiatan-kegiatan fungsional utama kawasan
perkotaan, dan kawasan perdesaan (dalam hirarki spatial ruang disebutkan sebagai pusat
lingkungan hingga sub pusat pelayanan kota/SPPK) yang akan dikembangkan, serta keterkaitan
antar kegiatan atau kawasan fungsional yang akan dikembangkan tersebut sehingga
membentuk struktur tata ruang kota secara utuh.
Ada dua aspek penting dalam penetapan dan atau perumusan konsepsi ini, yaitu :
1. Pola spasial kegiatan-kegiatan fungsional utama kawasan perkotaan terutamanya di Ibukota
Kecamatan (IKK) Tukak Sadai di desa Tiram yang akan dikembangkan. Desa Tiram yang
memiliki ciri dan kecenderungan tumbuh dan berkembangnya sebagai kawasan perkotaan
dan serlanjutnya pusat Desa Tiram mini juga ditetapkan sebagai BWP (Bagian Wilayah
Perkotaan) yang memiliki luasnya berdasarklan ruang atau lahan terbangunnya mencapai
25 % dari luas keseluruhan Desa Tiram. Adapun ciri khasnya selain sudah didominasi oleh
kegiatan perdagangan dan jasa, juga ada cirri pola pertumbuhannya adalah aglomerasi
kegiatan perkotaannya tertumpu pada simpul jalan kolektor primer pada ruas jalan Toboali
Tiram Sadai (jalan Provinsi) dan ruas jalan Tiram - Tukak
2. Keterkaitan antar kegiatan atau kawasan fungsional yang akan dikembangkan tersebut
sehingga membentuk struktur tata ruang kota secara utuh.keterkaitan ini diutamakan kepada
fungsi dan peranan IKK di desa Tiram ini adalah sebagai Desa Pusat Perttumbuhan (DPP)
dan pada pasatnya pertumbuhan amupun perkembangan yang kemungkinan besar jadi
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Sebagai dasar pemikat kea rah fungsi tersebut adalah
telah lengkapnya sarana dan parasana kegiatan perkotaan yang ada, seperti adanya
kawaan pertokoan, kawasan pendidikan (SD, SMU, SMK) dan Puskesmas.
Konsep pengembangan ruang dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk
meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan kesehateraan masyarakat.
A. Konsepsi Pengembangan Fungsi Ruang IKK/BWP Tukak Sadai
201
4
pengembangan peruntukkan lahan di IKK atau BWP Tukak Sadai, yaitu : rencana struktur
dan pola pemanfaatan ruang kawasan, rencana sistem prasarana dan sarana kawasan
mencakup persyaratan teknis pengembangan tata ruang kawasan, bertujuan untuk :
a) Menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, yang pada prinsipnya
merupakan upaya dalam menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan
intensitas penggunaan ruang baik di dalam IKK/BWP maupun kawasan-kawasan di
sekitarnya,
b) Menciaptakan kelestarian lingkungan pemukiman dan kegiatan yang telah ditetapkan
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2014 2034, yang merupakan usaha menemukenali hubungan yang serasi antar manusia
dan lingkungannya, yang tercermin dari pola intensitas penggunaan ruang wilayah
Kecamatan Tukak Sadai sebagai wilayah yang akan mendapat pengaruh langsungnya
terhadap BWP/IKK Tukak Sadai.
c) Untuk meningkatkan fungsi, perluasan ruang dan pengembangan kawasan perkotaan
secara tegas dan terinci guna mengembangkan potensi yang dimiliki dan
meminimalisasi permasalahan yang ditimbulkan saat BWP Tukak Sadai tersebut
dikembangkan.
d) Mengarahkan pembangunan BWP dalam rangka upaya pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing Sub
Kawasan atau Blopk/ sub Zona secara terukur baik kualitas maupun kuantitasnya;
e) Membantu penetapan prioritas pengembangan wilayah perkotaan dan memudahkan
penyusunan DED infrastruktur yang dibutuhkan untuk kawasan perkotaan di
Kecamatan Tukaka Sadai dan memudahkan bagi tertibnya pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan lahan budidaya, khususnya budidaya lahan pada kawasan
yang direncanakan;
f)
201
4
arahan
pengembangan
kawasan
perkotaan
dan
kawasan-
3-7
201
4
201
4
3-9
201
4
Kegiatan DPP merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk mendukung
Pengembangan Wilayah, dimana skala penanganannya bukan hanya mengembangkan
Desa Pusat tetapi diperluas dengan mengembangkan juga Desa-desa Hinterlandnya
atau desa-desa terdekat, yang cepat imbas pengaruhnya BWK yaitu dengan jangkaun
jarak BWP ke dasa kurang dari 5 (lima) Km (ditangani dengan skala kawasan), dengan
menitikberatkan kepada penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan yang dapat
menunjang tumbuh dan berkembangnya Kegiatan Ekonomi Perkotaan, dan diharapkan
dapat mendorong percepatan Industrialisasi perdesaan yang berbasis pertanian. Desa
Pusat Pertumbuhan adalah desa dengan intensitas kegiatan tinggi maka diartikan
sebagai desa pusat pertumbuhan. Bagian dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi desa
potensial di suatu wilayah.
Desa Pusat Pertumbuhan juga memiliki fungsi sebagai:
1. Pusat perkantoran
2. Pusat permukiman
3. Pusat pemasaran bagi barang petanian dan non pertanian
4. Pusat pelayanan sentral bagi daerah sekitarnya.
201
4
lahan perkebunan, dan kegiatan penambangan Timah yang illegal yang sering terjadi
akan memicu semakin menyusutnya tutupan vegetasi dan menguranginya keasrian
kawasan hutan lindung oleh kegiatan pembukaan lahan terbangun.
Sesuai dengan pola aliran arus air permukaan dan jalur Aquifer yang terhambat pada
pola arus air Selatan Utara, dimana bagian Selatan yang lahannya sebagai hutan
lindung dan Bagian Utara juga sebagai kawasan konsentrasi terumbu karang, habitat
perairan pantai laut yang keberlanjutannya sangat tergantung kepada bagian Selatan.
Wilayah bagian Selatan adalah katagorikan bagian hulu suatu jalur untuk semua sungai
dan drainase alam yang ada.
Oleh karena itu wilayah, di bagian Selatan ini merupakan Kawasan-kawasan lindung
yang diberfungsikan untuk melindungi kawasan bagian bawahnya, dalam hal ini
kawasan-kawasan di bagian Utara dan kawasan yang berfungsi melindungi kawasan
setempat seperti sempadan sungai dan mata air serta ruang terbuka hijau di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Tukak Sadai. Lihat Gambar 3.7.
D. Konsepsi Pemanfaatan Ruang Rawan Banjir
Secara umum wilayah Kecamatan Tukak Sadai adalah wilayah dengan typology
morfologi atau bentang alam wilayah yang relative datar, dengan perbedaan elevasi antar
kawasan relati kecil yaitu kurang dari 50 meter. Karena kondisi morfolopgis yang relative
datar ini akan menumbuhkan kondisi arus pengalir air yang relative lambat juga, dan juiga
akan menumbuhkan adanya durasi waktu genangan air buangan (air hujan) akan cukup
lama.
Aspek penguapan karena suhu penyinaran matahari dan penyerapan ke dalam tanah di
daerah ini dapat juga mengurangi kerentanan dengan durasi waktu lama dari genangan
air tersebut. Atau pemantaatan kolong bekas penambangan timah dapat dimanfaatkan
sebagai penampungan air buangan tersebut, dan sekaligus memfungsikan kolong
tersebut sebagai embung atau danau buatan guna menyimpan air hujan sehingga pada
ketentuan kulaitas dan kapasitan air tertampung di kolang bias dijadikan sumber air baku
bagi kebutuhan air bersih perkotaan maupun desa-desa dikawasan yang terdekatnya.
3-11
201
4
3-12
201
4
memanfaatkan dan
201
4
pemanfaatan ruang ini bersifat dinamis, sesuai dengan dinamika pembangunan, akan tidak
berarti selalu mengarah pada perubahan fungsi suatu ruang tetapi harus sesuai dengan
kebutuhan dan daya dukung ruang yang telah ditetapkan. Dalam menyeimbangkan kebutuhan
(demand) dan ketersediaan (supply) ruang agar mendekati kondisi optimal, maka pendekatan
perencanaan dilakukan dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan kebutuhan ruang
dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan
yang berkelanjutan.
Tujuan rencana pola ruang BWP dan Wilayah Kecamatan Tukak Sadai adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan rencana ukuran maupun letak pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan
rencana struktur ruang yang dikembangkan didalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Bangka Selatan, maupun rencana yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah
nasional, propinsi , dan kabupaten Bangka selatan
A. Zona/ Kawasan Lindung
Penetapan Zona atau Kawasan Lindung di wilayah Kecamatan Tukak Sadai, sebagai besar
ditetapkan berdasarkan pada kawasan lindung yang telah ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Bangka Selatan 2014 2034, dan sesuai dengan substansi materi RDTR maka
kebijakan atas penetapan kawasan atau Zona Lindung di perencanaannya adalah menjabar
atau mendetailkan/ merincikan terhadap zona Lindung di RTRW Kabupaten Bangka Selatan
tersebut.
Zona lindung yang ditetapkan tersebut, diantaranya adalah zona-zona yang dianggap
memiliki kepentingan terhadap aspek keberlanjutan dan atau ekologi wilayah, seperti :
1. Zona Hutan Rimba/ Hutyan Lindung karena masih memiliki keutuhan tutupan vegetasi
yang dapat memberikan pengaruh besar kepada keselamatan lingkungan,
2. Zona Terumbu Karang, merupakan zona lindung bagian daeerah perairan pantai yang
dianggap penting atas keberlanjutan sumber daya kelauatan yang ada.
3-14
201
4
3. Zona atas atau bagian hulu setiap jalur sungai yang ada masih ada keterkaitannya dengan
keutuhan kawasan sebagai kawasan dengan tutupoan lahan yang memadai untuk
melindungi kawasan hilirnya.
B. Zona/ Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya (zona budi daya), adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
C. Zona Peruntukkan Industri
Peruntukkan Industri umumnya minimal luasnya 10 Ha, posisi dan peletakan kawasan
Industri mengacu kepada ketetapan dalam RTRW Kabupaten Bangka Selatan, yaitu zona
Budidaya bagian Utara antara Tukak dan Sadai dengan luas sekitar 3.086 Ha, yang
diharapkan memiliki orientasi massa bangunan ke pantai hal ini disesuaikan dengan
karakteristik permukiman perdesaan maupun perkotaan di wilayah Kabupaten Bangka
selatan yang sebagian besar sebagai daerah pesisi pantai, dimana orientasi massa
bangunannya adalah pantai dan laut.
D. Zona Peruntukkan Minapolitan
Sesuai isu pentingnya yang diprogramkan di wilayah Kecamatan Tukak Sadai, adalah
dimana BWP/IKK Tukak Sadai di Desa Tiram ditargetkan sebagai salah satu pusat utama
untuk mencapai terwujudnya Minapolitan dan Desa Sadai yang diharapkan bias mendorong
intensitas kegiatan pelabuhan untuk perluasan pasar sekaligus untuk jadi pintu utama (Inlet
dan outlet) bagi pergerakan yang memiliki keterkaitannya dengan pemasaran hasil
sumberdaya kelauatan, yaitu salah satunya perikanan.
Tiram Sadai sebagai poros utama dalam tatanan ruas jalan stratergis nasional guna
memicu kearah pergerakan dan produktivitas menuju Minapolitan dan KIS.
Peta 3.2 Struktur Ruang Kecamatan Tukak Sadai
3-15
201
4
3-16
201
4
Tiram dan Tukak juga kelak dikemudian hari akan tumbuh dan berkembang sampai kepada
laju pertumbuhan penduduk mencapai 10.000 15.000 jiwa yang dapat dikatan sebagai
kawasan dengan intesitas kegiatan perkotaan kota kecil.
Penataan ruang dilakukan sedini mungkin sebelum terjadinya laju pertambahan penduduk
mencapai status kota kecil atau kota sedang pada pasca perencanaan dalam RTRW
maupun RDTR.
E. Zona Peruntukkan Perumahan
Besaran luas peruntukkan perumahan diasumsikan berdasarkan jumlah penduduk dan
jumlah Kepala Keluarga (KK). Diperkirakan kebutuhan perumahan sampai tahun 2034
mendatang mencapai 61,66 Ha untuk menampung 4.004 KK dari jumlah penduduk kurang
lebih 20.018 jiwa.
Jumlah penduduk yang menempati kawasan perkotaan di IKK/BWP Tukak Sadai kurang
lebih 3.497 jiwa dan bila desa Tukak menjadi daerah kesatuan dalam BWP maka jumlah
penduduk yang menempati BWP tersebut kurang lebih 5.475 jiwa dan jumalh KK kurang
lebih 1.096 KK dan kebutuhan lahan permukimannya mencapai kurang lebih 1.096 Ha.
Dari ukuran jumlah penduduk yang diproyeksikan sampai 20 tahun yang akan datang
tersebut, IKK Tukak Sadai masih dikatagorikan Kota Kecil bahkan belum mencapai status
kota. Karena standar ukuran kota berdasarkan ketentuan yang ada yaitu perundangundangan Nomor 26 tahun 2007, menegaskan bahwa ukuran kota kecil adalah 10.000
15.000 jiwa.
Namun dengan demikian, BWP atau IKK Tukak Sadai ini dilihat dari keberadaan kondisi fisik
dan dampak pemicu untuk tumbuh dan berkembangnya karena memiliki potensi strategis
berada pada jalur jalan kolektor primer dan jalur ruas jalan menuju pergantian moda
angkutan/pergerakan ke pelabuhan Sadai, perlu diantisipasi terhadap kemungkinan
besarnya akan berkembang ke arah bentuk status kota kecil dan sedang.
Sampai tahun akhir perencanaan 2034 mendatang kebutuhan lahan peruntukkan
permukiman tersebut, sebagaian besar mengoptimalkan peruntukkan lahan permukiman
yang ada, yaitu pengisian dan pemadatan pada ruang-ruang permukiman yang sampai
3-17
201
4
sekarang linier jalan dengan tingkat kepadatan yang rendah dibandingkan dengan tingkat
kepadatan di desa atau kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Proses alamiah perkembangan dan laju pertambahan luas ruang/lahan permukiman ini tetap
terjadi pada proses pemadatan di ruang-ruang yang telah
201
4
Secara umum dan logis yang mendasar peletakan perkantoran serta pemerintahan ini tidak
jauh dengan peletakan dan posisi dimana harus meletakkan ruang untuk perdagangan dan
jasa tersebut.
Pada ukuran kota kecil dan kota sedang, umumnya peletakkan ruang kawasa bagi kegiatan
perkantoran dan pemerintahan selalu seiring peletakkannya dengan perdagangan dan jasa
tersebut.
Kegiatan perdagangan dan jasa maupun perkantoran dan pemerintahan pada dasarnya
adalah kegiatan social budaya dan ekonomi, aspek budaya kebiasaan (habitable). Adalah
dasar pertimbangan perencanaan untuk penempatan ruang kegiatan tersebut, dari sifatnyta
habitable tersebut sudah dipastikan ada unsur kearifan local setempat, oleh karena itulah
jadi dasar pertimbangan yang pokok dalam perencanaannya.
3.3 KONSEP PENATAAN RUANG PUSAT KAWASAN KEGIATAN KECAMATAN TUKAK SADAI
3.3.1
201
4
yang memusat, atau aglopmerasi kegiatan semakin mendapatkan intensitasnya tinggi akan
terwujud ruang baik ke wujud radial dan grid hingga pada tingkat kuantitas dan atau laju
pertambahan penduduk dengan kegiatannya yang membesar maka invasi ruang merambah
semakin melebar ke fungsi lahan lainnya yang tidak jauh dengan pusat kegiatan tersebut.
Intensitas kegiatan juga akan mempengaruhi kepada intensitaqs penggunaan lahan, dan dalam
pengaturannya perlu dilakukan agar kecenderungan pola ruang ke arah bentuk grid maupun
radial lebih teratur.
3.3.2
3-20
201
4
3-21
3.3.3
201
4
3.3.4
3-22
201
4
Sebagai bagiandari pusat utama kota mina, maka fungsi dan peranan kawasan yang akan
dekedepankannya adalah sebagai kawasan pengolahan, pengump[ulan dan pemasaran untuk
sumberdaya kelautan, terutama kan baik iakan tangkap maupun budidaya ikan.
Satu tujuan tetapi dapat sekaligus satu tindakan kegiatan dapat terlayani untuk potensi dan isu
program pembangunan tersebut. Tindak dan kegiatan tersebut adalah Tukak Sadai jadi
Kawasan Industri dan Pelabuhan Sadai, baik industry yang mengkedepankqan potensi
sumberdaya kelautan yang mendominasi, tetapi juga sumberdaya sector pertanian dan
perkebunan dapat diwujudkan dalan KIS tersebut. Oleh karena itulah Tiram dan Sadai jadi satu
kesatuan kawasan karena poros jalur jalan penghubung yang sudah terbentuk. Tiram Tukak
juga dikemudian hari akan menjadi satu kesatuan karena kedekatan pencapaiannya oleh jalan
utama kolek sekunder dan dapat efekti pengembangannya karena dari jaringan jalan internal
BWP ini memdahkan pengembangan jaringan jalan perkotaan.
3-23