widya buana
Penyusunan Rancangan Peraturan & Sosialisasi
prasetya
Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol
5.1 Pendahuluan
Sebagai daerah pendamping, Kabupaten Bekasi memiliki interaksi yang kuat dengan DKI
Jakarta. Ini ditunjukkan oleh pesatnya perkembangan kota yang terjadi di Kabupaten Bekasi.
DKI Jakarta sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis skala internasional dan regional
tidak dapat lagi menampung dinamika perkembangan penduduk dan kegiatan sosial
ekonominya. Demikian pula dengan pengakomodasian arus investasi terutama di sektor
industri manufaktur, sehingga terjadi limpahan (spill over) ke kawasan Bodetabek yang
menyebabkan terjadinya migrasi pekerja dan juga penduduk ditambah dengan adanya issue
nasional seperti rencana tol elevated, water way, kereta api cepat dan perencanaan APM
(transportasi antar kawasan di Kabupaten Bekasi).
Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Bekasi telah menyusun
Penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol di Kabupaten Bekasi, yang pada
saat ini masih berupa dokumen perencanaan. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, untuk
mencapai hasil yang optimal dan mengena pada semua pihak baik investor, masyarakat,
maupun instansi pemerintah Kabupaten Bekasi itu sendiri, maka perlu adanya upaya
penyusunan Penyusunan Rencana Peraturan dan Sosialisasi Pemanfaatan Ruang Sekitar
Jalan Tol di Kabupaten Bekasi dan menetapkannya dalam bentuk Peraturan.
Ini jelas menunjukkan adanya sebuah gejala kurangnya partisipasi masyarakat terhadap
agendapembangunan. Kasus ini misalnya muncul dalam beberapa peristiwa penolakan
masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan yang akan dilakukan pemerintah.
Salah satu indikasi yang mungkin timbul bisa jadi karena berangkat dari adanya
ketidakberdayaan masyarakat untuk menghadapi masalah internal mereka.
Dari sana tumbuh gejala-gejala kekecewaan yang akhirnya bisa saja terakumulasi pada
pemerintah, termasuk ketika pemerintah justru bermaksud memperbaiki masyarakat lewat
agenda pembangunan yang dilakukan. Di samping hal tersebut, bisa jadi pemerintah yang
memang kurang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Meskipun kritik-
kritik di atas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan masyarakat tanpa mencari
faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak dapat dipecahkan. Yang lebih
penting adalah mencari solusi yang sifatnya komprehensif dan sistematis, sehingga setiap
masalah yang ada bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas.
Berkaitan dengan hal tersebut, dan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional, Undang-Undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang
dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta
yang dapat memberikan pelindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. Kaidah penataan ruang ini
harus dapat diterapkan dan diwujudkan dalam setiap proses perencanaan tata ruang
wilayah.
Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun, untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan kebijakan
otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang menuntut
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas
ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem
keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan nasional
tentang penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.
Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun
pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan
dengan rencana tata ruang.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan
wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup
hingga penetapan blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut
dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar
penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi
rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perizinan pemanfaatan
ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan
ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap
pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan
ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi
adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh
masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat
berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian
kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.
Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara
lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.
Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam Undang-Undang ini
pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan
ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah
yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
Bekasi. Selain form kuesioner dan form wawancara, berikut merupakan hal lain yang akan
dipersiapkan oleh PT. Widya Buana Prasetya.
6. Peta Udara (Aerial Mapping), Foto Udara (Aerial Photography), dan Video Udara
(Aerial Videography)
Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping) dilakukan menggunakan teknik foto udara
atau fotogrametri menggunakan wahana Pesawat Udara Tanpa Awak/ UAV
(Unmenned Aerial Vehicle) atau Drone. Pekerjaan ini menghasilkan Peta Orthophoto
Mosaic dan Peta Garis/Peta Topografi yang detail dengan skala antara 1:500 s.d.
1:1.000. dalam hal ini PT. Widya Buana Prasetya telah memiliki Drone dan tenaga
olah data drone yang professional.
Pengadaan Foto Udara (Aerial Photography) dan Video Udara (Aerial Videography)
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan animasi bergerak 3 (tiga) dimensi dan visualisasi
3 (tiga) dimensi.
Dalam pengumpulan data masyarakat akan diajak untuk mengikuti FGD, dimana tahap
pertama konsultan akan memberikan materi mengenai permukiman dan permasalahannya.
Kemudian forum akan diserahkan ke masyarakat yang mengkuti sosialisasi. Masing masing
masyarakat akan diberi kertas kemudian menuliskan potensi dan masalah yang ada di
masing masing daerah.
Data adalah suatu fakta-fakta tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam
menarik suatu keputusan, Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan penyusunan
Rancangan Peraturan Dan Sosialisasi Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol Di Kabupaten
Bekasi ini dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pembangunan maupun hasil
survey yang dapat langsung dipergunakan sebagai sumber dalam studi. Pengamatan
langsung dilapangan mencakup:
1. Potensi kawasan
2. Masalah kawasan
3. Potensi ekonomi/ sosial/ budaya masyarakatnya
Untuk lebih jelasnya mengenai data yang dibutuhkan dalam pekerjaan penyusunan
Rancangan Peraturan Dan Sosialisasi Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol di Kabupaten
Bekasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
lebih luas pada pihak luar sebagai wujud pengembangan ekonomi lokal
kawasan.
Kajian mengenai sektor dan output komoditas yang dikaitkan dengan berbagai
multiplier effect pengembangan kawasan.
Kajian mengenai rumusan pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan hal-hal
yang telah disebutkan di atas.
Kajian mengenai sistem kelembagaan dan sumber-sumber pembiayaan yang
efektif untiuk mengelola lingkungan kawasan sekitar jalan tol.
Terdapat beberapa Analisa data yang digunakan dalam Rancangan Peraturan dan Sosialisasi
Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol di Kabupaten Bekasi. Analisis yang digunakan dalam
Rancangan Peraturan dan Sosialisasi Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol Di Kabupaten
Bekasi adalah :
1) Analisis Tapak (analisis kondisi fisik) output berupa rencana penggunaan lahan
Analisis merupakan suatu metode analisis yang digunakan dengan mengidentifikasi kondisi
eksisting fisik kawasan perencanaan yang meliputi kondisi lingkungan, orientasi matahari,
massa bangunan, topografi, drainase, kebisingan, dan iklim untuk merencanakan tapak serta
blockade zoning kawasan
2) Analisis Daya Dukung Fisik dan Lingkungan
Analisis daya dukung berkaitan erat dengan konsep pembangunan berkelanjutan yaitu
pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Analisis Konstelasi Wilayah, Analisis Arahan Pengembangan Wilayah serta
Keterpaduan Program & Sinkronisasi Pembangunan Infrastruktur
Analisis Konstelasi Wilayah menerangkan tentang bagaimana hubungan (konstelasi)
maupun peran antara kawasan lahan tapak yang direncanakan dengan wilayahnya dalam
skala makro, serta bagaimana kondisi pada kondisi eksisting (saat ini) di kawasan tersebut
secara umum. Sementara untuk analisis arahan pengembangan wilayah, Keterpaduan
Program & Sinkronisasi Pembangunan Infrastruktur meliputi analisa dari seluruh kebijakan
terkait dengan infrastruktur yang berupa studi – studi terdahulu yang telah dikerjakan.
Mereview dan mengevaluasi mengenai kebijakan – kebijakan instansi terkait.
Hakikat analisis sosial menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2007 adalah suatu
upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kawasan untuk mencapai pemanfaatan
sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sementara Analisis Kependudukan adalah analisis menggunakan data kependudukan yang
digunakan untuk memprediksi kebutuhan sarana – prasarana masa mendatang. Sehingga
hasil dari perencanaan dapat digunakan bukan hanya pada masa ini tapi hingga masa depan.
5) Analisis Elemen Perancangan Kota
Setiap Kota harus memperhatikan elemen – elemen perancangan kota yang ada sehingga
nantnya kota akan memiliki karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya
“Urban Design Process” elemen perancangan Kota terdiri atas 8 aspek yakni : Tata Guna
Lahan (Land Use), Bentuk dan Kelompok Bangunan (building and Mass Building), Ruang
Terbuka (open space), Parkir dan Sirkulasi, penandaan (signages), jalur pejalan kaki
(pedestrian ways), Pendukung Kegiatan (activity support), dan preservasi (preservation).
6) Analisis Estetika Kota
Berikut merupakan elemen yang termasuk dalam estetika kota :
Proporsi : perbandingan bentuk bangunan dengan ruang, selalu sesuai untuk manusia,
merupakan perbandingan antara panjang-lebar-tinggi massa bangunan, dan sangat
bergantung pada fungsi dan aktifitas.
Sumbu : garis yang terbentuk oleh dua buah titik dari dalam ruang dimana terdapat
bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang dapat disusun menurut cara-cara yang teratur dan
tidak teratur. Sumbu adalah sebuah garis maya untuk mencapai suatu obyek atau kawasan
dan bisa diakhiri dengan sebuah vokal point.
Simetri : distribusi bentuk-bentuk ruang-ruang yang sama dan seimbang terhadap suatu
garis bersama (sumbu)/ titik (pusat). Simetri adalah suatu media atau objek dengan bentuk
dan ukuran di kedua sisinya (kanan dan kiri) sama. Terbagi menjadi simetri bilateral
(susunan yang seimbang dari unsur-unsur atau bidang atau massa bangunan yang sama
terhadap sumbu yang sama) dan simetri radial (susunan yang terdiri dari unsur-unsur yang
sama dan seimbang terhadap dua sumbu atau lebih).
Hirarki : penonjolan salah satu objek yang memiliki hirarki lebih tinggi dibandingkan objek
lain menurut besarnya, potongan / penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk
dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi. Hirarki menunjukkan derajat kepentingan dari
bentuk dan ruang serta peran-peran fungsional, formal dan simbolis. Hirarki biasanya
ditunjukkan dengan ukuran luar biasa (ukuran yang menyimpang dari unsur-unsur lain),
wujud yang unik, dan lokasi atau penempatan strategis (agar perhatian tertuju pada unsur
tersebut).
Balance : rasa yang menyatakan bahwa ada keseimbangan dalam suatu kawasan.
Perancangan yang proporsional dapat menciptakan kesan ini misalnya dengan persebaran
bangunan atau aktivitas yang merata atau pengaturan penempatan antara bentuk-bentuk /
ruang-ruang yang serupa maupun tidak serupa sehingga dapat menimbulkan keseimbangan.
Irama : pengulangan garis, bentuk, wujud atau warna secara harmonis dan teratur,
sehingga dapat memberikan kesan terhadap bangunan atau kawasan tersebut.
Skala : proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan pengukuran dan dimensi-
dimensi. Skala memandang besarnya unsure bangunan atau ruang terhadap bentuk-bentuk
lain. Skala terdiri dari skala umum (unsur-unsur bangunan terhadap bentuk lain di dalam
lingkupnya) dan skala manusia (sebagai acuan / pedoman dalam menyeimbangkan kawasan
perancangan adalah skala manusia).
Konteks dan Kontras : Kekontrasan terjadi dengan perpaduan antara bangunan modern
dengan bangunan tradisional atau ruang hijau. Sedangkan konteks dicapai dengan dengan
penyesuaian warna dan bentuk-bentuk bangunan-banguan lama sehingga tidak
menimbulkan kekontrasan.
Organisasi Ruang : susunan ruang-ruang yang berkaitan menurut fungsi, kedekatan, atau
alur sirkulasi sehingga menjadi pola-pola bentuk dan ruang yang saling berhubungan.
Macamnya adalah terpusat (terdiri dari ruang yang dikelompokan mengelilingi suatu ruang
pusat yang besar dan dominan), linier (dibatasi oleh satu sumbu), radial (ruang yang
dikelompokkan tersusun lebih sempurna), grid/papan catur (tertata rapi, sehingga
menimbulkan kesan keteraturan karena organisasi penyusunannya berupa suatu blok-blok),
dan cluster (komposisi gabungan antara organisasi ruang yang satu dengan lainnya).
Analisis intensitas ruang meliputi penentuan KDB (Koefisien dasar Bangunan) analisis KLB
(Koefisien Lantai Bangunan), Analisis Ketinggian Bangunan, analisis KDH (Koefisien Dasar
Hijau). Secara umum GSB adalah garis imaginer yang menentukan jarak terluar bangunan
terhadap pinggir ruas jalan. BCR/KDB adalah perbandingan antara luas lantai dasar
bangunan dengan luas tanah. FAR / KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan
dengan luas tanah.
8) Analisis SWOT
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik dibahas
dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis
dengan baik hubungan dari setiap aspek.
Gambar 5.3
Skema Metode Analisis SWOT
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya
dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisis SWOT
Analisis Sosial dan Kependudukan
Gambar 5.4
Skema Metode Analisis Rancangan Peraturan dan Sosialisasi Pemanfaatan Ruang Sekitar Jalan Tol
di Kabupaten Bekasi
Gambar 5.5
Prinsip dalam Perencanaan Partisipatif
Disamping prinsip – prinsip tersebut, kami juga menyiapkan tahapan – tahapan yang
digunakan dalam analisis pengembangan masyarakat. Tahapan yang kami lakukan
diantaranya :
Tahapan Perencanaan Partisipatif
a. Persiapan: pengenalan program yang akan dilakukan kepada masyarakat terkait,
pembentukan kelompok, pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak
terkait, dan penyusunan strategi pengumpulan informasi.
b. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan: penyusunan tujuan, kebutuhan, dan
kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders),
penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya
pengembangan kawasan.
c. Analisis perilaku lingkungan: terutama mengenai interaksi kawasan perkotaan yang
sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.
d. Rencana pengembangan: pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan
prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumber daya, dan visi pengembangan
kawasan.
e. Strategi pengembangan dan publikasi: perencanaan tahapan, monitoring dan
evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas,
penyebaran informasi dan publikasi program.
f. Penerapan rencana: publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan
dan kaji ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh masyarakat.
Identifikasi Aspirasi
Analisis Perilaku
Persiapan dan analisis
dan sosial Budaya
permasalahan
Strategi Rencana
Penerapan Rencana
Pengembangan Pengembangan
Penjelasan klasifikasi
" |" = Pemanfaatan diizinkan Karena sifatnya sesuai dengan peruntukan tanah
yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau
pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten terhadap
pemanfaatan tersebut.
“ T " = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas Pembatasan dilakukan melalui
penentuan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian,
atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di wilayah kabupaten/ yang
bersangkutan.
" B " = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat Izin ini
sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di
sekitarnya (menginternalisasi dampak); dapat berupa AMDAL, RKL dan RPL.
“X" = Pemanfaatan yang tidak diijinkan Karena sifatnya tidak sesuai dengan
peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang
cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.