Anda di halaman 1dari 160

BAB 3

Deskripsi Potensi Pemanfaatan

3.1

Sumberdaya Wp-3-K

Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau Pulau

Kecil
Selain potensi sumber daya hayati, kabupaten Minahasa Utara juga
memiliki sumber daya potensial dalam bentuk non hayati seperti pasir,
mineral, garam, dan pertambangan. Kawasan pertambangan yang
berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang
secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau
area

kontrak

karya

pertambangan/kuasa

pertambangan/izin

pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan


kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada di luar kawasan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-1

lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan


Likupang

Timur,

Kecamatan

Likupang

Selatan,

Kecamatan

Wori,

KecamatanKema, Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan.Untuk


pasir terdapat di beberapa kepulauan terutama yang berada di wilayah
utara namun pemanfaatannya harus dengan aturan yang ketat.Di
kepulauan sekitar Bangka bagian timur terdapat kondisi salinitas dengan
kepekatan yang hampir mencapai 40 psu. Hal ini menjadikan wilayah
perairan ini lebih tinggi kadar garamnya daripada di wilayah lainnya. Hal
ini dapat terjadi akibat konstelasi topografi dasar laut dan adanya
kepulauan dimana arus laut dalam naik keatas akibat perbedaan
kedangkalan dan kemudian berputar akibat gaya

sekunder yang

diakibatkan oleh ketiga kepulauan tersebut. Untuk produksi garam,


wilayah ini sangat baik untuk dikaji kandungan garamnya dan juga
bagaimana proses pengolahannya.
3.1.1 Terestrial
Terestrial (terrestrial) merupakan hal yang terkait dengan tanah
atau permukaan tanah (terra, tanah). Terestrial yang dibahas dalam
laporan ini adalah mengenai jenis tanah, kelerengan, dan topografi di
Wilayah Pesisir dan pulau pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara.
3.1.1.1

Jenis Tanah

Secara umum, Terdapat 4 Jenis tanah di Wilayah Pesisir dan Pulau


Pulau Kecil di Kabupaten Minahasa Utara antara lain adalah :
1.

Tanah Aluvium (fan Deposit), Colluvi,

2.

Alluvium, Recent esturine-marin

3.

Alluvium, Recent Riverine

4.

Andesit, Basalt

3.1.1.2 Kemiringan Lereng


Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah, 1986 kelas lereng dibagi menjadi 5 kelas yaitu kelas I
dengan klasifikasi datar, kelas II dengan klasifikasi landai, kelas III

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-2

dengan klasifikasi agak curam, kelas IV dengan klasifikasi curam, dan


kelas V dengan klasifikasi sangat curam. Untuk lebih jelasnya berikut
merupakan tabel kelas lereng :

Kelas
I
II
III
IV
V

Tabel III.1
Kategori Kelas Lereng
Kemiringan (%)
Klasifikasi
08
Datar
> 8 15
Landai
>15 25
Agak Curam
> 25 45
Curam
> 45
Sangat
Curam

Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan, 1986

Kategori kelas lereng di WP-3-K Minahasa Utara bervariasi, antara


1% hingga > 40%. hal tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten
Minahasa Utara memiliki klasifikasi kelerangan yang beragam, dari datar
hingga curam.
3.1.1.3 Topograf
Topografi menunjukkan bentuk muka bumi suatu wilayah. Topografi
sering dikaitkan dengan relief suatu wilayah. Relief menggambarkan
perbedaan tinggi rendah kenampakan permukaan bumi.

Misalnya

dataran, perbukitan, dan pegunungan. Topografi suatu wilayah dapat


berbentuk dataran rendah, dataran tinggi, bukit, gunung, igir, dan
lembah. Sebagian besar wilayah di Minahasa Utara memiliki kelas
topografi 100-500 dpl. Namun, secara keseluruhan topografi di Provinsi
Minahasa Utara bervariasi yakni antara 0 - > 1000 meter di atas
permukaan laut (mdpl).

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-3

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.2 Bathimetri

Batimetri adalah merupakan kedalaman di bawah air dan dapat


dibuatkandengan tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta
batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garisgaris kontur (contour lines) yang disebut kontur kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.Awalnya, batimetri mengacu kepada
pengukuran

kedalaman

samudra.

Teknik-teknik

awal

batimetri

menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi
kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu
pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik
tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus.
batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan pelabuhan untuk
memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal
besar untuk bersandar.
Awalnya,

batimetri

kedalaman samudra.

mengacu
Teknik-teknik

kepada

pengukuran

awal

batimetri

menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi
kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu
pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik
tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus.
batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan pelabuhan untuk
memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal
besar untuk bersandar.
Dalam penyusunan rencana zonasi profil dasar laut sangat diperlukan
untuk :
1. Mengetahui karakteristik dasar perairan. Karakteristik ini diartikan
sebagai dimana slope, trench, shelf, continental, dan basin.
2. Berdasarkan kondisi morfologi dasar laut, sebagai indikator kondisi
kolom air seperti arus dan gelombang internal.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-7

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Batimetri diperlukan untuk studi morfologi dasar laut, lingkungan,


pengelolaan

sumberdaya

pesisir

dan

pemodelan

oseanografi.Pengetahuan tentang struktur detail dasar perairan dapat


membantu pengenalan adanya gusung karang, beting karang, gobah dan
struktur lainnya. Pemetaan variabilitas struktur tersebut pada skala detail
akan memudahkan upaya karakterisasi habitat, baik untuk terumbu
karang maupun untuk berbagai spesies kehidupan yang hidup di
terumbu. Informasi batimetri tidak saja diperlukan untuk pengelolaan
pulau-pulau terpencil, tetapi juga pada pemetaan kondisi habitat karang
dan

pendugaan

potensi

pemutihan

karang.Pengetahuan

tentang

kedalaman air memungkinkan estimasi albedo dasar, yang dapat


meningkatkan kualitas pemetaan habitat.
Kedalaman di perairan Kabupaten Minahasa Utara umumnya
bervariasi tergantung pada basin dan pembentukannya. Namun di
perairan Kabupaten Minahasa Utara semakin ke lepas pantai kedalaman
perairan semakin dalam dan penurunannya terjadi secara bertahap
konstan. Kontur kedalaman di pulau-pulau yang ada di Kabupaten
Minahasa Utara berada pada kisaran 40 meter. Batimetri ini juga
berfungsi sebagai alur masuk kapal dan nelayan. Berdasarkan batimetri,
kedalaman maksimum perairannya 60 m dan merupakan bagian dari
Paparan Sunda, serta terdapat beberapa pulau kecil Talise, Bangka,
Mantehage.
Karakteristik massa airnya lebih banyak dipengaruhi oleh massa air
LCS dan massa air dari perairan Indonesia. Menurut Suyarso (1997),
topografi dasar perairan LCSI berupa dataran, kanal dan bentuk-bentuk
topografi karang (reef). Masrikat (2002) di bagian selatan LCS (01 o30 LS
2o30 BT), kedalaman perairannya berkisar dari 13,0 m hingga 72,8 m.
Peta

Batimeri

perikanan

dibutuhkan

budidaya

laut

dalammenentukan
yang

akan

lokasi

potensi

untuk

pada

suatu

dikembangkan

daerahsebagai parameter pembatas dalam menentukan lokasi potensi

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-8

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

budidaya. Kriteria umum lokasi perairan yang dapat digunakan untuk


budidaya laut adalah 7-30 meter (keramba jaring apung) dan 1-4 meter.

Sumber : BPPT, 2014

Gambar 3.4
Batimetri Minahasa Utara

Kedalaman perairan merupakan salah satu faktor yang sangat


penting diketahui dalam berbagai kepentingan pembangunan di wilayah
pesisir dan laut. Penyusunan action plan di perairan Kabupaten Minahasa
Utara harus mengacu pada kedalaman perairan yang cukup bervariasi.
Berdasarkan pengukuran lapangan yang dilakukan pada umumnya
perairan dalam Kabupaten Minahasa Utara kedalamannya berkisar 40
68 meter, sedangkan pada daerah dangkal 0 40 meter.
Berdasarkan batimetrinya, bahwa kepulauan yang ada disekitar
Minahasa Utara awalnya merupakan bagian dari pulau Sulawesi. Hal ini
terbukti dari keadaan dasar laut yang mempunyai kemiripan dengan
kondisi pesisir Manado. Dalam tujuannya dengan perencanaan zonasi,
kedalaman di perairan Minahasa Utara memang sangat baik untuk
perikanan tangkap terutama ikan pelagis kecil dan ikan demersal, dan
juga kondisi tersebut juga sangat cocok untuk budidaya (wilayah dengan
kedalaman
tidak
Sumber
: BPPT, 2014

lebih dari 50 meter).

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-9

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.3 Geologi Dan Substrat Laut

Pengertian geologi menurut Holmes yaitu : Geologi merupakan


ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara
meneyluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga
sekarang, yang dapat dikenali dalam batuan. Sedangkan menurut Bates
dan Jackson Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi terutama
mengenai materi penyusunannya, proses yang terjadi padanya, hasil
proses tersebut, sejarah planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak
bumi terbentuk. Berdasarkan pengertian geoligi tersebut maka dapat
diketahui bahwa ruang lingkup pembahasan tentang geologi sangat luas.
Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi
mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti
itu,

untuk

memahami sejarah dan dinamika

bentang alam, dan

memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan


kombinasi

pengamatan

lapangan,

percobaan

dan

modeling.

Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan


teknik kebumian.
Masalah erosi tanah yang merupakan salah satu persoalan lingkungan,
perlu menjadi perhatian untuk penanggulangannya. Terdapat sekitar
65.000 ha wilayah di luar kawasan hutan yang mengalami erosi ringan
(lebih kecil 14 mm/tahun). Selain itu, terdapat sekitar 8.000 ha yang
mengalami erosi sedang (antara 14 s/d 60 mm/tahun). Di lokasi Gunung
Klabat, Gunung Saoan dan Gunung Wiau, juga terdapat sekitar 16.000 ha
yang mengalami erosi berat (lebih besar dari 60 mm/tahun) di lokasi
Gunung Saoan, Gunung Wiau, Gunung Lembean Utara, dan di Pulau
Bangka.
Untuk perairan, substrat dasar laut pada umumnya terdiri dari 3
jenis yakni substrat pasir, berkarang, dan lumpur. Umumnya ketiga jenis
ini juga bergabung pada pola pasir berkarang atau pasir berlumpur.
Dominansi di wilayah Minahasa adalah pasir berkarang dan karang

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-11

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

berpasir. Hal ini menandakan bahwa wilayah ini sebagian besar sangat
jernih pada perairan-perairan dangkal.Beberapa lokasi yang terdapat
substrat pasir berlumpur terdapat disekitar utara Minahasa dan juga
sebagian berada di wilayah zona hutan mangrove dan sekitar muara
sungai. Jenis pasir di sebagian wilayah adalah berwarna putih dan
disekitar muara berwarna coklat kehitaman.
Umumnya substrat dasar perairan terutama di wilayah perairan
wisata mempunyai jenis substrat karang berpasir dan pasir berkarang. Di
beberapa wilayah pesisir terlihat bahwa substrat dasar perairan berupa
pasir dimana hal ini mengakibatkan kejernihan air menjadi lebih baik. Di
beberapa tempat yang telah diambil substratnya, terdapat jenis substrat
yang berbeda, seperti pasir berkarang, karang berpasir, dan lumpur.
Namun, keadaan ini menjadikan wilayah dasar perairan menjadi lebih
bervariasi dan dapat ditumbuhi oleh berbagai ekosistem. Di beberapa
lokasi, Dalam analisis lanjutan, bahwa analisis ini diperlukan untuk studi
wisata

dan

pemanfaatan

umum

terutama

untuk

budidaya

dan

penangkapan ikan demersal.


Berdasarkan pedoman teknis penyusunan RZWP-3-K. Dalam analisis

geologi dan geomorfologi, hasil pemetaan merupakan substrat dasar


laut. Substrat dasar terdiri dari pasir, rumput, lumpur berpasir maupun
perairan yang berkarang. Berdasarkan data yang diperoleh substrat
dasar laut yang terdapat di wilayah perairan Provinsi Minahasa Utara
antara lain Kerikil Pasir Bioplastik (KPB), Kerikil Pasiran (KP), Pasir
Kerikilan (PK), dan Pasir Kerikilan (PSK).
Jenis substrat yang mendominasi wilayah minahasa utara yang
paling banyak adalah kerikil pasir dimana dalam rencana zonasi hal ini
diperlukan untuk penentuan kesesuaian lahan perairan untuk wisata dan
juga keramba jaring apung. Wilayah-wilayah yang mempunyai substrat
dengan kerikil dapat menjadi acuan untuk penentuan lokasi keramba
jaring apung dan lokasi yang sesuai untuk wisata pantai dan bahari.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-12

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-13

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.4 Oseanografi

Oseanografi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah


cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini
mencakup

berbagai

ekosistem, arus

topik

samudra,

seperti

organisme

gelombang,

laut

dan

dan

dinamika

dinamika

cairan

geofisika; tektonik lempengdan geologi dasar laut, dan arus berbagai zat
kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang
beragam ini menggambarkan berbagai macam disiplin ilmu yang
digabungkan para oseanograf untuk memperdalam pengetahuan akan
lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu astronomi,
biologi, kimia, klimatologi, geografi, geologi, hidrologi, meteorologi,
dan fisika. Paleoseanografi mempelajari

sejarah

lautan

dalam

artian

sejarah geologinya.
3.1.4.1 Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air

secara vertikal dan

horizontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang


sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan
gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau
perbedaan

densitas atau pergerakan gelombangpanjang. Pergerakan

arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan
tekanan air, perbedaan densitas air, gaya

Coriolis dan arus ekman,

topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling, downwelling.


Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu :
1) Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau pulau yang ada di
sekitarnya : Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh
massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di
sisi yang keempat. Batas batas ini menghasilkan sistem aliran
yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah
dalam suatu bentuk bulatan.
2) Gaya Coriollis dan arus ekman : Gaya Corriolis memengaruhi aliran
massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-15

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya


perubahan perubahan arah arusyang kompleks susunannya yang
terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.
3) Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan
densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang
dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah
tropik.
Pola arus di perairan Kabupaten Minahasa Utara dipengaruhi oleh
banyak faktor yakni untuk permukaan dipengaruhi oleh angin, kemudian
untuk kolom airnya dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik yang terlebih
dahulu melewati Philipina dan kepulauan Talaud. Pola arus besar tersebut
memiliki pengaruh terhadap pola pergerakan massa air di sekitar
Sulawesi Utara yang berhubungan langsung dengan perairan Laut
Sulawesi dan Selat Makassar. Hal ini dapat terjadi akibat gugusan pulaupulau disekitarnya berfungsi sebagai pelindung.
Selain itu, arus di sebagian pulau berbeda dengan keadaan kondisi
regional, dimana hal ini dikarenakan oleh adanya basin dan pulau yang
berfungsi sebagai gaya sekunder. Karakteristik arus di wilayah ini sangat
dipengaruhi oleh pola pasang surut permukaan air laut, selain pengaruh
arus global yang dipengaruhi oleh faktor iklim. Pola arus yang
dipengaruhi oleh pasang surut permukaan pereairan gerakannya relatif
bolak balik, yang secara umum digambarkan bahwa pada permukaan air
saat mengalami surut, maka pola arus relatif menjauhi garis pantai
sedangkan pada saat pasang arah arus relatif mendekati garis pantai.
Pada beberapa daerah dengan karakteristik khusus, seperti pada selatselat sempit, pergerakan massar air (arus) akan mengalami percepatan
pergerakan.
Pada musim barat, arus bergerak dari utara menuju ke selatan.
Namun hal ini masih didominasi oleh arus yang berasal dari Pasifik.
Kondisi ini menyebabkan perairan disekitar Minahasa Utara sangat subur
dilihat dari biodiversitas terumbu karang dan adanya hewan endemic

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-16

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

disekitar kabupaten ini. Arus tersebut tertahan oleh adanya pulau


Sulawesi dan menjadikan kaya akan unsur hara.
Untuk pengukuran selama 3 hari, dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel III.2
Pola Arus Harian pada Stasiun dekat Mantehage
Tangg
u
Kecepatan
Jam
v (cm/s)
Arah
al
(cm/s)
(cm/s)
27-Jun0:00:0
330.30
-3.6325
6.3707
7.3335
14
0
87
1:00:0
315.22
-6.8947
6.949
9.7890
0
47
2:00:0
302.04
-8.6258
5.3994
10.1763
0
49
3:00:0
284.11
-8.3549
2.1006
8.6149
0
29
4:00:0
199.29
-6.056
-2.1205
6.4165
0
76
5:00:0
250.61
-2.1795
-6.1951
6.5673
0
76
6:00:0
165.13
2.4105
-9.0809
9.3954
0
38
7:00:0
146.55
6.6204
-10.0237
12.0127
0
62
8:00:0
132.90
9.4134
-8.7476
12.8504
0
04
9:00:0
118.65
10.112
-5.5255
11.5232
0
35
10:00:
97.374
8.6003
-1.1131
8.6720
00
6
11:00:
57.257
5.3422
3.4352
6.3514
00
7
12:00:
1.2201
7.0249
9.8530
7.1301
00
13:00:
342.77
-2.7252
8.7903
9.2030
00
53
14:00:
326.23
-5.5548
8.3078
9.9938
00
23
15:00:
310.69
-6.6291
5.7016
8.7438
00
84
16:00:
285.72
-5.7312
1.6141
5.9542
00
90
17:00:
-3.1197
-2.9529
223.42
4.2956

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-17

Tangg
al

Jam
00
18:00:
00
19:00:
00
20:00:
00
21:00:
00
22:00:
00
23:00:

28-Jun14

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

00
0:00:0
0
1:00:0
0
2:00:0
0
3:00:0
0
4:00:0
0
5:00:0
0
6:00:0
0
7:00:0
0
8:00:0
0
9:00:0
0
10:00:
00
11:00:
00
12:00:
00
13:00:
00
14:00:

(cm/s)

v (cm/s)

Arah
66
175.82

Kecepatan
(cm/s)

0.5028

-6.8867

4.1323

-9.2399

6.72

-9.4647

7.4804

-7.5463

6.1402

-4.0033

3.0229

0.2438

-1.0609

4.1036

-5.0617

6.5863

-7.9719

7.0517

-9.0551

5.371

-7.9923

1.9611

-4.9489

-2.3178

-0.5625

-6.3779

4.1692

-9.177

8.1132

-9.9823

10.3056

-8.5554

10.236

-5.2146

8.0003

-0.7578

4.2558

3.7333

0.0067

7.1601

0.0536

7.1601

-3.6847

8.6794

336.99

9.4292

42
155.90
47
144.62
50
135.25
13
123.10
36
85.389
0
345.50
48
322.45
70
311.49
50
300.67
41
283.78
65
205.09
59
264.95
98
155.56
72
140.89
72
129.69
84
116.99
60
95.411
0
48.741
9

6.9050
10.1218
11.6077
10.6256
7.3300
3.0327
4.2385
8.3066
10.6432
10.5282
8.2294
5.4648
6.4027
10.0797
12.8635
13.3940
11.4877
8.0361
5.6612

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-18

Tangg
al

Jam
00
15:00:
00
16:00:
00
17:00:
00
18:00:
00
19:00:
00
20:00:
00
21:00:
00
22:00:
00
23:00:

29-Jun14

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

00
0:00:0
0
1:00:0
0
2:00:0
0
3:00:0
0
4:00:0
0
5:00:0
0
6:00:0
0
7:00:0
0
8:00:0
0
9:00:0
0
10:00:
00
11:00:

(cm/s)

v (cm/s)

-5.9562

7.9141

-6.3218

5.0494

-4.7572

0.7896

-1.708

-3.8165

1.9888

-7.6365

5.289

-9.7373

7.2163

-9.6174

7.1572

-7.331

5.0615

-3.4729

1.461

0.9712

-2.7006

4.8717

-6.3501

7.2373

-8.5667

7.465

-8.7848

5.4931

-6.898

1.819

-3.2769

-2.6237

1.2913

-6.7003

5.7547

-9.3621

9.0442

-9.9118

10.3661

-8.1818

9.4433

-4.5779

Arah
71
323.03
47
308.61
53
279.42
40
245.89
00
165.40
25
151.49
06
143.11
77
135.68
73
124.45
56
56.386
0
330.99
84
318.73
59
311.06
88
302.01
76
284.77
26
218.68
30
169.09
15
148.42
18
137.62
06
128.28
35
115.86

Kecepatan
(cm/s)
9.9050
8.0908
4.8223
4.1813
7.8912
11.0810
12.0237
10.2454
6.1384
1.7544
5.5702
9.6282
11.3629
10.3608
7.1338
4.1978
6.8236
10.9893
13.4179
13.2060
10.4944

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-19

Tangg
al

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Jam
00
12:00:
00
13:00:
00
14:00:
00
15:00:
00
16:00:
00
17:00:
00
18:00:
00
19:00:
00
20:00:
00
21:00:
00
22:00:
00
23:00:
00

(cm/s)

v (cm/s)

6.6002

0.0197

2.6511

4.4747

-1.357

7.6776

-4.4384

8.8236

-5.9014

7.6165

-5.4767

4.3459

-3.3506

-0.1814

-0.1241

-4.8421

3.3062

-8.4778

5.9528

-10.1865

7.0063

-9.5486

6.0888

-6.7325

Arah
31
89.829
0
30.645
2
349.97
66
333.29
69
322.23
08
308.43
29
183.09
89
268.53
19
158.69
50
149.69
88
143.73
06
137.87
42

Kecepatan
(cm/s)
6.6002
5.2011
7.7966
9.8770
9.6352
6.9915
3.3555
4.8437
9.0997
11.7983
11.8433
9.0774

Sumber : Observasi, 2014

Tabel III.3
Pola Arus Harian pada stasiun dekat Bangka
Tangg
u
v
Kecepatan
Jam
Arah
al
(cm/s)
(cm/s)
(cm/s)
27-Jun12.142 327.58
0:00:00
-7.7093
14.3834
14
9
93
17.955 329.52
1:00:00
20.8338
10.5662
6
48
15.904 325.62
2:00:00
19.2705
10.8806
9
38
307.35
3:00:00
-8.5579
6.533
10.7665
77
241.47
4:00:00
-4.1274
8.6442
7.5952
94
5:00:00
1.3703
176.52
22.5850
22.543

16

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-20

Tangg
al

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Jam

6:00:00

(cm/s)

(cm/s)
4
-

6.6061

34.000
6
-

7:00:00

10.2759

38.391
9
-

8:00:00

11.4439

33.829
5
-

9:00:00

9.8152

10:00:00

5.8361

11:00:00

0.5718

12:00:00

-4.5983

13:00:00

-8.3582

14:00:00

-9.7852

15:00:00

-8.5527

16:00:00

-4.9869

17:00:00
18:00:00

20.653
6
1.4061
19.769
1
38.142

48
165.01
56
161.31
03
154.58
16
103.54
62
1.6568
353.12
59
350.42

1
51.454

77
349.23

1
43.432

24
348.85

2
27.369

98
349.67

0.0129

5
6.9395
-

36
0.1065

5.1705

13.266

9.1285

28.840
9
-

20:00:00

169.00

9
49.562

4
19:00:00

Arah

10.7951

36.624
1
-

21:00:00

9.6568

35.460

22:00:00

5.947

7
-

158.70
69
162.43
68
163.57
69
164.76
64
167.32

Kecepatan
(cm/s)

34.6364

39.7433

35.7127

22.8672

6.0031
19.7774
38.4191
50.2619
52.3763
44.2663
27.8201
6.9395
14.2384

30.2511

38.1819

36.7521
27.1101

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-21

Tangg
al

Jam

(cm/s)

(cm/s)
26.449
8
-

23:00:00

0.5973

12.610
7

28-Jun14

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

0:00:00

-5.0228

1:00:00

-9.4865

1.9436

Arah

177.28
82
291.15

13.099

8
17.807

90
326.73

11.6809
-

3
14.841

67
323.28

11.0668

4:00:00

-7.7831

5.0932

99
303.20

5:00:00

-2.6022

6:00:00

3.2419

3:00:00

8.6773
22.541
9
-

7:00:00

8.3284

32.407
9
-

8:00:00

11.3928

35.082
1
-

9:00:00

11.666

29.130
8
-

10:00:00

9.1036

15.306
8

11:00:00

4.4149

12:00:00

-1.1349

13:00:00

-6.0851

14:00:00

-9.1766

15:00:00

-9.662

3.5863

(cm/s)

83

42
324.08

2:00:00

Kecepatan

04
253.30
68
171.81
60
165.58
76
162.00
90
158.17
54
149.25
83
50.912

23.369

4
357.21

5
39.521

97
351.24

8
48.298

70
349.24

3
47.640

21
348.53

12.6248

5.3857
16.1740
21.2966
18.5136
9.3015
9.0591

22.7738

33.4609

36.8856

31.3799

17.8094

5.6880
23.3970
39.9875
49.1623
48.6106

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-22

Tangg
al

Jam

(cm/s)

(cm/s)
7
37.664

54
348.79

3
20.619

32
351.28

22
80.724

16:00:00

-7.4624

17:00:00

-3.1618

18:00:00

2.1356

0.3488
-

19:00:00

7.0555

18.633
3
-

20:00:00

10.2798

32.221
7
-

21:00:00

10.8919

37.713
4
-

22:00:00

8.647

34.454
7
-

23:00:00

4.069

23.968
4

29-Jun14

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Arah

0
159.26
08
162.30
56
163.89
09
165.91
16
170.36
50
259.98

0:00:00

-1.6807

-9.518

1:00:00

-7.1281

4.7746

15.013

53
324.03

10.8936
-

4
18.525

57
326.96

12.0467
-

7
14.520

53
324.60

10.3155

5:00:00

-6.1229

4.2604

95
304.83

6:00:00

-0.4728

-9.278

2:00:00
3:00:00
4:00:00

59
303.81

07
267.08
28
166.60

7:00:00

5.2784

22.167

8:00:00

9.731

8
-

162.32

30.539

61

66

Kecepatan
(cm/s)
38.3964
20.8607
2.1639

19.9244

33.8218

39.2547

35.5232

24.3113

9.6653
8.5794
18.5492
22.0981
17.8116
7.4593
9.2900

22.7876
32.0522

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-23

Tangg
al

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Jam

9:00:00

(cm/s)

(cm/s)
3
-

11.7859

31.593
8
-

10:00:00

10.9445

24.367
8
-

11:00:00

7.4674

10.037
7

12:00:00

2.3174

8.3309

13:00:00

-3.1115

26.536

14:00:00

-7.3894

15:00:00

-9.4363

16:00:00

-8.7807

17:00:00

-5.644

18:00:00

-0.859

19:00:00

4.3332

20:00:00

8.5695

21:00:00

10.6942

10.0683

6.7701

22
155.81
33
143.35
31
15.544
9
353.31

40.289
5
46.285

70
348.47

5
43.011

69
348.46

6
31.110

18
349.71

2
13.219

73
356.28

8
-

22
146.93

6.6562
-

58
160.42

24.105
-

93

35.365

38.240
5
-

23:00:00

159.54

23
349.60

6
22:00:00

Arah

32.623
1

163.17
52
165.24
94
168.27
61

Kecepatan
(cm/s)

33.7206

26.7128

12.5107

8.6472
26.7178
40.9615
47.2376
43.8987
31.6180
13.2477
7.9424
25.5830

36.9471

39.5437

33.3182

Sumber : Observasi, 2014

Dari pola arus yang terdapat di Minahasa Utara, maka dapat


disimpulkan bahwa arus yang dominan di wilayah ini adalah arus yang

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-24

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

terjadi akibat perbedaan ketinggian muka laut di Samudra Pasifik dengan


Samudra Hindia. Artinya, arus yang mengalir berasal dari pergerakan
angin tahunan di wilayah Pasifik. Pada Musim Timur, kondisi arus
semakin cepat akibat pertambahan dari kecepatan angin.
3.1.4.2 Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan
efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat
rotasi.

Gravitasi

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi

berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil


dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena
jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Menurut

Pariwono

(1989),

fenomena

pasang

surut

diartikan

sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik
benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air
di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari,
bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang
terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric
tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide
of the solid earth).
Tipe pasang surut dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bentuk dasar
berdasarkan pada nilai Formzahl :

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-25

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

1) Pasang surut ganda (semi diurnal tides) : F 0,25


2) Pasang surut campuran : 0,25 < F 3,00
3) Pasang surut campuran dominan ganda (mixed dominant
semi diurnal) untuk 0,25 < F 0,50; dan,Pasang surut
campuran dominan tunggal (mixed dominant diurnal) untuk
0,50 < F 3,00.
4) Pasang surut diurnal : F > 3,00
Secara umum pasang surut di berbagai daerah di Indonesia dapat dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), yaitu pasang
yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang
dan juga dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan
pasang surut terjadi berurutan secara teratur.
2) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), yaitu tipe pasang
surut yang apabila dalam satu hari terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut.
3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed
Tide Prevailling Semidiurnal), yaitu pasang surut yang dalam
sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi
dan periodenya berbeda.
4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed
Tide Prevealling Diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi satu
kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang untuk
sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
Pasang surut bergantung pada kondisi wilayah dan lokasi. Di
perairan Minahasa Utara, kondisi ini sangat beragam namun rentangnya
tidak terlalu jauh. Pasang surut ini juga berkaitan dengan arus yang ada
di perairanMinahasa Utara dimana umumnya dominasi pasang surut dari
utara

ke

selatan

dan

sebaliknya.

Pasang-surut

tidak

hanya

mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluiruh massa

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-26

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di


teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air
akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempat-tempat
tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat.
Pengamatan pasang surut muka air digunakan untuk menentukan
konstanta-konstanta pasang surut yang selanjutnya digunakan untuk:

Mendapatkan

dipengaruhi pasang surut ataupun yang tidak)


Mendapatkan data yang akan dianalisis lebih lanjut untuk prediksi dan

model matematik.
Menentukan bidang referensi misalnya MSL, LLWL, HHWL, dsb.
Pencatatan data pasang surut dilakukan untuk mengoreksi pengukuran

informasi

elevasi

muka

air

di

lokasi

(baik

yang

kedalaman laut.
Data pasang surut dalam kajian ini didapatkan dari hasil peramalan
pasang surut dengan metode admiralty.
a. Pasang Surut di Perairan Kab. Minahasa Utara
Berdasarkan peramalan dan pengolahan analisa data elevasi air pada
wilayah studi, selama 15 hari yaitu pada tanggal 1 - 15 September 2014,
diperoleh hasil seperti pada gambar berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-27

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Gambar 3.7
Grafik Pasang Surut Perairan Kab. Minahasa Utara

b. Pengolahan

Konstanta

Pasang

Surut

dengan

Metode

Admiralty
Dari data yang diperoleh melalui pengaatan pasang surut selama 15
hari, dianalisis dengan metode Admiralty sehingga diperoleh nilai
konstanta harmonik yang telah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel III.4
Konstanta harmonik, nilai formzahl, hasil pengolahan data pasang surut
dengan Metode Admiralty
Konstanta
A (cm)
g (o)
S0
120
0
M2
56
202
S2
35
158
N2
9
215
K1
16
98
O1
16
139
M4
MS4
K2
10
163
P1
6
92
F (Formzahl)
0,35
Tipe
Pasang surut harian ganda
LLWL
-19 cm

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-28

Konstanta
HHWL
MSL

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

A (cm)

(o)

259 cm
120 cm

Sumber :Analisis Tim RZWP-3-K Kab. Minahasa Utara, 2014

Berdasarkan hasil pengolahan data pasang surut dengan metode


Admiralty diperoleh gambaran bahwa nilai muka laut rerata (MSL) adalah
120 centimeter, muka laut terendah (LLWL) adalah - 19 centimeter dan
nilai muka laut tertinggi

(HHWL) adalah 259 centimeter. Dari nilai

bilangan Formzahl (Nilai F = 0,35) maka dapat disimpulkan bahwa jenis


pasang surut di wilayah kajian adalah tipe pasang surut

campuran

harian ganda, dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut yang hamper sama tingginya.
Januar
i

Februar
i

Maret

April

Mei

Juni

Agustus

Juli

September

Oktober

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-29

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Novembe
r

Desember

Sumber BPPT, 2014

Gambar 3.8
Pola Pasang Surut di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2014

3.1.4.3

Angin dan Gelombang

Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan


energinya

ke

air.

Kecepatan

angin

menimbulkan

tegangan

pada

permukaan laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan


terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas permukaan air.
Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin
besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk
gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin
besar gelombang yang terbentuk.
Angin pada Musim Timur di wilayah Minahasa Utara dipengaruhi
oleh kondisi regional yang berasal dari perbedaan tekanan antara
Australia dan Asia. Pada MT angin bergerak dari Australia menuju Asia
dikarenakan tekanan yang lebih tinggi di wilayah Australia. Selain itu,
terjadi juga tradewinds yang berasal dari pasifik yang berlangsung
secara tahunan dan rutin. Pada saat Musim Barat (MB) angin bergerak
dari benua Asia menuju Australia melewati Sulawesi dan bergabung
dengan angin-angin lokal. Kecepatan angin berkisar antara 1-6 m/s
dimana kondisi ini merupakan kondisi rerata per musim.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-30

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Distribusi kecepatan angin di atas permukaan laut terbagi dalam


tiga daerah sesuai dengan elevasi di atas permukaan. Di daerah
geostropik yang berada di atas 1000 m kecepatan angin adalah konstan.
Di bawah elevasi tersebut terdapat dua daerah yaitu daerah Ekman yang
berada pada elevasi 100 sampai 1000 m dan daerah di mana tegangan
konstan yang berada pada elevasi 10 sampai 100 m. Di kedua daerah
tersebut kecepatan dan arah angin berubah sesuai dengan elevasi,
karena

adanya

gesekan

dengan

permukaan

laut

dan

perbedaan

temperatur antara air dan udara.


Propagasi angin utara dari bulan Oktober sampai Maret mendorong
air laut hangat dari Samudera Pasifik bergerak ke Samudera Hindia, yang
menyebabkan terjadinya curah hujan yang tinggi di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Sebaliknya pada musim angin timuran dari bulan Mei
sampai September, angin timuran menekan balik air laut dengan suhu
rendah dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melalui Laut Jawa,
Selat Karimata dan Laut Cina Selatan, yang ditandai dengan menurunnya
curah hujan di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera bagian selatan.
Sementara itu daerah Kepulauan Riau, Sumatera bagian barat masih
berpeluang terjadi hujan karena masih tingginya suhu permukaan laut
(SPL) di sekitar perairan daerah-daerah tersebut.
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Diantaranya adalah:
1) Gelombang angin yang diakibatkan oleh tiupan angin di permukaan
laut.
2) Gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda benda
langit terutama matahari dan bulan,
3) Gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang
bergerak, dan sebagainya.
Gelombang dapat menimbulkan energi yang dapat mempengaruhi
profil pantai. Selain itu gelombang juga menimbulkan arus dan transpor

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-31

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

sedimen dalam arah tegak lurus maupun sepanjang pantai, serta


menyebabkan gaya gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Terdapat
beberapa teori gelombang dengan beberapa derajad kekompleksan dan
ketelitian untuk menggambarkan kondisi gelombang di alam diantaranya
adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal dan Tunggal. Teori
Gelombang Airy merupakan teori gelombang amplitudo kecil, sedangkan
teori gelombang yang lain adalah gelombang amplitudo terbatas (fnite
amplitude waves ).
Gerakan gelombang yang cukup tinggi memberikan indikasi
ketidak-terlindungan lokasi untuk kegiatan wisata bahari, aktivitas
penangkapan dan budidaya laut. Efek ini akan lebih terasa pada kegiatan
budidaya yang dilakukan di permukaan seperti kegiatan budidaya ikan
dan udang dengan menggunakan KJA. Sehingga daerah-daerah yang
relatif tenang dapat diperuntukkan bagi pemanfaatan pembudidayaan
perikanan yang membutuhkan kondisi gelombang yang relatif kecil.
Untuk perairan Minahasa Utara, adanya pulau-pulau kecil di sekitar
perairannya yang cenderung memiliki sifat fisik yang cocok untuk
budidaya membuka kemungkinan di sekitar pulau-pulau tersebut dapat
digunakan sebagai daerah wisata maupun budidaya, karena keberadaan
pulau kecil tersebut selain dapat diperuntukkan sebagai zona konservasi
ataupun wisata keberadaannya juga dapat meredam arus, angin maupun
gelombang yang cukup besar.
Untuk pola gelombang dapat dilihat bahwa Gelombang yang
tertinggi di dapatkan diwilayah timur dan barat laut yang merupakan
perairan dengan fetch yang lebih luas dan jauh jika dibandingkan dengan
perairan yang berada di sebelah utara yang terdapat kepulauan. Tujuan
dilakukannya pemodelan gelombang adalah untuk mengetahui tinggi dan
penjalaran gelombang di daerah perairan yang menjadi domain model.
Daerah yang menjadi tinjauan studi adalah perairan di sekitar wilayah
Kabupaten Minahasa Utara. Analisis model skala detil difokuskan
terhadap wilayah perairan yang menjadi daerah studi.Kondisi bathimetri

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-32

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

yang digunakan adalah pada saat kondisi mean sea level dengan tinggi
gelombang pembangkit adalah bervariasi dan arah gelombang sesuai
dengan daerah fetch berdasarkan arah angin dominan pada Musim
Barat, Musim Timur , Musim Peralihan. Grid pemodelan gelombang
disajikan pada gambar berikut ini.

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.9
Grid pemodelan gelombang pada wilayah kajian

Berdasarkan

hasil

pemodelan

gelombang

di

perairan

Kabupaten

Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Barat dengan arah datang
gelombang dari arah Barat dapat di diperoleh hasil sebagai berikut.
Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 1,65 meter. Pada saat
mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses
refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman atau semakin
dangkalnya perairan.
Pada daerah kajian yang berupa daratan yang menjorok ke laut,
gelombang mengalami pemusatan gelombang (konvergen). Apabila
gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan dalam hal ini
berupa pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di sekitar
ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-33

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang. Dalam difraksi


gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus
penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Apabila tidak
terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang rintangan akan
tenang. Akan tetapi karena adanya proses difraksi maka daerah
tersebut terpengaruh oleh gelombang datang. Transfer energi ke
daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah
tersebut, meskipun tidak sebesar daerah di luar terlindung. Biasanya
tinggi gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju
daerah terlindung.
Pada saat Musim Barat wilayah yang berada di bagian barat akan
mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah
yang berada di bagian timur akan mengalami kejadian gelombang
yang kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang. Secara
lengkap hasil pemodelan gelombang pada musim barat disajikan
pada gambar berikut ini.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-34

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.10
Pemodelan Gelombang Pada Musim Barat Di Perairan Kab. Minahasa Utara

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-35

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.11
Pemodelan Gelombang Pada Musim Timur Di Perairan Kab. Minahasa
Utara

Berdasarkan hasil pemodelan gelombang di perairan Kabupaten


Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Peralihan dengan arah
datang gelombang dari arah Barat tidak jauh berbeda dengan hasil
pemodelan gelombang pada musim Barat. Hasil pemodelan pada musim
peralihan tersaji pada penjelasan berikut ini.
Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 1,43 meter. Pada saat
mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses
refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman.
Pada daerah kajian di sisi luar pulau yang menghadap ke arah datang
gelombang akan mengalami pemusatan gelombang (konvergen)
sehingga tinggi gelombang akan lebih besar, sebaliknya pada daerah
yang berada di sisi dalam pulau (terlindung pulau) maka gelombang
yang terjadi cenderung lebih kecil.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-36

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Pada saat Musim Barat wilayah yang berada di bagian barat akan
mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah
yang berada di bagian timur akan mengalami kejadian gelombang
yang kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang.Hal ini
seperti yang terjadi pada kondisi gelombang musim Barat.
Berdasarkan

hasil

pemodelan

gelombang

di

perairan

Kabupaten

Minahasa Utara kondisi eksisting pada musim Timur dengan arah datang
gelombang dari arah Tenggara dapat di diperoleh hasil sebagai berikut.
Bahwa tinggi gelombang di laut dalam yaitu 3,3m. Pada saat
mencapai daerah perairan dangkal gelombang mengalami proses
refraksi dan shoaling akibat berubahnya kedalaman.
Pada daerah kajian di sisi luar pulau yang menghadap ke arah datang
gelombang akan mengalami pemusatan gelombang (konvergen)
sehingga tinggi gelombang akan lebih besar, sebaliknya pada daerah
yang berada di sisi dalam pulau (terlindung pulau) maka gelombang
yang terjadi cenderung lebih kecil.
Pada saat Musim Timur wilayah yang berada di bagian timur akan
mengalami kejadian gelombang yang besar, Sedangkan pada wilayah
yang berada di bagian barat akan mengalami kejadian gelombang yang
kecil sehingga perairannya cenderung lebih tenang.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-37

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.12
Pemodelan Gelombang Musim Peralihan di Perairan Minahasa Utara

Kondisi

angin

untuk

kawasan

pesisir

Kab.

Minahasa

Utara

menggunakan data pencatatan angin Badan Meteorologi Klimatologi dan


Geofisika (BMKG Manado). Data angin yang diperoleh tersebut berupa
data kecepatan dan arah angin rata-rata bulanan selama 5 tahun (tahun
2010-2014). Untuk kondisi angin musiman diketahui bahwa untuk musim
barat kecepatan angin berkisar antara >5-10 knot dengan arah datang
angin dominan dari Barat, sedangkan pada musim timur kecepatan angin
berkisar antara >1015 knot dengan arah datang angin dominan berasal
dari arah Selatan. Untuk musim peralihan kecepatan angin berkisar
antara > 5-10 knot dengan arah datang angin dominan dari Barat.
Selengkapnya distribusi kecepatan angin dan arah angin musiman di
sekitar Kab. Minahasa Utara dapat dilihat pada mawar angin (windrose)
sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-38

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.13

Kondisi Angin (Windrose) Musim Barat selama 5 Tahun

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.14
Kondisi Angin (Windrose) Musim Timur selama 5 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-39

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Sumber : Laporan Hidro-ose Minahasa Utara, 2014

Gambar 3.15
Kondisi Angin (Windrose) Musim Peralihan selama 5 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-40

3.1.4.4

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Suhu Udara dan Suhu Permukaan Laut

Suhu Permukaan Laut (SPL) merupakan parameter oseanografi


yang sangat penting dalam kajian-kajian dan pengembangan aplikasi
kelautan seperti aplikasi perikanan, pemantauan variabilitas iklim dan
perubahan lingkungan laut. Kebutuhan data SPL saat ini semakin
meningkat, dan semakin dituntut tingkat ketelitiannya, baik dalam
dimensi spasial dan temporal. Peningkatan ketelitian data SPL dapat
dilakukan dengan penggabungan data SPL dari berbagai metoda
pengukuran, baik pengukuran insitu maupun pengukuran penginderaan
jauh. Namun, dalam proses ini perlu diperhitungkan kenyataan bahwa
SPL selain memiliki variasi musiman, juga memiliki variasi harian. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang variasi harian SPL di suatu kawasan
sangat penting agar supaya penggabungan data SPL dari berbagai
pengukuran dan pada waktu yang berbeda dapat dilakukan.
Suhu di bumi berasal dari penyinaran matahari yang terabsorbsi,
terpantul baik di atmosfer maupun di darat dan lautan. Untuk Minahasa
utara dimana wilayah ini terletak di lintang equator, suhu udara hampir
sama

dengan

wilayah

lain.

Pemanasan

yang

terjadi

disini

juga

dipengaruhi oleh faktor lokal yakni keberadaan pulau-pulau kecil dan


angin.Suhu udara berkisar antara 27-38 0 C dimana hal ini menandakan
wilayah ini dilalui oleh garis matahari sepanjang tahun.
Sverdrup et al., (1942) menyatakan bahwa suhu merupakan salah
satu parameter fisik laut yang penting. Hal ini karena suhu secara
langsung mempengaruhi laju fotosintesis fitoplankton dan proses fisiologi
hewan, terutama metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak
langsung, suhu juga mempengaruhi daya larut oksigen yang digunakan
dalam

proses

respirasi

organisme

laut.

Suhu

air

laut

terutama

dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari. Faktor-faktor meteorologi lain


yang mempengaruhi suhu air laut antara lain adalah curah hujan,
penguapan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan
keadaan awan. Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-46

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

sesuai dengan kondisi meteorologis yang mempengaruhi perairan


tersebut.Perubahan tersebut dapat terjadi secara harian, musiman,
tahunan maupun jangka panjang (puluhan tahun). Variasi harian
terutama pada lapisan permukaan. Variasi harian suhu permukaan air
laut untuk daerah tropis tidak begitu besar yaitu rata-rata 0,2 0,3 oC.
Suhu Permukaan Laut yang ada di perairan kabupaten Minahasa
Utara merupakan bagian dari suhu perairan Indonesia yang dinamikanya
dipengaruhi oleh pergerakan massa air dan posisi wilayah terhadap
matahari.

Untuk

itu,

suhu

perairan

kabupaten

Minahasa

Utara

mencerminkan nilai suhu untuk wilayah tropik terutama untuk equator.


Suhu ini juga sesuai dengan kondisi hidup biota laut sehingga banyak
ditemukan ikan pelagis besar dan kecil di wilayah perairan kabupaten
Minahasa Utara. Kondisi suhu juga berkaitan dengan banyaknya klorofil a
yang ada diperairan tersebut. Suhu perairan merupakan salah satu faktor
penentu kehidupan organisme. Bahkan beberapa organisme biota laut
sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu. Kenaikan suhu 10oC sampai batas
yang dapat ditoleransi oleh organisme akan meningkatkan proses
metabolisme organisme sebesar dua kali lipat, sehingga memacu
kecepatan pertumbuhan biota yang dibudidaya. Dengan demikian suhu
sangat berpengaruh pada peningkatan total nilai produksi budidaya.
Nilai suhu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor musim. Pada
musim hujan dimana banyak terdapat gumpalan awan hujan yang
menghalangi

penetrasi

sinar

matahari

ke

perairan

menyebabkan

rendahnya suhu permukaan perairan. Sedangkan pada musim kering,


dimana penetrasi sinar matahari terjadi maksimum, berakibat pada
meningkatnya suhu permukaan perairan. Suhu perairan relatif homogen
pada perairan yang dangkal dimana pengaruh penetrasi sinar matahari
bisa sampai ke dasar perairan.
Range suhu pada musim timur mempunyai rentang sekitar 3 0 C.
Hal ini menandakan pada musim ini, pergerakan arus cenderung hangat
yang berasal dari ARLINDO (Arus Lintan Indonesia). Dilihat dari gambar

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-47

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

diatas, suhu di wilayah barat Kabupaten Minahasa Utara lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah timur. Hal ini kemungkinan diakibatkan
oleh air yang berasal dari ARLINDO bergerak dari kepulauan Talaud.
Karakteristik

suhu

di

perairan

kabupaten

Minahasa

Utara

dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari samudra Pasifik dimana
karakteristiknya lebih hangat terutama pada musim Timur. Faktor lain
yang mempengaruhi adalah kondisi lokal, namun dilihat dari kondisi
geografisnya

yang

terdiri

dari

kepulauan

tidak

lebih

dominan

dibandingkan dengan massa air dari pasifik yang sering disebut dengan
ARLINDO. Nilai suhu berdasarkan pengamatan pada tiap-tiap stasiun
menunjukkan nilai yang tidak begitu berfluktuasi. Kisaran rata-rata suhu
adalah antara 27oC 31 oC. Kisaran suhu tersebut pada umumnya masih
berada toleransi yang cukup baik.
Jika melihat kondisi musim timur (MT) maka suhu pada Musim
Barat (MB) cenderung hampir sama namun lebih dingin. Hal ini
dikarenakan berkurangnya massa air yang berasal dari samudra pasifik
yang mengalir ke Indonesia. Pemanasan yang terjadi juga dimungkinkan
karena posisi matahari yang berada jauh di Asia. Beberapa lokasi yang
cenderung

lebih

dingin

dibandingkan

dengan

perairan

sekitarnya

diakibatkan oleh massa air dalam yang bergerak secara lokal keatas
sehingga mengakibatkan perbedaan temperatur, namun hal ini bukanlah
upwelling. Dari hasil pengukuran dan pengamatan selama survei,
didapatkan kondisi yang sama dengan data yang didapatkan dari satelit.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-48

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.4.5 Kecerahan Perairan

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan,


semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya
menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan
produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan
fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan
terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (KLH
dan LON-LIPI, 1983 dalam Mansyur, 2000). Kecerahan air merupakan
ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan
perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air
menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air
akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat
pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahanbahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat
mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000).
Dari hasil penelitian dan pengukuran di lapangan didapatkan
tingkat kecerahan sangat tinggi 7-26 meter. Jika dihubungkan dengan
budidaya laut, maka wilayah ini sangat cocok untuk lokasi budidaya
dikarenakan kondisi kecerahan yang mendukung untuk fotosintesis alga
laut. Kondisi kecerahan diperairan ini juga dipengaruhi oleh padatan
tersuspensi namun berasal dari kondisi lokal seperti sungai dan material
pantai yang terbawa oleh arus. Pada pengamatan survei yang telah
dilakukan, terlihat bahwa di wilayah dengan tingkat kecerahan tinggi
terdapat ekosistem lamun, terumbu karang, dan budidaya Keramba
Jaring Apung (KJA).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual
dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor
Secchi
meter.

pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan


Nilai

ini

sangat

dipengaruhi

oleh

keadaan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

cuaca,

waktu

III-50

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang


yang melakukan pengukuran.
Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal
dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000). Kecerahan perairan
merupakan salah satu parameter yang menentukan kesuburan suatu
perairan. Dimana kecerahan perairan sangat tergantung pada kondisi
sedimen tersuspensi, kepadatan alga, fitoplankton dan bahan cemaran
(polutan) serta arah datangnya cahaya pada perairan.
Pada umumnya tingkat kecerahan pada semua stasiun berkisar
antara 70 80 % namun di beberap tempat mencapai 100%. Hal ini
menggambarkan rata-rata semua perairan memiliki tingkat kecerahan
cukup tinggi. Kondisi ini dapat memberikan peluang lebih besar untuk
berbagai kegiatan budidaya.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-51

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-52

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.4.6 Kadar Garam (salinitas)

Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000
gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah
menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara
dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et al, 1902
dalam Sverdrup et al, 1942). Adapun Faktor faktor yang mempengaruhi
salinitas adalah:
1) Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,
maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah
tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar
garamnya.
2) Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut
maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin
banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut
tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Keadaan salinitas di Musim Timur (MT) dengan rentang 1 psu yakni
berkisar 33 psu. Hal ini menandakan bahwa kondisi perairan ini
dipengaruhi oleh laut lepas. Untuk pulau-pulau kecil yang berada
disekitarnya tidak terdapat aliran sungai yang mempengaruhi dalam
skala lokal. Di wilayah selatan lebih rendah diakibatkan oleh adanya
sungai-sungai yang mengalir. Pada pengamatan yang dilakukan pada
bulan Juli yang termasuk dalam Musim Timur, terdapat wilayah dengan
kadar garam yang sangat tinggi yakni mencapai 39 psu. Lokasi ini berada
disekitar kepulauan Bangka

namun hanya

bersifat lokal. Hal ini

disebabkan oleh adanya pusaran air yang membentuk boundary dan


juga faktor basin yang lebih dangkal. Dalam pengamatan yang dilakukan
di lapangan, terlihat bahwa massa air dari perairan yang lebih dalam

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-53

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

masuk ke perairan dangkal sehingga memaksa air dengan salinitas yang


lebih tinggi naik ke permukaan.
Untuk Musim Barat (MB) angin yang bertiup dari barat memaksa
massa air yang bersalinitas tinggi kearah timur. Di beberapa lokasi
terdapat salinitas yang tinggi, terdapat salinitas yang lebih tinggi
diakibatkan oleh kondisi lokal yakni adanya pergerakan air akibat pasang
surut.
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut,
bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa
sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan
oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di
laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan
osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida
(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%),
potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garamgaraman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan
sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garamgaraman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis,
adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan
harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting
saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902
sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan
proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-54

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Salinitas merupakan salah satu satu parameter penting dari


komponen lautan selain suhu. Salinitas di wilayah ini dipengaruhi oleh
penguapan dan juga pergerakan massa air dimana salinitas adalah salah
satu trace untuk menentukan massa air tersebut berada. Untuk kondisi
salinitas di perairan Kabupaten Minahasa Utara, umumnya berada pada
rentang 30-36 ppm dimana wilayah ini menggambarkan dari perairan
Indonesia secara umum. Namun di beberapa tempat ditemukan salinitas
yang berkisar pada 27 ppm dimana wilayah ini biasanya dekat dengan
sumber air tawar (sungai). Umumnya salinitas di perairan Indonesia
berkisar antara 22-35 ppm, sejalan dengan itu, secara vertikal nilainya
adalah semakin meninggi. Untuk wilayah perairan Kabupaten Minahasa
Utara dengan kontur kedalaman hingga 60 meter dapat dianggap
sebagai lapisan yang sama sehingga nilai secara vertikal tidak akan
berbeda jauh.
Salinitas

merupakan

faktor

pembatas

yang

menyebabkan

terjadinya stratifikasi penyebaran biota laut baik secara horizontal


maupun vertical.

Hal ini berkenaan dengan kemampuan adaptasi dan

toleransi biota untuk proses alamiah yang terjadi pada tubuhnya (proses
osmoregulasi).
Pada saat dilakukan pengukuran pada beberapa stasiun sebagai
sampel pembanding menunjukkan nilai salinitas rata-rata 33 o/oo sampai
dengan 34,5 o/oo. Hasil ini menunjukkan sebaran salinitas yang hampir
homogen dan masih berada dalam kisaran yang ideal untuk kegiatan
budidaya dan parawisata bahari.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-55

3.1.4.7

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Kualitas Air

Untuk mengetahui kualitas air di perairan Minahasa Utara dapat


diketahui dengan analisa jumlah oksigen terlarut (DO), Derajat Keasaman
(pH), phospat, nitrat serta BOD dan COD.
A. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme
yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara,
tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang
surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut
akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan
semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan
lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas
serta adanya proses fotosintesis.
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap
oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah.
Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara
bebas,

memiliki

daya

tahan

yang

lebih

terhadap

perairan

yang

kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum


adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-56

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup


mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya
pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %.
KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm
untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang
peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang
dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik,
peranan

oksigen

adalah

untuk

mengoksidasi

bahan

organik

dan

anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya


dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan

lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.

Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut
sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada
perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan
untuk

memurnikan

air

buangan

industri

dan

rumah

tangga.

Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi


dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu,
seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa
kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak
beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan
limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya
kadar oksigennya. Oksigen terlarut pada suatu perairan sangat berperan
dlam proses penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalam air.
Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi, jumlah oksigen
atau O2 yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO
pada suatu perairan, mengindikasikan perairan tersebut memiliki kualitas

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-57

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

yang bagus atau tidak tercemar. Sebaliknya, jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa perairan tersebut sedang tercemar. DO merupakan
parameter yang sangat berpengaruh untuk rencana pemanfaatan suatu
wilayah perairan ke sektor budidaya maupun pariwisata biota laut.
Konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting
dalam menentukan kualitas perairan.
Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi
dan konsumsi oksigen dalam ekosistem. Oksigen diproduksi oleh
komunitas autotrof melalui proses fotosintesis dan dikonsumsi oleh
semua organisme melalui pernafasan. Disamping itu, oksigen juga
diperlukan

untuk

Penurunan

jumlah

perombakan
oksigen

dan

bahan

organik

peningkatan

dalam

ekosistem.

konsentrasi

amonia

merupakan ancaman bebahaya bagi hewan akuatik. Konsentrasi oksigen


rendah akan meningkatkan kecepatan respirasi, menurunkan efisiensi
respirasi dan pertumbuhan yang dapat berakibat pada kematian masal.
Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan, nilai oksigen terlarut pada
perairan Kabupaten Minahasa Utara berkisar 3 mg/L hingga 6 mg/L.
Berdasarkan studi literatur, kondisi seperti ini masih memungkinkan
digunakan untuk budidaya serta wisata bahari. Selain itu, kondisi ini juga
merupakan indikator perairan yang baik untuk biota laut.Baiknya kondisi
perairan ini diakibatkan oleh pencemaran yang masih dalam ambang
batas.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-58

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

B. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion


hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat
keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga
sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya
suatu perairan (Odum, 1971).Nilai pH juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada
suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme
perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik
buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu
perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsurunsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia
dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi
akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O 2
maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan
nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar
perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan.
Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah
dapat dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga merupakan
larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa
konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu larutan ini
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan
basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan
suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti
natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang
sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Larutan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-59

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada


daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari
basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun
cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan
suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebihi. Secara
pH parameter ntuk kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4 (Asdak,
2007).
Tingkat keasaman (pH) perairan merupakan parameter kualitas air
yang penting dalam ekosistem perairan. Perubahan pH ditentukan oleh
aktivitas

fotosintesis

dan

respirasi

dalam

ekosistem.

Fotosintesis

memerlukan karbon di oksida, yang oleh komponen autotrof akan


dirubah menjadi monosakarida. Penurunan karbon dioksida dalam
ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses respirasi
oleh semua komponen ekosostem akan meningkatkan jumlah karbon
dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983). Nilai pH
perairan merupakan parameter yang dikaitkan dengan konsentrasi
karbon dioksida (CO2) dalam ekosistem. Semakin tinggi konsentrasi
karbon dioksida, pH perairan semakin rendah. Konsetrasi karbon dioksida
ditentukan pula oleh keseimbangan antara proses fotosintesis dan
respirasi. Fotosintesis merupakan proses yang menyerap CO2, sehigga
dapat

meningkatkan

pH

perairan

tambak.

Sedangkan

respirasi

menghasilkan CO2 kedalam ekosistem, sehingga pH perairan menurun.


Berdasarkan pengukuran lapangan, nilai pH di perairan Kabupaten
Minahasa Utara menunjukkan bahwa kondisi pH perairan masih bersifat
normal - basa yaitu berkisar antara pH=7,00-7,50. Nilai pH seperti ini
masih dalam nilai wajar dan dapat digunakan untuk budidaya maupun
wisata bahari. Dengan kondisi pH seperti ini juga mengakibatkan logam
berat yang ada di perairan tidak mudah larut, sehingga padatan lebih
banyak diendapkan di dasar laut.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-60

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-61

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

C. Phospat dan Nitrat

Penyebaran dari nitrit, nitrat dan amonia terjadi pada lapisan


permukaan

laut

sebagai

hasil

dari

aktivitas

biologi.

Perubahan

konsentrasi Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di perairan


dangkal daerah lintang sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi,
terjadi

peningkatan

intesitas

cahaya

dan

lama

penyinaran

yang

menyebabkan peningkatan populasi fitoplankton. Hal ini menimbulkan


perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari daerah eufotik. Populasi
fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan ikan. Nitrogen
kemudian kembali ke perairan dalam bentuk kotoran, urine (amoniak dan
urea) atau partikel feses yang akan didekomposisi oleh bakteri sebelum
dikembalikan ke perairan.
Pada

musim

semi,

proses

percampuran

vertikal

memiliki

konstribusi mengangkat nutrien dari perairan bawah ke zona eufotik.


Akibatnya populasi fitoplankton bertambah dengan cepat dan mulai
menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi suplai
Nitrogen ke lapisan permukaan. Nutrien yang dominan pada waktu ini
adalah amoniak yang diekskresi oleh zooplankton dan selanjutnya
dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis.
Di beberapa lokasi, terjadi penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut
hingga mencapai taraf yang dapat mematikan organisme. Ekskresi
Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat maksimum saat populasi
fitoplankton jarang. Hal ini terjadi karena pemanfaatan protein sebagai
sumber energi menurun saat makanan (fitoplankton) berlimpah.
Kondisi Phospat dan Nitrat dalam kajian ini digunakan untuk
mengetahui seberapa subur perairan untuk budidaya dan penangkapan
ikan. Pada peta terlihat nilai phospat dan nitrat sesuai dengan hasil
pengukuran yang dilakukan pada Musim Timur (yang mewakili bulan
Juli).Kondisi nitrat berkisar dari 0.1-0.55 dan phospat 0.1-3.15 mg/l. Hal
ini sesuai dengan kondisi perairan di laut. Namun data ini harus
ditumpang susun dengan data klorofil a dan keadaan kecerahan untuk

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-62

mendapatkan

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

kesesuaian

lahan

perairan.

Dokumen Akhir

Peta

sebaran

nitrat

Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-63

di

D. COD dan BOD

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung
dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja
diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat
pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd,
1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD
memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada
di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa
lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada. Untuk COD di wilayah perairan Minahasa Utara
berkisar antara 1.77-1.95 mg/L. Perairan dengan tingkat COD yang lebih
tinggi terdapat di wilayah timur laut dan timur.
Pengukuran COD ini merupakan pengukuran sesaat yang kondisi
pada saat pengukuran adalah pada saat pasang di bulan Juli. Dari hasil
pengukuran didapatkan bahwa perairan di minahasa utara masih dalam
keadaan baik dan tidak tercemar dimana masih jauh dalam ambang
batas yang ditetapkan oleh KLH yakni dibawah 25 mg/L. Hal ini juga
dilihat dari kondisi biodiversitas dari ekosistem yang masih sangat baik
dan menunjang untuk konservasi.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme

(biasanya

bakteri)

untuk

mengurai

atau

mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobic.Bahan organik


yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Kondisi BOD di
perairan ini masih baik dimana menurut KLH adalah dibawah 3 mg/L. Di
beberapa wilayah tinggi yakni sekitar 2.45 mg/L terdapat di pesisir
pantai. Namun hal ini perlu diingat bahwa pengukuran sesaat dimana

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-66

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

pergerakan massa air akan mempengaruhi keadaan di wilayah lainnya.


Hal ini menurut Metcalf & Eddy (1991) karena beberapa alasan, terutama
dalam hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu :
1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan
diperlukan untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara
biologi;
2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah;
3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan
limbah
4) untuk

mengetahui

kesesuaiannya

dengan

batasan

yang

diperbolehkan bagi pembuangan air limbah.


Karena nampaknya BOD akan tetap digunakan sampai beberapa waktu
mendatang,
mengenai

maka
cara

penting

untuk

penentuannya

mengetahui

berikut

segala

sebanyak

mungkin

keterbatasan

atau

kelemahannya, terlepas dari berbagai kelemahannya tersebut, BOD


masih cukup relevan untuk digunakan sebagai salah satu parameter
kualitas air yang penting. Karena dengan melakukan uji BOD secara apa
adanya, yakni dengan tidak memperhatikan ada tidaknya kandungan
bahan toksik, sedikit atau banyaknya kandungan bakteri, tetapi dengan
tetap melakukan pengenceran atau aerasi bilamana diperlukan dan
inkubasi pada suhu setara suhu perairan, maka akan diperoleh suatu nilai
BOD yang akan memberikan gambaran kemampuan alami perairan
dalam mendegradasi bahan organik yang dikandungnya. Dari nilai
tersebut

akan

dapat

dilihat

apakah

kemampuan

perairan

dalam

mendegradasi bahan organik masih cukup baik atau sudah sangat


rendah. Bila rendah, berarti kemampuan pulih diri (self purifcation)
perairan sudah sangat berkurang. Kondisi BOD di Kabupaten Minahasa
Utara dapat dilihat padadi bawah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-67

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-68

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

E. Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang


digunakan untuk pengulkuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan
pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki
ukuran pori 0.45 m. Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan
dengan cara menuangkan air dengan volume tertentu, biasanya dalam
ukurtan liter, melalui sebuah filter dengan ukuran pori-pori tertentu.
Sebelumnya,

filter

ini

ditimbang

dan

kemudian

beratnya

akan

dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami


pengeringan. Berat filter akan bertambah disebabkan terdapatnya
partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan
yang tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik.
TSS merupakan zat-zat padat yang tersuspensi. TSS yaitu material
tersuspensi dengan diameter >1 m) yang tertahan pada saringan
milipore dengan diameter pori 0,45 m (Effendi 2000 dalamParwati et al.
2007). TSS merupakan semua zat padat atau partikel yang tersuspensi di
dalam air biasanya air limbah dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, dan fungi; atau berupa
komponen mati seperti detritus dan partikel-partikel anorganik (pasir,
lumpur, dan tanah liat) (Tarigan dan Edward 2003 dalamRetnosari dan
Shovitri 2013).
Total Suspended Solid (TSS) dapat menyebabkan kekeruhan di
dalam perairan dan menurunkan kecerahan perairan (Purba, 2009). Nilai
kecerahan air tergantung pada warna air dan kekeruhan. Kecerahan
terkait pula dengan kemampuan intensitas cahaya yang menembus
perairan. Nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi
(TSS), semakin tinggi nilai TSS semakin tinggi pula nilai kekeruhan.
Dilihat dari kondisi TSS di perairan Minahasa utara masih mendukung
untuk aktivitas budidaya dan kegiatan pariwisata dikarenakan masih
dibawah ambang batas sesuai dengan KLH PP No. 10 Tahun 2004.Kondisi

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-71

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

TSS akan menyebabkan kekeruhan di perairan yang mengakibatkan


terhambatnya proses fotosintesis di perairan oleh fitoplankton. Kondisi
TSS disebagian wilayah yang termasuk tinggi diakibatkan oleh masukan
air dari sungai yang terdapat limbah organik dan anorganik, konsentrasi
sedimen terutama di bagian utara serta perjalanan massa air. Untuk
wilayah timur, konsentrasi TSS terbesar dipengaruhi oleh masukan air
dari sungai.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-72

F. Ammonia

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Kadar amonia dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah
secara cepat. Amonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya
melebihi ambang batas maksimum. Meningkatnya kadar amonia di laut
berkaitan erat dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai
(baik yang mengandung unsur nitrogen maupun tidak).
Ammonia berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari
limbah rumah tangga ataupun industri. Di lain pihak bisa berasal dari
sisa pakan dan sisa feses (sisa metabolisme protein oleh ikan) yang
dihasilkan ikan itu sendiri dan bahan organik lainnya. Ammonia di dalam
air ada dalam bentuk molekul (non disosiasi/unionisasi) ada dalam
bentuk NH3 dan ada dalam bentuk ion ammonia (disosiasi) dalam bentuk
NH4+. Kedua bentuk ammonia tersebut sangat bergantung pada kondisi
pH dan suhu air. Dinding sel tidak dapat ditembus oleh ion ammonia
(NH4+), akan tetapi ammonia (NH3) akan mudah didifusi melewati
jaringan jika konsentrasinya tinggi dan berpotensi menjadi racun bagi
tubuh ikan. Sehingga kondisi normal ada dalam kondisi asam seimbang
pada hubungan air dengan jaringan. Jika keseimbangan dirubah, seperti
nilai pH di salah satu bagian turun akan mengudang terjadinya
penambahan molekul ammonia. Jika dilihat pada peta spasial ammonia,
kandungan ammonia yang tertinggi berada di wilayah pesisir yang sudah
terdapat infrastruktur. Selain itu, di beberapa sungai yang mengalir di
sekitar Kabupaten Minahasa Utara juga terdapat kandungan ammonia
yang lebih tinggi. Amonia akan bersifat akut pada kondisi 1-1.5 mg/L jika
dilihat pada wilayah perairan Minahasa Utara masih jauh dari kondisi
akut dimana yang tertinggi adalah 0.8 sedangkan yang terendah adalah
0.08 mg/L. Artinya perairan di Kabupaten Minahasa Utara masih dalam
kondisi baik.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-73

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.4.8 Biologi Perairan

Klorofil-a merupakan pigmen penting yang diperlukan fitoplankton


dalam melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai
produsen

primer

keberadaannya

dalam

sangat

rantai

penting

kehidupan

sebagai

di

dasar

laut,

kehidupan

sehingga
di

laut.

Konsentrasi klorofil di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya


produktifitas

primer

disuatu

perairan.

Dalam

kegiatan

zonasi,

kepentingan klorofil a adalah untuk pendugaan zona penangkapan ikan


sebagai indikasi kesuburan perairan.
Pola klorofil a di Musim Barat (MB) atau kondisi dimana angin
bergerak dari barat laut/utara yakni Desember-Januari-Februari hampir
semua wilayah perairan mempunyai kondisi klorofil yang tinggi. Kondisi
klorofil yang tinggi secara global adalah 2 mg/L. Sumber klorofil di
wilayah Minahasa Utara adalah berasal dari bawaan massa air dari
samudra Pasifik dan juga dari sebagian daratan. Hal ini juga dapat
dihubungkan dengan kondisi bathimetri dimana massa air yang berasal
dari lapisan termoklin masuk kelapisan permukaan yakni berada di
wilayah utara Minahasa.
Untuk musim Timur, kondisi klorofil a terkonsentrasi di beberapa
pulau seperti pulau Talise dan Mantehage dan disekitar wilayah perairan
utara.

Rendahnya

kandungan

klorofil

di

wilayah

ini

mungkin

diakibatkan terbawa massa air ke wilayah lainnya. Dalam konteks


sumber daya ikan, keadaan sekitar perairan mungkin akan lebih sedikit
jenis ikan yang tertangkap atau menetap di wilayah ini. Pada gambar
dibawah terdapat pola spasial klorofil a pada Musim Barat dan Musim
Timur.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-74

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
Sumber : BPPT,
Tahun 2013
(BAPPELITBANG)

Gambar 3.

Klorofil a Kabupaten Minahasa

III-75

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.5 Ekosistem Pesisir


3.1.5.1 Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem yang Terumbu karang di
minahasa Utara menunjukkan sebagian besar karang hidup memiliki
persentase tutupan antara 20-50%, karang mati berkisar antara 31-75%
dan karang lunak berkisar antara 10-50%.Hasil ini menunjukkan kondisi
terumbu karang dengan penekanan pada persentase tutupan karang
batu dalam keadaan yang masih bisa dikatakan cukup baik.Walaupun
demikian

keseluruhan

lokasi

mulai

menampakkan

gejala

coral

bleaching.Secara keseluruhan dalam penelitian ini, diperoleh 49 genus


karang batu. Beberapa genus hanya ditemukan pada stasion tertentu
seperti Anacropora dan Tubipora yang hanya terdapat pada stasion
Bangka, Oxipora di stasion Rumbia, Halomitra dan Lithophylon di stasion
Minanga, Oulastrea, Oulophyllia, Physogyra, dan Symphyllia di stasion
Sapa, serta Gardineroseris, Plerogyra, Polyphyllia, dan Sandalolitha di
stasion

Boyong

Pante.

Sedangkan

genus

Acropora,

Montipora,

Pocillopora, Porites, Seriatopora, dan Stylophora.

No
1.
2.
3.

Tabel III.1
Persentase Karang Pulau Talise
Karang
Kisaran
Karang Hidup
20 50%
Karang Lunak
10-30%
Karang Mati
51-75%

Sumber : Analisis Tim RZWP-3-K Minahasa Utara, 2014

Melihat hasil Manta-tow di Pulau Talise, terlihat bahwa sebagian


besar karang hidup memiliki persentase tutupan berkisar antara 2050%, karang mati berkisar antara 51-75% dan karang lunak berkisar
antara 10-30%.Hasil ini menunjukkan, kondisi terumbu karang dengan
penekanan pada persentase tutupan karang batu menunjukkan kondisi
yang masih bisa dikatakan cukup baik (20- 50%).Walaupun demikian, di
beberapa lokasi tutupan karang matinya cukup tinggi. Hal ini bisa
diakibatkan oleh beberapa hal yakni seperti : 1) aktivitas manusia yang
bersifat merusak, 2) pemanasan global, 3) tingkat pencemaran dari
lokasi sekitarnya.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-78

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Melihat indeks keragaman dari karang batu di lokasi ini sebesar


1.0, menunjukkan tingginya keragaman jenis (genus) karang batu di
lokasi penelitian ini.Menurut Stodart dan Johnson dalam Suterno (1991),
terumbu karang yang mempunyai indeks keragaman karang batu 1,0
tergolong produktif.Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa
terumbu karang di lokasi ini dapat dijadikan sebagai habitat oleh banyak
jenis karang batu. Walaupun keragamannya tinggi, karang batu jenis
tertentu seperti Montipora masih mendominasi lokasi tersebut dan
bentuk

pertumbuhan

branching,

encrusting,

dan

massive

mendominasi karang batu di lokasi ini, yang mengindikasikan relatif


besar tekanan fisik perairan seperti arus dan gelombang di daerah
ini.Tingginya indeks keragaman yang diperoleh dan dikategorikan
produktif, menunjukkan bahwa lokasi ini sangat baik untuk habitat jenisjenis karang batu. Dengan demikian seandainya tekanan- tekanan yang
diterima (khususnya aktivitas manusia) diminimalkan, kemungkinan
besar kondisi atau tutupan karang batu akan kembali ke kondisi yang
lebih baik.
Semakin besar tutupan soft coral akan mempersulit planula
karang batu untuk mendapatkan tempat hidup, sedangkan 3 tutupan
lainnya relatif kecil.Pada lokasi Pulau Talise ditemukan 2 Genus Mngrove,
yaitu Bruguiera, dan Rhizopora.Berdasarkan zonasi vertikal mangrove ,
zona depan (menghadap laut) dan tengah didominasi oleh jenis
Rhisophora,

serta

jenis

Bruguiera

di

zona

belakang

(dekat

daratan).Berdasarkan hasil pengamatan diameter dan tinggi pohon


serta pohon anakan untuk Pulau Talise, rentang diameter 10-20 cm,
rentang tinggi 7-10 m, jarak antar pohon 0,5 5 m.
Tabel III.2
Rata-rata Persentase karang di Pulau Bangka
No
Karang
Persentase
.
1.
Karang Hidup
25-50%
2.
Karang Lunak
10-20%
3.
Karang Mati
31-50%
Sumber : Analisis tim RZWP-3-K Minahasa Utara, 2014

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-79

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Di Wilayah Perairan Pulau Bangka di peroleh 30 genus karang


batu.Perolehan jumlah genus sebanyak 30 jenis di Pulau Bangka relatif
banyak (lebih banyak dibandingkan dengan Pulau Talise).Hal ini
menunjukkan lokasi Pulau Bangka merupakan lokasi terumbu yang
cocok untuk hidup karang batu.Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa
tutupan karang batu lebih besar dari karang mati - yang menunjukkan
bahwa kondisi perairan daerah ini masih mendukung kehidupan karang
batu.Karang batu dibagi dalam 2 kategori yaitu Acropora dan nonAcropora,

dimana

di

Pulau

Bangka

Acropora

sangat

menonjol.Berdasarkan Gomez et al., (1994) serta melihat IM yang


diperoleh relatif kecil (0,02), menunjukkan kondisi karang batu sangat
ditunjang oleh lingkungan - atau dengan kata lain memiliki daerah
terumbu karang yang sehat. Walaupun demikian dari hasil pengamatan
di lapangan, terlihat banyak karang batu yang telah terkena bleaching
(pemutihan karang batu).Melihat indeks keragaman dari karang batu di
lokasi ini sebesar 1.11, menunjukkan tingginya keragaman jenis (genus)
karang batu di lokasi penelitian ini.Menurut Stodart dan Johnson dalam
Suterno (1991), terumbu karang yang mempunyai indeks keragaman
karang batu lebih besar 1,0 tergolong sangat produktif.Dengan demikian
maka dapat dikatakan bahwa terumbu karang di lokasi ini dapat
dijadikan sebagai habitat oleh banyak jenis karang batu.Walaupun
keragamannya tinggi, karang batu jenis tertentu seperti Acropora dan
bentuk pertumbuhan branching masih mendominasi lokasi ini.
Tingginya indeks keragaman yang diperoleh dan dikategorikan
sangat produktif, menunjukkan bahwa lokasi ini sangat baik untuk
habitat jenis-jenis karang batu. Dengan demikian seandainya tekanantekanan yang diterima (khususnya aktivitas manusia) diminimalkan,
kemungkinan besar kondisi atau tutupan karang batu akan kembali ke
kondisi yang lebih baik. Kondisi Terumbu karang di pesisir Aerbanua
Kondisi dan keberadaan terumbu karang di kedalaman 3m memiliki
Prosentase Tutupan Acropora 6,97 % dan Non-Acropora 26,83%

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-80

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup sebesar


33,80%. Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan
ini berada pada kategori Sedang.
Untuk prosentase tutupan dan jumlah koloni di kedalaman 10 m di
Aerbanua memiliki Prosentase Tutupan Acropora (0,00%) dan NonAcropora (10,00%), sehingga Prosentase Tutupan Karang Keras Hidup
yaitu hanya 10% Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970) prosentase
tutupan ini berada pada Kategori Buruk.
Kondisi Terumbu Karang di perairan Gangga dari Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada
karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di
kedalaman 3m di Gangga-I pada Prosentase Tutupan Acropora 2,17 %
dan Non-Acropora 58,03% sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan
Karang Keras Hidup sebesar 60,20%. Berdasarkan kriteria Yap dan
Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori Baik. Untuk
kondisi terumbu karang di kedalaman 10mprosentase tutupan bila
mengacu pada karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu
karang di kedalaman 10m di Gangga-I pada Prosentase Tutupan
Acropora (2,03%) dan Non-Acropora (21,63%), sehingga Prosentase
Tutupan Karang Keras Hidup yaitu hanya 23,66% Berdasarkan kriteria
Yap dan Gomez (1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori
Buruk
Kondisi terumbu karang di perairan Kahuku dari Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada
karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di
kedalaman 3m di Kahuku pada Prosentase Tutupan Acropora 1 % dan
Non-Acropora 9% sehingga keseluruhan Prosentase Tutupan Karang
Keras Hidup sebesar 10,00%. Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez
(1970) prosentase tutupan ini berada pada kategori Sangat Buruk.
Untuk kondisi terumbu karang dikedalaman 10 meter dari Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka prosentase tutupan bila mengacu pada

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-81

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

karang hidup didapatkan bahwa status kondisi terumbu karang di


kedalaman 10m di Kahuku pada Prosentase Tutupan Acropora (3,83%)
dan Non-Acropora (18,93%), sehingga Prosentase Tutupan Karang Keras
Hidup yaitu hanya 22,76% Berdasarkan kriteria Yap dan Gomez (1970)
prosentase tutupan ini berada pada Kategori Buruk.
Kondisi

terumbu

Karang

di

wilayah

perairan

Desa

lilang

memperlihatkan bahwa persentase tutupan komponen biotik sebesar


47,78 % (persentase tutupan karang hidup dan karang lunak sebesar
39,44 % dan bentik hidup lainnya sebesar 8,33 %) dan komponen
abiotik sebesar 52,22 % (karang mati 23,89 %; pasir dan pecahan
karang 28,33 %).Menurut Sukmara dkk. (2001), English et.al, (1997) dan
Anonimous (1993) bahwa persentase tutupan 0 %-10 % adalah sangat
rendah (kategori 1), 11 %-30 % rendah (kategori 2), 31 %-50 % sedang
(kategori 3), 51 %-75 % tinggi (kategori 4) dan 76 %-100 % sangat
tinggi (kategori 5). Maka berdasarkan hasil survei yang didapatkan,
kondisi terumbu karang Desa Lilang berada pada kategori sedang
(kategori 3).Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekosistem terumbu
karang di daerah ini dapat dikatakan masih baik. Akan tetapi, ke
depannya dikhawatirkan terumbu karang di daerah ini akan mengalami
kemunduran/degradasi, hal ini ditunjang dengan persentasi tutupan
komponen abiotik yang lebih besar dari komponen biotik. Fakta
dilapangan juga memperlihatkan bahwa beberapa waktu yang lalu
daerah ini telah mengalami abrasi pantai.
Kesimpulan yang didapat dari kondisi ekosistem terumbu karang
di beberapa wilayah di kabupaten Minahasa Utara adalah sebagai
berikut :
1. Kondisi terumbu karang dalam kondisi sedang hingga baik
dengan persentase kerusakan lebih diakibatkan oleh faktor
manusia seperti limbah dan pemboman ikan,

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-82

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

2. Kondisi terumbu karang yang masih dalam keadaan baik


merupakan inventarisasi yang penting untuk kepentingan
ekologi dan wisata bahari terutama di wilayah Talise
3.1.5.2 Ekosistem Mangrove
Ekosisitem mangrove di Kabupaten Minahasa utara meiliki daerah
seluas 4.013 ha.ditemukan 3 Genus Mangrove yang berada di wilayah
Minahasa

Utara,

yaitu

Avicennia,

Rhizhopora

dan

Sonneratia.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terlihat bahwa


ekosistem mangrove di Pulau Bangka ditemukan dua daerah yang
memiliki ekosistem mangrove.Lokasi pertama ditemukan dipinggir
pantai, sedangkan lokasi kedua terdapat di belakang kampung (desa
Kahuku) mengikuti jalur sungai.Mangrove yang ditemukan di pinggir
pantai sangat tipis (ketebalan kearah pantai hanya 5-25 meter),
walaupun demikian daerah ini masih dapat dibedakan komposisi
jenisnya. Zona depan dan tengah didominasi oleh Rhisophora dengan
sedikit Avicennia di zona tengah dan zona belakang didominasi oleh
Sonneratia. Sedangkan mangrove yang terdapat di belakang kampung
didominasi oleh Avicennia dengan terdapat beberapa Rhisophora dan
Sonneratia.

Sumber : Observasi tim RZWP-3-K Minahasa Utara

Gambar 3.1
Ekosistem Mangrove Kabupaten Minahasa Utara

Berdasarkan hasil pengamatan diameter dan tinggi pohon serta


pohon anakan untuk Pulau Bangka, rentang diameter 5 20 cm, Rentang
tinggi 7 15 m, Jarak antar pohon 3 5 m, sedangkan untuk pohon
anakan ditemukan dalam jumlah yang banyak.Kondisi mangrove pada

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-83

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

wilayah kahuku memiliki kondisi mangrove dengan persentase sebesar


82 % dan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0.201
Tahun 2004 Tentang Kriteria Kerusakan Mangrove dan Pedoman
Pemantauan Kerusakan Mangrove masuk dalam Kategori Baik (Sangat
Padat) (Penutupan > 70%).Kondisi Mangrove Desa maen, Kalinaung, dan
Rinondoran yang terdapat di tiga lokasi ini seluas kurang-lebih 200 ha
dekat pesisir Desa Maen, 75 ha dekat pesisir Desa Kalinaun, dan 50 ha
di daerah di antara Desa Kalinaun dan Desa Rinondoran. Di tempat lain
vegetasi mangrove terdapat di daerah yang kecil namun tidak
membentuk hutan padat. Variasi spesies di Kalinaun-Rinondoran cukup
rendah,
Kondisi Mangrove di Desa Liliang memiliki Vegetasi pantai dan
mangrove tersusun oleh tumbuhan berpohon, perdu dan semak tanpa
dominasi yang tegas, Jenis-jenis mangrove yang terdapat diwilayah ini
adalah ketapang (Terminalia catappa), pakis (Cycas sp.), bahu (Hibiscus
tileaceus), waru laut (Thespesia populnea), bangkong (Pongamia
pinnata), Bidara laut (Ximenia americana), kangkung laut (Ipomoea
gracilis), rumput signal (Brachiaria sp.), rumput lampung (Setaria sp.),
rumput carulang (Eleusine indica), lampuyangan (Panicum repens),
Rairai (Xylocarpus granatum), nipah (Nipa fruticans), paku gajah
(Acrostichum aureum), perepat (Sonneratia alba), soga (Ceriops tagal),
dan teruntum merah (Lumnitzera littorea).
Kondisi mangrove di kepulauan di Minahasa Utara masih tergolong
alami, artinya tidak banyak yang dilakukan rehabilitasi.Untuk yang
disebelah utara yang berdekatan dengan Likupang, harus dijaga
keasriannya karena satu wilayah (pulau) masih dijumpai kondisi
mangrove tua yang masih terjaga.Indikasi keberadaan ikan juga
tampak dari ekosistem mangrove, dimana lokasi mangrove merupakan
tempat sebagian ikan untuk melakukan breeding.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-84

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.5.3 Ekosistem padang Lamun


Tiga ekosistem penting yang ada di pesisir adalah padang lamun,
terumbu karang, dan mangrove. Terumbu karang biasanya berada di
jalur luar dari sebuah kepulauan yang kemudian diikuti oleh padang
lamun dan mangrove. Dari hasil identifikasi lapangan, bahwa ketiga
ekosistem ini ada dan lengkap di beberapa perairan di Minahasa
Utara.Artinya peluang ekosistem untuk berkembang semakin baik dan
terdapat asosiasi dengan biota lainnya yang sangat unik dan sekaligus
rumit. Namun beberapa dampak positif dari ketiga hal ini adalah : 1)
Wilayah kepulauan yang ada di Minahasa Utara sedikit terjadi dari
gelombang karena ketiga ekosistem ini berfungsi sebagai pelindung dari
hempasan gelombang, 2) Wilayah antar ekosistem ini merupakan
wilayah yang dikenal kaya akan unsur hara.

Sumber

: Observasi tim RZWP-3-K Minahasa Utara

Gambar 3.2
Ekosistem Padang Lamun Kabupaten Minahasa Utara

Diperairan Wori ditemukan berbagai jenis lamun, diantaranya


adalah jenis Enhalus acoroides, Cymmodocea rotundata, Thalassia
hemprichii, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila
ovalis, Halodule pinifolia dan Halodule uninervis.Selain itu, juga berbagai
jenis rumput laut, diantaranya jenis Gracilaria lichenoides, Hypnea

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-85

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

servicornis, Eucheuma spinosum, Acanthopora specivera, Sargassum


crispyfolium.Di wilayah minahasa utara lainnya yaitu di perairan
Arbenua Berdasarkan pada kelas kehadiran dan prosentase luas area
lamun memiliki rata-rata penutupan area untuk keseluruhan titik
(kuadran) sebesar 35,67 % penutupan area. Bila mengacu pada
Keputusan Menteri Negara LH Nomor: 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria
Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun berarti
di perairan Aerbanua telah terjadi kerusakan padang lamun pada
Kriteria Sedang. Berdasarkan pada prosentase penutupan area ini maka
status kualitas padang lamun di perairan Aerbanua dalam Kondisi Rusak
(Penutupan antara 30 49,9 %) sekalipun pada keadaan Kurang
Kaya/Kurang Sehat.
Di wilayah Perairan Gangga

Rerata penutupan area untuk

keseluruhan titik (kuadran) padang lamun sebesar 34,67 % penutupan


area. Bila mengacu pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor: 200
Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan
Status Padang Lamun berarti di perairan Aerbanua telah terjadi
kerusakan padang lamun pada Kriteria Sedang. Berdasarkan pada
prosentase penutupan area ini maka status kualitas padang lamun di
perairan Aerbanua dalam Kondisi Rusak (Penutupan antara 30 49,9 %)
sekalipun pada keadaan Kurang Kaya/Kurang Sehat.
Kondisi padang lamun di wilayah perairan Kahuku memiliki Rerata
penutupan area untuk keseluruhan titik (kuadran) sebesar 30,17 %
penutupan area. Bila mengacu pada Keputusan Menteri Negara LH
Nomor: 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman
Penentuan Status Padang Lamun berarti di perairan Kahuku telah terjadi
kerusakan padang lamun pada Kriteria Sedang. Berdasarkan pada
prosentase penutupan area ini maka status kualitas padang lamun di
perairan Kahuku dalam Kondisi Rusak (Penutupan antara 30 49,9 %)
sekalipun pada keadaan Kurang Kaya/Kurang Sehat.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-86

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.6 Jenis dan Kelimpahan Ikan


Wilayah perairan laut

Indonesia

dibagi

menjadi 9

Wilayah

Pengembangan Perikanan (WPP). Perairan laut Kabupaten Minahasa


berada dalam dua WPP di antaranya yaitu WPP 716 (Laut Seram dan
Teluk Tomini) dan WPP 715 (Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik).
Wilayah yang berada dalam WPP 715 yaitu bagian utara; Kecamatan
Likupang Barat, Likupang Timur dan Wori, sedangkan bagian selatan;
Kecamatan Kema dan Kauditan berada dalam WPP 716.

Gambar 3.3
Keragaan Penangkapan Ikan di Indonesia dan Minahasa Utara

Potensi perikanan tangkap perairan laut di kedua WPP ini cukup


besar, namun tingkat pemanfaatannya masih tergolong kecil. Hal
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-87

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Tabel III.3
Potensi, Produksi dan Pemanfaatan PerikananDi Wilayah Pengelolaan
Perikanan 716 dan 715
Pemanfaata
Potensi (ton/tahun)
Produksi (ton/tahun)
N
Jenis
n (%)
WPP
WPP
WPP
WPP
WPP
WPP
o Ikan
Total
Total
716
715
716
715
716
715
1
Pelagis
106.5
175.2
281.76
37.46
154.4
190.8
35,1
87,5
2

Besar
Pelagis

10
379.4

50
384.7

0
764.19

0
119.4

30
62.45

90
181.8

7
31,4

4
16,2

Kecil
Demers

40
83.84

50
54.86

0
138.70

30
32.14

0
15.31

80
47.45

8
38,3

3
27,9

al
Ikan

0
12.50

0
14.50

0
27.000

0
4.630

0
2.210

0
6.840

3
37,0

1
15,2

karang
Udang

0
900

0
2.500

3.400

1.110

2.180

3.290

4
>100

4
87,2

Lobster

300

400

700

20

40

60

6,67

0
10,0

7.130
590.6

450
632.7

7.580
1.223.

2.850
197.6

1.490
237.1

4.340
434.7

39,9
33,4

0
>100
37,4

20

20

330

40

10

50

7
Cumi
Jumlah

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap Tahun 2004

Keterangan :
WPP 716 = Laut Seram dan Teluk Tomini
WPP 715 = Laut Sulawesi dan Samudera Pasifk
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa potensi perikanan
tangkap perairan laut di WPP 715 adalah 632.720 ton/tahun, sementara
tingkat pemanfaatannya baru mencapai 37,4 7 % dengan volume
produksi 237.110 ton. Kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi pada
perairan laut di WPP 716 dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai
33, 46 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha perikanan
tangkap

pada

dua

wilayah

penangkapan

tersebut

masih

dapat

ditingkatkan, kecuali untuk kegiatan penangkapan udang di Laut Seram


dan Teluk Tomini serta penangkapan cumi di Laut Sulawesi dan
Samudera Pasifik yang telah mengalami overfshing (penangkapan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-88

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

melampaui batas).Menurut data statistik perikanan tangkap Sulawesi


Utara, produksi perikanan tangkap perairan laut Provinsi Sulawesi Utara
dalah sebesar 192.432,9 ton, dengan nilai produksi sebesar 925, 491
milyar rupiah. Namun, kontribusi volume produksi perikanan laut
Kabupaten Minahasa, sebagai induk Kabupaten Minahasa Utara masih
sangat sedikit, yaitu hanya 9.136,4 ton (4,75%) dengan nilai produksi
sebesar 36,691 milyar rupiah. Jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap
adalah ikan cakalang, albakora, madidihang, kuwe, sunglir, kembung,
selar, lemuru, matabesar, tongkol, dan lain-lain.
Berdasarkan

data

pada

Dinas

Perikanan

setempat

(Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa dalam Angka, 2003),


produksi perikanan tangkap di perairan laut Kabupaten Minahasa Utara
adalah sebesar 8.408,6 ton. Jumlah nelayan perairan laut di Kabupaten
Minahasa Utara adalah sebanyak 7.684 orang yang tergabung dalam
2.849 rumah tangga perikanan (RTP). Secara detail data tersebut dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel III.4
Jumlah Nelayan, RTP dan Volume Produksi Perikanan Tangkap
Perairan Laut di Kabupaten Minahasa Utara, Tahun 2013
Kecamatan di Wilayah
Pesisir
1
Wori
2
Likupang Barat
3
Likupang Timur
4
Kema
Jumlah
No

Jumlah Nelayan
(orang)
2.830
1.329
1.833
1.692
7.684

RTP
(unit)
973
598
647
631
2.849

Produksi
(ton)
1.829,20
1.236,20
2.414,00
2.929,20
8.408,6

Sumber : Kabupaten Minahasa dalam Angka, 2013

Sumber ikan yang ada di Minahasa Utara berasal dari berbagai


perairan yang ada di bagian ekuator seperti samudra Pasifik dan
sebagaian utara di dekat Jepang.Wilayah perairan Minahasa dilalui oleh
aliran dengan kondisi perairan hangat dan kaya nutrien. Hal ini
menjadikan wilayah Minahasa sebagai lokasi yang ideal untuk biota laut
seperti ikan untuk berkembang biak. Namun harus disadari juga bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-89

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

eksploitas yang dilakukan haruslah mengedepankan prinsip pengelolaan


berkelanjutan dan harus tetap dijaga dengan melakukan montoring dan
evaluasi terhadap rencana kegiatan jangka pendek dan panjang.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-90

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.7 Penggunaan Lahan


Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan
dalam kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara
langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari
beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu
defenisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks
yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya melihat penggunaan
lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan
mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacammacam karakteristik alami yang disebutkan diatas. Penggunaan
lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan.
Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan
lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan lahan
biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini
(present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di
bumi bersifat dinamis, maka perhatian sering ditujukan pada
perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Penutup

lahan yang

menggambarkan

Konstrukasi

vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi


tersebut

seluruhnya

tampak

secara

langsung

dari

citra

penginderaan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup


dalam Penutup Lahan:
1) Struktur Fisik Yang Dbangun Oleh Manusia.
2) Fenomena Biotik Seperti Vegetasi Alami, Tanah Pertanian Dan
Kehidupan Binatang.
3) Tipe Pembangunan.
Jadi,
diharapkan

berdasarkan
untuk

dapat

pada

pengamatan

menduga

penutup

kegiatan

lahan,

manusia

dan

penggunaan lahan. Namun, ada aktivitas manusia yang tidak


dihubungkan secara langsung dengan tipe penutup lahan seperti

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

I-92

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

aktivitas rekreasi. Masalah-masalah lain termasuk penggunaan


ganda yang dapat menjadi secara multan atau terjadi secara
alternatif, penyusunan penggunaan vertika, dan ukuran areal
minimum dari pemetaan. Selanjutnya, pemetaan penggunaan
lahan dan penutup lahan membuat beberapa keputusan bijak
harus dibuat dan peta hasil tidak dapat dihindari mengandung
beberapa informasi yang digeneralisasikan menurut skala dan
tujuan aplikasinya. (Sutanto, 1996).
Penggunaan lahan di Kabupaten Minahasa terdiri dari lahan
pertanian,

perkebunan,

kehutanan,

permukiman,

sungai,

semak/belukar, rawa-rawa, tanah terbuka dan tambak. Sampai


dengan tahun 2006 berdasarkan penafsiran / interpretasi citra
satelit tahun 2005 luas keseluruhan tutupan lahan mencapai
99.299,55 Ha, dengan masing-masing tutupan lahan adalah
sebagai berikut :

Pertanian
Perkebunan
Kehutanan
Permukiman
Sungai
Semak/Belukar
Semakrawa
Rawa
Tanah Terbuka
Tambak

: 31.873,75 Ha
: 436,07 Ha
: 29.893,20 Ha
: 2.843,01 Ha
: 6.372,61 Ha
: 24.474,79 Ha
: 1.491,91 Ha
: 349,60 Ha
: 1.554,72 Ha
: 9,90 Ha

Luas tutupan lahan di Kabupaten Minahasa Utara perkecamatan sampai


dengan tahun 2006 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel III.9
Luas Tutupan Lahan Kabupaten Minahasa Utara
N
o

Tutupan
Lahan

1
2
3
4

Pertanian
Perkebunan
Kehutanan
Permukiman

Luas Lahan (Ha)


Airmadidi

Kalawat

Kauditan

2,718.91

277.59

3,191.94 3,627.21 3,720.55 6,700.71 2,855.39 3,184.05

5,597.39

31,873.75

3,022.01

436.07
4,204.03 1,683.17 1,666.93 5,616.39 2,184.16 3,821.87

7,694.64

436.07
29,893.20

301.31

352.69

372.90

2,843.01

287.51

Kema

Total

164.96

Likupang
Barat

313.25

Likupang Talawaan
Timur

536.14

274.32

Wori

239.93

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Dimembe

I-93

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

N
o

Tutupan
Lahan

Dokumen Akhir

Luas Lahan (Ha)


Airmadidi

Kalawat

Kauditan

Kema

Likupang
Barat

Likupang Talawaan
Timur

Total
Wori

Dimembe

5 Tubuh Air
6.21
41.42
3,135.70
59.06
43.30
51.41
16.36
47.55
2,971.59
6 Semak
2,617.62 3,202.13
1,742.99 2,395.54 10,015.51 2,919.79 1,581.20
7 Semak / Rawa
499.89
808.04
183.98
8 Rawa
91.39
246.93
11.27
9 Tanah Terbuka
198.22 1,349.97
6.53
10 Tambak
9.90
Kab. Minahasa
10,819.1
25,771.0
Utara
8,666.06 3,873.83
8
7,277.39 8,929.09
7
8,250.02 9,069.85 16,643.05

6,372.61
24,474.79
1,491.91
349.60
1,554.72
9.90
99,299.5
5

Sumber : Citra Satelit / RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010-2030

Informasi penggunaan lahan adalah penutup lahan permukaan


bumi dan penggunaan penutup lahan tersebut pada suatu daerah.
Informasi penggunaan lahan berbeda dengan informasi penutup lahan
yang dapat dikenali secara langsung dari citra satelit penginderaan
jauh. Sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan
manusia dalam suatu lahan atau penggunaan lahan atau fungsi lahan,
sehingga tidak selalu dapat ditaksir secara langsung dari citra
penginderaan jauh, namun secara tidak langsung dapat dikenali dari
asosiasi penutup lahannya (Purwadhi, 1999).

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

I-94

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.8 Kondisi Pemanfaatan wilayah laut eksisiting


Kondisi Pemanfaatan wilayah laut eksisiting di Minahasa Utara
meliputi sentra kegiatan perikanan, sentra pariwisata dan sentra
kegiatan industri.
3.1.8.1 Sentra Kegiatan Perikanan
Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara
teknis dapat dimanfaatkan untuk beberapa pengembangan kegiatan
seperti : a) perikanan darat; b) perikanan air payau; c) perikanan air
laut; dan d) budidaya perikanan. Kawasan perikanan darat sebagaimana
yang dimaksud adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk
pengembangan budidaya perikanan air tawar disawah, kolam dan
perairan yang tersebar di Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan
dengan luas keseluruhan kurang lebih 2.549,56 Ha.
Kawasan perikanan air payau adalah kawasan yang secara teknis
sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air payau di tambak
sepanjang pantai yang tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Wori
dan Kecamatan Likupang Timur dengan luas keseluruhan kurang lebih
117,12 Ha. Kawasan perikanan laut adalah kawasan yang secara teknis
seusia untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut maupun
untuk kegiatan perikanan tangkap jalur IA. Pengelolaan laut untuk
kegiatan penangkapan ikan wilayah kurang dari 4 mil di wilayah laut
Kecamatan Wori, Likupang Barat, Likupang Timur dan Kema. Kawasan
budidaya perikanan yang dimaksud didukung oleh Loka Budidaya Air
tawar di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe dan Balai Benih Ikan Pantai di
Desa Likupang II Kecamatan Likupang Timur. Pengembangan budidaya
tawar yaitu di Kecamatan Kema, Kecamatan Kauditan, Kecamatan
Airmadidi,

Kecamatan

Kalawat,

Kecamatan

Dimembe,

Kecamatan

Talawaan, dan Kecamatan Likupang Selatan. Kawasan perikanan sentra


pengolahan sebagaimana sesuai untuk pengembangan pengolahan
hasil

perikanan

Airmadidi,

yang

tersebar

di

Kecamatan

Kecamatan

Kalawat,

Kecamatan

Kema,

Likupang

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Kecamatan
Barat

dan
III-95

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Kecamatan Wori.
3.1.8.2 Sentra Kegiatan Pariwisata
Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara
yaitu kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam,
wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik yang sudah
berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi dan objek
wisata alam antara lain: di Pulau Bangka, Pulau Sahaung, Pantai
Surabaya, Pantai Kalinaun di Kecamatan Likupang Timur, Pantai
Makalisung, Pantai Batu Nona, Danau Tasik Oki di Kacamatan Kema,
Arung Jeram Sungai Tondano, Pemandian Air Panas Tanggari, Gunung
Klabat di Kecamatan Airmadidi, Air Terjun Tunan di Kecamatan Talawaan,
Danau Zepper di Kecamatan Kauditan, Pulau Naen dan Pulau Mentehage
di Kecamatan Wori.
Potensi dan Objek Wisata Budaya antara lain : Taman Purbakala di
Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Taman Waruga di Kelurahan
Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Mata Air Tumatenden di
Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Goa Jepang di Desa
Sawangan

Kecamatan

Airmadidi,

Waruga

di

Desa

Kokoleh

Satu

Kecamatan Likupang Selatan, Penjara Tua di Desa Kema Dua Kecamatan


Kema.
Potensi dan objek wisata agro antara lain : kebun kelapa hibrida di
Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Barat, kebun rambutan di
Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan, kolam ikan mas dan
nila di Kecamatan Dimembe. Potensi dan objek wisata lainnya antara
lain : Gangga Island Resort di Kecamatan Likupang Barat, Pulisan Jungle
Resort di Desa Pulisan Kecamatan Likupang Timur, Kima Bajo Resort di
Desa Kima Bajo di Kecamatan Wori, penangkaran satwa langka di Desa
Pimpim Kecamatan Kema.
3.1.8.3 Kawasan Industri
Kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Minahasa

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-96

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Utara adalah kawasan yang diperuntukan pengembangannya bagi


pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun
industri manufaktur yang terdiri atas :
a) Kawasan Peruntukan Industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema di
KecamatanKauditan dan Kecamatan Kema dan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Bitung yangmencakup Kecamatan Kauditan dan
Kecamatan Kema.
b) Kawasan Peruntukan Industri Sedang di Kecamatan Likupang Barat.
c) Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Ringan tersebar diseluruh
Kabupaten.
d) Kawasan Pergudangan terbatas dan terkendali terletak di Kecamatan
Kalawat dan di kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan industri.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-97

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.9 Sumberdaya Air


Masyarakat

di

Kabupaten

Minahasa

Utara

masih

mengandalkan pada penyediaan mandiri dengan memanfaatkan


sumur gali / sumur pantek. Air baku dari sumber tersebut relatif
mudah didapat, mengingat kondisi vegetasi tutupan lahan masih
terjaga. Minahasa Utara sangat kaya dengan kawasan lindung
maupun konservasi sehingga pasokan terhadap air baku relatif
masih baik dan kondisinya masih terjaga.
Untuk tetap menjaga keberlangsungan pasokan air baku dari kedua
sumber

tersebut,

perlu

diupayakan

kelestarian

lingkungan

dari

kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak terkontrol. Untuk beberapa


lokasi yang merupakan konsentrasi permukiman seperti di Kalawat,
Likupang dan Ibukota Airmadidi diupayakan untuk dipenuhi penyediaan
air bersih dengan sistem terpusat dengan menggunakan sistem
perpipaan PDAM. Pengguanaan sistem terpusat dengan jaringan pipa
dapat mengurangi eksploitasi penggunaan air tanah secara tidak
terkontrol.
Sumber air baku yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa utara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Sumber
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel III.5
Air Baku di Kabupaten Minahasa Utara
Potensi
Sumber Air Baku
(m3/det)
Sungai Tondano
300
Sungai Sawangan
200
Sungai Talawaan
150
Sungai Likupang
80
Mata Air Airmadidi
50
Mata Air Tatelu
20
Klabat
Mata Air Wori
10
Mata Air Minawerot
10
Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2010-2015

Selain sumber air baku yang disebutkan pada tabel di atas,


terdapat juga potensi air bawah tanah yang tersebar di seluruh

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-98

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

wilayah Kabupaten Minahasa Utara. (sumber : RPJM Kabupaten


Minahasa Utara 2010-2015).
Potensi sumber daya air baku lainnya yang tersebar di Wilayah
Kabupaten Minahasa Utara antara lain adalah : Mata Air Talawaan I,
Mata Air Tunan, Mata Air Warat, Mata Air Malupu, Mata Air Tumbohon,
Mata Air Kumersot, Mata Air Huluatikup, Mata Air Doud Tewasen, Mata
Air Doud Pinakiwe, Mata Air Doud Minawanua, Mata Air Papi, Mata Air
Tamblang, Mata Air Talise, Mata Air Malimbukan, Mata Air Keluarga, Mata
Air Pencoran Lima, Mata Air Alam Suwaan, Mata Air Keluarga Wenas,
Mata Air Keluarga Menanga, Mata Air Tontalete, Mata Air Tumatenden,
Mata Air Tambuk Terang, Mata Air Kema I, Mata Air Tuan, Mata Air
Tunaan, Mata Air Tumaratak, Mata Air Doud Waidan dan Mata Air
Malinow. Wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang telah dilayani oleh
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) adalah Kecamatan Airmadidi,
Maumbi, Kauditan, Tatelu, Likupang, Talawaan dan Wori. Jumlah
pelanggan PDAM Kabupaten Minahasa Utara adalah 7.539 pelanggan,
terdiri dari 5.803 pelanggan aktif dan 1.736 pelanggan non aktif.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-99

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.10 Infrastruktur
1) Jaringan Jalan
Sistem

transportasi

akan

mampu

memperlancar

kegiatan

pembangunan di suatu daerah. Sektor trasportasi dalam proses


pembangunan ekonomi, memiliki nilai foreward linkage yang
tinggi,

yang

mampu

memacu

perkembangan

sektor-sektor

Iainnya. Salah satu bagian dari pembangunan sektor transportasi


adalah penyediaan jalan.
Prasarana jalan dan jembatan di Kabupaten Minahasa Utara terdiri
dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Panjang
jalan negara adalah 143,59 km di jalur pantai utara dan pantai
selatan serta jalan utama Manado Bitung. Jalan provinsi
sepanjang 174.98 km, sedangkan jalan kabupaten sepanjang 289
km. Kondisi jalan kabupaten belum semuanya diaspal. Jalan
kabupaten yang kondisinya baik baru sekitar 35 prosen sehingga
perlu penanganan peningkatan jalan.
Tabel III.6
Prasarana Jalan Kabupaten Minahasa Utara
N
o
1
2
3

Prasarana Jalan
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten

Panjang Jalan (Km)


143.59
174.98
400

Sumber : RPJM Minahasa Utara 2010-2015

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-100

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

2) Fungsi, Kelas dan Kondisi Jalan


Klasifikasi

jalan atau hierarki

jalan adalah

pengelompokan jalan berdasarkan

fungsi

jalan,

berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan


sumbu yang

menyangkut dimensi dan berat kendaraan.

Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu


lintas yang
jalan,

menggunakan

keekonomian dari

jalan
jalan

tersebut,
tersebut

besarnya kapasitas
serta

pembiayaan

pembangunan dan perawatan jalan.


Tabel III.7
Data Kelas Jalan Kabupaten Minahasa Utara
No

Ruas

Status

Nasional
Propinsi

III

Maumbi Airmadidi Watudambo


Tondano Airmadidi Likupang Wori
Airport
Wori Likupang Bitung

Kela
s
III

III

Antar Kecamatan

Propinsi
Kabupate
n

IV

Sumber : Dinas Perhubungan dan telekomunikasi 2009

3) Lokasi dan Kondisi Pelabuhan


Lokasi pelabuhan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara terdapat
di Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Untuk
pelabuhan-pelabuhan lokal tersebut telah ditempatkan armada
perintis

secara

tetap

di

samping

armada

lokal

yang

menghubungkan pesisir pantai daerah ini. Pelabuhan rakyat di


Likupang digunakan untuk melayani penyeberangan ke Pulau
Gangga, Pulau Bangka dan Pulau Talise.
Kondisi pelabuhan tersebut statusnya pada saat ini masih dalam
status diusahakan. Pengelola pelabuhan Likupang dikelola oleh
UPT

sedangkan

Pelabuhan

Perikanan

Kema

dikelola

oleh

Kabupaten. Pembangunan Regional / Nusantara penumpang dan


penyeberangan yang berlokasi di Munte Kecamatan Likupang
Barat akan menggantikan Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan
penumpang.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-101

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel III.8
Rencana Pengembangan Pelabuhan
Lokasi
Jenis Pelabuhan
Likupang
Pelabuhan Laut
Munte
Pelabuahan Ferry
P. Mantehage
Dermaga
Tambat
(Pelengsengan)
P. Naen
Dermaga
Tambat
(Pelengsengan)
P. Gangga
Dermaga
Tambat
(Pelengsengan)
P. Bangka
Dermaga
Tambat
(Pelengsengan)
P. Talise
Dermaga
Tambat
(Pelengsengan)

Keterangan
Peningkatan
Penyelesaian Akhir
Dalam Rencana
Dalam Rencana
Dalam Rencana
Dalam Rencana
Dalam Rencana

Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Sarana transportasi yang ada di Kabupaten Minahasa Utara


meliputi darat dan laut. Untuk menunjang aktifitas pembangunan fisik,
ekonomi dan sosial, diperlukan sarana transportasi yang terintegrasi
antara transportasi darat, laut dan udara.Untuk mencapai lokasi
tujuannya,

pergerakan

orang/penumpang

dan

barang/komoditas

Kabupaten Minahasa Utara dilayani oleh moda-moda transportasi yang


dapat berupa angkutan darat (jalan), laut maupun udara. Angkutan
darat/jalan terbagi atas angkutan pribadi, angkutan penumpang umum
serta angkutan barang.
Berdasarkan fungsi pelayanannya angkutan umum darat / jalan dibagi
atas :
1)
2)
3)
4)

Antar kota antar propinsi (AKAP)


Antar kota dalam propinsi (AKDP)
Angkutan perkotaan (Angkot)
Angkutan pedesaan
Kondisi angkutan penumpang di Kabupaten Minahasa Utara

sebagian

besar

dilayani

oleh

angkutan

pedesaan

jenis

minibus

berkapasitas angkut 10 12 orang/penumpang. Angkutan jenis ini


hanya melayani trayek-trayek pendek.Trayek-trayek angkutan umum di
Kabupaten Minahasa Utara adalah :
Airmadidi Paal 2
Tatelu Likupang

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-102

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Airmadidi Kauditan
Kauditan Kema
Airmadidi Tondano
Kauditan Tangkoko
Airmadidi Tatelu
Wori Tuminting
Dapat

disimpulkan

bahwa

pelayanan

angkutan

umum

di

Kabupaten Minahasa Utara masih sederhana dan sangat terbatas. Hal


ini ditandai dengan jenis angkutan bertipe trayek pendek yaitu tipe
angkutan

perkotaan

dan

angkutan

pedesaan.

Untuk

menunjang

distribusi pergerakan saat ini hanya terdapat terminal di Airmadidi.


Terminal ini masuk dalam kategori C, artinya hanya untuk pelayanan
lalu lintas lokal, sedangkan standar minimal untuk melayani kegiatan
regional harus bertipe B.
Transportasi laut, khususnya untuk penumpang dan barang
sampai saat ini masih menggunakan pelabuhan Bitung. Sedangkan
pelabuhan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara seperti di Likupang
dan Kema hanya berstatus pelabuhan pendaratan ikan. Seiring dengan
perkembangan wilayah, Pelabuhan Likupang selain sebagai pelabuhan
pendaratan ikan juga berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan
penumpang untuk

menuju Pulau Gangga

dan Bangka. Kegiatan

transportasi di pelabuhan tersebut untuk melayani masyarakat di kedua


pulau tersebut dan sebagian wisatawan yang ingin berlibur. Kondisi
pelabuhan

Likupang

belum

cukup

representatif

untuk

menjadi

pelabuhan penumpang maupun barang. Pada pelabuhan ini belum ada


dermaga maupun ruang tunggu bagi penumpang yang ingin menuju
pulau-pulau tersebut. Demikian juga sebagai pelabuhan pendaratan
ikan belum mencukupi standar sarana dan prasarana yang ada.
Sedangkan Pelabuhan Kema mempunyai fungsi lebih spesifik sebagai
pelabuhan tangkapan ikan, terutama bagi nelayan yang menangkap
ikan di Teluk Tomini dan Laut Maluku. Sarana dan prasarana di
Pelabuhan

Kema

sudah

cukup

representatif

bagi

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

pelabuhan

III-103

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

penangkapan ikan.Transportasi udara pada saat ini memanfaatkan


Bandara Sam Ratulangi di Kota Manado, yang merupakan bandara
Internasional.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-104

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.11 Demografi dan Sosial


Kondisi sosial demografi di Kabupaten Minahasa Utara yang akan
dibahas antara lain jumlah penduduk, jumlah kepadatan penduduk, dan
jumlah tenaga kerja.
3.1.11.1

Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Minahasa Utara sampai dengan tahun


2012 adalah sebesar 193.906 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh)
Kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten Minahasa Utara (Sumber : BPS,
2012). Berikut Tabel mengenai jumlah penduduk Kabupaten Minahasa
Utara :
Tabel III.9
Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara Tahun
2012
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0

Kecamatan
Kema
Kauditan
Airmadidi
Kalawat
Dimembe
Talawaan
Wori
Likupang Barat
Likupang Timur
Likupang
Selatan
2012
2011

Jumlah Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
8.056
7.655
15.711
12.088
12.017
24.105
13.941
13.600
27.541
14.274
14.113
28.387
11.850
11.480
23.330
9.756
9.163
18.919
9.045
8.696
17.741
8.559
8.239
16.798
8.342
7.970
16.312
2.597
2.465
5.062
98.508
97.205

95.398
93.831

193.906
191.036

Rasio JK
105,24
100,59
102,51
101,14
103,22
106,47
104,01
103,88
104,88
105,35
103,26
103,60

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Utara

Sebaran Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara sampai dengan


tahun 2012 yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan yang ada, memiliki
sebaran yang cukup merata dengan tingkat kepadatan yang hampir
merata pula, hanya terdapat di beberapa Kecamatan saja yang memiliki
tingkat kepadatan cukup tinggi, seperti : Kecamatan Kalawat mencapai
28.387 jiwa, Kecamatan Likupang Selatan mencapai 5.062 jiwa dan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-103

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Kecamatan Airmadidi 27.541 jiwa. Sedangkan untuk Jumlah penduduk


secara keseluruhan di Kabupaten Minahasa Utara dengan luas yang lebih
kurang mencapai 1.059,244 Km2 sampai dengan tahun 2012 mencapai
193.906 jiwa / km2.

3.1.11.2 Tingkat Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk
dari suatu daerah dengan daaerah yang laindalam suatu luas tertentu,
seeperti km dan mill. kepadatan pendduduk setiap daerah tidak sama
karena akumulasi penduduk suatu daerah dipengarunhi oleh bebrapa
faktor geografis, topografi, iklim, lokasi, air, dan faktor sosial ekonomi.
1) Kepadatan penduduk aritmatika adalah angka yang menunjukan
jumlah penduduk dalam setiap km tanah persegi.
2) Kepadatan penduduk agraris adalah angka

yang

menunjukan

perbandingan antara jumlah penduduk petani pada setiap km persegi


tanah pertanian.
Tingkat kepadatan dan sebaran penduduk kabupaten minahasa utara
tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel III.10
Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2011
No

Kecamata
n

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kauditan
Kema
Airmadidi
Wori
Dimembe
Lik. Barat
Lik. Timur
Lik.
Selatan
Kalawat
Talawaan

9.
10

Luas
Wilayah
(KM) *

Jumlah
Pendudu
k

2009
Kepadatan
**

2010
Jumlah
Kepadata
Penduduk
n**

2011
Jumlah
Kepadat
Pendudu
an**
k

108,202
78,755
86,660
90,704
166,433
104,289
290,841
11,821

22.337
13.637
24.296
18.355
21.728
17.125
21.683
-

206,44
173,16
280,36
202,36
130,55
164,21
74,55
-

22.596
13.795
24.578
18.568
21.980
17.324
21.935
-

208,83
175,16
283,61
204,71
132,07
166,12
75,42
-

23.586
14.980
26.592
17.966
22.613
17.011
16.503
5.107

217,98
190,21
306,85
198,07
135,87
163,11
56,74
432,03

39,031
82,508

22.610
12.684

579,28
153,73

22.873
12.831

586,02
155,51

26.624
17.486

682,12
211,93

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-104

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No

Kecamata
n

Jumlah

Luas
Wilayah
(KM) *

1.059,24
4

Jumlah
Pendudu
k

2009
Kepadatan
**

174.455

164,70

Dokumen Akhir

2010
Jumlah
Kepadata
Penduduk
n**

176.480

166.61

2011
Jumlah
Kepadat
Pendudu
an**
k

188.46
7

177,93

Sumber: Minahasa Utara Dalam Angka, 2009, 2010

Perkembangan penduduk di Kabupaten Minahasa Utara dari tahun ke


tahun mengalami kenaikan. Dari data yang ada pada tahun 2007
perkembangan penduduk Kabupaten Minahasa Utara berjumlah 170.340
jiwa sedangkan pada tahun 2008 naik menjadi 172.690 jiwa. Dan pada
tahun 2009 mencapai 174.455 jiwa dan tahun 2010 berjumlah 176.480
jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 188.467 jiwa.

3.1.11.3

Jumlah Tenaga Kerja

Proporsi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan


angka yang menunjukan distribusi/penyebaran penduduk bekerja di setiap
lapangan pekerjaan. Menurut Sensus Penduduk yang dimaksud dengan
lapangan

pekerjaan

adalah

bidang

kegiatan

dari

usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja.


Pergeseran distribusi penduduk bekerja dari lapangan pekerjaan
pertanian menuju industri dan jasa merupakan fenomena terjadinya
transformasi/perubahan struktural perekonomian. Disamping itu, indikator
ini

membantu

pemerintah

dalam

memberikan

fokus

kebijakan

ketenagakerjaan pemerintah. Misalnya, apabila proporsi penduduk yang


bekerja terbanyak terdapat di sektor pertanian maka pemerintah dapat
lebih menitikberatkan pembangunan ketenaga kerjaan di sektorini.
Penduduk Kabupaten Minahasa Utara menurut jenis pekerjaan terdiridari
petani, nelayan, buruh, pegawai pemerintah/TNI/POLRI, pegawai swasta,

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-105

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

pelajar, sopir angkutan dan pekerjaan lain-lain dengan rincian sebagai


berikut:
Tabel III.11
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Minahasa Utara Tahun
2012
N
Jenis
Jumlah
Keterangan
o
Pekerjaan
1
Belum/Tidak Bekerja
57.283
2
Mengurus Rumah
47.800
Tangga
3
Pelajar Mahasiswa
32.655
4
Pensiunan
3.217
5
PNS
5.265
6
TNI
915
7
Kepolisian
662
8
Perdagangan
484
9
PetaniPerkebunan
21.282
1
Peternak
124
0
1
Nelayan Perikanan
5.267
1
1
Industri
18
2
1
Konstruksi
32
3
1
Transportasi
243
4
1
KaryawanSwasta
18.111
5
1
Karyawan BUMN
357
6
1
Karyawan BUMD
84
7
1
Karyawan Honorer
917
8
1
BuruhHarian Lepas
1.619
9
2
BuruhTani Perkebunan
2.010
0
2
BuruhNelayan
542
1
Perikanan
2
BuruhPeternakan
39
2
2
Pembantu Rumah
377
3
Tangga

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-106

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

N
o
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0

Jenis
Pekerjaan
TukangCukur
TukangListrik

Jumlah

Keterangan

11
83

TukangBatu

446

TukangKayu

2.092

TukangSol Sepatu

16

TukangLas Pandai
Besi
TukangJahit

65
203

Sumber : LKPJ Tahun 2011 Kabupaten Minahasa Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok yang belum/tidak


bekerja masih mendominasi dengan 57.283 orang atau sebesar 25,62%
diikuti kelompok mengurus rumah tangga dengan 47.800 orang atau
sebesar 21,38%, sedangkan untuk kelompok pelajar dan mahasiswa
sebanyak 32.655 orang atau sebesar 14,60% berada pada peringkat ke-3.
3.1.11.4

Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi atau perkiraan jumlah penduduk menjadi salah faktor yang


penting dalam perencanaan tata ruang wilayah. Hal ini berkaitan dengan
rencana kebutuhan pengembangan berbagai sarana dan prasarana di
wilayah tersebut. Perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang
juga akan berguna bagi pemerataan sebaran penduduk di berbagai
wilayah serta penyediaan lahan bagi kebutuhan sarana dan prasarana di
masing-masing wilayah tersebut.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam memproyeksikan
perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Utara di masa yang
akan datang, antara lain adalah dengan menghitung tingkat atau laju

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-107

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

pertumbuhan penduduknya dan menentukan skenario pertumbuhan di


masa yang akan datang.

1. Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Minahasa
Utara secara keseluruhan dalam kurun waktu tahun 2002 hingga
2006 adalah 7,88 %, atau sekitar 1,97 %/tahun. Perkembangan
penduduk

di

pertumbuhan

Kabupaten
yang

Minahasa

berbeda-beda

Utara

di

memiliki

tingkat

masing-masing

wilayah

Kecamatan. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di


Kecamatan Kalawat dan Kema yaitu sekitar 12,64 % dan 11,92 %
dalam

kurun

waktu

tahun

2002

hingga

2006.

Sedangkan

pertumbuhan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kauditan


dan Likupang Timur yaitu sekitar 4,03 % dan 5,21 % dalam kurun
waktu yang sama yaitu tahun 2002 hingga 2006. Berikut tabel
mengenai laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Minahasa Utara
(Tabel III.17).
Tabel III.12
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Utara
Tahun 2002 2008
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6

Kauditan
Kema
Airmadidi
Wori
Dimembe
Likupang Barat
Likupang
Timur
Kalawat
Talawaan
Likupang

7
8
9
10

Jumlah
2002
20,991
13,257
38,784
17,083
31,998
15,582

2003
20,919
12,867
46,496
17,043
32,208
15,898

2004
21,332
12,686
22,928
17,942
20,589
16,742

2005
21,432
12,786
23,028
18,042
20,689
16,842

2006
21,836
13,167
23,592
18,139
21,136
16,932

2007
22,111
13,499
24,050
18,169
21,508
16,952

2008
22,337
13,637
24,296
18,355
21,728
17,125

20,203 19,872 21,100 21,200 21,255 21,464 21,683


-

21,043 21,143 21,811 22,381 22,610


12,250 12,350 12,472 12,556 12,684
-

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-108

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Selatan
Jumlah

157,89 165,3 166,6 167,5 170,3 172,69 174,4


8
03
12
12
40
0
55

Sumber : Kabupaten Minahasa Utara / RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010-2030

2. Skenario Pertumbuhan
Dalam memproyeksikan perkembangan jumlah penduduk diperlukan
pula skenario pertumbuhan yang terdiri dari 3 (tiga) skenario sebagai
acuan perkembangan penduduk di masa yang akan datang di
Kabupaten Minahasa Utara.
Ke tiga skenario yang dimaksud di atas adalah
Skenario 1 :
Skenario Optimistik
Skenario 2 :
Skenario Pesimistik
Skenario 3 :
Skenario Realistik
a) Skenario Optimistik
Skenario Optimistik adalah penghitungan proyeksi atau perkiraan
jumlah penduduk menggunakan angka / laju pertumbuhan
penduduk terbesar di Kabupaten Minahasa Utara, yaitu sebesar
12,64 % dalam kurun waktu 2002 2006 atau sekitar 3,16 % /
tahun, yang berasal dari angka pertumbuhan di Kecamatan
Kalawat.

Angka

pertumbuhan

tersebut

digunakan

untuk

menghitung keseluruhan pertambahan jumlah penduduk di setiap


Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara.
Berikut tabel pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten
Minahasa Utara dengan menggunakan Skenario Optimistik.
Tabel III.13
Proyeksi Skenario Optimistik Pertumbuhan PendudukKabupaten Minahasa
Utara
Tahun 2006 2031
Jumlah (jiwa)
No
Kecamatan
.
2006
2007
2008
2013
2018
2031
21.836
22.526
23.238
27.074
29.418
40.771
1. Kauditan
13.167
13.583
14.012
16.326
17.739
24.585
2. Kema

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-109

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Airmadidi
Wori
Dimembe
Likupang
Barat
Likupang
Timur
Kalawat
Talawaan

23.592
18.139
21.136

24.338
18.712
21.804

25.107
19.303
22.493

29.251
22.490
26.206

31.784
24.438
28.475

44.050
33.869
39.464

16.932

17.467

18.019

20.994

22.812

31.615

21.255

21.927

22.620

26.354

28.636

39.687

21.811
12.472

22.500
12.866

23.211
13.273

27.043
15.464

29.385
40.725
16.803
23.287
229.49
318.0
170.340
175.723
181.276
211.201
Jumlah
0
53
Sumber : Hasil Analisis Konsultan / RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010-2030

b) Skenario Pesimistik
Skenario Pesimistik adalah penghitungan proyeksi atau perkiraan
jumlah penduduk menggunakan angka / laju pertumbuhan
penduduk terendah di Kabupaten Minahasa Utara, yaitu sebesar
3,95 % dalam kurun waktu 2002 2006 atau sekitar 0,99 % /
tahun, yang berasal dari angka pertumbuhan di Kecamatan
Talawaan.

Angka

pertumbuhan

tersebut

digunakan

untuk

menghitung keseluruhan pertambahan jumlah penduduk di setiap


Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara.
Berikut tabel pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten
Minahasa Utara dengan menggunakan Skenario Pesimistik.
Tabel III.14
Proyeksi Skenario Pesimistik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Minahasa Utara
Tahun 2013 2033
Jumlah (jiwa)
No Kecamatan
2006
2007
2008
2013
2018 2031
21.836
22.052
22.270
23.373
24.475 26.680
1. Kauditan
13.167
13.297
13.429
14.094
14.758 16.088
2. Kema
23.592
23.826
24.061
25.252
26.444 28.826
3. Airmadidi
18.139
18.319
18.500
19.416
20.331 22.163
4. Wori
21.136
21.345
21.557
22.624
23.691 25.825
5. Dimembe
16.932
17.100
17.269
18.124
18.979 20.688
6. Likupang

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-110

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Barat
Likupang
7.
Timur
8. Kalawat
9. Talawaan
Likupang
10.
Selatan

21.255

21.465

21.678

22.751

23.824 25.970

21.811
12.472

22.027
12.595

22.245
12.720

23.346
13.350

24.447 26.650
13.979 15.239

172.02
190.92 208.1
173.729 182.329
6
9
28
Sumber : Hasil Analisis Konsultan / RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010-2030

Jumlah

170.340

c) Skenario Realistik
Sedangkan

untuk

Skenario

Realistik

adalah

penghitungan

proyeksi atau perkiraan jumlah penduduk menggunakan angka /


laju pertumbuhan penduduk yang paling memungkinkan atau
paling real di Kabupaten Minahasa Utara. Angka pertumbuhan
yang

paling

memungkinkan

pertumbuhan

penduduk

dapat

rata-rata

juga

digunakan

pertahun

di

angka

Kabupaten

Minahasa Utara, yaitu sebesar 7,88 % dalam kurun waktu 2002


2006 atau sekitar 1,97 % / tahun, yang berasal dari angka
pertumbuhan rata-rata keseluruhan di Kabupaten Minahasa
Utara.

Angka

pertumbuhan

tersebut

digunakan

untuk

menghitung keseluruhan pertambahan jumlah penduduk di setiap


Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara.
Tabel III.15

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Minahasa


Tahun 2010 2030
Jumlah (jiwa)
Kecamatan
2006 2007 2008 2013 2018
Kauditan
21,836 22,266 22,705 24,941 27,398
Kema
13,167 13,426 13,691 15,039 16,521
Airmadidi
23,592 24,057 24,531 26,947 29,601
Wori
18,139 18,496 18,861 20,718 22,759
Dimembe
21,136 21,552 21,977 24,142 26,520
Likupang Barat 16,932 17,266 17,606 19,340 21,245
Likupang Timur 21,255 21,674 22,101 24,278 26,669

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Utara
2029
32,795
19,775
35,433
27,243
31,744
25,430
31,923

III-111

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No

Jumlah (jiwa)
2006 2007 2008 2013 2018
21,811 22,241 22,679 24,913 27,367
12,472 12,718 12,968 14,246 15,649

Kecamatan

8.
9.

Kalawat
Talawaan
Likupang
10. Selatan

2029
32,758
18,732

170,34 173,69 177,11 194,56 213,72


Jumlah
0
6
8
4
8
255,833
Sumber : Hasil Analisis Konsultan / RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 20102030

Dari tabel di atas terlihat jumlah penduduk di Kabupaten Minahasa


Utara sampai dengan akhir tahun perencanaan atau tahun 2030
diperkirakan
didapatkan

akan
dengan

mencapai

255.833

menggunakan

jiwa.

asumsi

Proyeksi

angka

tersebut

pertumbuhan

penduduk rata-rata per tahun stabil atau tetap yaitu sebesar 1,97 %
per

tahunnya.

Dengan

jumlah

penduduk

tersebut

dapat

diproyeksikan pula kebutuhan ruang dan sarana prasarana sampai


akhir tahun perencanaan atau sampai dengan tahun 2008.

3.1.11.5

Jumlah Nelayan dan Pembudidaya Ikan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya
hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup
ikan amfibi dan berbagai avetebrata penghuni perairan serta daerah yang
berdekatan dengan lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI No.
9/1985 dan UU RI No. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan
dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran
yang dilakukan dalam suatu system bisnis perikanan. Dengan demikian,
perikanan

dapat

dianggap

merupakan

usaha

agribisnis.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Umumnya,

III-112

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hokum untuk


menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,
mendinginkan, pengeringanatau mengawetkanikan dengan tujuan untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).

N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

Tabel III.16
Luas Areal Penangkapan Ikan
Areal Penangkapan Ikan
Kecamatan
Laut
Danau
Waduk
Sungai
Kema
4970
Kauditan
Airmadidi
Kalawat
Dimembe
Talawaan
Wori
2451
Likupang
2917
Barat
Likupang
4537
Timur
Likupang
*)
*)
*)
*)
Selatan
Jumlah
14874
-

Sumber : Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Minahasa Utara

N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

Tabel III.17
Jumlah Nelayan / Petani Ikan
Nelayan
Kecamatan
Perairan
Laut
Umum
Kema
2786
Kauditan
Airmadidi
Kalawat
Dimembe
Talawaan
Wori
818
Likupang
4233
Barat
Likupang
4846
Timur
Likupang
*)
*)
Selatan
Jumlah
12.68
3

Petani
Ikan
100
94
110
320
122
30
100
*)
876

Sumber : Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Minahasa Utara

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-113

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Gambar 3.33
Budidaya Perikanan dalam Kawasan

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

Tabel III.18
Jumlah Rumah Tangga Nelayan / Petani Ikan
Nelayan
2007
2008
Kecamatan
Perairan
Laut
Perairan
Umum
Umum
Kema
1385
Kauditan
Airmadidi
Kalawat
Dimembe
Talawaan
Wori
2170
Likupang Barat
950
Likupang
842
Timur
Likupang
Selatan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Laut
2010
590
3019
3511

III-114

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No
.

Nelayan
Kecamatan
Jumlah

2007
Perairan
Umum
-

2008
Laut

Perairan
Umum
-

Laut
9130

Sumber : Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Minahasa Utara

No
.
1.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tabel III.19
Data Dasar Bidang Kelautan
Data Dasar
Satuan
Luas Baku Usaha
Budidaya
Laut
Air Payau
Air Tawar
Jumlah Produksi
Perikanan Budidaya
Air Tawar
Air Payau
Jumlah
Pembudidaya
Jumlah BBI
Jumlah Produksi
Tangkap (laut)
Jumlah TPI
Jumlah Nelayan
Panjang Pantai
Jumlah Kelompok
Pengawas
Masyarakat

Jumlah

2007

2008

Ha
Ha
Ha

1500
850
1200

15000
5372
3450

Ton
Ton
Jiwa

1342
131
832

492
88
754

Unit
Ton

1
13283

1
14874

Unit
Jiwa
Km
Kelompok

3
5347
229
2

3
9130
292
7

Sumber : Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Minahasa Utara

Data dasar bidang kelautan di atas menunjukkan adanya peningkatan


jumlah produksi tangkapan laut hingga 112% dan peningkatan jumlah
nelayan

hingga

171%.

Perkembangan

ini

menunjukkan

adanya

peningkatan kegiatan perikanan tangkap di pesisir Minahasa Utara dalam


periode 2 tahun terakhir.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-115

PETA PERGERAKAN EKONOMI

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.1.12 Ekonomi Wilayah


A. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah besarnya produk
domestik bruto (PDB) suatu daerah. Produk domestik regional bruto
menyajikan data series PDB baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan 2000, yang disajikan dalam nilai rupiah maupun
persentase. berdasarkan data beberapa tahun teakhir baik data yang
dihimpun secara langsung (data primer) maupun data yang dikutip dari
adminstrasi Instansi/Dinas/Lembaga Pemerintah maupun swasta (data
sekunder).
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian
yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu
(provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu
tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan pertanian,
pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.
Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai
output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value
added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini
adalah

harga

produsen.

Penilaian

pada

harga

konsumen

akan

menghilangkan PDRB subsektor perdagangan dan sebagian subsektor


pengangkutan.
Struktur ekonomi wilayah Kabupaten Minahasa Utara dicerminkan
oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian maka
akan terlihat gambaran nyata perekonomian wilayah Kabupaten Minahasa
Utara, baik secara struktural maupun perkembangan sektor-sektornya.
Secara umum ada 9 (sembilan) sektor yang menopang perekonomian
suatu wilayah yaitu :

Sektor pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-115

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Sektor pertambangan

Sektor industri pengolahan

Sektor listrik, dan air minum

Sektor bangunan dan konstruksi

Sektor perdagangan, hotel dan restoran

Sektor pengangkutan dan komunikasi

Sektor keuangan

Sektor jasa
Secara umum struktur perekonomian Kabupaten Minahasa Utara

ditopang oleh sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan,


hotel dan restoran,. Pada tahun 2013 Sektor Konstruksi memberikan
kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,70%. Sedangkan sektor Pertanian
sebesar 21.34%, Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi
sebesar 12.56 %. Sementara sektor Jasa memberikan kontribusi sebesar
13,57% Angkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 9,29%.
untuk mengetahui dengan lebih jelasnya tentang PDRB Kabupaten
Minahasa Utara dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel III.20
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2010 - 2013
No
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
1
Pertanian / Agriculture
642,14
667,09
711,32
774,18
Pertambangan dan Penggalian /
2
274,33
292,14
313,13
356,85
Mining and Quarrying
Industri Pengolahan / Processing
3
220,02
239,33
255,00
273,73
Industry
Listrik, Gas, dan Air Bersih /
4
16,85
18,12
19,86
22,97
Electricity, Gasand, Water Supply
5

Konstruksi/Construction

605,06

681,74

776,28

859,59

Perdagangan, Hotel, dan Restoran /

323,30

355,17

392,63

448,31

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-116

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No

Lapangan Usaha

2010

2011

2012

2013

227,91

251,20

283,02

336,81

46,92

50,78

55,36

62,40

321,07

363,00

421,82

492,26

3.627,0

677,60

918,57

228,42

Trading, Hotel, Rest


7

Pengangkutan & Komunikasi / Trans


and Comm
Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan / Finance, Real Estate,

and Business Services


Jasa-Jasa / Services
Minahasa Utara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Utara, 2010-2013.

Tabel III.21
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2010 - 2013
No
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
1
408,06
Pertanian / Agriculture
364,00
371,78
393,40
2
3
4
5
6
7
8

Pertambangan dan Penggalian /


Mining and Quarrying
Industri Pengolahan / Processing
Industry
Listrik, Gas dan Air Bersih /
Electricity, Gasand, Water Supply
Konstruksi/Construction
Perdagangan, Hotel, dan Restoran /
Trading, Hotel, Rest
Pengangkutan & Komunikasi /
Trans and Comm
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan / Finance, Real Estate,
and Business Services
Jasa-Jasa / Services
Minahasa Utara

200,76

164,18

174,39

184,13

78,06

84,29

88,64

7,98

8,41

8,92

311,96

342,44

371,26

167,04

181,19

194,39

78,48

84,38

90,92

32,95

35,03

37,67

147,15

163,56

177,46

191,43

1 351,8

1 445,47

1 546,79

1655,56

93,67
9,98
398,97
214,97
96,99
40,73

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Utara, 2010 - 2013

B. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Minahasa Utara dalam kurun tahun 2007 2008 menunjukkan pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan sebesar
11,37%/tahun (berdasarkan PDRB menurut harga berlaku). Secara umum

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-117

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

semua

sektor

ekonomi

mengalami

pertumbuhan,

kecuali

sektor

pertambangan dan pengangkutan serta sektor bangunan. Beberapa sektor


menunjukkan tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
propinsi

Sulawesi

Utara.

Sektor-sektor

tersebut

adalah

pertanian

(23,71%), industri pengolahan (28,83%), listrik, gas dan air (112,03%),


jasa-jasa (23,38%). Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mengalami

tingkat

pertumbuhan

lebih

kecil

dibandingkan

tingkat

pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Utara (Sulut).


Tabel III.22
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 2007 - 2008
% Pertumbuhan 2007
N
Sektor
2008
o
Minut
Sulut
1
Pertanian
8,98%
15,30%
2
Pertambangan dan Penggalian
42,22%
18,42%
3
Industri Pengolahan
18,48%
9,03%
4
Listrik Gas dan Air Bersih
10,92%
12,14%
5
Bangunan
13,39%)
21,12%
6
Perdagangan, Hotel dan
13,88%
20,69%
Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
6,28%
13,10%
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa
5,46%
12,54%
Perusahaan
9
Jasa-jasa
4,31%
11,03%
Total Perekonomian
6,19%
15,62%
Sumber : RTRW Kabupaten Minahasa Utara

C. Perkembangan Kinerja Sub-Sektor Ekonomi (Perikanan)


Kabupaten Minahasa Utara memiliki wilayah pesisir dan laut yang
cukup luas. Pada wilayah pesisir ini dapat ditemukan berbagai ekosistem
khas tropis seperti ekosistem mangrove, padang lamun (seagrass), rumput
laut (seaweed), dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem tersebut
menjadi sumber keanekaragaman hayati yang tinggi dan menyediakan
tempat memijah, asuhan dan mencari makan bagi berbagai biota bernilai

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-118

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

ekonomis tinggi. Kekayaan alam tersebut menyimpan potensi yang besar


untuk dikembangkan baik bagi industri perikanan maupun non perikanan
seperti wisata bahari, wisata bawah air, pendidikan, sumber substansi
bioaktif bagi penelitian dan bioteknologi kelautan.
Sulawesi Utara termasuk di dalamnya Kabupaten Minahasa Utara
memiliki potensi perikanan yang besar dan telah menjadikan hasil usaha
perikanan sebagai salah salah satu produk unggulan untuk memicu
pendapatan asli daerah. Pembangunan perikanan di Kabupaten Minahasa
Utara telah memperlihatkan kemajuan yang relatif berarti, walaupun
potensi

yang

ada

belum

sepenuhnya

dikembangkan,

baik

akibat

kurangnya sumber daya manusia maupun kurangnya informasi atau


teknologi yang sesuai. Beberapa kecamatan di Minahasa Utara, seperti
Wori, Likupang Barat, Likupang Timur, Kema, dan Kauditan berbatasan
dengan laut sehingga memiliki potensi besar di bidang perikanan. Ada
sekitar

7.000

orang

atau

sekitar

2.800

rumah

tangga

yang

menggantungkan hidup dari hasil laut. Baik perikanan laut maupun darat,
serta budidaya rumput laut, mutiara dan biota laut banyak diusahakan
penduduk setempat.
Usaha perikanan baik tangkap maupun budidaya yang menjadi
tumpuan sebagian besar komunitas nelayan harus dikembangkan dari
usaha yang sifatnya tradisional menjadi usaha yang lebih profesional. Hal
ini

akan

berdampak

signifikan

pada

peningkatan

pendapatan

dan

kesejahteraan masyarakat nelayan serta memberikan kontribusi dalam


peningkatan kas daerah. Disamping sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
protein hewani, usaha perikanan juga mempunyai peran penting dalam
penyediaan lapangan kerja yang baru dan produktif serta meningkatkan
devisa negara.
Tabel III.23
Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Minahasa Utara

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-119

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

N
o
1

Penangkapan

Budidaya Laut

3
4
5

Kegiatan

Budidaya Air
Payau
Budidaya Air
Tawar
Pengolahan

Alat tangkap /
Media
Small purse seine
Pancing dasar
Pole and Line
Long Line
Tali ris Rumput
Laut
Jaring Apung
Kerapu
Tambak Kepiting
Tambak Nener
Kolam

Potensi
(Ton)
384.750
83.840
14.500
106.510

Produksi
(Ton)
7.904
1.200
872
2.150

10.500

3.630

10,1

5.372
-

1,2
4,5

3.449

998

Pengasapan
Penggaraman

2
1,6

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2013

Dari tabel di atas, didapatkan gambaran secara umum bahwa kegiatan


penangkapan ikan yang telah dilakukan dengan menggunakan berbagai
alat tangkap di Kabupaten Minahasa Utara masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan potensi yang ada. Hal yang sama juga berlaku bagi
kegiatan budidaya baik budidaya pada air laut, air payau maupun air
tawar.
Tabel III.24
Luas Potensi Perikanan Kabupaten Minahasa Utara
Potensi Lahan
N
Kecamatan
Kolam
Mina Padi
Nelayan
Tambak
o
(Ha)
(Ha)
(org)
(Ha)
1 Kema
30
5
1.373
30
2 Kauditan
31
0
0
0
3 Airmadidi
27
5
0
0
4 Kalawat
45
8
0
0
5 Dimembe
178
16
0
0
6 Talawaan
83
5
0
0
7 Likupang Timur
38
3
981
350
8 Likupang Barat
0
0
964
30
9 Wori
0
0
1.835
0
1 Likupang
0 Selatan
Minahasa Utara
432
42
5.153
410

Perairan
Umum
0
0
3
3
0
0
5
0
0
11

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-120

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dari tabel di atas, secara umum dapat diperoleh informasi bahwa


kecamatan yang memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar adalah
Kema, Likupang Barat, Likupang Timur dan Wori. Hal ini dapat dimengerti
mengingat

kecamatan

tersebut

memiliki

wilayah

yang

berbatasan

langsung dengan perairan laut.


A. Perikanan Tangkap
Perairan laut Kabupaten Minahasa berada dalam dua WPP di antaranya
yaitu WPP 716 (Laut Seram dan Teluk Tomini) dan WPP 715 (Laut Sulawesi
dan Samudera Pasifik). Wilayah yang berada dalam WPP 715 yaitu bagian
utara; Kecamatan Likupang Barat, Likupang Timur dan Wori, sedangkan
bagian selatan; Kecamatan Kema dan Kauditan berada dalam WPP 716.
Potensi perikanan tangkap perairan laut di kedua WPP ini cukup besar,
namun tingkat pemanfaatannya masih tergolong kecil. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut.

Tabel III.25
Potensi, Produksi dan Pemanfaatan Perikanan
Di Wilayah Pengelolaan Perikanan 6 dan 7
Potensi (ton/tahun)

Produksi (ton/tahun)

Pemanfaata

1.

Pelagis

106.51

175.25

281.760

37.460

154.43

190.89

n (%)
WP
WPP
P
715
716
35,1
87,54

2.

Besar
Pelagis

0
379.44

0
384.75

764.190

119.43

0
62.450

0
181.88

7
31,4

16,23

3.

Kecil
Demersal

0
83.840

0
54.860

138.700

0
32.140

15.310

0
47.450

8
38,3

27,91
15,24
87,20

N
o

Jenis Ikan

4.

Ikan

5.

karang
Udang

WPP

WPP

716

715

Total

WPP

WPP

716

715

Total

12.500

14.500

27.000

4.630

2.210

6.840

3
37,0

900

2.500

3.400

1.110

2.180

3.290

4
>10

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-121

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

300
7.130

400
450

700
7.580

20
2.850

40
1.490

60
4.340

0
6,67
39,9

10,00
>100

590.62

632.72

1.223.3

197.64

237.11

434.75

33,4

37,47

0
0
Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap, 2004

30

6.
7.

Lobster
Cumi
Jumlah

Keterangan Tabel
WPP 716 = Laut Seram dan Teluk Tomini
WPP 715 = Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa potensi perikanan tangkap
perairan laut di WPP 715 adalah 632.720 ton/tahun, sementara tingkat
pemanfaatannya baru mencapai 37,4 7 % dengan volume produksi
237.110 ton. Kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi pada perairan
laut di WPP 716 dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 33, 46 %.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha perikanan tangkap pada
dua wilayah penangkapan tersebut masih dapat ditingkatkan, kecuali
untuk kegiatan penangkapan udang di Laut Seram dan Teluk Tomini serta
penangkapan cumi di Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik yang telah
mengalami overfshing (penangkapan melampaui batas).
Menurut data statistik perikanan tangkap Sulawesi Utara Tahun 2004,
produksi perikanan tangkap perairan laut Provinsi Sulawesi Utara dalah
sebesar 192.432,9 ton, dengan nilai produksi sebesar 925, 491 milyar
rupiah. Namun, kontribusi volume produksi perikanan laut Kabupaten
Minahasa, sebagai induk Kabupaten Minahasa Utara masih sangat sedikit,
yaitu hanya 9.136,4 ton (4,75%) dengan nilai produksi sebesar 36,691
milyar rupiah. Jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan
cakalang, albakora, madidihang, kuwe, sunglir, kembung, selar, lemuru,
matabesar, tongkol, dan lain-lain.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-122

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Berdasarkan data pada Dinas Perikanan setempat (Dinas Perikanan


dan

Kelautan

Kabupaten

Minahasa

dalam

Angka,

2003),

produksi

perikanan tangkap di perairan laut Kabupaten Minahasa Utara adalah


sebesar 8.408,6 ton. Jumlah nelayan perairan laut di Kabupaten Minahasa
Utara adalah sebanyak 7.684 orang yang tergabung dalam 2.849 rumah
tangga perikanan (RTP). Secara detail data tersebut dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut.
Tabel III.26
Jumlah Nelayan, RTP dan Volume Produksi Perikanan Tangkap
Perairan Laut di Kabupaten Minahasa Utara
Kecamatan di
Jumlah
RTP
Produksi
No
Wilayah
Nelayan
(unit)
(ton)
Pesisir
(orang)
1
Wori
2.830
973
1.829,20
2
Likupang Barat
1.329
598
1.236,20
3
Likupang Timur
1.833
647
2.414,00
4
Kema
1.692
631
2.929,20
Jumlah
7.684
2.849
8.408,6
Sumber : Kabupaten Minahasa dalam Angka

B. Perikanan Budidaya
Perikanan

budidaya

adalah

kegiatan

memelihara,

membesarkan

dan/atau membiakkan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan


menggunakan fasilitas buatan, serta memanen hasilnya. Selain itu,
budidaya perikanan dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka
untuk mendapatkan keuntungan.
Pada pendekatan penekanan pada situasi terkontrol dan orientasinya
yang untuk mendapatkan keuntungan, definisi ini berarti bahwa kegiatan
akuakultur adalah kegiatan ekonomi (berlandaskan pada prinsip-prinsip
ekonomi) dengan dasar pengetahuan biologi dan teknologi (technobiology). Hal ini mengingat bahwa usaha akuakultur membutuhkan
perhitungan

yang

cermat

secara

ekonomi,

biologi

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

(menyangkut

III-123

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

karakteristik biota yang dipelihara) dan teknologi (menyangkut teknik, cara


dan metode pendekatan yang dipakai untuk mengontrol biota hingga siap
dipanen dan dipasarkan).
Umumnya kegiatan budidaya dilakukan di perairan yang dikelilingi
tanggul (seperti tambak, kolam), pagar, jaring dan lain-lain. Kegiatan
budidaya yang terus dikembangkan di Kabupaten Minahasa Utara adalah
budidaya laut, tambak dan kolam.
Jenis kegiatan budidaya laut dan tambak yang potensial untuk
dikembangkan oleh masyarakat nelayan dan berpeluang cukup baik bagi
investasi

agribisnis

di

Sulawesi

Utara

termasuk

Minahasa

Utara

diantaranya komoditas udang (budidaya dan pembenihan) dan beberapa


jenis ikan karang (kerapu, kuwe dan jenis lainnya). Selain itu juga terdapat
beberapa komoditas lainnya yang berpeluang besar untuk dikembangkan
yaitu rumput laut, teripang, kerang mutiara, dan ikan bandeng (Ditjen
Perikanan, 1999).
1) Budidaya Perikanan Laut
Budidaya laut adalah semua kegiatan budidaya biota laut yang
dilakukan di perairan pantai sampai lepas pantai dengan menggunakan
sarana budidaya, seperti keramba apung, terbenam atau tancap,
jaring, tali, keranjang dan alat lainnya yang berfungsi sebagai wadah,
pembatas,

maupun

media

menumbuhkan/membesarkan

biota

tersebut.Jenis komoditas dan lokasi kegiatan budidaya perikanan


potensial di Kabupaten Minahas Utara dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.27
Jenis dan Lokasi Komoditas Budidaya Laut
N
o
1

Jenis Komoditas
Ikan Laut (kuwe,
kerapu macan)

kerapu

Lokasi
tikus,

Kema, Likupang, Pulau Nain, Pulau


Bangka

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-124

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

N
o
2
3
4

Jenis Komoditas

Dokumen Akhir

Lokasi

Rumput Laut
Kerang Mutiara

Pulau Nain, Pulau Mantehage


Pulau Talise, Pulau Bangka, Selat
Likupang
Pesisir Minahasa Utara

Teripang, Kerang Hijau

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2013

Komoditas perikanan yang telah dibudidayakan di perairan laut


Sulawesi Utara adalah ikan kerapu tikus, kerapu bebek dan kuwe, serta
rumput laut. Menurut data Statistik Perikanan Budidaya Provinsi
Sulawesi Utara (2005), volume produksi usaha perikanan budidaya laut
di Sulawesi Utara adalah 7.704,8 ton, yang terdiri dari 382,1 ton
komoditi ikan dan 7.322,7 ton rumput laut. Produksi perikanan
budidaya laut tersebut sebagian besar dihasilkan oleh Kabupaten
Minahasa,

yaitu

sebesar

4.601,5

ton

(59,72

%).

Luas

areal

pengusahaan perikanan budidaya laut di Provinsi Sulawesi Utara adalah


304 Ha, dimana seluas 200 Ha berada di Kabupaten Minahasa Utara.
Berdasarkan Master Plan Pengembangan Kawasan Budidaya Laut
(Ditjen

Perikanan

Budidaya-DKP,

2005),

Provinsi

Sulawesi

Utara

memiliki potensi efektif untuk pengembangan budidaya laut seluas


4.905 Ha. Luasan tersebut terdiri atas 315 Ha untuk Keramba Jaring
Apung (KJA), 1.799 Ha untuk rumput laut, dan 1.981 Ha untuk budidaya
mutiara. Lokasi pengembangan budidaya laut tersebut berada di
Kabupaten Minahasa Utara, yaitu di Selat Likupang untuk budidaya
kerang mutiara, dan perairan laut antara Pantai Likupang-Pulau TalisePulau Bangka untuk budidaya ikan di KJA.
Berdasarkan hasil penelitian Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros
(2005), di perairan laut Likupang telah berkembang budidaya ikan laut
di dalam KJA sebanyak 18 unit. Jenis ikan yang dikembangkan adalah

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-125

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

ikan kuwe (Caranx spp.), kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu


macan

(Epinephelus

fuscoguttatus)

yang

dilakukan

oleh

perorangan/kelompok pembudidaya ikan dan pengusaha. Benih ikan


budidaya diperoleh pada lokasi budidaya untuk ikan kuwe, sedangkan
benih ikan kerapu tikus dan kerapu macan didatangkan dari Lampung,
Gondol-Bali, dan Situbondo-Jawa Timur.
Beberapa komoditas lainnya yang potensial untuk dikembangkan
adalah teripang (Holothuria spp.) dan kerang hijau (Perna viridis).
Namun demikian hingga saat ini pembenihan teripang masih sulit
dilakukan karena berbagai kendala teknis. Kegiatan budidaya yang
telah dilakukan saat ini baru pada tahap pembesaran benih yang
diambil dari alam untuk kemudian dijual.Kegiatan budidaya perikanan
laut ini juga didukung dengan adanya Balai Benih Ikan Panta ( BBIP).
2) Budidaya Perikanan Air Payau
Di Kabupaten Minahasa Utara, kegiatan budidaya air payau telah
dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Ada usaha yang sudah berhenti
beroperasi karena berbagai kendala baik teknis maupun manajemen,
namun ada pula yang tetap beroperasi karena permintaan komoditas
yang terus meningkat.
Potensi budidaya perikanan air payau adalah lahan yang dapat
diusahakan

secara

teknis

untuk

kegiatan

budidaya

air

payau.

Berdasarkan data Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2003, Provinsi


Sulawesi Utara memiliki potensi lahan budidaya air payau seluas 638
Ha, terdiri dari 319 Ha lahan yang sudah digunakan untuk kegiatan
usaha budidaya dan 319 Ha lahan yang potensial untuk diusahakan.
Dengan demikian tingkat pemafaatan lahan budidaya air payau di
Sulawesi Utara adalah 50,00 %. Pengusahaan tambak di Sulawesi utara
mempergunakan pola sederhana sebesar 60 %, 30 % pola semi

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-126

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

intensif, dan 10 % pola intensif. Pada tahun 2004, dari luasan tambak
tersebut Provinsi Sulawesi Utara memproduksi hasil perikanan sebesar
183,3 ton, dimana 43,7 ton berasal dari Kabupaten Minahasa Utara.
Berdasarkan data pada Kabupaten Minahasa dalam Angka (2003), di
Kabupaten Minahasa Utara luas areal usaha budidaya tambak hanya
seluas 22,70 Ha yang berlokasi di Kecamatan Kema seluas 20,20 Ha
dan di Kecamatan Likupang Barat seluas 2,5 Ha. Volume hasil produksi
perikanan budidaya pada areal tambak tersebut adalah sebesar 43, 70
ton, dimana 42, 30 ton dihasilkan oleh Kecamatan Kema dan 1,40 ton
dihasilkan oleh Kecamatan Likupang Barat.
Berdasarkan hasil penelitian Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros
(2005), lahan potensial untuk budidaya tambak di Kabupaten Minahasa
adalah seluas 449 Ha. Sementara itu di Pantai Likupang terdapat
potensi pengembangan budidaya tambak seluas 66,74 Ha. Jenis-jenis
komoditas yang dibudidayakan adalah udang windu, ikan bandeng dan
ikan kuwe.
Selain udang dan ikan, terdapat komoditas lain yang berpotensi untuk
dikembangkan, yaitu kepiting bakau (Scylla serrata). Budidaya kepiting
bakau dapat dilakukan dengan sistem pemagaran dan dapat dikerjakan
oleh masyarakat setempat karena tidak membutuhkan modal besar.
Demikian pula untuk pemeliharaan dan pemberian pakannya relatif
mudah. Kegiatan budidaya lebih merupakan kegiatan pembesaran
selama 3-4 bulan , karena bibitnya diambil dari alam (hutan bakau).
Budidaya komoditas ini cukup potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Minahasa Utara dan ditujukan untuk kepentingan ekspor.
Permintaan terhadap komoditas ini untuk kebutuhan lokal pun cukup
tinggi yaitu permintaan dari restoran-restoran di Manado, Bitung dan
sekitarnya.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-127

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

C. Potensi Non Perikanan


Kegiatan pariwisata di Kabupaten Minahasa Utara masih tertinggal
dibandingkan dengan sektor lainnya. Potensi wisata yang ada belum
dikembangkan. Objek wisata potensial yang dapat dikembangkan
dalam skala nasional dan internasional adalah wisata laut (wisata
bahari). Potensi sumberdaya wisata lainnya yang dapat dikembangkan
di Kabupaten Minahasa Utara antara lain pariwisata pantai, pariwisata
hutan mangrove, olah raga memancing, pariwisata sky air dan taman
laut. Potensi wisata tersebut berada di Kecamatan Likupang Barat dan
Kecamatan Wori. Jenis-jenis wisata tersebut banyak diminati oleh
wisatawan mancanegara, yang berarti berpotensi meningkatkan kas
daerah dan devisa negara jika dikelola dan dikembangkan dengan
benar.

Tabel III.28
Jenis dan Lokasi Kegiatan Wisata
N
o
1.
2.
3.
4.

5.

6.

Jenis Kegiatan
Menyelam
Snorkeling
Renang
Sport Fishing
Rekreasi Luar
Ruangan

Hotel dan Resort


Likupang

Lokasi
Pantai Mantehage, Pantai Tarabitan, Pantai
Lilang
Pulau Gangga, Desa Maen
Pulau Sahaung
Pantai Surawaya Pulau Gangga, Pulau Sahaung,
Pantai Serei
Pantai Serei, Pulau Maen, Pantai Pulisan, Pantai
Kalinaung,
Pantai
Rinondoran,
Pantai
Kabarukan dan Batu Nona, Pantai Waleo, Pantai
Raringow dan Tuul,
Pantai Sahaung, Pulau Gangga

Sumber: Situs resmi Kabupaten Minahasa Utara; http://www.minutkab.com/

D. Rumah Tangga Perikanan (RTP)

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-128

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Pendapatan nelayan di Kabupaten Minahasa Utara per bulan terbesar


yaitu adalah dari jenis usaha penangkapan dengan soma pajeko (pukat
cincin) yaitu 9,6 juta rupiah bagi nelayan pemilik dan yang terkecil
dari nelayan yang menggunakan pancing yang hanya sebesar 160 ribu
rupiah. Pendapatan yang besar sebanding dengan besarnya modal dan
juga didukung dengan membaiknya harga jual hasil tangkapan.
Pendapatan buruh nelayan terbesar berkisar 650 ribu rupiah
perbulan sedangkan yang terkecil adalah 50 ribu rupiah perbulan.
Sangat

ironis

mengingat

wilayah

perairan

laut

Minahasa

Utara

menyimpak kekayaan laut yang begitu besar. Hal ini terutama akibat
kurangnya modal dan rendahnya kualitas sumber daya manusia
setempat. Namun demikian, nelayan buruh ini juga menerima ikan
goso-goso sebagai tambahan pendapatan harian serta ikan konsumsi
sehari-hari.
Sebaran nelayan terbesar di Kabupaten Minahasa Utara terdapat di
Kecamatan Wori dengan jumlah nelayan sebanyak 2.830 orang yang
tersebar pada 973 unit RTP. Namun demikian dari segi produktivitas,
justru Kecamatan Kema dengan jumlah nelayan yang hanya 1.692
orang mampu memproduksi hasil tangkapan ikan laut sebesar 2.929,2
ton.
Namun demikian terdapat perbedaan data jumlah nelayan pada tabel
berikut

(7.684

orang) dengan data terbaru (Dinas Perikanan

Kabupaten Minahasa Utara 2009) yang berjumlah 5.153 orang.


Perbedaan ini kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
melambungnya harga bahan bakar solar yang dibutuhkan untuk
melaut. Akibat biaya produksi yang tidak tertutupi oleh hasil nilai hasil
tangkapan menyebabkan sebagian nelayan beralih profesi.
Tabel III.29

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-129

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Jumlah Nelayan, RTP dan Volume Produksi Perikanan Tangkap


Perairan Laut di Kabupaten Minahasa
N
Kecamatan di
Jumlah
RTP
Produksi
o
Wilayah Pesisir
Nelayan
(unit)
(ton)
(orang)
1
Wori
2.830
973
1.829,20
2
Likupang Barat
1.329
598
1.236,20
3
Likupang Timur
1.833
647
2.414,00
4
Kema
1.692
631
2.929,20
5
Kauditan
0
0
0
Jumlah
7.684
2.849
8.408,6
Sumber : Kabupaten Minahasa dalam Angka, 2012

E. Sektor dan Komoditas Unggulan


Secara umum sektor ekonomi yang menjadi unggulan di Kabupaten
Minahasa

Utara

adalah

sektor

pertanian,

khususnya

sub

sektor

perkebunan. Pada tahun 2009 produksi Kelapa Rakyat sebanyak 47.706


ton, dengan luas panen 35.126,97 Ha. Sementara produksi perkebunan
besar Negara maupun Swasta sebanyak 411,57 ton dari total luas panen
354,95 Ha. Tingkat produktivitas perkebunan besar swasta maupun negara
lebih rendah daripada perkebunan rakyat. Tingkat produktivitas Kelapa
secara keseluruhan di Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel III.30
Produksi Perkebunan Kelapa Kabupaten Minahasa Utara
Kelapa
Kelapa PBN
Kelapa PBS
No.
Kecamatan
Rakyat
(Ton)
(Ton)
(Ton)
1
Kema
3.905,28
2
Kauditan
7.697,63
3
Airmadidi
5.755,60
4
Kalawat
3.247,17
5
Dimembe
6.345,97
6
Talawan
5.729,59
56,40
7
Likupang Timur
9.234,64
173,97
8
Likupang Barat
2.676,67
25,20

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-130

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No.
9
10

Kecamatan
Wori
Likupang Selatan
Total
Luas lahan (Ha)

Kelapa
Rakyat
(Ton)
3.113,45
47.706,00
35.126,97

Kelapa PBN
(Ton)

Kelapa PBS
(Ton)

255,57
212,98

156,00
156,00
141,97

Sumber : Diolah dari Laporan tahunan dinas pertanian Kabupaten Minahasa Utara

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-131

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

3.1.12 Resiko Bencana Dan Pencemaran


Rusaknya lingkungan akibat perambahanhutan dan illegal logging
maupun illegal mining berupa Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI)
maupun rencana kegiatan penambangan emas skala besar oleh PT
Meares Soputan Mining(MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya di
Kecamatan Likupang Timur akan membawa bencana ekologi dalam
jangka panjang yang akan dirasakan

oleh generasi

mendatang. Issue

yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana menyiapkan rencana


tata

ruang

wilayah

yang

dilengkapi

dengan

kerangka

pedoman

pengendalian pemanfaatan ruang, sebagai salah satu rambu-rambu


dalam mewujudkan ruang wilayah yang berkualitas serta mampu
mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.Sejalan
dengan diberlakukannya

UU No.

26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, maka setiap orang (perseorangan dan/atau korporasi) yang


melakukan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas ruang wilayah
akan dikenai sanksi pidana.
a.

Kerusakan hutan lindung dan hutan produksi (Illegal logging)


Sebagaimana telah

dijelaskan

sebelumnya bahwa Kabupaten

Minahasa Utara telah mengalami kerusakan lingkungan akibat


aktivitas pembangunan dengan dalih meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penyebab
utama kerusakan lingkungan adalah semakin meningkatnya jumlah
lahan kritis di kawasan hutan. Penyebab terjadinya peningkatan
lahan kritis tersebut antara lain adalah praktek Illegal Loging,
peladangan liar dan pembalakan liar, illegal miningserta alih fungsi
kawasan hutan lindung menjadi permukiman. Kerusakan kawasan
hutan ini berpengaruh pada menurunnya kualitas dan kuantitas air

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-131

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

tanah (mataair, sumur) maupun air permukaan (DAS Tondano dan


DAS Likupang). Dampak air tanah dapat menyebabkan supply air
tanah menurun dengan tingkat pencemaran B3 akan dirasakan oleh
PDAM Daerah dan industri air minum kemasan (AMDK). Halinitentu
akan berdampak pada kenaikan biaya air bagi pelanggan PDAM dan
kemungkinan terjadi pengurangan tenaga kerja pada industri AMDK.
Sedangkan dampak pada air permukaan adalah berkurangnya
supply air termasuk tercemarnya air sungai oleh buangan limbah
industri

akan

merusak

produktivitas

lahan

pertanian

perikanan/peternakan darat dan berbagai aktivitas masyarakat


sehari-hari yang memanfaatkan air sungai.
b.

Masih luasnya lahan kritis akibat peladangan liar dan pembalakan


liar.
Menurut data yang ada pada Buku Fakta dan Analisa hasil Bantek
Depdagri 2006 diperoleh informasi bahwa kawasan hutan di
Kabupaten Minahasa Utara memiliki luas 28.649,34 dan terdiri atas
3 fungsi yaitu: Hutan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam,
hutan lindungdan hutan produksi terbatas.

c.

Penurunan kualitas dan kuantitas air di DAS Likupang dan Talawaan


Secara geografis,DAS Likupang terletak diantara 12450' 32.64"BT
dan

130'30.60"LU

140'51.24"LU.

sampai

Secara

dengan

administratif,

12510'32.1600"BT
DAS

Likupang

dan

meliputi

beberapa kabupaten/kota yaitu sebagian Kabupaten Minahasa,


sebagian Kabupaten Minahasa Utara, sebagian Kota Manado dan
sebagian Kota Bitung. DAS Likupang terdiri atas 4 satuan wilayah
pengembangan (SWP) sub DAS yaitu: Sub DAS Talawaan, Likupang,
Girian dan Kayuwale.Sub DAS Likupang memiliki 35.225 Ha yaitu

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-132

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

sekitar 35,96 % dari luas total DAS Likupang. SWP DAS Likupang
memiliki 49 sungai yang secara individual mengalir ke laut Sulawesi.
Diantaranya adalah sungai Sampirang ,sungai Marinsow, sungai
Maen, sungai Samburaang, sungai Mati,sungai Batu, sungai Werot,
sungai Bendungan, sungai Mansilong, sungai Dahiyango, sungai
Maliambao, sungai Walangan,sungai Bituhung, sungai Bawohang,
sungai Lantung, sungai Sahibu, sungai Miaya, sungai Ponto, sungai
Loobu, sungai Akikulai dan sungai Kokoleh Oki. Sungai Kokoleh Oki
dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang
terpanjang di antara yanglainnya. Hulu dari Sub DAS Likupang
adalah Gn. Wiau.
Kondisi hidrologi sungai Likupang juga tergolong pada kategori
buruk dengan nilai KRS tahun 2007 dan tahun 2008 mencapai
>120. Hal ini disebabkan karena wilayah tangkapan air sungai ini
relatif

tidak

berhutan

lagi.

Sebagian

besar

berupa

tanaman

kelapadan cengkeh serta tegalan.


Sementara

itu

sungai

Talawaan

kondisinya

telahtercemarakibatadanya pertambangan rakyat yang


intensif. Hasil
bahwa

di

penelitian

daerah

yang

Sampekalo
dekat

sangat

dkk(2009 )menyimpulkan

dengan

lokasi

pertambangan,

kandungan merkuri dalam sedimentasi sangat besar.Jika telah


menutupi seluruh sedimen, metalik merkuri akan bertahan dalam
waktu yang lama danpada akhirnya terakumulasi dalam jaringan
makanan.

Sedangkan

di

daerah

pertambanganya itu di daerah Bajo

yang

jauh

dari

lokasi

(Tumpaan) menunjukkan

tingkatan merkuri alamiah karena lokasi ini tidak terdapat aktivitas


pertambangan. Dengan demikian di DAS Talawaan menunjukkan
telah terjadi penambahan (input) merkuri berasal dari kegiatan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-133

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

manusia. Olehkarena itu dapat


rakyat

dikatakan bahwa

pertambangan

yang menggunakan merkuri merupakan satu indikator

penyebab dari peningkatan merkuri yang ada di perairan, baik


sungai maupun laut. Namun demikian berdasarkan hasil penelitian
yang ada menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri belum melebihi
nilai terkontaminasi 2 ppm (Veiga dan Meech, 1996), dimana nilai
konsentrasi tertinggi ada di lokasi Desa Talawaan (estuari) dengan
nilai rerata0,871mg/kg berat kering.
Selanjutnya walaupun tingkat konsentrasi merkuri yang ada belum
melampaui nilai kontaminasi akan tetapi jika

tindakan

mitigasi

tidak dilakukan maka merkuri yang terbawa oleh sedimen dari hilir
dan terakumulasi di estuari. Merkuri yang terendap bersama
sedimen di sepanjang sungai (daerah aliran bagian bawah) dan
membentuk hot spot kontaminasi antara estuary dan daerah
pengolahan, terutama pada aliran sungai yang tidak terlalu deras
atau pada topografi dasar sungai yang landai. Proses inilah akan
terbawa terus sepanjang waktu dan menyebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi di daerah estuari. Hal ini tentunya dalam
hubungannya

untuk tetap menjamin kualitas daerah estuaryagar

tetap baik, sehingga apabila tindakan mitigasi tidak ditindak lanjuti


maka

konsentrasi

merkuri

di

daerah

estuari

akan

lebih

terkontaminasi, sehingga hal ini perlu menjadi bahan masukan bagi


pemerintah kabupaten agar daerah estuary dapat dijamin kualitas
perairannya sehingga tingkat kontaminasinya pada sedimen dan
organisme
eksploitasi

perairan

dapat

sumberdaya

diperkecil
laut

dalam

yang

upaya

menjamin

berkelanjutan

dan

berwawasan lingkungan. Demikian pula ditemukan konsentrasi


merkuri dalam biota dan dalam rambut.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-134

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

d.

Kerusakan lingkungan akibat penambangan liar(illegal mining)


Potensi bahan tambang di Kabupaten Minahasa Utara meliputi
bahan-bahan mineral pembentuk batuan. Sebagian merupakan
sumberdaya yang memiliki nilai ekonomis (mineralekonomis) yang
sangat bermanfaat bagi hajat hidup manusia; contohnya seperti
emas (Au), perak (Ag), dan tembaga(Cu) yang merupakan logam
mulia;

intan

dan

korundum

yang

dipergunakan

sebagai

batupermata; talk, gipsum, kalsit, kaolinit, asbes, dan anhidrit


sebagai bahan baku industri. Sementara itu, berbagai jenis batuan
sedimen

dapat

ditambang

dan

dimanfaatkan

untuk

berbagai

keperluan manusia, seperti bahan bangunan (golongan detritus dan


karbonat), bahan bakar (golongan batu bara), dan bahan baku
industri (golongan karbonat dan golongan evaporit).
Kabupaten Minahasa Utara di dominasi oleh batuan gunungapi
Kuarter yang tidak begitu banyak mengandung mineral ekonomis
seperti Mineral emas (Au) dan perak (Ag) yang terkonsentrasi di
Kecamatan Likupang Timur. Berdasarkan data Pusat SumberDaya
Geologi, Badan Geologi, DESDM, pada tahun 2007, terdapat 29
lokasi yang mengandung bijih/logam emas primer dan perak di
daerah

Toka

Tindung,

Kecamatan

Likupang

Timur,

sebagian

diantaranya merupakan cadangan terbukti yang dapat mencapai


angka 949.000 ton bijih emas ataupun perak.
Sementara itu di Pulau Bangka, Kecamatan Likupang Timur diduga
terdapat sumberdaya minera lbesi dan paduan besi seberat
17.500.000 ton bijih atau 5.250.000 ton logam.Mineral ini ter dapat
pada batuan sedimen Breksi dan Batupasir (Tps), yang oleh
Koperberg (1928) disebut batupasir berbesi dalam batuan klastika
yang sangat lapuk. Mineral logam yang ditemukan di Kecamatan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-135

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Likupang Timur terdapat pada Batuan Gunungapi Muda (Qv )


berbeda dengan mineral ekonomis yang cadangannya sangat besar
di daerah selatan Minahasa, yang telah ditambang sejak penjajahan
Belanda, yang terdapat pada Batuan Gunungapi berumur Tersier
(Tmv). Sebenarnya daerah Minahasa Utara ini memiliki batuan
pembawa logam pada satuan batuan volkanik Tersier (Tmv dan QTv)
yang

tersebar

di

Kecamatan

Airmadidi,

Kecamatan

Kauditan,

Kecamatan Kema, dan Kecamatan Likupang Barat, tetapi hasil


survey hingga saat ini belum menunjukkan potensi yang berarti.
Selain itu, Endapan Danau dan Sungai yang tersebar di dataran
pantai utara Likupang ,sebagian kecil di Kecamatan Airmadidi dan
Kecamatan Kema, serta Aluvium di Pulau Mantehage, Kecamatan
Wori, juga merupakan endapan pembawa logam dan berpotensi
menjadi tempat bagi terakumulasinya emas sekunder, tetapi hingga
saat ini tidak ada

data yang menunjukkan adanya cadangan

mineral logam di daerah tersebut. Sumberdaya lain yang cukup


potensial di daerah Minahasa Utara adalah mineral non logam yang
ditemukan di daerah Lelang, Kecamatan Kauditan,berupa bahan
bangunan Andesit sebanyak 3 lokasi dengan cadangan hipotetik
yang dapat mencapai 26.800.000 ton. Bahan bangunan ini terdapat
pada satuan batuan Tufa Tondano yang diperkirakan terjadi setelah
letusan

hebat

pada

waktu

pembentukan

KalderaTondano.

Sementara itu, sumber daya energi panas bumi yang terdapat di


Kecamatan Airmadidi masih dalam tahap survey pendahuluan,
meskipun demikian diperkirakan memiliki cadangan yang cukup
baik karena keberadaan Gunung api Mahawu yang aktif di bagian
barat daya dan Gunungapi Klabat di bagian timur lautnya.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-136

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Potensi sumber daya mineral yang di kandung bumi Kabupaten


Minahasa

Utara

mengakibatkan

ini

jika

kerusakan

tidak

dikelola

dengan

lingkungan.

baik

Rencana

dapat

kegiatan

penambangan emas skala besar oleh PT Meares Soputan Mining


(MSM )dan PT Tambang Tondano Nusajaya di Kecamatan Likupang
Timur dapat membawa bencana ekologi dalam jangka panjang yang
akan dirasakan oleh generasi mendatang. Demikian juga dengan
Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang berkembang marak di
beberapa lokasi berpotensi emas dan bahan-bahan galian C.
Penerapan

kebijakan,

pertambangan

rencana

dan

program

di

bidang

dapat berpengaruh positif yaitu terkendalinya

eksploitasi tambang tanpa izindan pencemaran DAS dari B3 semakin


berkurang. Sedangkan dampaknegatifnya

adalah berkurangnya

aktivitas pertambangan, menurunnya income masyarakat dari


sumber usaha pertambangan dan menurunnya pendapatan daerah.
e.

Pencemaran limbah pertanian, rumahtanggadan penambangan liar.

f.

Kurangnyapelaksanaan

pengelolaan

dan

monitoring

dampak

lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan.


Berikut merupakan resiko bencana yang terdapat di Minahasa Utara dan
Penyebabnya :
1. Pembangunan Berwawasan Lingkungan
a. Kerusakan hutan lindung
b. Illegal loging
c. Lahan kritis akibatpeladangan liar dan pembalakan liar
d. Menurunnya kualitasair tanahdanair permukaan
e. Menurunnya kualitas dan kualitas DAS Likupang dan DAS Tondano
f. Illegal mining

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-137

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

2. Rawan Bencana Alam


a. Terdapatnya2 jalur sesar sehingga sering terjadi gempa bumi
b. Banjir di daerah-daerah dataran rendah
c. Air pasang di daerah pesisir dan kepulauan
d. Tanah longsor
3. Peningkatan konversi/alih fungsi lahan pertanian produktif
4. Penggunaan bahan-bahan kimia dalam industri pertanian skala besar
untuk meningkatkan produksi pertanian maupun hortikultura dapat
menyebabkan dampak negatif baik bagi kesehatan konsumen maupun
lingkungan
5. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut
Pengambilan terumbu karang, penebangan bakau, penangkapan ikan
illegal dan pemanfaatan sumberdaya laut lainnya tanpa memperhatikan
lingkungan (UU No. 27/2007, UU No. 32/2009, UU No. 45/2009, PP No.
60/2007, PP No. 64/2009)

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-138

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.2 Deskripsi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau


Kecil
Sektor perikanan dan kelautan sangat berpotensi untuk ditingkatkan
produksi dan pemanfaatannya mengingat Kabupaten Minahasa Utara
memiliki pantai dengan panjang garis pantai 229,2 Km, luas hutan bakau
510 Ha dan luas kawasan pasang surut 3.350 Ha.Adapun sentra kegiatan
perikanan tangkap dan budidaya perikanan laut terdapat di perairan
Kecamatan Kema, Kecamatan Wori dan sekitar Kecamatan Likupang Barat
dan Kecamatan Likupang Timur, sedangkan sentra kegiatan perikanan air
tawar terdapat di Kecamatan Dimembe,Kecamatan Talawaan, Kecamatan
Kauditan, Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kalawat.
3.2.1 Perikanan Tangkap
Pemanfaatan Potensi Perikanan tangkap Kabupaten Minahasa Utara
Tahun 2012 telah mencapai 17.516,10 ton telah memberikan kontribusi
bagi peningkatan ekonomi masyarakat karena selama ini pasokan ikan
segar untuk sebagian besar wilayah di Manado dan Minahasa berasal dari
produksi perikanan Minahasa Utara.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tabel III.31
Produksi Komoditi Perikanan Tangkap Tahun 2012
di Kabupaten Minahasa Utara
Nama Ikan
Realisasi
No
Nama Ikan
Ekor kuning
506,93
16
Bambangan/kakap merah
Lolosi biru
469,30
17
Lencam
Selar
522,05
18
Pinjalo
Kuwe
649,93
19
Biji nangka
Layang
1.780,64
20
Belanak
Sunglir
258,39
21
Tenggiri
Bawal hitam
282,87
22
Mata besar
Bawal putih
327,56
23
Tuna
Kakap putih
346,21
24
Tongkol
Siro
995,45
25
Cakalang
Lemadang
447,88
26
Kembung
Teri
1.084,47
27
Kerapu

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

Realisasi
603,65
600,51
529,92
294,55
222,22
177,54
29,57
965,41
1.767,90
1.145,39
378,99
189,26

III-140

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

No
13
14
15

Nama Ikan
Terbang
Layaran
Julung-julung

Realisasi
521,14
382,40
504,69

No
Nama Ikan
28
Beronang
29
Cucut
30
Kerong-kerong
31
Ikan lainnya
Jumlah17.516,10

Realisasi
258,60
603,42
34,85
634,41

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2012

Perikanan tangkap yang ada di Minahasa Utara terutama didominasi


oleh kapal dengan kekuatan dibawah 10 GT. Artinya wilayah penangkapan
ikan masih berada hampir di 4 mil perairan, namun untuk kapal yang lebih
besar, nelayan melaut hingga ke kepulauan Talaud dan Maluku.Hasil
tangkapan juga dapat berasal dari ikan pelagis dan demersal yang ada
disekitar kepulauan Minahasa Utara.
3.2.2 Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya adalah kegiatan memelihara, membesarkan
dan/atau membiakkan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan
menggunakan fasilitas buatan, serta memanen hasilnya. Selain itu,
budidaya perikanan dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka
untuk mendapatkan keuntungan.Pada pendekatan penekanan pada situasi
terkontrol dan orientasinya yang untuk mendapatkan keuntungan, definisi
ini

berarti

bahwa

kegiatan

akuakultur

adalah

kegiatan

ekonomi

(berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi) dengan dasar pengetahuan


biologi dan teknologi (Techno-biology). Hal ini mengingat bahwa usaha
akuakultur membutuhkan perhitungan yang cermat secara ekonomi,
biologi (menyangkut karakteristik biota yang dipelihara) dan teknologi
(menyangkut teknik, cara dan metode pendekatan yang dipakai untuk
mengontrol biota hingga siap dipanen dan dipasarkan).

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-141

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Umumnya kegiatan budidaya dilakukan di perairan yang dikelilingi


tanggul (seperti tambak, kolam), pagar, jaring dan lain-lain. Kegiatan
budidaya yang terus dikembangkan di Kabupaten Minahasa Utara adalah
budidaya laut, tambak dan kolam.Jenis kegiatan budidaya laut dan tambak
yang potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat nelayan dan
berpeluang cukup baik bagi investasi agribisnis di Sulawesi Utara termasuk
Minahasa Utara diantaranya komoditas udang (budidaya dan pembenihan)
dan beberapa jenis ikan karang (kerapu, kuwe dan jenis lainnya). Selain itu
juga terdapat beberapa komoditas lainnya yang berpeluang besar untuk
dikembangkan yaitu rumput laut, teripang, kerang mutiara, dan ikan
bandeng. Budidaya laut adalah semua kegiatan budidaya biota laut yang
dilakukan di perairan pantai sampai lepas pantai dengan menggunakan
sarana budidaya, seperti keramba apung, terbenam atau tancap, jaring,
tali, keranjang dan alat lainnya yang berfungsi sebagai wadah, pembatas,
maupun

media

menumbuhkan/membesarkan

biota

tersebut.Jenis

komoditas dan lokasi kegiatan budidaya perikanan potensial di Kabupaten


Minahas Utara dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.32
Jenis dan Lokasi Komoditas Budidaya Laut
N
o
1.
2.
3.
4.

Jenis Komoditas

Lokasi

Ikan
Laut
(kuwe,
kerapu tikus, kerapu
macan)
Rumput Laut
Kerang Mutiara

Kema, Likupang, Pulau Nain, Pulau


Bangka

Teripang, Kerang Hijau

Pulau Nain, Pulau Mantehage


Pulau Talise, Pulau Bangka,
Likupang
Pesisir Minahasa Utara

Selat

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2013

Komoditas perikanan yang telah dibudidayakan di perairan laut Sulawesi


Utara adalah ikan kerapu tikus, kerapu bebek dan kuwe, serta rumput laut.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-142

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Menurut data Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Sulawesi Utara (2005),


volume produksi usaha perikanan budidaya laut di Sulawesi Utara adalah
7.704,8 ton, yang terdiri dari 382,1 ton komoditi ikan dan 7.322,7 ton
rumput laut. Produksi perikanan budidaya laut tersebut sebagian besar
dihasilkan oleh Kabupaten Minahasa, yaitu sebesar 4.601,5 ton (59,72 %).
Luas areal pengusahaan perikanan budidaya laut di Provinsi Sulawesi Utara
adalah 304 Ha, dimana seluas 200 Ha berada di Kabupaten Minahasa
Utara.Berdasarkan Master Plan Pengembangan Kawasan Budidaya Laut
(Ditjen Perikanan Budidaya-DKP, 2005), Provinsi Sulawesi Utara memiliki
potensi efektif untuk pengembangan budidaya laut seluas 4.905 Ha.
Luasan tersebut terdiri atas 315 Ha untuk Keramba Jaring Apung (KJA),
1.799 Ha untuk rumput laut, dan 1.981 Ha untuk budidaya mutiara. Lokasi
pengembangan budidaya laut tersebut berada di Kabupaten Minahasa
Utara, yaitu di Selat Likupang untuk budidaya kerang mutiara, dan
perairan laut antara Pantai Likupang-Pulau Talise-Pulau Bangka untuk
budidaya ikan di KJA.
Berdasarkan hasil penelitian Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros
(2005), di perairan laut Likupang telah berkembang budidaya ikan laut di
dalam KJA sebanyak 18 unit. Jenis ikan yang dikembangkan adalah ikan
kuwe (Caranx spp.), kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) yang dilakukan oleh perorangan/kelompok
pembudidaya ikan dan pengusaha. Benih ikan budidaya diperoleh pada
lokasi budidaya untuk ikan kuwe, sedangkan benih ikan kerapu tikus dan
kerapu macan didatangkan dari Lampung, Gondol-Bali, dan Situbondo-Jawa
Timur. Beberapa komoditas lainnya yang potensial untuk dikembangkan
adalah teripang (Holothuria spp.) dan kerang hijau (Perna viridis). Namun
demikian hingga saat ini pembenihan teripang masih sulit dilakukan
karena berbagai kendala teknis. Kegiatan budidaya yang telah dilakukan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-143

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

saat ini baru pada tahap pembesaran benih yang diambil dari alam untuk
kemudian dijual.Kegiatan budidaya perikanan laut ini juga didukung
dengan adanya Balai Benih Ikan Panta (BBIP).
Tabel III.33
Capaian Produksi Budidaya Ikandi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2012
N
Komoditi
Produksi (ton)
o.
Perikanan Air Tawar
1
Perikanan Kolam
8.106,61
Perikanan
2
771,99
Sawah/Minapadi
Jumlah
8.878,60
Perikanan Air Laut
1
Tambak
99,17
2
Laut
109.593,93
3
Ikan Kerapu
23,42
4
Lainnya (Kuwe)
381,56
Jumlah
108.309,34
Total
117.187,94
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2012

Tabel III.34
Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2012 di Kabupaten Minahasa Utara
N
Realisasi
Komoditi
Target
Jumlah
%
o.
1.
Udang Vaname
2,50
2,82
112,80
2.
Bandeng
63
18,39
29,19
3.
Nila
6.500
6.206,28
95,48
4.
Rumput Laut
137.310
136.210,40
99,20
5.
Kerapu
50
23,42
46,84
6.
Gurame
20
5,79
28,95
7.
Mas
700
585,20
83,60
8.
Lele
15
4,61
30,73
9.
lainnya
2100
381,56
18,17
Jumlah
143.433,86
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara, 2012

Pada survei yang dilakukan pada bulan Juli 2014, beberapa lokasi dan
komoditas budidaya Keramba Jaring Apung terdapat di beberapa lokasi
dengan komoditas utama ikan dan kerang mutiara.Namun lokasi ini hanya
ada di beberapa tempat di bagian utara dan barat kabupaten Minahasa.

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-144

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

3.2.3 Budidaya Rumput laut


Produksi rumput laut tahun 2012 mencapai 136.210,40 ton (sebesar
99,20%) dari target produksi sebesar 137.310 ton. Disamping itu potensi
budidaya rumput laut ketambahan 7.483 ha dengan pemanfaatan lahan
sebesar 2.658 hadengan produksi 107.805,19 ton/tahun, yang berada di
Kecamatan

Wori,

kecamatan

Likupang

Barat,Likupang

Timur

dan

Kecamatan Kema.

Sumber: Observasi tim RZWP-3-K Minahasa Utara

Gambar 3.48
Bibit rumput laut hasil budi daya Kappaphycus alvarezii (A) dan Gracilaria
verrucosa (C); serta bibit hasil kultur jaringan Kappaphycus alvarezii (B) dan
Gracilaria verrucosa (D).

Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah
rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-145

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

atau

agar-agar.

Salah

satu

dari

jenis

rumput

laut

yang

sudah

dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan


pantai. Beberapa jenis rumput laut bernilai ekonomis tersebar di perairan
pantai Indonesia yaitu Eucheuma, Gelidium, Gracilaria, Gelidiella dan
Hypnea.

Jenis rumput laut yang dipilih untuk dibudidayakan di setiap

daerah tergantung pada kondisi kualitas air dan perairan di daerah


tersebut.Perairan Minahasa Utara sebagai bagian dari zona pemanfaatan
Taman Nasional Laut Bunaken lebih sesuai bagi pengembangan rumput
laut jenis Eucheuma. Perairan Minahasa Utara yang memiliki terumbu
karang tidak memungkinkan bagi pengembangan rumput laut jenis
Gracilaria yang biasa dibudidayakan di tambak.
Budidaya Eucheuma di Managabata dilaksanakan di palung palung
laut karena kedalaman air lautnya lebih stabil. Kondisi kualitas air yang
khusus bagi pengembangan budidaya Eucheuma menyebabkan tidak pula
seluruh perairan Minahasa Utara sesuai bagi pengembangan budidaya
Eucheuma. Berdasarkan survey, kegiatan budidaya rumput laut jenis
Eucheuma Cottoni dilaksanakan dibeberapa desa, yaitu Desa Nain 1, Desa
Nain 2, Desa Bahoi, Desa Kulu dan Desa Bulo serta Desa Jayakarsa.
Budidaya Eucheuma Cottoni di Desa Nain dikembangkan sejak tahun 19
dengan menggunakan bibit dari Nain. Kini pengembangan rumput laut di
menggunakan bibit dari Nusa Tenggara Timur dan Bali.

Luas potensi

perairan Pulau Nain bagi pengembangan rumput laut Eucheuma cottoni


adalah Ha.
Dalam 1 Ha areal bisa didapatkan hasil panen sebanyak 1.200 kg
rumput laut basah yang setelah dijemur selama 3 hari menghasilkan 120
kg rumput laut kering. Untuk Desa Bahoi, Desa Kulu dan Desa Bulo serta
desa Jayakarsa.

Saat ini belum seluruh areal potensial tersebut

dimanfaatkan karena para petani berhadapan dengan permasalahan

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-146

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

kurangnya modal untuk membeli bibit rumput laut bahkan masalah


penyakit ikan berupa ice-ice. Hingga saat ini, aktifitas budidayanya tidak
berjalan baik.Identifikasi permasalahan dan aternatif pemecahannya pada
budi daya rumput laut K. alvarezii di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi
Utara.
Tabel III.35
Permasalahan Dan Alternatif Solusi Pada Kegiatan Budidaya Rumput Laut
Pemecahan
Bulan
Masalah
Permasalaha
N
n
o.
1
1
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
1
2
1.
Musim ice-ice
-Pilih bibit tahan
penyakit
E.
denticulatum
-Istirahat tanam
2.

Musim
hujan
(angin
dan
ombak besar)

-Tanaman
dipindahkan ke
tempat teduh
-Tanam bibit E.
denticulatum
-Batasi
jumlah
bentangan

3.

Musim
kemarau

-Kedalaman
bentangan
diturunkan.
-Posisi RL min
50
cm
dari
permukaan air

4.

Musim gulma
(lumut)

-Bersihkan
gulma
dan
goyang
bentangan
tanaman
-Pindahkan
ke
lokasi berarus

5.

Pertumbuhan
kerdil

-Ganti
bibit
berbeda
-Bentangan
dijarangkan

Sumber: Analisis tim RZWP-3-K Minahasa Utara, 2014

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-147

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sedikitnya ada lima permasalahan


utama yang dihadapi dalam budi daya rumput laut yakni musim penyakit
ice-ice, musim hujan, musim kemarau, musim gulma, dan pertumbuhan
kerdil. Inventarisasi dan identifikasi masalah yang tepat merupakan
langkah

yang

harus

dilakukan

dalam

upaya

pencarian

alternatif

pemecahan masalah yang tepat.


3.2.4 Budidaya Teripang
Komoditas budidaya teripang belum menunjukkan kontribusi nyata
walaupun potensi bagi kegiatan budidaya teripang dimiliki kawasan dan
kegiatan budidaya ini sudah pernah dicoba oleh beberapa kelompok
nelayan walaupun akhirnya berhenti karena keterbatasan pengetahuan,
modal dan peralatan. Karena itu komoditas ini memegang peranan sebagai
komoditas potensial, yaitu komoditas alternatif yang dapat dikembangkan
dalam kawasan minapolitan Kabupaten Minahasa Utara. Wilayah dengan
kedangkalan 1-2 meter dapat dijadikan sebagai lokasi budidaya teripang,
dengan substrat dasar adalah pasir berlumpur atau dengan pecahan
karang. Hal ini ditambah lagi dengan kejernihan perairan yang mendukung
biota tersebut untuk tumbuh. Dari kepulauan yang ada di Minahasa,
hampir 70 % dapat digunakan untuk budidaya teripang, namun harus
dilihat terlebih dahulu keseimbangan dengan bidang kelautan lainnya
seperti wisata bahari.
3.2.5 Budidaya Kepiting Bakau
Kawasan perencanaan didominasi oleh lahan mangrove merupakan
daerah potensial bagi pengembangan budidaya kepiting bakau. Karena itu
komoditas ini memegang peranan sebagai komoditas potensial, yaitu
komoditas

alternatif

yang

dapat

dikembangkan

dalam

kawasan

minapolitan Kabupaten Minahasa Utara. kepiting bakau (Scylla serrata).

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-148

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Budidaya kepiting bakau dapat dilakukan dengan sistem pemagaran dan


dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat karena tidak membutuhkan
modal besar. Demikian pula untuk pemeliharaan dan pemberian pakannya
relatif mudah. Kegiatan budidaya lebih merupakan kegiatan pembesaran
selama 3-4 bulan , karena bibitnya diambil dari alam (hutan bakau).
Budidaya komoditas ini cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten
Minahasa Utara dan ditujukan untuk kepentingan ekspor. Permintaan
terhadap komoditas ini untuk kebutuhan lokal pun cukup tinggi yaitu
permintaan dari restoran-restoran di Manado, Bitung dan sekitarnya.
3.2.6 Budidaya kerang mutiara
Komoditas budidaya kerang mutiara tidak dimasukkan dalam daftar
komoditas

dalam

kawasan

dengan

alasan

kegiatan

budidaya

ini

membutuhkan keahlian khusus dan investasi besar yang sulit untuk


dijangkau oleh kelompok nelayan yang merupakan sasaran pelaku pada
program minapolitan.

Pertumbuhan perekonomian dalam kawasan yang

nilai tambahnya lebih dapat dinikmati oleh kelompok nelayan adalah


sasaran program minapolitan pada umumnya, sehingga adalah lebih
bijaksana bila fokus perencanaan kawasan pada kegiatan yang dapat
menggerakkan usaha kecil menengah yang pelaku utamanya adalah
kelompok nelayan. Pihak swasta dapat hadir selaku investor pada tahap
tahap pengolahan yang tidak dapat dilakukan oleh kelompok nelayan
(ketrampilan khusus, teknologi canggih dan investasi besar).
3.2.7 Budidaya Ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan
Ikan kerapu tikus merupakan salah satu ikan karang yang bernilai
ekonomis tinggi dengan harga Rp.300.000,- - Rp.400.000,- per kilogram
bagi ikan kerapu tikus hidup berukuran di atas 300 gram di tingkat
pedagang pengumpul. Masa pemeliharaan ikan kerapu tikus dengan biaya

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-149

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

pakan per hari Rp 100 ribu antara 16- 18 bulan.

Ikan kerapu dapat

dikembangkan pada kedalaman minimal 15 meter di bawah permukaan


laut. Pemeliharaannya juga sangat ekstra hati-hati. Jenis ikan karang ini
sangat peka terhadap sinar matahari sehingga di lokasi penangkaran
pencahayaannya harus diatur sedemikian mungkin.
Pada Kawasan Minapolitan Kabupaten Minahasa Utara, budidaya kerapu
tikus dilaksanakan di Desa Serei dan Desa Bahoi oleh para investor dari
Manado

dengan

mempekerjakan

nelayan

setempat.

Budidaya

dilaksanakan dalam keramba keramba di perairan yang cukup dalam.


Panen kerapu tikus di Desa ini dalam setahun dilakukan apabila berat ikan
sudah mencapai 1 kg (6 bulan hingga 1 tahun). Mahalnya biaya bibit dan
pemeliharaan ikan kerapu tikus merupakan penghalang bagi kelompok tani
yang ada untuk melaksanakan budidaya sendiri.

Sumber : Observasi tim RZWP-3-K Minahasa Utara

Gambar 3.5
Budidaya Kerapu Tikus

3.2.8 Pariwisata
Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara
yaitu kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam,
wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik yang sudah
berkembang maupun yang belum berkembang.Fasilitas pariwisata bahari

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-150

Dokumen Akhir

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

di wilayah kabupaten Minahasa Utara Salah satunya adalah Batu nona


resort.
Tabel III.36
Tabel wisata bahari
N
o.
1.

2.

OBYEK WISATA

ALAMAT
(Desa/Kec)

Wisata Bahari
- Pantai Firdaus
- Pantai Mangket
- Pantai Surabaya
- Pantai Kalinaun
- Batu nona resort
Ekowisata Bahari
- Terumbu Karang Desa
Wori
- Mangrove di Desa
Bahoi
- Wisata Selam

Wori Kec. Wori


Bahoi Kec.
Likupang Barat

Jarak tempuh dari


Ibukota
Ibukota
Propinsi
Kabupaten
33
34

14
36
48
15

18

38

Perairan
GABATA

Sumber : BPS Minahasa Utara, 2013

Dari hasil survei yang dilakukan pada bulan Juli 2014, didapatkan bahwa di
wilayah kepulauan dekat Bangka dan juga Mantehage sangat cocok untuk
dijadikan sebagai wisata kepulauan.Hal ini didasarkan pada layanan
ekosistem yang disediakan berupa pemandangan bawah laut dan juga
pemandangan kepulauan.Letak geografis yang juga berdekatan dengan
pulau utama menjadikan destinasi wisata ini menjadi lebih mudah
dijangkau.
3.3

KESESUAIAN LAHAN
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan

untuk suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan yang akan digunakan


adalah menghitung kesesuaian lahan Budidaya, penangkapan, dan wisata.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada sub bab di bawah.
3.3.1 Daya Dukung Kawasan Budidaya

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-151

PT. Artha Demo Engineering


Consultant

Dokumen Akhir

Daya dukung kawasan budidaya akan menghitung kemampuan


kawasan budidaya untuk menampung kegiatan pemanfaatan kawasan
tersebut. Berikut merupakan tabel hasil perhitungannya

Subzona
Rumput Laut
Teripang
Mutiara

Tabel III.37
Kesesuaian Lahan Zona Budidaya
Luas Lahan (Ha)
Kapasitas Lahan
477,86
358,4
1773,30
1330
4565,35
3424

Unit
119
443
1141

Sumber : Analisis tim rzwp-3-k Minahasa Utara, 2014

3.3.2 Daya Dukung Kawasan Penangkapan


Sub zona kawasan penangkapan terdiri atas sub zona ikan pelagis
dan sub zona ikan demersal. Berikut merupakan hasil pehitungan
kapasitas lahan dari kedua sub zona tersebut.
Tabel III.38
Kesesuaian Lahan Zona Penangkapan
Subzona Luas Lahan (Ha)
Kapasitas Lahan
Pelagis
98209,12
73656,8
Demersal
5716,16
4287,12
Sumber : Analisis tim rzwp-3-k Minahasa Utara, 2014

3.3.3 Daya Dukung Kawasan Wisata


Analisis ini dihitung untuk menentukan daya dukung lahan dalam
menampung jumlah wisatawan. Berikut merupakan hasil perhitungannya :
Tabel III.39
Kesesuaian Lahan Zona Wisata
Subzona Luas Lahan (Ha) Daya Dukung (jiwa)
Diving
2703,6
224810
Snorkeling
484,98
17284
Pantai
92,56
36271
Sumber : Analisis tim rzwp-3-k Minahasa Utara, 2014

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
(BAPPELITBANG)

III-152

Anda mungkin juga menyukai