Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEBERSIHAN PERORANGAN

TERHADAP TINGKAT KEJADIAN SKABIES PADA PESANTREN .. MAKASSAR

NAMA : A. FITRI EKAWATI S


NIM : 10542016810

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan

(rehabilitatif)

yang

dilaksanakan

secara

menyeluruh,

terpadu,

dan

berkesinambungan.(1) Meningkatkan kesehatan lingkungan adalah salah satu Pencegahan


penyakit ( preventif ) dengan usaha memperbaiki semua faktor lingkungan agar manusia
terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan.
Status sehat seseorang tidak terlepas dari upaya pemeliharaan kesehatan yang meliputi
kebersihan pribadi, lingkungan atau kehidupan masyarakat. Banyaknya penyakit yang
menyerang manusia jika lingkungan sekitarnya tidak bersih, kebersihan atau sanitasi
sebagai suatu tindakan higienis untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit,
salah satunya adalah skabies, yang biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang atau
masyarakat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
Kulit manusia merupakan organ terluar dari tubuh yang melindungi organ dalam
terhadap pengaruh faktor lingkungan luar dari tubuh. Fungsi kulit sebagai pelindung
menyebabkan beberapa agen penyebab penyakit lebih mudah menyerang kulit seperti
jamur, virus, bakteri, parasit dan salah satu penyakit kulit yang diserang oleh parasit
adalah skabies.
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei
var.hominis , penyakit ini menular dari manusia ke manusia, manusia ke hewan dan
sebaliknya. Faktor yang berperan dalam penyebaran skabies adalah sosial ekonomi yang
rendah, sanitasi yang buruk, higine perorangan yang jelek, dan kepadatan penduduk.
Angka kejadian skabies di dunia menurut World Health Organisation (WHO) ada sekitar
300 juta kasus setiap tahun. di Indonesia prevalensi skabies menduduki urutan ke tiga
dari 12 penyakit kulit tersering. Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi
Dermatologi Anak Indonesia ( KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit di kota besar di

Indonesia, jumlah penderita skabies terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di
rumah sakit.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang sebagian besar penduduknya masih berada
dalam taraf kehidupan ekonomi menengah ke bawah, yang sangat berpengaruh terhadap
perilaku hidup bersih yang kurang dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai dan
rendahnya pengetahuan tentang kebersihan.
Resiko tertular skabies banyak ditemukan diantara kelompok masyarakat sering
berdekatan atau bersentuhan seperti para tahanan di penjara, penghuni asrama atau
pesantren,penghuni sanatorium, leprosarium, rumah yatim piatu dan rumah jompo
( parasitologi kedokteran) .
Kasus penularan skabies di Indonesia masih tinggi, terutama pada pondok pesantren
yang ada di Indonesia. Hasil kegiatan Inspeksi Sanitasi di Pondok Pesantren yang
dilakanakan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan tahun 2006 diperoleh informasi
bahwa 50% dari jumlah Pondok Pesantren tergolong dalam kategori medium" yang
berarti 40-95% faktor berisiko menimbulkan gangguan. Faktor resiko yang ditemukan
adalah masalah sanitasi, ruang dan bangunan, perilaku masyarakat di pondok pesantren.
Kenyataan tersebut perlu upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas
perilaku sehat agar dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan.
Kejadian skabies di sebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70 %. Di
kabupaten Pasuruan sebesar 66,70%. Prevalensi penyakit skabies

jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di Negara berkembang yang hanya 627% atau prevalensi penyakit skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja. Tingginya
angka kejadian skabies ini dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari perilaku hidup dari
santri, lingkungan dan jumlah santri di pesantren yang cukup padat. perilaku hidup sehat
terutama kebersihan perorangan pada umumnya kurang mendapat perhatian oleh santri,
ditambah dengan lingkungan pondok pesantren yang kurang bersih, , sanitasi yang jelek,
pola perilaku santri seperti penggunaan handuk atau pakaian secara bergantian, kebiasaan
menggantung pakaian, tidak menjemur pakaian yang dicuci di bawah sinar matahari dan
kasur yang tidak pernah di jemur.
Perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) adalah budaya hidup perorangan, keluarga,
dan masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, memelihara,
dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental maupun social ( Dinas kesehatan ).

PHBS perlu diterapkan dalam berbagai tatanan tempat dimana sekumpulan orang hidup,
bekerja, bermain dan berinteraksi.Penerapan di berbagai tatanan berguna untuk
meningkatkan derajat kesehatan sehingga meningkatkan produktifitas dari penghuni
berbagai tatanan tersebut karena masing-masing penghuni dari tatanan memiliki resiko
terkena penyakit. Ada enam tatanan PHBS yaitu Rumah tangga, Institusi Pendidikan,
Tempat Kerja, Sarana Kesehatan, Tempat-Tempat Umum dan Pesantren(DepKes RI:
2002)
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang berkembang
dari masyarakat yang berperan penting dalam pembentukan pola hidup sehat dan
mendukung terwujudnya kehidupan yang sehat bagi santri. Para santri dan pengelola
santri sangat berperan penting dalam pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS ) .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan prevalensi skabies di Indonesia yang masih tinggi maka penulis
merumuskan penelitian ini dengan tema hubungan tingkat pengetahuan dan
kebersihan perorangan terhadap kejadian skabies di pesantren .

C. Batasan Masalah
a. Bagaimana tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies
b. Bagaimana tingkat kebersihan perorangan dari santri
D. Batasan Penelitian
a. Dilakukan pada santri yang menetap di pondok pesantren
b. Dilakukan pada santri yang sehat dan mengidap penyakit skabies
E. Pertanyaan penelitian
a. Apakah pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
skabies pada santri di Pondok Pesantren . ?
b. Apakah kebersihan perorangan merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejadian skabies pada santri ?
F. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kebersihan perorangan
pada murid pesantren terhadap kejadian skabies di pesantren. Dan dapat

mengetahui prevalensi kejadian skabies di pesantren


b. Tujuan khusus
a. Mengetahui prevalensi kejadian skabies di pesantren
b. mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan santri tentang skabies
dengan tingkat kejadian skabies di pesantren
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat kejadian skabies dengan kebersihan
perorangan murid pesantren
G. Manfaat Penelitian
a. Penulis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan khususnya tentang skabies dan
menambah keterampilan dalam melakukan penelitian
b. Institusi
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan, Disamping itu dapat digunakan
sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya.

c. Umum
Memberikan edukasi dan informasi kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya
penularan dengan meningkatkan kesadaran akan kebersihan, baik kebersihan diri
sendiri dan kebersihan lingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei varian
hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.
B. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda , kelas Arachnida, ordo Ackarim, super
family Sarcoptes. Paa manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Selain itu terdapat
S.scabiei yang lain, pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-340 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunya empat

pasang kaki, dua pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasanagn kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
(ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI )
C. Epidemilogi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak dijmpai pada
anakdan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan
wanita.
Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat
ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemik dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10 15 tahun.
Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, higine
yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat
sensitasi individual.
Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi utara dan dan
tertinggi di jawa barat. Amiruddin dkk, dalam penelitian skabies di rumah sakit Dr. Soetomo
Surabaya, menemukan insiden penderita skabies selama 1983-1984 adalah 2,7 %. Abu A
dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insiden skabies 0,67 %
( 1987 1988 )
D. Siklus hidup

Menurut CDC tahun 2008, tungau sarcoptes scabies melalui 4 tahap


pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa.
1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentuk oval
dan mempunyai panjang 0,10 0,15 mm, menetas dalam 3-4 hari
2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan bersembunyi di
dalam lapisan stratum korneum. Liang kecil tersebut diikenal dengan sebutan
kantung perubahan kulit . stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki
tiga pasang kaki dan bertahan selama 3-4 hari
3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki.
Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar disbanding dengan stadium larva sebelum
nantinya akan berubah kebentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan di
kantung-kantung kulit ( molting pouches) atau dalam folikel rambut yang
kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil.
4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan
lebar 0,25-0,35 mm, dan ukuran jantan sedikit lebih dari setengah ukuran betina.
Bila perkawinan terjadi, tungau jantan secara aktif masuk ke terowongan yang
telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi, tungau jantan akan mati
atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar
kepermukaan kulit dan mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan
yang baru untuk meletakakkan telur-telurnya . siklus hidup dari telur telur
sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan.

E. Pathogenesis
kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sekreta dan ekskreta

tungau yang memerlukan waktu kira- kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lainlain.
Dengan garukan dapat timbul erosi ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder
F. gejala klinis
ada empat tanda cardinal :
1. Pruritus nocturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.Begitu pula dalam
sebuah perkamungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena . walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan ( kanalikulus ) pada tempat tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata
panjang 1 cm, dan pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf ( pustule, ekskoriasi, dan
lain lain ). Tempat predileksinya merupakan tempat dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu : sela sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae ( wanita ), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna ( pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diangnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan kutu dewasa, telur, larva, atau
skibalanya dari dalam terowongan. Cara mendapatkannya adalah dengan membuka
terowongan dan mengambil parasit dengan menggunakan pisau bedah atau jarum steril.
Kutu betina akan tampak sebagai bintilk kecil gelap atau keabuan di bawah vesikula. Di
bawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilat dengan pinggiran hitam. Cara lain ialah
dengan meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis di atasnya dikerok secara
perlahan. Tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat terbanyak ditemukan kutu
kemudan berturut-turut siku, genital, pantat dan akhirnya aksila

G. Bentuk bentuk khusus skabies


1. Skabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bias
salah diagnosis . biasanya sangat sukar ditemukan terowongan . kutu biasanya
hilang akibat mandi secara teratur.
2. Skabies pada bayi dan anak
Lesi pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan seringa terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima, sehingga terowwongan jarang didapatkan. Pada bayi, lesi
terdapat dimuka.
3. Skabies yang ditelurkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis

dapat menyerang manusia yang

pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan


gembala.gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi
terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
4. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai
adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa
minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.
5. Skabies inkognito
Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies , sementara investasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid
topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini
mungkin disebakan oleh karena penurunan respon imun seluler.
6. Skabies terbaring di tempat tidur ( bed ridden )
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa ( Norwegian scabes )
Lesinya berupa gambaran eritroderma, yang disertai skuama
generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta
ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular
karna populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.

Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat
ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya keorang banyak. Sering
terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental ( Downs
syndrome ), sensasi kulit yang rendah ( lepra, syringomelia , dan tabes dorsalis
), penderita penyakit sistemik yang berat ( leukemia dan diabetes ), dan
penderita immunosupresif ( misalnya pada penderita AIDS atau setelah
penobatan glukokortikoid atau sitotoksik jangka panjang
H. Pengobatan
Syarat obat yang ideal ialah :
1.
2.
3.
4.

Harus efektif terhadap semua stadium tungau


Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
Mudah diperoleh dan harganya murah

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati ( termasuk


penderita yang hiposensitisasi )
Jenis obat topikal :
1. Belerang endap ( sulfur presipitatum ) dengan kadar 4 20 % dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini kaena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya
tidak boleh kurang dari tiga hari. Kekurangannya yang lain adalah berbau dan
mengotori pakaian kadang kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari dua tahun.
2. Emulsi benzyl benzoas ( 20 25 %), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sult diperoleh, sering memberi iritasi dan
kadang kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida ( gameksan = Gammexane ) kadarnya 1% dalam krim
atau losio, termasuk obat pilhan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah
enam tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
4. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilhan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari mata, mulut dan urethra.
5. Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,

efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam . bila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan

I.

Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis .
dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan,
baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan
konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan dua kali sehari selama beberapa hari, terutama disekitar genitalia pra.
Gamma benzenaheksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan .

J. Pecegahan dan Penanggulangan


Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di asrama beresiko mudah
tertular berbagai penyakit skabies. Penularan terjadi melalui dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk faktor internal adalah kebersihan
diri, perilaku, dan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan, budaya dan
sosial ekonomi.
1. Kebersihan Diri
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, kebersihan kaki dan

kebersihan genitalia. Banyak manfaat yang dapat dipetik dengan merawat kebersihan
diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan
diri dan menciptakan keindahan .
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering
dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit.
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan, seperti rangsangan
sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan
kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh
tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai
pelindung organ-organ tubuh di dalamnya, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit adalah Skabies. Sabun dan air adalah hal yang penting untuk
mempertahankan kebersihan kulit.
Mandi yang baik adalah :
1) Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis
2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain
yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi
setelah selesai kegiatan tersebut
3) Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak
dianjurkan untuk mandi sehari-hari

4) Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak
bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi
dan infeksi;
5) Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk
yang sama dengan orang lain .
b. Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan
tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi
penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku
sebelum dan sesudah beraktivitas:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari
tangan, kuku dan punggung tangan;
2) Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan
diganti setiap hari;
3) Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung,
dan lain-lain saat menyiapkan makanan
4) Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek
sehingga mengenai pinch kulit.
c. Kebersihan Kaki
Kita selalu memakai alasa kaki setiap hari, sehingga kaki selalu terjaga
kebersihannya, karena Sarcoptes scabiei selalu hidup pada tempat-tempat yang
lembab dan dan kotor. Salah satu tempat favorit bagi Sarcoptes scabiei pada sela-sela

jari kaki dan perbatasan antara kulit dan kuku. Selain itu bila tidak menggunakan alas
kaki dapat menyebarkan Sarcoptes scabiei ke dalam tempat tinggal kita.

d. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum
remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies di area terterntu maka
garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu
contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua
mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus
dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang
ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena
infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila mengenakan celana, pastikan celananya dalam
keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan
meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah
mengganti celana dalam .
2. Perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan
kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di
rumah tangga, institusi-institusi maupun tempat-tempat umum. Kebiasaan pinjam
meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun
mandi, handuk, sisir haruslah dihindari. Salah satu penyebab dari kejadian skabies
adalah pakaian yang kurang bersih dan saling bertukar-tukar pakaian dengan teman.
Dengan rajin mencuci dan menjemur pakaian sampai kering d ibawah terik matahari.

Dan jangan menggunakan pakaian yang belum kering atau lembab. Biasakan mencuci
sedikit tapi sering. Meskipun secara sosial ekonomi seseorang mampu untuk
menyediakan fasilitas dan sarana kebersihan, tetapi kebiasaan buruk dalam pergaulan
sehari-hari memungkinkan untuk tertular scabies.
3. Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan
makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan
dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di
depan tempat tinggal kita. Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi
dan kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan baik.
4. Budaya
Pada sebagian masyarakat jika individu tertentu sakit maka tidak boleh
dimandikan, sehingga skabies sangat mudah berkembang pada tempat di sela-sela
tubuh karena tidak dibersihkan. Padahal jika rajin mandi kemungkinan besar skabies
akan susah berkembang di tubuh manusia. Seharusnya jika sebagian budaya tidak
membolehkan mandi bagi orang yang sakit maka dapat dibersihkan dengan cara
mengelap bagian tubuh dengan handuk yang basah. Terutama pada tempat-tempat
yang mudah dihinggapi skabies.
5. Sosial Ekonomi
Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Yang menjadi penghambat
saat pencegahan penyakit skabies adalah keterbatasan fasilitas. Akses terhadap air bersih bagi
kalangan warga miskin membuat pencegahan scabies semakin sulit.

6. Sanitasi
Sangat diperlakukan untuk menghilangkan atau mengawasi faktor-faktor
lingkungan yang merupakan perantara pemindahan penyakit. Persyarat mutlak bagi
terciptanya kesehatan dasar ialah persediaan makanaan yang cukup. Menurut
beberapa taksiran beban penyakit menular sedunia akan berkurang 80% jika setiap
orang bisa mendapat air bersih dan menggunakan dengan baik demi sanitasi yang
tepat. Penyediaan air bersih sangat penting karena air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menjadi perantara dalam penularan scabies.

K. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan,
dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis
yang baik.

Tingkat Kebersihan Diri ;


- Kebiasaan mandi
- Kebiasaan membersihkan
kulit kepala dan rambut
Kerangka teori

- kebersihan tempat tidur


- Kebiasaan cuci tangan
- Kebiasaan ganti pakaian

Sarcoptes Scabiei
var.
hominis

-Kebiasaan mencuci pakaian

Sanitasi
dan
lingkungan

kebersihan

Status social ekonomi

Tingkat pengetahuan

skabies

Faktor demografi :
- Usia
- Jenis kelamin
- Latar belakang
ekonomi :
1. < 2.000.000
2. > 2.000.000
3. > 3.000.000
-

Kontak Perorangan ;
- Langsung (kontak kulit
antar kulit), misal :
berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan
seksual.
- Tak langsung (melalui
benda), misal : pakaian,
handuk seprai, bantal, dan
lain-lain.
Sumber :
Djuanda adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam . Jakarta : balai
penerbit FKUI
Harahap mawali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipokrates
BAB III
KERANGKA KONSEP
A Dasar pemikiran variable penelitian
Masih tingginya angka kejadian skabies di pesantren yang diakibatkan oleh beberapa
faktor mulai dari tingkat kebersihan diri, sanitasi dan kebersihan lingkungan, tingkat
pengetahuan, status ekonomi dan sosial, dan kontak dengan penderita skabies. Oleh
karena keterbatasan waktu dan tempat maka penulis hanya melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan dan kebersihan perorangan dari santri.
B. Kerangka
konsep
VARIABEL
INDEPENDEN
- 1. Tingkat pengetahuan
2. Kebersihan perorangan
3. Faktor demografi
4.

VARIABEL DEPENDEN
Kejadian skabies

C. Defenisi operasional
Variable independent
1. Tingkat pengetahuan
Mencakup pengetahuan santri terhadap penyakit skabies mulai dari penyebab, cara
penularan , cara pencegahan dan penanganan skabies.
Alat ukur : lembar kuesioner
Cara ukur : mencheck list lembar kuesioner
Hasil ukur :
Skala ukur : Ordinal
2. Kebersihan perorangan
Dapat memelihara kebersihan diri sendiri meliputi, Kebiasaan mandi , Kebiasaan
membersihkan kulit kepala dan rambut, kebersihan tempat tidur, Kebiasaan cuci
tangan, Kebiasaan ganti pakaian
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : menchek list lembar kuesioner
Hasil ukur :
Skala ukur : ordinal

Variable dependent
Skabies: Seseorang dikatakan menderita skabies apabila didapatkan empat tanda
yaitu proritus nocturnal, menyerang manusia secara berkelompok, didapatkan
terowongan ( kanalikuli), didapatkan tungau.
Proritus nocturnal , menyerang manusia secara berkelompok, ditemukan terowongan,
didapatkan tungau
Alat ukur : anamnesis
Cara ukur : empat tanda
Hasil ukur : 1 = ya , 2= tidak
Skala ukur : kategorikal

D. Hipotesis
H0 = 1. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan murid pesantren dengan
prevalensi kejadian skabies
2. Tidak ada hubungan antara kebersihan perorangan dengan prevalensi
kejadian skabies
Ha = 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan murid pesantren dengan prevalensi
kejadian skabies
2. Ada hubungan antara kebersihan perorangan dengan prevalensi kejadian
skabies

BAB IV
METODE PENELITIAN

A.

Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
melakukan pengukuran terhadap berbagai variabel pada subyek penelitian, yaitu
berupaya mencari hubungan anatara variabel. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah penelitian cross sectional yaitu pengambilan dan pengamatan
sampel dilakukan pada saat bersamaan atau pada satu saat
B. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Pondok Pesantren. di Kota Makassar pada
bulan November- Desember 2013
1

waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan 2013

tempat
Penelitian ini dilaksanakan di pesantren .. Makassar

C. Populasi
1.

Populasi terjangkau
Semua santri yang tercatat di Pondok Pesantren sejak tahun . sampai

2. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah semua murid yang berada di
pesantren .. Makassar
D. Sampel
Subyek dalam penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan sudah disingkirkan
dengan lriteria ekslusi sebagai berikut;
1. Kriteria inklusi
- Semua santri yang menetap di pesantren
- Semua santri yang bersedia menjadi responden/sampel dalam penelitian ini
2. Kriteria ekslusi
- Santri yang tidak hadir pada saat pengambilan data
- Santri yang tidak lengkap kuesionernya
E. Besar sampel dan rumus besar sampel
n = Z 2 x P x Q
d2
Z 2

= deviat baku alfa

= proporsi kategori variabel yang diteliti

= 1-P

= presisi

Z 2

= 1.960

= prevalensi skabies yang diperkirakan adalah 67%

=0.4

= 10%

Penyelesaian
n = Z 2 x P x Q
d2
n =( 1.96)2 x 0.67 x 0.33
(0,1)2
n = 3.8416 x 0.67 x 0.33
0.01
n = 0.85
0.01
n = 85
Besar sampel = 85
H.

Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan yaitu probability sampling khsusunya simple
random sampling. Yang prinsipnya setiap subyek dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih dan untuk tidak terpilih sebagai sampel. Cara
ini terlebih dahulu menghitung jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya
kemudian diambil sebagian dengan mempergunakan tabel random .
I. Pengumplan data
Jenis data
1. Data Primer
Jenis data yang diambil merupakan data primer dengan sumber data yang
diambil langsung dari santri .
2. Data Sekunder
Data dari Pondok Pesantren berupa data data santri

J.

Manajemen data
Coding
Dilakukan untuk memberikan kode terhadap jawaban yang ada pada kuesioner
yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis data dan mempercepat proses
memasukkan data

Editing
Pemeriksaan kelengkapan isi kuesioner atau dengan kata lain memastikan
pertanyaan telah dijawab oleh responden
Entry
Memasukkan data yang telah didapat kedalam program yang didapat kedalam
program yang digunakan untuk mengolah data menggunakan computer atau
perangkat lunak yang sesuai
Cleaning
Cleaning dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan data yang
dapat mengakibatkan data tersebut menjadi ganda atau salah dalam interpretasi
K. Analisa data
Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menggunakan program Statisical
Product and Service Solution (SPSS) dan dianalis dengan menggunakan:
1. Analisa univariat dengan menghitung besarnya frekuensi dari setiap variabel,
menghitung nilai rerata.
2. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Square dengan
ketentuan bila p< 0.05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan nilai p >
0.05 berarti Ho diterima dan HA ditolak
L. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi dengan bentuk narasi untuk
menjelaskan tabelnya
M. Aspek etika peneltian
1. Semua santri yang berpartisipasi dalam penelitian ini menandatangani informed
consent dan bersedia menjadi subjek penelitian. Santri yang menjadi sampel dapat
menolak untuk mengikuti penelitian.
2. Anonimus, data dari responden akan dijaga kerahasiaannya dan diberlakukan
secara anonimus
3. Sebelum melaksanakan penelitian ini , akan disertakan surat izin penelitian yang
diketahui oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
dan disetujui oleh pihak Pondok Pesantren tempat mengambil data

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


Informed Consent

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :.
Umur :.
Pekerjaan :.
Alamat :.

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya,


maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi
pada penelitian yang berjudul . Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa
paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan
dituntut apapun.

Makassar, 2010
Yang membuat pernyataan

()

Pengetahuan

1. Adakah anda tahu bahwa tindakan mencuci tangan dengan kerap atau selalu
merupakan tindakan penjagaan kesehatan yang baik?
a. Ya

b. Tidak

2. Adakah anda tahu bahwa anda harus tukar pakaian dalam setiap hari?
a. Ya

b. Tidak

3. Adakah kuku anda selalunya pendek dan bersih?


a. Ya

b. Tidak

4. Adakah anda tahu bahwa anda harus menggunakan detergen/ sabun untuk mencuci
pakaian?
a. Ya
b. Tidak
5. Adakah anda tahu bahwa penjagaan kebersihan diri/ personal hygiene yang buruk
boleh menyebabkan penyakit ?
a. Ya

b. Tidak

6. Adakah anda tahu bahwa kulit merupakan lapisan pertahanan utama bagi tubuh dalam
penanganan infeksi/ terjadinya infeksi?
a. Ya

b. Tidak

7. Adakah anda tahu bahwa mikroorganisme/ kuman penyebab infeksi terdapat dalam
badan anda sendiri?

a. Ya

b. Tidak

8. Adakah anda tahu bahwa suhu yang tinggi boleh membunuh kuman?
a. Ya

b. Tidak

9. Adakah anda tahu nutrisi yang baik dan penjagaan kesehatan kulit yang baik
menghindarkan diri dari penyakit?
a. Ya

b. Tidak

10. Pada pendapat anda, perlakuan yang mana dibawah ini menunjukkan pencegahan/
penjagaan kesehatan diri dan lingkungan yang baik? Boleh tanda (x) pada lebih dari 1
kotak.
Rendam pakaian/ Pakaian dalam dengan air panas
Seterika pakaian
Mandi dan mencuci tangan dengan kerap
Sikap kongsi barangan seperti pakaian/handuk/sprei
11. Pada pendapat anda, apakah kepentingan penjagaan kesehatan diri/ Personal Hygine.
Anda boleh tandakan (x) pada lebih dari 1 kotak dibawah.
Memastikan struktur kulit baik untuk hindari dari infeksi atau luka
Mengeluarkan bahan/substansi pada permukaan kulit dimana kuman
boleh tumbuh, mengurangi resiko infeksi
Memastikan kesehatan gigidan mulut yang baik, mempermudah pemakanan

Anda mungkin juga menyukai