Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 M. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat
komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan politik
maupun kehidupan yang bersifat spiritual. Sebagaimana firman-Nya : .dan kami
turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu
(QS.An Nahl;89). Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah
diatur oleh Islam.
Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis
dari kesempurnaan Islam itu sendiri. Dalam mehwujudkan kehiupan ekonomi
sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan sumberdaya di alam raya ini dan
mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya. Tentu saja Allah juga menetapkan
aturan-aturan penggunaan sumberdaya tesebut dalam menjalankan kehidupan
ekonomi.
Aturan-aturan itu bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam
hubungannya dengan Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan sesama manusia, dunia,
sesama mahluk dan tujuan akhir manusia. Beberapa aturan itu di antaranya1 :
a. Alam semesta, termasuk manusia adalah milik Allah yang memiliki kedaulatan
sepenuhnya dan sempurna atas mahluk-mahlukNya. Manusia sebagai mahluk
tertinggi di antara ciptaan-ciptaan lainnya diberi hak untuk memanfaatkan semua
yang ada di muka bumi sebagai khalifah atau pengemban amanat. Ia boleh
mengambil keuntungan atau manfaat sebanyak-banyaknya sesuai kemampuannya
dari barang-barang ciptaan Allah ini.
b. Allah menetapkan batasan tertentu terhadap prilaku manusia sehingga
menguntungkan individu tanpa mengorbanakan hak-hak individu lainnya. Dia
telah menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu terhadap manusia; penampilan
1
Nasution dkk. Pengenalan Eksklisf Ekonomi Islam Jakarta Kencana 2007 hlm 3
atau prilaku mereka ditetapkan dalam hukum Islam (Syariah) harus diawasi oleh
masyarakat secara keseluruhan.
c. Semua manusia tergantung pada Allah. Semakin ketat ketergantungan manusia
pad Allah maka dia semakin dicintai-Nya. Setiap pribadi bertanggung jawab atas
pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi.
d. Status khalifah atau pengemban amanat berlaku umum bagi setiap manusia.
Namun tidak berarti manusia harus selalu memliki hak yang sama untuk
mendapatkan keuntungan dari alam semesta. Kesamaman hanya dalam
kesempatan, sedangkan keuntungan itu sesuai dengan kemampuan.
e. Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Hakhak dan kewajiban-kewajiban ekonomi setiap ekonomi disesuaikan kemampuan
yang dimilikinya dan peran normatif masing-masing dalam struktur sosial.
f. Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan , dan kemalasan dinilai sebagai
kejahatan. Ibadah yang baik adalah bekerja dan pada saat yang sama bekerja
merupakan hak dan sekaligus kewajiban. Kewjiban masyarakat dan badan yang
mewakilinya adalah menyediakan kesempatan-kesempatan
individu.
g. Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan. Manusia berpacu dengan
waktu karena umur manusia yang terbatas. Sedangkan banyak sekali peningkatan
yang harus dicapai dalam rentang waktu yang terbatas ini.
h. Jangan membuat mudarat (kesulitan). Mudarat harus dilenyapkan tanpa
mempertimbangkan niat yang melatarbelakanginya. Memang sulit untuk
menghilangkannya karena mudarat itu sendiri selalu tidak diharapkan.
i. Suatu kebaikan dalam peringkat kecil dirumuskan. Pelaksanaan kebaikan ini
diawasi oleh lembaga-lembaga sosial yang pada akhirnya mewajibkannya dengan
kekuatan hukum.
Perbedaan dasar sistem ekonomi Islam dan konvensional boleh dilihat dari beberapa
sudut yaitu2 :
1. Sumber (Epistemology)
Ekonomi Islam bersumber pada sesuatu yang mutlak yaitu Al-Quran dan AsSunnah yang berisi suruhan dan larangan dari Allah SWT atas perkara-perkara
manusia tak terkecuali perkara muamalah atau ekonomi. Sedangkan ekonomi
konvensional tidak bersumber berdasarkan wahyu melainkan lahir dari pemikiran
manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu sehingga diperlukan maklumat
yang baru. Kalaupun ada yang diambil dari wahyu bukan bertujuan mengambil
pendekatan Ilahiah melainkan akal memprosesnya mengikuti selera manusia
sendiri.
Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda karena pakar
ekonomi Islam bertujuan mencapai al-falah atau kejayaan di dunia dan akhirat,
sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala persoalan
yang timbul tanpa ada pertimbangan mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan
tetapi lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.
2. Tujuan Kehidupan
Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah, sedangkan ekonomi
sekuler untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam meletakkan manusia sbagai
khalifah di muka bumi ini dimana segala bahan-bahan yang ada di bumi dan di
langit adalah diperuntukkan bagi manusia.
Kesemuanya bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam kaitan
ibadah, kita mengenal ada ibadah khusus ada pula ibadah umum. Manusia
merupakan mahluk sosial karena itu dalam pemilikan harta terdapat hak milik
individu dan juga terdapat harta yang menjadi hak masyarakat umum.
Ibid hal 8
Keadilan
Allah adalah pencippta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil.
Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil.
Pengertian adil dalam Islam adalah tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak
Adi Warman A Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi 3, Raja Grafindo, Jakarta, 2007 hal 33.
Nubuwwah (kenabian)
Sifat-sifat utama nabi sebagai sang model yang harus diteladani oleh manusia
pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya adalah
sebagai berikut :
1. Siddiq (benar, jujur)
Sifat siddiq harus menjadi visi setiap muslim, karena hidup kita berasal dari
Yang Maha Benar, maka kehidupan di dunia pun harus dijalani dengan
benar. Konsep efektifitas (mencapai tujuan yang tepat, benar) dan efisien
(melakukan kegiatan dengan benar, yakni menggunakan teknik dan metode
yang tidak meyebabkan kemubadziran) dalam ekonomi merupakan turunan
dari konsep siddiq.
2. Amanah (tanggung jawab, kepercayaan dan kredibilitas)
Amanah menjadi misi hidup setiap Muslim. Karena Sang Benar hanya dapat
kita jumpai dalam keadaan ridha dan diridhai, bila kita menepati amanat
yang telah dipikulkan kepada kita. Sifat ini akan membentuk kredibilitas
yang tinggi dan penuh tanggung jawab pada setiap muslim.Sifat ini berperan
fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan
tanggung jawab, kehidupan ekonomi dan bisnis bisa hancur.
3. Fathanah ( kecerdikan, kebijaksanaan dan intelektualitas)
Sifat ini sebagai strategi hidup setiap Muslim. Implikasi ekonomi dan bisnis
dari sifat ini adalah bahwa segala aktivitas harus dilakukan dengan ilmu,
kecerdikan dan pengoptimalan semua potensi akal yang ada untuk mencapai
tujuan. Para pelaku ekonomi harus pintar dan cerdik supaya usahanya
efektif dan efisien serta tidak menjadi korban penipuan.
Khilafah (Pemerintahan)
Manusia diciptakan menjadi khalifah di bumi yang berarti menjadi
pemimpin dan pemakmur bumi. Nilai ini mendasari kehidupan olektif
manusia dalam Islam. Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan
interaksi (muamalah) antar kelompok termasuk dalam bidang ekonomi, agar
kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi. Dalam Islam
pemerintah berperan utama dalam menjamin perekonomian agar berjalan
sesuai syariah dan memastikan supaya tidak terjadi pelanggaranpelanggaran terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka
mencapai maqashid syariah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam
Al-Ghazali adlah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai
dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan dan kekayaan
manusia.
Maad (Hasil)
Maad diartikan sebagai imbalan atau ganjaran. Implikasi nilai ini dalam
kehidupan ekonomi dan bisnis, misalnya diformulasikan oleh Imam Ghazali
yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis adalah untuk
mendapatkan laba di dunia dan akhirat. Karena itu konsep profit
mendapatkan legitimasi dalam Islam.