Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER

DENGAN MOTIVASI SISWA


(Studi Deskriptif Korelasional Penerapan Sistem Kredit Semester dengan
Motivasi Siawa di SMAN 3 Bandung)

PROPOSAL

Disusun Oleh
AA RAHMATILLAH AZIZ
1001368

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER


DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI DESKRIPTIF
KORELASIONAL PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA )
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasaranya merupakan interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam rangka membantu

penguasaan materi pengajaran dan

mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk


memecahkan masalah-masalah sosial di negara-negara yang sudah maju.Hal
tersebut terjadi karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan suatu bangsa.Tentunya faktor tersebut muncul
karena adanya tantangan dan kebutuhan secara global di dunia pendidikan.Di
Indonesia

untuk

menjawab

tantangan

dan

kebutuhan

tersebut,

selalu

mengupayakan adanya inovasi agar menciptakan suatu pembaharuan pada sistem


pendidikannya.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapakan sumber daya manusia untuk
pembangunan.Dengan demikian setiap pendidikan diarahkan pada pencapaian
tujuan tertentu baik pada penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan pribadi,
komunikasi sosial dan kemapuan kerja.Dalam mencapai tujuan pendidikan dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar peserta didik, maka diperlukan
kurikulum, metode penyampain materi, media dan sumber belajar serta alat
evaluasi yang tepat.
Di Indonesia untuk menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut, selalu
mengupayakan adanya inovasi agar menciptakan suatu pembaharuan pada sistem
pendidikannya.Karena pada dasarnya, Pendidikan ditujukan untuk menyiapkan
manusia dalam menghadapi masa depannya agar hidup lebih sejahtera, baik
sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa
maupun antar bangsa.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang
pendidikan nasioanl Bab II Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasioanal yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasioanl banyak kendala yang harus
diselesaikan. Permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah kompleks,
itu terbukti dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah, dalam
Sujarwo (2010:2) dijelaskan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
Political Economic Risc Consultant (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia ada
diperingkat ke 12 dari 12 negara si Asia.

Data yang dilaporan The World

Economic Forum (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvey di dunia. Kualtiras
pendidikan Indonesia yang rendah itu ditunjukan data Balitbang (2003) bahwa
dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah aja yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918
SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Middle Years Program dan an dari 8.036 SMA ternyata
hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Diploma Program.
Dellasera menjelaskan dalam tulisanya (Kualitas Pendidikan di Indonesia :
2013), Indonesia UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada
di peringkat ke 6 9dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index
(EDI) atau Indek Pembangunan Pendidikan. Total EDI diperoleh dari rangkuman
perolehan empat kategori penilaian yaitu angka partisipasi pendidikan dasar,
angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut
kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar. Rendahnya
kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia menjadi penyebab utama terjadinya
masalah pendidikan di Indonesia. Hali ini bisa disebabkan oleh efektifitas

pendidikan yang rendah dikalangan pendidik dan peserta didik yang tidak
memiliki tujuan pendidikan yang jelas, sehingga tidak mendapatkan gambaran
yang jelas dalam proses belajar mengajar yang menyebabkan motivasi belajar
siswa menurun.
Motivasi berajar merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran.Rendahnya motivasi siswa dalam proses
pembelajaran dapat dilihat melalui banyaknya siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan dari guru, siswa mengobrol dengan teman sebangkunya, tidur-tiduran
dikelas, dan aktivitas negatif lainnya selama proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Sardiman (89:2012) motivasi belajar dapat dibedakan menjai dua, yaitu
motivasi

intern

(internal

motivation)

dan

motivasi

ekstern

(external

motivation).Motivasi intern muncul karena adanya dorongan dari dalam diri


individu.Motivasi ekstern yaitu muncul karenanya adanya rangsangan dari
luar.Dalam kegiatan pembelajaran salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah sistem pembelajaran.
Dalam Dalhari (2010) dijelaskan sistem pembelajaaran yang ideal adalah
pembelajaran yang berfokus kepada siswa (student center) yang intertaktif dan
inspiratif yang bisa membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pemebelajaranya.
Untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang diatas, pemerintah selalu
berupaya untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan tujuan untuk
meningkatan mutu pendidikan agar lebih efektif dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah dengan menciptakan
sistem pembelajaran yang berpusat kepada siswa sehingga siswa dapat
mengembangkan potensinya secara makasimal.Sistem kredit semester merupakan
salah satu inovasi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan diharapkan
bisa mengakomodasi keberagaman potensi siswa. Melalui SKS, siswa juga
dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari
periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan.

Pada dasarnya sistem kredit semester merupakan sistem penyelenggaraan


program pendidikan yang siswanya menentukan sendiri beban belajar dan
matapelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Selain itu,
beban belajar pada setiap mata pelajaran yang sekolahnya menerapkan Sistem
Kredit Semester (SKS) dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks), jadi bukan
dinyatakan pada berapa jam pelajaran melainkan berapa satuan kredit semester
(sks). Sesuai dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 bahwa beban belajar
satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan
terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstuktur. Beban belajar dengan
SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan
fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik.
Dalam penerapam sistem kredit semester ini tidak semua sekolah bisa
menerapakannya karena hanya sekolah sekolah yang mampu mengoptimasikan
pencapaian tujuan pendidikan, potensi dan sumberdaya yang dimiliki untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta
didik sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu sekolah yang
berkategori mandiri.
Ada beberapa tujuan pemerintah untuk memetakan sekolah

yang

berkategori standar dan mandiri, dan kemudian menetapkannya sebagai sekolah


yang masuk kategori standar atau mandiri. Pertama, karena pemerintah
menginginkan setiap penyelenggara dan satuan pendidikan sekolah, dapat
memenuhi delapan standar nasional pendidikan sebagai kriteria minimal layanan
pendidikan yang bermutu.Kedua, karena pemerintah menginginkan agar semua
lembaga pendidikan sekolah, baik negeri maupun swasta, menjadi satuan
pendidikan yang bermutu.Ketiga karena pemerintah memiliki komitmen yang
tinggi untuk meningkatkan hasil pendidikan yang bermutu, terukur dan
profesional yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan
internasional.Keempatkarena pemerintah harus menempuh berbagai upaya agar
alokasi sumber daya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk
membantu sekolah yang masih dalam kategori standar menjadi sekolah kategori
mandiri.

Kelimakarena

pemerintah

Pemerintah

dan

Pemerintah

Daerah

berkewajiban mendorong dan membantu sekolah/madrasah dalam melakukan


penjaminan mutu (quality assurance) agar sekolah memenuhi atau melampaui
Standar Nasional Pendidikan. (H.Syarnubi Som: 2: 2013)
Salah satu sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran dengan
menggunakan sistem kredit semester ini adalahSekolah Menengah Atas Negeri 3
Kota Bandung terhitung mulai tahun ajaran 2009/2010 menerapkan sistem kredit
semester (SKS).SMA Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah menengah
atas yang telah menjadi Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan telah menerapkan
Sistem Kredit Semester (SKS) sebagai suatu kebijakan sistem pendidikan dan
pembelajarannya. Dengan diberlakukannya sistem kredit semester di SMA Negeri
3 Bandung ini dapat menjadi suatu carayang inovatif dan dapat menjadi contoh
untuk sekolah-sekolah lainnya dalam menjawab kebutuhan dan tantangan serta
menjadi salah satu pemacu daya saing yang positif pada dunia pendidikan.
Berdasarkan permasalahan motivasi yang dipaparkan diatas serta dengan
melihat adanya penerapan sistem kredit semester di SMA Negeri 3 Bandung.
Maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 3
Bandung dengan judul Hubungan antara Penerapan Sistem Kredit Semester
dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Korelasional Penerapan Sistem
Kredit Semester dengan Motivasi Belajar Siswa ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian adalah sebagi berikut :
Rumusan Masalah Umum.
Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa di SMAN 3 Bandung?
Rumusan Masalah Khusus.
1. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek cognitive
motives?

2. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit


semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek selfexpression?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek selfenhancement?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Umum.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis apakah terdapat hubungan antara penerapan sistem kredit semester
dengan motivasi belajar siswa
Tujuan Penelitian Khusus.
1. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang positif antara
penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat
dari aspek cognitive motives.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang positif antara
penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa dilihat
dari aspekself expression.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan positif antara penerapan
Sistem Kredit Semester dengan Motivasi Belajar Siswa dilihat dari Aspek
self enhancement.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritik.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai studi deskriptif
korelasional dari penerapan sistem kredit semester di SMAN 3 Bandung
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan juga diharapkan dapat
dijadikan bahan kajian untuk selanjutnya didalam dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, sekolah, guru, siswa dan jurusan

kurkulum dan teknologi pendidikan tentang penerapan sistem kredit


semester
a. Bagi Siswa
Bagi siswa pada penerapan sistem kredit semester ini diharapkan
siswa

lebih

termotivasi

dalam

pembelajaran

sehingga

dapat

meningkatkan kompetensi sesuai dengan yang dimiliki.


b. Bagi Guru.
Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat menambah pengerahuan dan
informasi tentang inovasi pembelajaran yang mampu membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar.
c. Bagi lembaga yang diteliti (SMAN 3 Bandung) : Penelitian ini
diharapkan dapat memeberikan konstribusi yang positif agar dapat
lebih mengembangakan kembali sistem pembelajaran baik dalam
bidang metode, media dan yang lainya.
d. Bagi Peneliti : Penelitian ini dapat menambah informasi, wawasan dan
menjawab pertanyaan peneliti mengenai hubungan antara penerapan
sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa.
e. Bagi Jurusan Kurikum dan Teknologi Pendidikan : diharapkan dari
penelitian ini dapat memeberikan implikasi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan yang bekenaan inovasi dalam pendidikan.
E. Landasan Teori
1. Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Menurut Undang-undang SISDIKNAS

Nomor

20

Tahun

2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar

dan

proses

pembelajaran

mengembangkan potensi dirinya

agar

peserta

didik

secara

aktif

untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-undang SPN Nomor 2 tahun 1989 Pendidikan adalah
usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kedigiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perananya dimasa yang akan
datang.

Sedangkan

Pembelajaran

pada

dasarnya

merupaka

perolehan

pengetahuan, penguasaan ilmu seta pembentukan sikap.Pembelajaran


membawa perubahan pada diri seseorang.Proses pembelajaran belaku
sepanjang hayat, pembelajaran bukan sekedar merangkum pengausaan
pengetahuan namun perkembangan emosi, sikap nilai estetika. Hakikaat
Pendidikan dan Pembelajaran.
Menurut Robet .M Gagne dalam Ahmad Johari (Konsep Pembelajaran :
2) Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat
dikekalkan tetapi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang
dipanggil pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku; dengan
membandingkan tingkah laku seseorang

individu sebelum didedahkan

kepada situasi pembelajaran dengan tingkah lakunya selepas didedahkan


dengan situasi pembelajaran.
2. Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
a. Konsep Sistem
Sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan
tertentu. Adapun karaktristik sistem dijelsakan oleh Furkon (2013:3)
sebagao berikut:
1) Komponen atau elemen. Komponen dari suatu sistem dikenal dengan
subsistem.
2) Batasan. Dalam suatu sistem batasan ini merupakan daerah yang
membatasi antara sistem yang satu dengan yang lainya atau dengan
lingkungan luar.
3) Lingkungan Luar Sistem (Environtment)
Lingkungan luar sistem ini merupakan segala sesuatu di luar dari batas
sistem ygmempengaruhi operasi dari suatu sistem.
4) Penghubung Sistem (Interface)
Merupakan suatu media penghubung antara subsitem satu dengan
yang lainya.
5) Masukan (Input)
6) Keluaran (Output)
7) Sasaran Sistem.

Dalam sutu sistem harus terdapat sasaran sistem berupa tujuan yang
harus dicapai dalam waktu tertentu.
b. Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman.

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat ciri utama dalam

pembelajaran adalah adanya interaksi.Interaksi yang terjadi antara siswa


dengan lingkunganya baik itu guru, teman-temananya, tutor, media
pembelajaran atau sumber-sumber belajar lainya.Sedangkan ciri-ciri lain
dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen pembelajaran itu
sendiri.Komponen pembelajaran tersebut adalah tujuan, materi/bahan ajar,
metode dan media, evaluasi, siswa dan pendidik atau guru.

Menurut Cepi Riyana dalam (Komponen-komponen Pembelajaran :3),


pemebelajaran sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut
membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh. Masing-masing
komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan
saling mempengaruhi. Misalanya dalam menentukan bahan ajar merujuk
pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana materi itu disampaikan
akan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang
sesuai. Dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan
pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi pembelajaran yang
digunakan, begitu jua dengan komponen yang lain saling bergantung.
3. Program Sistem Kredit Semester
a. Latar Belakang Munculnya SKS

10

b. Kebijakan SKS
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.Peraturan
tersebut dinyatakan bahwa Sistem Kredit Semester adalah sistem
penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan
sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada
satuan pendidikan.Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit
Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu
sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan
terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dalam panduan
ini Sistem Kredit Semester disingkat dengan SKS dan satuan kredit
semester disingkat dengan sks.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah untuk
menyelenggarakan SKS ini, seperti yang dijelaskan oleh BSNP Satuan
pendidikan yang menyelenggarakan SKS berpedoman pada ketentuan
sebagai berikut:
1) SMP/MTs kategori standar dan kategori mandiri dapat melaksanakan
2) SKS.
3) SMA/MA kategori standar dapat melaksanakan SKS.
4) SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional wajib
melaksanakan SKS.
Penyelenggaraan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara
fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal
dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam Standar Isi.
c. Prinsip SKS
Prinsip pelaksanaan SKS mengacu pada onsep SKS, penyelenggaraan
SKS di SMP/MTs dan SMA/MA berpedoman pada prinsip sebagai berikut:
1) Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran
yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minatnya.
2) Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat
mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang
ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar.

11

3) Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam


belajar secara mandiri.
4) Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan
lebih fleksibel.
5) Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan
mata pelajaran sesuai dengan potensinya.
6) Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang
sejenis yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil
dapat dipindahkan ke sekolah yang baru.
7) Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai
secara teknis dan administratif.
8) Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi
kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
9) Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya.
f. Tujuan Pelaksanaan SKS di SMA
Sistem kredit semester merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan
yang didalmnya siswa dapat menentukan sendiri beban belajar dan mata
pelajaran yang di ikuti disetiap semseternya.Departemen Pendidikan Nasional
(2008:13) menjelaskan tujuan SKS secara umum adalah agar satuan
pendidikan dapat menyajikan program pendidikan yang bervariasi dan
fleksibel, untuk memberikan peluang kepada peserta didik memilih program
pembelajaran menuju pada suatu jenjang profesi tertentu.
Secara khusus, tujuan penerapan SKS adalah untuk:
1) Memberikan kesempatan kepada para peserta didik yang cakap dan
giat belajar, agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu sesingkat
mungkin.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengambil
mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.
3) Memberikan kemungkinan sistem pendidikan untuk mewujudkan
keseimbangan antara input dan output.

12

4) Mempermudah penyesuaian kurikulum tingkat satuan pendidikan dari


waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
5) Memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan belajar
peserta didik dapat diselenggarakan dengan baik.
6) Memungkinkan pengalihan kredit antar program keahlian dalam satu
satuan pendidikan atau perpindahan (transfer) dari satuan jenis
pendidikan lain ke SMK atau antar program keahlian di SMK yang
menggunakan SKS maupun sistem paket melalui konversi.
7) Meningkatkan kemungkinan keterlaksanaan prinsip multy entry dan
multy exit.
4. Konsep Belajar.
Menurut Gagne (1984), dalam Ratna Wilis (1989:11) belajar dapat
didefinidikan sebgai suatu proses dimana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman:
a. Perubahan Prilaku
Gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut peubahan
dalam suatu organisma, beberti juga bahwa belajar memebutuhkan
waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisma
itu berprilaku pada waktu 1 dengan perilaku dengan cara organisma
itu berprilaku pada waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila perilaku
dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita
dapat berkesimpulan bahwa terjadi belajar. Selanjutnya yang terjadi
adalah perubahan perilaku dalam proses belajar.
b. Perilaku Terbuka.
Belajar yang kita simpulkan, terjadi bila perilaku manusia
berubah.Perilaku menyangkut aksi dan tindakan, yang menjadi
perhatian utama ialah perilaku verbal manusia, sebab dari tindakantindakan menulis dan berbicara manusia, dapat kita tentukan apakah
perubahan-perubahan dalam prilaku yang terjadi.
c. Belajar dan Pengalaman
Komponen terakhir dalam definisi belajar adalah pengalaman.Istilah
pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat

13

dianggap mewakili belajar.Batasan ini penting dan sulit untuk


didefinisikan.Biasanya batasan ini dilakukan dengan memeperhatikan
penyeba-penyebabperubahan dalam perilaku yang tidak dapat
dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang
disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan
mekanis, tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh
pengalamana dan karena itu tidak dapat dianggap, bahawa belajar
telah terjadi.
d. Belajar dan Kematangan.
Proses yang lain menghasilkan perubahan tingkah laku yang tidak
termasik belajar adalah kematangan. Perubahan tingkah laku yang
disebabakan oleh kematangan terjadi bila perilakuitu disebabakan oleh
perubahan-perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbukan
dan pengembangan orgenisme secar fisiologis.
5. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya
pendorong atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam
diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan
menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku, baik dalam aspek
kogniti, apektif maupun psikomotor.
Kata motivasi berawal dari kata motif dapat diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapa
dikatakan sebagai daya penggeerak dari dala diri dan didalam subjek untuk
melakukan aktivasi-aktivasi demi mencapai tujuan.Menurut Mc. Donald
dalam Sardiman (73:2011) mejelaskan motivasi adalah energy dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feelimg dan didahului dengan
tanggapan terhdap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.
Donald ini mengandung beberapa elemen penting diantaraya adalah:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya peruabahan energoi pada
diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energididalam sistem neurophysiological yang

14

ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energy


manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia)
penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling apeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevasi dengan pesoalan-persoalan kejiwaaan,
apeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku mausia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan repon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetaoi kemunculan
karena terangsang/terdorong adanya unsul lain, dalam hal ini tujuan.
Tujuan ini akan menyangkut kebutuhan.
Dari ketiga elemen diatas maka dapt dikatakan bahwa motivasi itu
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia sehingga akan
bergayutdenga persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk
kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua ini didorongkarena
adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seseorang siswa misalnya
tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki
sebab-sebabnya.sebab-sebab tersebut biasnya bermacam-macam mungkin ia
tidak senang, mungin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain lain. Hal ini
berarti pada diri anak tersebut tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki
tujuan atau kebutuhan belajar.Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya
upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian mendorong
siswa itu mau melakukan peerjaan yang perlu diberikan rangsangan agar
tumbuk motivasi pada drinya.
Adapun motivasi memiliki beberappa fungsi diantaranya :
a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta
didik.
b. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta
didik.

15

c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap


pencapaian tujuan pembelajaran.
d. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran
lebih bermakna
Jadi motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondis tertentu , sehingga seseorang ingin melaukan
sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakan perasaan tidak suka itu. Maka motivasi itu dapat dirangsang
oleh faktor luar tetapi motivasi tersebutu tumbuh dalam diri seseorang.
Berikut perinsip motivasi dalam belajar adalah :
a. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai
dengan pengaruh lingkungan internal dan eksternal peserta didik itu
sendiri.
b. Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan
pengalama belajar yang baru akan menumbuhkembangkan peserta
didik itu sendiri.
c. Motivasi belajar pesert didik akan berkembang jika disertai pujian
daripada hukuman.
d. Motivasi instrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik
daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya saling menguatkan.
e. Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan
tujuan yang jelas.
f. Motivasi belajar peserta didik akan berkembangan jika disertai dengan
tujuan yang jelas.
g. Motiasi belajar peserta didik akan berkembangan jika disertai dengan
implementasi keberagaman metode.
h. Bahan
ajar
yang
sesau

dengan

kebutuhan

akan

menumbuhkembangakn motivasi belajar peserta didik.


i. Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi
belajar peseta didik.
j. Gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi dan
mengurangi prestasi belajar siswa.
k. Tinggi rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya
gairah belajar peserta didik.

16

l. Motivasi yang besara akan berpengaruh terhadp terjadinya proses


pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
6. Penelitian Terdahulu.
Sebelumnya telah ada penelitian mengenai sistem pembelajran SKS ini.
Penelitian terebut dilakukan oleh Anisya Febriana Rakhmawati yang dilakukan
pada bulan oktober 2010 dan dilaporkan dalam bentuk skripsi di Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul
Implementasi Program Sistem Kredi Semester (SKS) Dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung.
Penelitian tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang jelas dan
mendalam mengenai implementasi program sistem kredit semester dilihat dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan peningkatan mutu
layanan sistem pembelajaran di SMA Negeri 3 Bandung.
F. Definisi Operasional
Untuk keperluan penelitian dan supaya tidak terjadi interpretasi yang
berbeda antra penulis dengan pembaca, maka peneliti memfokuskan definisi
variable yang diteiti menjadi:
1. Sistem Kredit Semster.
Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan
mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.Beban
belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam
satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam
pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam
kegiatan mandiri tidak terstruktur. SMA Negeri 3 Bandng merupakan salah
satu sekolah kategori mandiri yang telah menerapkan Sistem Kredit Semster
sebagai suatu kebijakan dalam sisntem pembelajaranya.

17

2. Motivasi Belajar
Sejalan dengan landasan teori menurtu Menurut Mc. Donald,
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini
mengandung tiga elemen/ ciri pokok dalam motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling dan
dirangsang karena adanya tujuan.(sadiman:73:2012).
Dari pengertian diatas maka dapat kita simpulkan motivasi belajar
merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan

kegiatan

belajar

dan

menambah

ketrampilan,

pengalaman.Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk


tercapai suatu tujuan.Peserta didik bersungguh sungguh belajar karena
termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi
politikus, dan memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak akan mungkin melakukanaktivitas belajar. Motivasi tumbuh
didorong oleh kebutuhan ( need ) seseorang.Adapun kriteria yang dipakai
dalam motivasi ini adalah dilihat dari 4 aspek yaitu Attention, Relevance,
Confidence, Statisfaction.
G. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi

Menurut Zaenal Arifin (2011:196) Asumsi atau anggapan dasar adalah


suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titik tolak
dalam suatu penelitian. Asumsi harus didasarkan pada keyakinan peneliti,
sehingga dapat dijadikan titik tolak dalam penelitian. Kebenaran asumsi
bukan dikira-kira atau spekulasi, tetapi betul-betul harus didukung oleh
teori-teori atau hasil-hasil penemuan penelitian relevan dengan variabel
penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

18

Dari pengertian diatas maka anggapan atau asumsi dalam penelitian ini
adalah :
a. SMA Negeri 3 Bandung menerapkan sistem pembelajaran Sistem
Kredit Semester..
b. Sistem kredit semester dapat meningkatakan motivas belajar siswa
dilihat dari aspek perhatian, relevasi, percaya diri dan kepuasan.
c. Penggunaan sistem kredit semester mempunyai hubungan yang
signifikan dengan motivasi belajar siswa dilihat dari aspek perhatian,
relevasi, percaya diri dan kepuasan.
2. Hipotesis

Menurut Sugiyono (96:2013) hipotesis merupakan jawaban sementara


terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan
belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang dipeoreh melalui pengumpulan
data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
a. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekcognitive
motives di SMA Negeri 3 Bandung
Terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek cognitive
motives di SMA Negeri 3 Bandung.
b. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekselfekspression di SMA Negeri 3 Bandung
Terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek selfekspression di SMA Negeri 3 Bandung.

19

c. Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit


semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspekselfenchancement di SMA Negeri 3 Bandung
Terdapat hubungan yang positif antara penerapan sistem kredit
semester dengan motivasi belajar siswa dilihat pada aspek selfenchancement di SMA Negeri 3 Bandung.
H. Pendekatan dan Model Penelitian
Dalam penelitian tentunya terdapat prosedur yang merupakan acuan dalam
melakukan penelitianya dilapangan.Prosedur tersebut dikenal sebagi metode
penelitian. Metode penelitian digunakan sebagai pedoman tentang langkahlangkah penelitian dilakukan, sebagai upaya mengungkap permasalahan
penellitian
Jenis penelitian yang diguanakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode deskriptif korelasional. Metode deskriptid merupakan
metode yang nantinya akan menggambarkan kondisi dilapangan (fenomena yang
terjadi) dalam hal ini hubungan antara penerapan sistem kredit semester dengan
motivasi belajar siswa.
Menurut Arikunto (3:2013) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam
kegiatan ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah
yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam dalam bentuk laporan
penelitian secara lugas, seperti apa adanya.
Dengan kata lain penelitian deskriptif ini bertujuan membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan
sifat serta hubunganya antara fenomena yang dihadapi.
Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional dengan
pendekatan kuantitatif yaitu untuk mendeskripsikan mengenai hubungan antara
penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 3
Bandung.

20

I. Popilasi dan Sampel


Meurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimipulanya.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas satu dan dua dan tenang
pengajar di SMA Negeri 3 Bandung
Sampel adalah bagian dari jumlah yang berkarakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.Sampel yang diambil harus benar-benar refresentatif (mewakili).
(Sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara Random
Sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak, dimana semua anggota
populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Asumsinya populasi mempunyai karakteristik yang sama homogen. Cara
yang digunakan dalam random sampling ini dengan cara ordinal yaitu mengambil
anggota populasi dari atas kebawah, yang bisa dilakukan dengan cara mengambil
anggota yang bernomor ganjil, genap atau nomor kelipatan angka.
J. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakasankan penelitian ini mengenai hubungan antara penerapan
sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah : Angket/Kuesione,
Wawancara.
1. Angket/Kuisioner.
Menurut Zainal Arifin (2011:228), angket adalah instrument penelitian
yang berisi serangkaina pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau
informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan
pendapatnya. Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan
respon

sesuai

dengan

permintaan

pengguna.

Dengan

demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh


peneliti

dimana

tiap

pertanyaannya

21

berkaitan

dengan

masalah

penelitian.Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk


dimintakan jawaban.
Dalam penelitian ini digunakan Angket tertutup yaitu angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memilih
alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket dengan model Skala Likert
ini akan memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan dalam setiap
kuisioner.
2. Wawancara
Dalam Zaenal Arifin (157:2009) dijelaskan bahawa wawancara
merupakansalah satu bentuk alat evaluasi non-tes yang dilakukan melalui
percakapan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan
narasumber.Pengetian

wawancara

langsung

adalah

wawancara

yang

dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan orang yang


diwawancarai tanpa melalui pelantara, sedangkan wawancara tidak langsung
adalah pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepadaorang yang
diwawancarai melalui orang laim atau media, jadi tidak langsung menemui
sumbernya. Tujuan dari wawancara ini adalah :
a. Untuk memperoleh informasisecara langsung guna menjelaskan
sesuatu hal atau situasi kondisi tertentu.
b. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
c. Untuk memperoleh data agar dapt memengaruhi situasi atau orang
tertentu.
Untuk mendapatkan data pendukung untuk penelitian ini maka yang
akan diwawancarai adalah wakil kepala sekolah SMA Negeri 3 Bandung.
K. Teknik Analisis Data.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian diperlukan instrument-instrumen penelitian yang telah


memenuhi persyaratan tertentu.Persyaratan yang harus dipenuhin oleh
instrument penelitian adalah tingkat kesahihan (validits) dan tingkat
keandalan (Reliabilitas). Suharsimi Arikunto (2010 :228) menyatakan bahwa
tujuan ujicoba instrumen yang berhubungan dengan kualitas adalah upaya

22

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen itu valid, apabila
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan tinggi reliabilitas
menunjukkan bahwa instrumet tersebut dapat mengukur apa yang dimaksud
dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan diantara subjek.
Data yang baik adalah data yang dapat menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya dilapangan.Untuk mendapatakan kesahihan dan ke andalan
dari instrument penelitian maka dalam studi deskriptif korelasional tentang
penerapan sistem kredit semester dengan motivasi belajar siswa melakukan
uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan Reliabilitas.
a. Uji Validitas Instrumen
Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat
ukur mampu apa yang ingin di ukur (valid measure if it successfully
measure the phenomenom). Dalam suatu penelitian deskriptip ataupun
eskplanatif yang melibatkan variable/konsep yang tidak bisa diukur
secar langung, masalah validitas tidak sederhana, didalamnya juga
menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis dan sampai empiris
(indikator), namun bagaimana tidak suatu insrumen penelitian harus
valid agar hasilnya dapat dipercaya. Untuk mengukur validitas
instrument, penelitian deskriptif ini menggunakan uji validitas konstruk
(construct Validity), dimana validitas ini berkaitan dengan kesanggupan
suatu alat ukur dalam mengukur penngertian suatu konsep yang
diukurnya. Instrument yang akan diuji validitasnya adalah komponen
dari description, context, transaction dan output dengan menggunakan
rumus koefisien korelasi product moment, yaitu :
X

N X 2
N XY ( X)( Y )
r xy =

23

Keterangan :
r xy =Koefisien Korelasi
X =Skor Butir

Y =Skor Total yang Diperoleh


N=Jumlah Responden

x 2=Jumlah Kuadrat Nilai X


2

Y =Jumlah Kuadrat Nilai Y


( Zaenal Arifin : 254 : 2009 )
b. Uji Reliabilitas.
Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang
sama pula. Syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah
konsisten, keajegan, atau tidak berubah-ubah. Instrument yang akan
diuji

Reliabilitasnya

adalah

instrument

dari

komponen

yaitu

description, context, transaction dan output. Metode uji reliabilitas


yang digunakan dalam penelitia ini adalah uji reliabilitas internal
consistency method dengan menggunakan Alpha Cronbach.
Teknik atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu
instrumen penelitian reliable atau tidak, bila jawaban yang diberikan
responden berbentuk skala seperti 1-3, dan 1-5, serta 1-7 atau jawaban
responden yang menginterpretasikan penilaian sikap. Kriteria suatu
instrument penelitian ini dikatakan reliable dengan menggunakan teknik
ini bila koefisien reliabilitas (r11) > 0.6
Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach, yaitu :
1) Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan.

24

X i 2

X 2i
2 =
i
2) Menentukan nilai varians total

X 2
2=
t
3) Menentukan reliabilitas instrument
2b
k

r 11 =
1 2
k1
t

[ ][

Keterangan :
n
: Jumlah Sampel
X
: Nilai skor yang dipilih
2
t : Varians total
2

b
k

: Jumlah varians butir

: Jumlah butir pertanyaan

r 11 : Koefisien reliabilitas instrument


(Suharsimi Arikunto : 239 : 2013)
Untuk menyatakan reliabilitas instrumen, digunakan interpretasi
terhadap koefisien korelasi, yaitu :
Antara :

0,8 s/d 1,0

Sangat Tinggi

0,6 s/d 0,8

Tinggi

0,4 s/d 0,6

Cukup

0,2 s/d 0,4

Rendah

25

0,0 s/d 0,2

Sangat Rendah
( Suharsimi Arikunto : 319 : 2013)

2. Teknik Pengolahan Data


Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah

Statistik

Deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini bersifat kuantitatif (berupa angket) sehingga perlu diolah
dan ditari kesimpulan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk pengujian
hipotesis serta untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan
analisis korelasi. Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua
hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat
hubungan antara variable X (penerapan sistem SKS) dengan variabel Y
(motivasi belajar siswa).
Setelah itu, peneliti ingin mencari makna hubungan antara variabel X dan
variabel Y yang digunakan untuk membuktikan tingkat kuat atau tidaknya
hubungan antar variabel.Namun perlu diingat bahwa hasil tingkat kuat atau
tidaknya hubungan antar variabel ini baru berlaku hanya untuk sampel
penelitian dan belum berlaku untuk keseluruhan populasi.
Agar hasil yang telah diperoleh dapat digeneralisasikan pada populasi,
maka yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan uji signifikansi. Rumus
uji signifikansi korelasi product moment yaitu:

r n-2
t=

1 r2

(Sumber : Sugiyono, 2013:257)

26

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Safar, fahri. 2012. Proposal Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia:
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2012/01/03/proposalpenelitian-kuantitatif/. [18 Oktober 2012].
Ahira, Anne. 2013. Polemik Masalah Pendidikan di Indonesia.[Online].
Tersedia.http://www.anneahira.com/masalah-pendidikan-di-indonesia.htm.
[15 Februari 2014].
Ali,

Drs.

Mohammad.1985.Penelitian

Kependidikan

Prosedur

dan

Strategi.Angkasa: Bandung.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran.Remaja Rosdakarya. Bandung
Arifin, Zaenal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT
Remaja Rosdakarya: Bandung
Arifin, Zaenal.2012. Penelitian Pendidikan. Rosda. Bandung
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Badan Standar Naional Pendidikan. 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem
Kredit Semester Untuk Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah
Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.

27

Chairin, Zahra. 2005. Model ARCS dalam Pembelajaran.LPMP Kalimantan


Selatan.
Dalhari.2010.Mengelola

Proses

Pembelajaran

Ideal.

[Online].Tersedia.http://pengawasgk.wordpress.com/2010/02/15/mengelol
a-proses-pembelajaran-ideal/. [1 April 2014].
Dellasera, Qory. 2013. Kualitas Pendidikan Indonesia (Refleksi 2 Mei).[Online].
Tersedia.http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikanindonesia-refleksi-2-mei-552591.html. [15 Februari 2014].
Departemen Pendidikan Nasional.2008.Implementasi Sistem Kredit Semester
Pada Sekolah Menengah Kejuruan.Jakarta
Furkon,

Chairul.

2013.

Komponen

Sistem.

[Online].Tersedia.http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEM
EN_FPEB/197207152003121-CHAIRUL_FURQON/002._SIMkonsep_sistem.pdf. [10 April 2014]
Hanafiah, nanang dan cucu suhana. 2010. Konsep dan Strategi Belajar. Refika
Aditama. Bandung.
Larasati, Dinda. 2013. Banyak Masalah di Kurikulum Sekolah.
Republik Indonesia.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia.Peraturan Mentri Pendidikan Indonesia Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006.Mentri Pendidikan Nasional. Jakarta.
Riantani, Suskim dan Sri Wiludjeng. 2008. Analisis Faktor-Faktor Motivasi
Belajar Mahasiswa Fakulatas Bisnis dan Manajemen. Universitas
Widyatama.

Bandung.

[online].

Tersedia:

repository.widyatama.ac.id/.../Suskim-Sri%20Wiludjeng%20_BAB
%20I.pdf. [23 Maret 2014]

28

Sardiman.2012.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Grafindo


Persada. Jakarta.
Setyawan.

2012.

Kuesioner.

[Online].

http://infosetyawan.blogspot.com/2012/06/kuesioner.html

Tersedia:
[19 oktober

2012].
Sihes,

Ahmad

Johari.

2013.

Konsep

Pembelajaran.

[online].

Tersdia:eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf .[23 Maret 2014].


Som, Syarnubi. 2013. Mewujudkan Madrasah Ketegori Mandiri di Sumatera
Selatan.Balai Diklat Keagaamaan Palembang.
Sugiyano. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Alpabeta. Bandung
Riyana, Cepi & Rudi Susilana.Komponen-Komponen Pembelajara.Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan. UPI
Wilis Ratna, Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga Bandung

29

Anda mungkin juga menyukai