Anda di halaman 1dari 4

A.

JUDUL

:KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

B. TUJUAN

1. Menentukan konsentrasi eluen yang tepat dengan metode cincin


terkonsentrasi
2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada tanaman pandan betawi dengan
menggunakan pelat KLT
C. TANGGAL PERCOBAAN

:Rabu, 06 Mei 2015

D. DASAR TEORI
Kromatografi lapis tipis (KLT) atau Thin Layer Chromatography
(TLC) dalah salah satu jenis kromatografi cair-cair dan berdasarkan
mekanisme pemisahannya termasuk kromatografi adsorpsi serta jika ditinjau
dari konfigurasinya termasuk kromatografi planar. Dasar pemisahan pada KLT
adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa diam yang berupa padatan
dan fasa gerak yang merupakan campuran solvent (eluen) yang juga dikenal
dengan istilah pelarut pengembang campur.
Kromatografi lapis tipis atau KLT pada prinsipnya sama dengan
kromatografi kertas, hanya saja sebagai fasa diam digunakan lapisan tipis
absorben yang disalutkan pada sebuah pelat dari kaca atau aluminium foil
tebal atau plastik. Pelat KLT perlu dipanaskan dalam oven pada suhu 110 o
sebelum digunakan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terikat
dan mengaktifkan absorben. Karena air yang terikat kuat pada absorben dapat
menghambat terjadinya kesetimbangan dengan molekul-molekul analit.
Analisis

dengan

KLT

diawali

dengan

pemilihan

pelarut

pengembang (eluen) yang digunakan. Pemilihan pelarut pengembang


tergantung pada jenis analit yang akan dipisahkan. Untuk hidrokarbon
digunakan campuran heksana atau petroleum eter dengan toluena atau eter
pada berbagai perbandingan. Campuran pelarut ini memiliki kepolaran sedang
dan untuk sampel polar dapat digunakan campuran pelarut etil asetat, aseton,
atau metanol.
Pelarut yang menyebabkan semua noda merambat naik berarti
terlalu polar. Sebaliknya jika noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak,
berarti pelarut tersebut kurang polar.

Cara termudah untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan
menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Pada sebuah pelat ditotolkan
beberapa noda dari sampel yang sama. Kemudian untuk setiap noda ditotolkan
pelarut yang berbeda. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan gambar
berikut :
Noda sampel
Lapisan luar pelarut (solvent front)

Kurang

Cukup

Terlalu

Polar
Polar
Polar
Gambar 1. Efek kepolaran pengembang tergantung noda yang dihasilkan
Analit yang dipisahkan ditotolkan pada pelat yang kemudian
digantungkan pada sebuah bejana gelas berisi pelarut (eluen) sedemikian
sehingga bagian bawah pelat terendam sekitar 0,5 cm. Eluen akan merambat
naik sepanjang pelat dengan efek kapiler dan membawa komponen analit
sehingga mencapai batas atas pelat kromatografi tersebut.

Komponen-komponen analit akan terpisah dan membentuk noda


sepanjang pelat.

Noda-noda tersebut kemudian diukur dan dihitung faktor retardasinya (Rf)


dengan rumus berikut :

Rf =

jarak yang ditempuh oleh komponen


jarak yang ditempuh eluen

Setiap komponen memiliki harga Rf yang tertentu, yang kemudian


dibandingkan dengan Rf senyawa standar. Jika noda tidak tampak, maka dapat
disemprot dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium
kromat, ammonium sulfida dan sebagainya. Cara lain adalah dengan
menyinari pelat tersebut dengan lampu ultraviolet atau menjenuhkan kertas
tersebut dengan uap iodium.

Alat dan Bahan


Alat
- Pelat KLT berukuran 5 x 2 cm
- Pelat KLT berukiuran3 x 5 cm
- Pipa kapiler
- Gelas dengan dasar rata

2 lembar
2 lembar
2 buah
1 buah

Corong pisah
Kertas saring
Gelas ukur 10 mL
Gelas kimia 50 mL
Pelat kaca
Statif dan klem
Ring
Pinset

1 buah
1 lembar
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Bahan
- Metanol
- Etanol
- Khloroform
- Heksan
- Daun pandan yang sudah ditumbuk
- Kunyit yang sudah di parut

15 g
15 g

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiya. 2007. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II: DasarDasar Pemisahan Kimia. Surabaya: Unipress Unesa.
Day, R. A., Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. New York:
Prentice-Hall.
Sianita B, Maria Monica. 2006.Buku Ajar Mahasiswa Kromatografi. Surabaya:
Unipress Unesa.
Soebagio, dkk. 1999. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai