Anda di halaman 1dari 28

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN MAKRO

MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS

Oleh :
DYAH AYU AGUSTIN
030109a014

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2010

SATUAN ACARA PENGAJARAN


( SAP )
A. IDENTITAS
Mata kuliah

: Askeb V (Komunitas)

Kode mata kuliah

: Bd. 305

Beban Studi

: 4 SKS (T = 1, P = 3)

Penempatan

Pokok bahasan

: Masalah Kebidanan Komunitas

Sub pokok bahasan

: 1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Semester IV

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga non


kesehatan

Waktu pertemuan

: 2 x 50 menit

Hari / tanggal

: Selasa, 30 Maret 2010

B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1.

Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas tentang BBLR dan
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.

2.

Tujuan Intruksional Khusus


Setelah menyelesaikan sub pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Menjelaskan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1) Menjelaskan pengertian BBLR
2) Menjelaskan klasifikasi BBLR
3) Menjelaskan penyebab BBLR
4) Menjelaskan faktor resiko BBLR
5) Menjelaskan masalah BBLR
6) Menjelaskan pencegahan BBLR
7) Menjelaskan penatalaksanaan BBLR

b. Menjelaskan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan


1) Menjelaskan pengertian pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan

1
2) Menjelaskan etiologi pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan
3) Menjelaskan penatalaksanaan pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan
C. POKOK-POKOK MATERI
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1) Pengertian BBLR
2) Klasifikasi BBLR
3) Penyebab BBLR
4) Faktor resiko BBLR
5) Masalah BBLR
6) Pencegahan BBLR
7) Penatalaksanaan BBLR
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
1) Pengertian pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
2) Etiologi pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
3) Penatalaksanaan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahapan /

Kegiatan Mahasiswa

Waktu
Pendahuluan 1. Mahasiswa
10 menit

Kegiatan Pengajar

memberi1. Menjawab salam

salam

Media /

Alat
Ceramah LCD,
laptop,

2. Merespon perkenalan

2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan cakupan

3. Mahasiswa

Metode

memahami

cakupan materi yang akan


disampaikan

materi

yang

disampaikan
4. Menggali

2
22

akan

Diskusi White
board
Diskusi Spidol

4. Mahasiswa
tujuan

memahami

pengetahuan

pembelajaran

mahasiswa

dalam pertemuan ini

Diskusi
tentang

tujuan pembelajaran
5. Menjelaskan relevansi

5. Mahasiswa

memahami

relevansi
pembelajaran

tujuan

tujuan

dengan

dengan

profesi kebidanan

Diskusi

profesi

kebidanan
6. Melakukan apersepsi

6. Mahasiswa
mengungkapkan

pembelajaran

tentang materi yang


hal-hal

Diskusi

akan diberikan

yang diketahui tentang


Penyajian
75 menit

BBLR
7. Mencermati dan

7. Menjelaskan

menemukan pengertian

Diskusi LCD,

pengertian BBLR

laptop,

BBLR

White

a. Mahasiswa

a. Menggali

mengungkapkan

pengetahuan

tentang pengertian

mahasiswa tentang

BBLR

pengertian BBLR

Diskusi board
Spidol

b. Meminta
b. Mahasiswa
memberikan

tangggapan dari

Tanya

mahasiswa lain

jawab

tangggapan terhadap
pendapat mahasiswa
lain tentang pengertian
BBLR

c. Menjelaskan

c. Mahasiswa membuat
definisi BBLR

pengertian BBLR
8. Menjelaskan tentang

8. Mengidentifikasi tentang
klasifikasi BBLR

Ceramah

klasifikasi BBLR

Ceramah

9. Menjelasakan materi

9. Mengidentifikasi

penyebab BBLR

penyebab BBLR

Ceramah

a. Menggali

a. Mahasiswa

pengetahuan
3

Diskusi

mengungkapkan

mahasiswa tentang

tentang penyebab

penyebab BBLR

BBLR

b. Meminta
tangggapan dari

b. Mahasiswa

mahasiswa lain

memberikan

Tanya
jawab

tangggapan terhadap
mahasiswa lain tentang
penyebab BBLR

c. Menjelaskan

c. Mahasiswa

penyebab BBLR

menganalisis penyebab
BBLR

Ceramah

10. Menjelaskan

10. Menjabarkan faktor

tentang faktor resiko

resiko BBLR

BBLR

Ceramah

11. Menjelaskan
11. Mengkaji masalah pada
BBLR

masalah pada BBLR


a. Menggali

a. Mahasiswa

Ceramah

pengetahuan

mengungkapkan

mahasiswa tentang Diskusi

tentang masalah pada

masalah pada

BBLR

BBLR
b. Meminta

b. Mahasiswa

tangggapan dari

memberikan

mahasiswa lain

tanggapan terhadap

Tanya
jawab

pendapat mahasiswa
lain tentang masalah
pada BBLR

c. Memberi

c. Mahasiswa

penguatan atas

menjabarkan jawaban

jawaban

yang diberikan

mahasiswa
d. Menjelaskan
4

Diskusi

d. Mahasiswa

tentang masalah

menganalisis tentang

pada BBLR

masalah pada BBLR

Ceramah

e. Memberi

e. Mahasiswa bertanya

kesempatan pada

tentang hal-hal yang

mahasiswa untuk

Tanya

belum diketahui

bertanya

jawab

tentang masalah pada


BBLR

12. Bersama mahasiswa

12. Menganalisis

menganalisis

pencegahan BBLR

pencegahan BBLR

Ceramah

a. Menggali
pengetahuan
a. Mengungkapkan

tentang pencegahan

tentang pencegahan

BBLR
b. Meminta

BBLR

Diskusi

tanggapan lain
b. Memberi tanggapan

c. Mengarahkan

terhadap pendapat

mahasiswa
d. Meminta pendapat

mahasiswa lain
c. Menemukan

tentang pencegahan

pencegahan BBLR
d. Mengemukakan cara

Tanya
jawab

BBLR
e. Mengulas

pencegahan BBLR

pencegahan BBLR

Diskusi

13. Menjelaskan
e. Mengupayakan cara

tentang

pencegahan BBLR

penatalaksanaan

Tanya
jawab

BBLR di rumah
13. Mendiskusikan tentang
penatalaksanaan BBLR di
rumah
5
a. Mengkritisi
penatalaksanaan

a. Menyatukan
pendapat

Ceramah

mahasiswa
berdasarkan
tanggapan
mengenai

Ceramah

BBLR

penatalaksanaan
BBLR
14. Mengarahkan

Diskusi

mahasiswa untuk
membuat definisi
pertolongan
14. Mendeskripsikan

persalinan oleh tenaga

pengertian pertolongan

non kesehatan

persalinan oleh tenaga

a. Menggali

non kesehatan

pengetahuan
mahasiswa tentang Tanya
pengertian

jawab

pertolongan
a. Mahasiswa

persalinan oleh

mengungkapkan

tenaga non

tentang pengertian

kesehatan

pertolongan persalinan

b. Meminta

oleh tenaga non

tangggapan dari

kesehatan

mahasiswa lain

Diskusi

b. Mahasiswa
memberikan
tangggapan pendapat
mahasiswa lain tentang

c. Menyatukan

pengertian pertolongan

pendapat

persalinan oleh tenaga

mahasiswa

non kesehatan

berdasarkan

c. Mahasiswa mengkritisi
jawaban yang
diberikan teman lain

tanggapan
mengenai
d. Menuntun
mahasiswa

Ceramah

membuat definisi
d. Mahasiswa membuat

pertolongan

definisi pertolongan

persalinan oleh

persalinan oleh tenaga

tenaga non

non kesehatan

kesehatan

Ceramah

15. Memberi
penerangan tentang
etiologi pertolongan Ceramah
15. Mahasiswa mengkritisi

persalinan oleh tenaga

etiologi pertolongan
persalinan oleh tenaga

non kesehatan
16. Mengarahkan

non kesehatan

mahasiswa untuk
menemukan

16. Mencermati dan

penatalaksanaan

menemukannya

pertolongan

Ceramah

penatalaksanaan

persalinan oleh tenaga

pertolongan persalinan

non kesehatan

oleh tenaga non


kesehatan
Ceramah

Penutup
15 menit

1. Menjawab pertanyan

1. Melakukan

yang diajukan

dari

evaluasi

Tanya

pembelajaran

jawab

yang telah dilakukan


2. Menyusun kesimpulan 2. Bersama
dari materi yng

mahasiswa

meyimpulkan materi

Dikusi

dijelaskan pada

dari

pertemuan ini

yang disampaikan

3. Memberi respon

pembelajaran

3. Memberikan

terhadap penugasan

kepada

yang diberikan

untuk

tugas Ceramah

mahasiswa
mempelajari

kembali materi yang


telah

disampaikan

dari literatur lain


4. Menutup pertemuan

4. Menutup

dengan menjawab salam

dengan

Diskusi

pertemuan
mengucap

salam
E. EVALUASI
1. Prosedur : Tes pada awal pembelajaran di apersepsi
Tes pada proses pembelajaran di penyajian
Tes pada akhir pembelajaran di penutup
2. Jenis

: Tes tertulis

3. Alat

: Soal buatan dosen

4. Bentuk

: Tes subyektif

5. Soal

: Terlampir

F. REFERENSI
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan maternitas (maternity nursing)
edisi 4; Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mochtar, R. 1998, Sinopsis Obstetri Patologi, edisi 1, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Prawiroharjo, sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta.
Abdul, syaifudin bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Nenatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta
Lampiran 1
8

TEORI MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS


A. BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
1. PENGERTIAN
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth baby (bayi dengan berat badan lahir rendah =
BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat
kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Dengan
demikian bayi berat lahir kurang dari 2.500 gram dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu: a. prematuritas murni bayi lahir dengan
masa gestasi < 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa
gestasi, b. bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), bayi yang
berat badannya kurang dari semestinya yaitu berat badan lahir di
bawah presentil ke-10 dari grafik pertumbuhan (Wiknjosastro,
2002).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2.500 gram dengan mengabaikan penyebabnya
dan tanpa me mperhatikan umur kehamilan (Klaus, 1998).
D alam kebidanan dikenal dua macam yaitu BBLR prematur
dimana masa gestasi < 37 minggu dan BBLR dismatur dimana masa
gestasi > 37 minggu.
Menurut Saifuddin (2002), Bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi baru lahir yang berat badanya saat lahir kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam :
a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 2500 gram
b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu berat
lahir kurang dari 1500 gram
c) Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) yaitu berat
lahir kurang dari 1000 gram

d) Bayi kurang bulan, kurang dari 37 minggu (259 hari) atau


preterm
e) Bayi cukup bulan 37-42 minggu (259-293 hari) atau aterm
f) Bayi lebih bulan, lebih dari 42 minggu (294 hari) atau postterm
BBLR mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga
cukup bulan (dismatur).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang pada
waktu

lahir berat badannya kurang dari 2500 gram, yang

dibedakan menjadi 2 yaitu premature (masa gestasi kurang dari


37 minggu) dan dismature (masa gestasi lebih dari 37 minggu)
2. KLASIFIKASI
Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yaitu :
1)

Prematur
Kelahiran bayi yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai
37 minggu dengan berat badan yang sesuai dengan umur
kehamilan (Mochtar, 1998).

2)

Disrmatur
Kelahiran dismatur adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 10 presentil untuk berat sebenarnya dengan umur
kehamilanya (Manuaba, 1998).
Bayi dengan berat badan lahir rendah yang dapat bertahan hidup

sampai kanak-kanak pada umumnya mempunyai daya tahan tumbuh


lebih rendah daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Mereka akan mengalami hambatan pada pertumbuhan fisik organorgan seperti otak, gangguan fungsi psikomotor, anak-anak terlambat
(Niluh, 2006).
3. ETIOLOGI
a. Etiologi kelahiran premature
1) Faktor Ibu
Kelahiran prematur yang disebabkan faktor ibu meliputi :
a) Toksemia gravidarum yaitu pre-ekalmsi dan eklamsi.

b) Ibu yang menderita penyakit menahun, antara lain:


hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah.
c) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
d) Jarak hamil dan berasalin terlalu dekat.
e) Faktor pekerja yang terlalu berat. (Surasmi dkk, 2003)
2) Faktor Janin
Kelahiran prematur yang disebabkan faktor janin meliputi
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat
bawaan, infeksi (misal rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufisiensi plasenta, inkomtabilitas darah ibu dan janin
(Surasmi dkk, 2003).
3) Faktor Plasenta
Kelahiran prematur yang disebabkan oleh faktor plasenta
meliputi : plasenta previa, dan solutio plasenta (Surasmi dkk,
2003).
b. Etiologi kelahiran dismatur
1) Faktor Ibu
Faktor ibu yang menyebabkan kelahiran dismatur meliputi :
a) Malnutrisi
b) Penyakit-penyakit ibu : hipertensi, penyakit paru-paru,
penyakit gula.
c) Komplikasi hamil pre ekalmsi, eklamsi, perdarahan
antepartum.
d) Kebiasaan ibu : perokok, peminum. (Manuaba, 1998)
2) Faktor Uterus dan Plasenta
Kelahiran dismatur yang disebabkan oleh faktor uterus dan
plasenta meliputi gangguan pembuluh darah, gangguan insersi
tali pusat, kelainan bentuk plasenta, perkapuran plasenta
(Manuaba, 1998).
3) Faktor Janin
Kelahiran dismatur yang disebabkan oleh faktor janin

meliputi: kelainan kromosom, hamil ganda, infeksi dalam,


rahim, cacat bawaan (Manuaba, 1998).
Sering penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui
faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)

Faktor genetik
Infeksi
Bahan toksik
Insufisiensi atau disfungsi plasenta
Faktor nutrisi

4. FAKTOR RESIKO
Menurut Berhman cit Anna Wijayanti (2000), berbagai factor resiko
pada ibu hamil yang berhubungan dengan kejadian BBLR antara lain:
a. Resiko demografi. Usia ibu hamil < 17 tahun atau > 35 tahun, ras,
status sosial ekonomi rendah
b. Resiko medis sebelum hamil, paritas >4, berat badan dan tinggi
badan iu yang rendah, cacat bawaan, infeksi saluran kencing,
DM, Hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetric jelek (BBLR,
abortus spontan, kelainan genetik)
c. Resiko medis saat hamil, penambahan berat badan selama hamil,
interval

ehamilan

yang

pendek,

hipotensi,

hipertensi,

preeklamsia, eklamsia, bakteriurea, infeksi TORCH, perdarahan


trimester I, kelainan plasenta, hiperemesisi gravidarum, oligo
hidramnion, anemia abnormal, ketuban pecah dini
d. Resiko perilaku lingkungan: Merokok, gizi kurang, alkohol, obatobatan keras, terpapar bahan kimia toksik dan tempat tinggal di
ketinggian.
e. Faktor resiko lainnya. Pemeriksaan kehamilan in adekuat stress
atau gangguan psikososial, uterus mudah berubah bentuk,
kontraksi uterus tiba-tiba, defisiensi hormone progesterone
5. MASALAH-MASALAH BBLR
a. Asfiksia
b. Gangguan nafas
c. Hipotermi

d. Hipoglikemi
e. Masalah pemberian ASI
f. Infeksi
g. Ikterus
h. Masalah perdarahan
6. PENCEGAHAN
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan
muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya persalinan dengan BBLR
c. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana
d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm
atau istirahat baring jika terjadi keadaan yang menyimpang dari
normal
e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun bayi yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat
f. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
g. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
h. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan
dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi
keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama
hamil
7. PENATALAKSANAAN

Perawatan bayi dengan BBLR di rumah :


a. Jaga agar tubuh bayi tetap hangat. BBLR mudah dan cepat
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown fat). Dengan demikian
diharapkan beratnya segera normal, dan lebih kuat menghadapi
kondisi di luar rahim. Caranya:
Letakkan botol berisi air hangat di dekat bayi, sementara bayi
dibungkus dengan kain bersih yang lembut dan kepalanya
ditutup topi agar tetap hangat.
Periksa popoknya secara rutin, dan segera ganti jika basah,
agar tidak kedinginan. Pemeriksaan popok harus sering
dilakukan, karena bayi dengan berat lahir rendah jarang
menangis sekalipun popoknya basah, sementara pakaian
luarnya mungkin masih tampak kering.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK)/ kangaroo care/
perawatan bayi lekat (ibu memeluk bayi setiap saat dengan
kulit bayi terkena kulit ibu, lalu tubuh keduanya diselimuti
dengan pakaian tebal dan lembut), merupakan salah satu cara
yang sederhana dan terbukti efektif untuk memenuhi
sebagian besar kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan,
ASI, perlindungan infeksi, dan stimulasi. Cara ini dilakukan
agar panas tubuh ibu mengalir ke tubuh bayi. Penelitian
membuktikan,

cara

ini

efektif

bukan

saja

untuk

meningkatkan berat badan bayi, tetapi juga membantu


tumbuh kembang bayi. Mengapa? Selain menghangatkan
tubuh bayi, kegiatan ini memberikan sentuhan kasih sayang
yang sangat membantu memulihkan kondisi bayi.
b. Berikan ASI segera setelah bayi lahir.
Umumnya BBLR refleks menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan
cermat, kapasitas lambung masih kecil, daya enzim pencernaan

terutama lipase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein


3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/hari), agar berat badan
bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum 3 jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemi dan hiperbilirubinemia. Maka ASI
diberikan sedikit-sedikit, tapi sesering mungkin, sesuai dengan
kemampuan bayi. Jika bayi belum bisa mengisap, ASI dapat
diperah dan diberikan sedikit sedikit dengan pipet atau sendok
kecil. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya, kelihatan
seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus
diperhatikan

adalah

terhadap

kemungkinan

terjadinya

pneumonia aspirasi.
c. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum
sanggup membenuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi, membersihkan bekas luka tali pusat
bayi dengan teliti dan teratur, agar tetap steril, menjauhkan bayi
dari orang sakit, karena bayi mudah tertular penyakit. Kalaupun
bundanya pilek, pakailah kain penutup hidung ketika menyusui,
agar kesehatan bayi tetap terjaga.

B. PERTOLONGAN

PERSALINAN

OLEH

TENAGA

NON

KESEHATAN
1. PENGERTIAN
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu
proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang di
kenal dengan istilah dukun bayi. Pada dasarnya dukun bersalin
diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau
merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang

atau keluarganya dan biasanya sudah berumur 40 tahun ke atas


(Prawirohardjo, 2005).
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada
umumnya adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta
memeiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional.
Keterampilan trsebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara
praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan
keterampilan serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga
merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan dukun umumnya
adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas
yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan
persalinan secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya
berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya
seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk
mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya
menggunakan daun pisang.
Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang
sangat dipercaya dikalangan masyarakat. Mereka memberikan
pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara
sabar. Apabila pelayanan selesai mereka mempunyai tarif pelayanan
yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumya
masyatrakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong
oleh dukun bayi atau lebih dikenal dengan bidan kampong, akan
tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas
karena didapatkan secara turun temurun (tidak berkembang). Dukun
bayi ada dua yaitu:
a. Dukun bayi terlatih adalah dukun bayi yang elah mendapatkan
latihan dari tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus.

b. Dukun bayi tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah
dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang
dilatih oleh tenaga kesehatan dan belum dinyatakan lulus.
Pertolongan

persalinan

oleh

dukun

bayi

diharapkan

memenuhi standar minimal 3 bersih yang meliputi bersih tangan


penolong, bersih alat pemotong tali pusat dan bersih alas tempat ibu
berbaring serta lingkungannya. Selain itu masih ada penolong
persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam masyarakat
terpencil, seperti yang banyak ditemukan di Provinsi Irian Jaya.
Namun, penolong persalinan seperti ini umumnya tidak tercatat dan
sulit untuk diidentifikasi. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan sterilitas, metode pertolongan persalinan yang
memenui persyaratan teknis medis dan merujuk kasus yang
memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
2. ETIOLOGI
a. Kebiasaan/ perilaku/ adat istiadat yang tidak menunjang
1) Keluarga,

yaitu

adanya

kebiasaan

keluarga

yang

memeutuskan atau memaksa calon orang tua mengenai siapa


yang akan menolong persalinan.
2) Masyarakat, yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang lebih
mempercayai penolong persalinan pada tenaga non medis
(dukun).
b. Sarana kesehatan
c. Keadaan sosial ekonomi yang kurang memadai
Tersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi
tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu
apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya,
perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut,
sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan
besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti
menggunakan penyesia layanan kesehatan rakyat seperti bidan di

desa, puskesmas atau puskesmas pembantu(pustu), sementara


35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan
berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang
menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor
yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan
oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa
untuk membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT
miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus
dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih
lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tarif
dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan desa.
Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil
(Suara Merdeka, 2003).
d. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
e. Status dalam masyarakat
f. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan
dan petugas kesehatan yang masih rendah
g. Kultur atau budaya
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya
kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter.
Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat pada kebanyakan
kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian
bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan
manusia
Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang
tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan
oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan
agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan
tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan
meskipun dengan resiko sangat tinggi.
3. PENATALAKSANAAN

Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna,


kegiatan deteksi dini ibu hamil beresiko harus lebih digalakakan,
baik di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Dalam hal ini,
deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan pada keadaan yang
menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan
dukun bayi. Dengan mengadakan program penempatan Bidan di
Desa (BDB) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu
hamil, bayi dan balita, kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat dengan menjalin
hubungan kemitraan antara keduanya. Dengan penempatan bidan di
desa tersebut diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh
tenaga profesional terus meningkat dan masyarakat semakin
menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

Lampiran 2
EVALUASI
Pertanyaan
1. Sebutkan dan Jelaskan penatalaksanaan BBLR di rumah?

2. Sebutkan dan jelasan penatalaksanaan pertolongan persalinan oleh


tenaga non kesehatan!
Jawaban
1. Penatalaksanaan BBLR di rumah :
a. Jaga agar tubuh bayi tetap hangat. BBLR mudah dan cepat
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown fat). Dengan demikian
diharapkan beratnya segera normal, dan lebih kuat menghadapi
kondisi di luar rahim. Caranya:
Letakkan botol berisi air hangat di dekat bayi, sementara bayi
dibungkus dengan kain bersih yang lembut dan kepalanya
ditutup topi agar tetap hangat.
Periksa popoknya secara rutin, dan segera ganti jika basah,
agar tidak kedinginan. Pemeriksaan popok harus sering
dilakukan, karena bayi dengan berat lahir rendah jarang
menangis sekalipun popoknya basah, sementara pakaian
luarnya mungkin masih tampak kering.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK)/ kangaroo care/
perawatan bayi lekat (ibu memeluk bayi setiap saat dengan
kulit bayi terkena kulit ibu, lalu tubuh keduanya diselimuti
dengan pakaian tebal dan lembut), merupakan salah satu cara
yang sederhana dan terbukti efektif untuk memenuhi
sebagian besar kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan,
ASI, perlindungan infeksi, dan stimulasi. Cara ini dilakukan
agar panas tubuh ibu mengalir ke tubuh bayi. Penelitian
membuktikan,

cara

ini

efektif

bukan

saja

untuk

meningkatkan berat badan bayi, tetapi juga membantu


tumbuh kembang bayi. Mengapa? Selain menghangatkan
tubuh bayi, kegiatan ini memberikan sentuhan kasih sayang

yang sangat membantu memulihkan kondisi bayi.


b. Berikan ASI segera setelah bayi lahir.
Umumnya BBLR refleks menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan
cermat, kapasitas lambung masih kecil, daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein
3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/hari), agar berat badan
bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum 3 jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemi dan hiperbilirubinemia. Maka ASI
diberikan sedikit-sedikit, tapi sesering mungkin, sesuai dengan
kemampuan bayi. Jika bayi belum bisa mengisap, ASI dapat
diperah dan diberikan sedikit sedikit dengan pipet atau sendok
kecil. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya, kelihatan
seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus
diperhatikan

adalah

terhadap

kemungkinan

terjadinya

pneumonia aspirasi.
c. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum
sanggup membenuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi, membersihkan bekas luka tali pusat
bayi dengan teliti dan teratur, agar tetap steril, menjauhkan bayi
dari orang sakit, karena bayi mudah tertular penyakit. Kalaupun
bundanya pilek, pakailah kain penutup hidung ketika menyusui,
agar kesehatan bayi tetap terjaga.
2. Penatalaksanaan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan :
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan
deteksi dini ibu hamil beresiko harus lebih digalakakan, baik di
fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Dalam hal ini, deteksi
ibu

hamil

beresiko

perlu

difokuskan

pada

keadaan

yang

menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan

dukun bayi. Dengan mengadakan program penempatan Bidan di


Desa (BDB) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu
hamil, bayi dan balita, kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat dengan menjalin
hubungan kemitraan antara keduanya. Dengan penempatan bidan di
desa tersebut diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh
tenaga profesional terus meningkat dan masyarakat semakin
menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

Lampiran 3
MEDIA

Lampiran 4

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN


(GBPP)

Mata kuliah

: ASKEB V (Kebidanan Komunitas)

Kode Mata Kuliah

: BD. 305

Bobot
Semester
Nama dosen/Tim

: 4 SKS (T1, P3)


: IV (Empat)
:

A.

DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan praktek


kebidanan secara komprehensif dengan memperhatikan budaya setempat
yang dikemas dalam tatanan di komunitas dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan didasari oleh konsep, ketrampilan dan sikap
profesional bidan dalam asuahan di komunitas yang meliputi pokokpokok bahasan konsep, prinsip dasar dan strategi pelayanan kebidanan
komunitas, manajerial asuhan kebidanan dikomunitas, pengelolaan
program KIA/KB di wilayah kerja, penggerakan dan meningkatkan
peran serta masyarakat.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan konsep, prinsip, masalah dan strategi pelayanan
kebidanan di komunitas dan keluarga sebagai pusat pelayanan.
2. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
3. Menjelaskan aspek perlindungan hukum bagi praktisi bidan di
komunitas
4. Mempraktekkan manajerial asuhan kebidanan di komunitas
5. Mengelola program KIA / KB di wilayah kerja
6. Menggerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat
7. Menjalankan tugas tambahan yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak
8. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan
komunitas
9. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan di komunitas
C. PROSES PEMBELAJARAN
T : Dilaksanakan di kelas dengan menggunakan ceeramah, diskusi
seminar dan penugasan
P : Dilaksanakan di kelas, laboratorium (baik di kampus maupun di
lahan praktek) dengan menggunakan metode simulasi, demonstrasi,
role play dan bedside teaching
D. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan cara :
Teori
UTS
: 10 %

UAS

15 %

Praktik
Nilai Praktikum
Tugas

: 50 %
: 25 %

E. REFERENSI
Buku Wajib (BW)
1. Bennet T. Ruth, Linda K. Brown, Myles Text Book for Midwives
2. Sweet R. Betty, Mayes Midwifery a Text Book fos Midwives, Jones
& Bartlet Publishers, london S, 1997
3. Mary Cronk, Caroline F, 1994, Community Midwifery, London
Buku Anjuran (BA)
1. Verney H, Varneys Midwifery, Jones & Bartlet Publishers, london S,
1997
2. Pengurus Pusat IBI, 1999, Etika dan Kode EtikKebidanan, Jakarta
3. Depkes RI, 1999, Bidan di Masyarakat, Jakarta
4. Sunarwati Sularyo, Deteksi dan Intervensi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak dan Upaya Optimalisasi kualitas SDM,
Jakarta
5. Linda V. Walsh, 2001, Midwifery Community-Based Care, W.B.
Saunders Company, Philadelphia
6. Permenkes 900/2002, Depkes RI, Jakarta
7. Modul MPS
8. Modul MTBS
9. Standart Pelayanan Kebidanan Depkes RI
10. IBI, 1997, Kompetensi Bidan Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai